Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUGAS KHUSUS

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PROSES CONDITIONING GANDUM DI MILL K DAN L

DISUSUN OLEH :

MICHAEL SITUMORANG (STTN-BATAN YOGYAKARTA)


M. MUFTI ARSA I. ( UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG)
TRIA SEPTIANA (UNIVERSITAS MATARAM)

PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, Tbk. DIVISI BOGASARI


FLOUR MILLS
JAKARTA
2016
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gandum
Gandum termasuk dalam famlia Grainae (rumput-rumputan) dan Genus
Triticum. Terdapat banyak spesies gandum yang tersebar di seluruh dunia, seperti
Triticum vulgare, Triticum aegilopoides, Triticum monococum,Triticum
dicoccoides, Triticum dicoccum, Triticum durum, Triticumpersicum, Triticum
compactrum, dan Triticum turgidum. Meskipun demikian hanya jenis gandum
sedikit yang ditanam secara komersial, yaitu Triticumvulgare, Triticum durum,
dan Triticum compactum. Spesifikasi masing-masing varietas gandum tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Triticum vulgare merupakan jenis gandum yang paling banyak ditanam.
Warna kulit bervariasi antara putih, merah, dan cokelat. Ada yang
bervarietas musim semi (spring) dan musim dingin (winter). Jenis gandum
ini digunakan dalam pembuatan roti.
2. Triticum durum merupakan jenis gandum khusus yang memiliki spesifikasi
berbeda dengan jenis gandum yang lain. Bjinya lebih keras dan warna kulit
cokelat. Jenis gandum ini digunakan dalam pembuatan macaroni dan
spaghetty. Varietas ini banyak dihasilkan oleh negara Kanada dan Amerika.
3. Triticum Compactrum atau club wheat merupakah jenis gandum yang
paling sedikit ditanam. Kulitnya berwarna putih sampai merah. Jenis
gandum ini sering digunakan dalam pembuatan creakers dan roti. (Anonim a
1998)
Biji gandum memiliki tiga susunan utama (Gambar 2.1) yang terdapat pada semua
jenis biji gandum. Susunan biji gandum tersebut antara lain:
1. Dedak (Bran)
Dedak penyusun biji gandum sebesar 15% yang terduri dari kulit luar
(epidermis), kulit kedua (epicarp), testa, dan aleuron. Selama proses pengolahan,
bran akan menjadi sekam. Menurut Gaman (1994), sekam tersusun dari selulosa
(serat) yang tidak dapat dicerna, serta mengandung vitamin B dan elemen mineral,
sedangkan lapisan aleuronnya kaya akan protein dan vitamin B, terutama asam
nikotinat (niasin).
2. Endosperm
Endosperm merupakan biji bagian terbesar dari gandum yaitu sekitar 80-
85% berat total biji. Bagian inilah yang akan di ubah menjadi tepung melalui
proses penggilingan. Menurut Gaman (1994), sebagian besar endosperm tersusun
atas pati, selain itu juga mengandung protein sekitar 70%-75%, beberapa vitamin
B (3% vitamin B1 dan 32% vitamin B2), 12% asam nikotinat, serat dan beberapa
mineral.
3. Germ
Germ merupakan biji sebenarnya atau embrio, yang terletak pada bagian
bawah biji. Lembaga hanya menyusun 2,5 % berat biji. Menurut Gaman (1994),
lembaga kaya akan lemak dan mengandung 8 % protein, 2% asam nikotinat,
vitamin B (64%)vitamin B1 dan 32% vitamin B2), serta zat besi. (Anonimb 2010)

Gambar 2.1. Susunan biji gandum


Terdapat berbagai macam pengelompokan gandum berdasarkan tekstur
kernel (hard dan soft), warna bran, (red dan white), maupun kebiasaan tumbuh
(spring dan winter). Pada dasarnya, gandum dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis berdasarkan kadar protein dan kekerasan, yaitu gandum keras (hard
wheat) dan gandum lunak (soft wheat).
a. Hard Wheat
Jenis gandum hard wheat memiliki kadar proten yang tinggi, yaitu 12-
15%. Daya serap air tinggi, bjinya keras, dan kulit luarnya berwarna cokelat,dan
glutennya bersifat kuat. Tepung terigu yang dihasilkan dari
hard wheat biasanya digunakan dalam pembuatan mie dan roti.
b. Soft Wheat
Jenis gandum soft wheat memiliki kadar protein yang relatif rendah, yaitu
8-10%, memiliki daya serap yang rendah, bijinya lunak, dan kulit luar berwarna
putih atau merah. Tepung terigu yang dihasilkan dari soft wheat biasanya
digunakan pada produksi biskuit dan cookies. (Anonimc 2010)
Sifat gandum banyak ditentukan oleh protein yang dikandungnya. Jenis
protein yang terdapat pada gandum adalah albumin (larut dalam air), slobulin
(larut dalam garam netral), gliadin (larut dalam etanol 70%), dan glutenin (tidak
larut dalam alkohol tetapi larut dalam basa atau asam encer). Kandungan protein
dapat berbeda-beda tergantung jenis dan tempat gandum tersebut tumbuh. Selain
protein, gandum juga mengandung kabohidrat. Karbohidrat yang terdapat dalam
gandum sebagian besar adalah pati, dan pati merupakan senyawa yang tidak larut
dalam air (Makfoel 1982).
Pati tersusun atas dua fraksi yaitu amilosa dan amilopektin. Jika pati
gandum di masak akan membentuk pasta kental yang mengandung bagianbagian
pendek dan apabila di dinginkan akan membentuk gel yang buram (Deman,
1997).
Gandum sering digunakan pada instansi industri dalam bentuk tepung.
Penggilingan gandum menurut Buckle dkk (1978), merupakan proses yang sangat
berbeda dengan penggilingan beras, dan tujuan utama penggilingan gandum
adalah memisahkan endosperm dari dedak dan lembaga (germ), dan
menghancurkan endosperm menjadi ukuran tepung (100 mesh).

B. Tahap Penggilingan Gandum


Tahap utama dari penggilingan adalah memisahkan endosperm dan
aleuron cell atau lapisan bran dan mereduksi endosperm menjadi tepung.
Penggilingan ini diharapkan mampu memperoleh tingkat ekstraksi yang tingggi
dan kualitas tepung yang baik. Menurut gaman (1994), tahap penggilingan dibagi
menjadi tiga proses yaitu :
a. Proses pemecahan
Biji gandum akan mengalami proses pemecahan dimana biji akan
terkelupas dan endosperm yan peceh akan dibagi menjadi tiga fraksi yaitu
partikel kasar sekam yang dilekati endosperm, partikel endosperm yang kasar
(semolina), dan sejumlah pertikel halus endosperm (tepung). Pada proses
pemecehan ini, diusahakan agar bran tidak hancur.
b. Pengecilan ukuran
Hasil pada proses pemecahan semolina akan direduksi menjadi tepung
yaitu dengan melewati roll pengecil ukuran yang berupa penggilas yang
halus.
c. Pengayakan
Hasil dari roll pengecil ukuran akan diayak dan dipisahkan menjadi
partikel halus (tepung) dan partikel yang lebih besar dari tepung akan
dilewatkan kembali ke roll pengecil ukuran berikutnya.
Prinsip utama dari proses milling adalah memisahkan endosperm dari bran
dan germ dan mereduksi endosperm tersebut menjadi tepung. Tujuan dari milling
process adalah ekstraksi yang tinggi, ash content yang rendah, dan kualitas tepung
yang baik. Hasil dari milling process adalah ekstraksi tepung 76-78% dan by
product yang berupa bran dan pollard sebanyak 22-24%. Gandum yang telah
bersih, kemudian siap untuk digiling kemudian masuk ke mesin roll. Didalam
mesin roll, gandum akan mengalami tiga proses yaitu breaking, reduction, dan
purification.
a. Breaking process
Proses breaking terjadi ditahap pertama penggilingan pada mesin roll,
yaitu memecah wheat grain (bran) yang masih mengandung endosperm.
Ensdosperm yang terpecah menjadi semolina, middling, dan tepung. Pada
proses breaking diusahakan supaya bran tidak hancur agar menghasilkan
tepung dan semolina dengan jumlah yang maksimal. Gandum yang telah
melalui breakprocess kemudian diayak di sifter. Sifter merupakan mesin
pengayakyang berukuran besar yang mampu beroperasi dengan kapasitas
besar. Sifter memiliki sejumlah ayakan yang masing-masing memiliki ukuran
mesh berbeda-beda. Di dalam sifter, gandum yang telah melalui proses
breaking kemudian dipisahkan antara produk yang masih kasar dengan bran
maupun semolina. Masing masing akan masuk ke tahapan proses selanjutnya
melalui pipa sesuai produk yang dihasilkan. Produk yang masih
kasarkemudian masuk lagi ke proses penggilingan lanjut. Semolina yang
dihasilkan akan masuk ke purifier untuk dibersihkan sedangkan bran masuk
ke branfinisher untuk untuk diambil endosperm yang masih melekat pada
bran kemudian masuk ke vibro finisher untuk memisahkan tepung yang
lengket (sticky) hasil dari bran finisher serta memisahkan tepung dari bran
maupun pollard.
b. Reduction process
Produk kasar yang keluar dari sifter kemudian masuk lagi ke mesin roll.
Produk inilah yang kemudian akan mengalami proses reduksi. Proses reduksi
terdiri atas:
1) Mengubah semolina menjadi middling supaya mudah direduksi
menjadi tepung
2) Mereduksi middling menjadi tepung
3) Mereduksi middling yang bercampur dengan bran
c. Purification process
Purification Process menggunakan alat yang disebut purifier. Tujuan dari
proses ini adalah memisahkan semolina dan middling, untuk membantu
kinerja dari sifter sehingga proses reduksi middling dan reduksi semolina
menjadi tepung lebih sempurna.

C. Conditioning Gandum
Wheat Conditioing adalah proses menyiapkan gandum pada kondisi
milling yang optimal, yaitu yang mengahasilkan produk dengan ekstraksi tinggi
dan kualitas yang baik sesuai dengan yang diinginkan. Bila dilihat dari segi
engineering, bran dari gandum dapat digambarkan sebagai lapisan metal (sheet
metal coating) yang memiliki tingkat elastisitas tertentu. Endosperm dapat
digambarkan sebagai cast iron, yang dapat patah (pecah) karena terdeformasi (bila
digambarkan sebagai endosperm yang memiliki moisture yang tinggi). Untuk
memecah endosperm tersebut memerlukan gaya yang lebih besar dibandingkan
dengan memecah bran pada kondisi normal (dry state). Oleh karena itu mustahil
mendapatkan endosperm sebanyak mungkin pada kondisi normal karena bran
akan banyak terbawa pula. Oleh karena itu diupayakan meningkatkan kekuatan
bran dan melunakkan endosperm. Hal ini doilakukan dengan cara conditioning.

D. Tujuan Conditioning
Gandum yang akan di milling terlebih dahulu harus di conditioning, hal ini
bertujuan :
1. Memudahkan pemisahan antara endosperm dan bran pada proses milling.
2. Melunakkan endosperm sehingga endosperm mudah pecah menjadi butir-
butir kecil tepung pada proses reduction.
3. Meliatkan kulit sehingga pada waktu proses milling tidak mudah pecah
menjadi bran powder sehingga ash content tinggi.
4. Mencapai kadar air yang diinginkan.

E. Keuntungan Wheat Conditioning


Gandum yang sudah diconditioning dengan baik sebelum proses milling akan
memberikan keuntungan sebagai berikut :
1. Mengurangi terjadinya bran powder sehingga meningkatkan kualitas tepung.
2. Data yang digunakan untuk reduction roll rendah dan tidak terlalu panas
sehingga mengurangi terjadinya penguapan.
3. Purifier dan sifter akan bekerja lebih efisien dan consistent.
4. Memiliki milling performance yang stabil dan konstan

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Conditioning


Pada proses conditioning gandum sangat dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
1. Jenis gandum yang digunakan
a. Gandum Hard
Gandum hard memiliki daya serap air yang tinggi, dan karena struktur
granula starch yang rapat dan berikatan kuat mengakibatkan waktu yang
dibutuhkan oleh air untuk masuk ke dalam endosperm panjang.
b. Gandum Soft
Gandum soft memiliki daya serap air yang rendah dan memiliki struktur
granula starch yang berjauhan dan tidak terikat kuat sehingga waktu yang
dibutuhkan oleh air untuk masuk ke dalam endosperm lebih pendek.
2. Moisture Content 2nd Tempering
Moisture content 2nd Tempering adalah kadar air yang ada dalam gandum
setelah diconditioning. Pengaruh kadar air ini adalah :
a. Moisture content yang rendah akan menghasilkan bran yang mudah pecah
sedangkan moisture yang tinggi akan menghasilkan bran yang liat dan
tidak mudah pecah. Jadi moisture content berpengaruh pada toughness
(keliatan) dari bran.
b. Moisture content yang rendah akan menyebabkan endosperm menjadi
keras sedangkan moisture yang tinggi akan menyebabkan endosperm
menjadi lunak dan sticky (lengket).
c. Besarnya moisture content dari gandum akan menentukan moisture
content tepung dimana loss of moisture selama proses milling adalah 1,0%
- 1,5%.
d. Natural moisture content yang ideal adalah:
Untuk Hard wheat adalah 14,5% - 16,0%
Untuk Soft wheat adalah 13,5% - 14,5%

3. Temperatur dari Wheat Conditioning


Temperatur selama conditioning perlu diperhatikan agar tidak tejadi
fermentasi yang akan mengakibatkan gandum mulai bertunas, menjadi lapuk,
dan dengan temperatur yang tinggi akan menyebabkan enzim menjdi rusak.
Temperatur conditioning juga mempengaruhi waktu conditioning yaitu
semakin tinggi temperatur waktu conditioning semakin pendek. Berdasarkan
temperatur, wheat conditioning dapat dibagi atas :
Hot conditioning : Gandum dipanaskan dengan udara panas melalui heat
exchanger tetapi panas yang tinggi juga menyebabkan perubahan pada
kualitas protein sehingga proses ini jarang dipakai.
Warm conditioning : Gandum dipanaskan dengan udara yang tidak terlalu
panas, temperature 80oF 100oF melalui heat exchanger.
Warm conditioning biasanya di daerah dingin.
Cold conditioning : Gandum tidak perlu dipanaskan sebab temperature
udara sudah cukup tinggi. Cold conditioning dipakai pada daerah tropis.
4. Waktu dari wheat conditioning
Waktu conditioning adalah waktu yang diperlukan supaya air bisa masuk
keseluruh endosperm secara merata. Apabila penetrasi air ke endosperm
mudah maka waktu conditioning pendek sebaliknya penetrasi air ke
endosperm sulit maka waktu conditioning panjang. Hard wheat memerlukan
waktu 24 48 jam sedangkan soft wheat memerlukan waktu 16 24 jam.
Under Conditioning : Keadaan dimana waktu conditioning kurang dari
normal, hal ini menyebabkan bran masih basah dan endosperm masih keras.
Over conditioned : Keadaan dimana waktu conditioning lebih lama dari
normal, hal ini menyebabkan bran sudah kering dan mudah pecah meskipun
endosperm sudah lunak.
5. Kelembaban relatif
Seperti makhluk hidup lainnya sifat higroskopik, karenanya moisture
content gandum dapat berubah menjadi tinggi atau rendah yang disebabkan
oleh pengaruh temperatur dan kelembaban relatif dari udara. Kandungan air
di dalam gandum akan mencapai kondisi kesetimbangan (equilibrium)
dengan kandungan air di udara. Hal ini perlu diperhatikan jika proses
conditioning dilakukan pada musim hujan karena pada saat ini kelembaban
udara sangat tinggi. Waktu conditioning yang dilakukan lebih cepat dari
biasanya agar kenaikan moisture content akibat kelembaban relatif dari udara
tidak berpengaruh banyak.
Proses conditioning gandum akan memberikan hasil yang baik adalah
apabila semua faktor di atas dapat dikontrol sesuai yang dibutuhkan sebagai
persyaratan untuk conditioning.

G. Moisture Analyzer
HB 43-S Moisture Analyzer. Instrumen ini mengaplikasikan prinsip
analisa thermogravimetric dengan akurasi yang sangat tinggi untuk pengukuran
kadar kelembaban pada bahan baku makanan. Hasil analisa telah terbukti sangat
akurat, sehingga dapat digunakan untuk mengganti metode analisa dengan drying
oven. Yang berbeda pada kedua metode analisa ini adalah tingkat efisiensinya.
Apabila analisa kadar kelembaban dengan menggunakan drying oven terbilang
sangat lama dan sampel harus ditimbang berkali-kali pada saat pemanasan dan
pendinginan, maka analisa dengan menggunakan Halogen Moisture Analyzer
berlangsung lebih cepat. Hanya dibutuhkan 3 langkah sederhana, yaitu melakukan
tara (tare) pada permukaan aluminium pan , meletakkan sampel pada permukaan
aluminium pan kemudian menekan tombol Start yang tertera pada instrumen ini,
kemudian proses pengukuran akan berlangsung secara otomatis. Standar teknologi
dengan menggunakan Halogen memastikan proses pengeringan yang berlangsung
cepat dengan tingkat suhu panas yang merata, sehingga akan memberikan hasil
pengukuran yang akurat dengan tingkat keterulangan yang tinggi. Untuk
mendapatkan hasil analisa lebih cepat lagi, terdapat fitur pilihan Fast drying
yang dapat dioperasikan hanya dengan menekan satu tombol saja.
Berbagai metode analisa yang telah terintegrasi pada instrumen ini juga
merupakan suatu fitur yang memberikan kemudahan bagi pengguna, terutama
dalam penentuan parameter dan variabel uji untuk jenis sampel yang berbeda.
Pengguna dapat mengakses metode untuk lebih dari 100 zat dan bahan baku
pangan yang berbeda dengan mudah, hanya dengan menekan tombol fungsi pada
instrumen. Adanya fitur ini akan memudahkan analisa, serta megurangi waktu dan
biaya. Semua metode yang terekam pada instrumen ini telah diuji dan telah
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan hasilnya dapat didokumentasikan
dengan menggunakan printer yang dapat dihubungkan langsung dengan
menggunakan kabel.
HB43-S moisture balance dari METTLER TOLEDO juga dilengkapi
dengan layar display yang tajam, prosedur penggunaan yang dijelaskan secara
detail serta buku manual yang akan membantu anda melakukan pengukuran
dengan hasil yang tepat dan konsisten. Desain permukaan sample holder yang
telah dipatenkan akan memudahkan anda melakukan rutinitas analisa di
laboratorium dengan lebih efisien. Desain dan ukuran yang praktis dengan
permukaan yang datar membuat instrumen ini dapat dengan mudah ditempatkan
di bagian manapun di ruangan laboratorium, sementara komponennya yang
berdaya tahan tinggi akan memastikan masa waktu penggunaan yang panjang,
bahkan di lingkungan yang sulit sekalipun. Desain instrumen ini juga memberikan
kemudahan tersendiri pada saat perawatan dan pembersihan setelah
penggunaan.Secara keseluruhan, konsep utama METTLER TOLEDO HB 43-S
Moisture Analyzer akan memberikan hasil pengukuran yang cepat dengan tingkat
akurasi yang tinggi serta telah teruji keterulangannya. Dengan alat ini,
penghematan waktu dan biaya, baik di laboratorium maupun di pabrik dapat
tercapai dengan mudah, dan menjamin produk akhir yang berkualitas tinggi.
HASIL DATA CONDITIONING GANDUM

Untuk Jenis Gandum


1. CKI dengan kondisi sampel di dalam panel

Moisture 1st
Jenis Waktu pengujian Jumlah
Mill (jam) Pengujian Tempering

1 16,16

20 2 16,17

3 15,94

1 16,28

25 2 16,65

3 15,93
K
1 16,17

28 2 15,56

3 14,97

1 16,44

32 2 16,21

3 15,93

L 1 15,54

20 2 15,94

3 15,93

25 1 15,92
2 15,76

3 15,7

1 15,27

28 2 15,34

3 15,27

1 16,39

32 2 16,37

3 16,26

2. CK dengan kondisi sampel di dalam panel


Moisture 1st
Jenis Waktu pengujian Jumlah
Mill (jam) Pengujian tempering

1 15,93

20 2 15,96

3 15,94

1 16,11

25 2 15,89

3 15,86
K
1 15,85

28 2 16,26

3 15,58

1 16,29

32 2 15,88

3 16,01

1 16,02

20 2 16,05

3 16,05

1 16,03

25 2 15,86

3 15,99
L
1 16,46

28 2 16,35

3 16,02

1 16,63

32 2 16,1

3 16,11
3. SB dengan kondisi sampel di luar panel

Jenis Waktu pengujian Moisture 1st


Jumlah Pengujian
Mill (jam) Tempering
1 16,28
20 2 15,84
3 15,67
1 15,81
25 2 15,86
3 15,67
K
1 16,19
28 2 15,89
3 16,03
1 15,68
32 2 15,44
3 15,58
1 15,82
20 2 15,43
3 15,79
1 15,49
25 2 15,44
3 15,29
L
1 15,39
28 2 15,66
3 15,21
1 15,96
32 2 15,89
3 15,69

4. CKE dengan kondisi sampel di luar panel


Jenis Waktu pengujian Moisture 1st
Jumlah Pengujian
Mill (jam) Tempering
K 1 15,91
20 2 15,69
3 15,53
1 15,94
25 2 15,78
3 15,14
28 1 15,99
2 16,17
3 15,51
1 15,91
32 2 16,1
3 15,51
1 15,71
20 2 16,07
3 15,74
1 16,08
25 2 16,32
3 15,86
L
1 15,77
28 2 15,92
3 16,04
1 16,3
32 2 16,13
3 15,81

5. CK dengan kondisi sampel di luar panel

Jenis Waktu pengujian Moisture 1st


Jumlah Pengujian
Mill (jam) Tempering
1 15,61
20 2 15,74
3 15,65
1 15,27
25 2 15,46
3 14,69
K
1 15,38
28 2 14,8
3 15,17
1 15,53
32 2 15,14
3 14,94
L 1 15,75
20 2 15,5
3 15,18
25 1 15,88
2 15,14
3 14,98
1 15,67
28 2 15,25
3 15,22
1 16,26
32 2 15,96
3 15,9

PENGOLAHAN DATA

Salah satu perhitungan penambahan air pada sampel CK di luar panel

Kasus di lapangan
Penambahan Air
Mill Kapasitas (Kg/h)
(L/h)
K 36000 (Kg/h) 1600 (L/h)
L 36000 (Kg/h) 1700 (L/h)

K 22,5 (Kg/h) 1(L/h)


L 21,17647059 (Kg/h) 1(/h)

0,133333333 liter =
K 3 Kg/h
133 ml
0,141666667 liter =
L 3 Kg/h
142 ml

Jadi air yang ditambahkan pada sampel tersebut adalah


3
Penambahan air= 1 L=0,133 L=133 ml untuk sampel pada Mill K
22,5

Kurva sampel saat proses conditioning per brand


Pada sampel CKI didalam panel
Mill K Mill L
Rerata Rerata
waktu(jam) waktu(jam)
Moisture Moisture
20 16,09 20 15,8
25 16,29 25 15,79
28 15,57 28 15,29
32 16,19 32 16,34

Waktu Vs Rerata Moisture CKI pada Mill K pada kondisi dalam Panel
16.4 16.29
16.19
16.2 16.09
16

Rerata Moisture 15.8 Rerata Moisture


15.57
15.6

15.4

15.2
20 25 28 32

Waktu (Jam)

Waktu Vs Rerata Moisture CKI pada Mill L pada kondisi dalam Panel
16.6
16.34
16.4
16.2
16 15.8 15.79
15.8
Rerata Moisture 15.6 Rerata Moisture
15.4 15.29
15.2
15
14.8
14.6
20 25 28 32

Waktu (Jam)

Pada sampel CK didalam panel


Mill K Mill L
waktu(jam) Rerata Moisture waktu(jam) Rerata Moisture
20 15,94 20 16,04
25 15,95 25 15,96
28 15,9 28 16,28
32 16,06 32 16,28

Waktu Vs Rerata Moisture CK pada Mill K pada kondisi dalam Panel


16.1
16.06
16.05

16
15.94 15.95
Rerata Moisture 15.95 Rerata Moisture
15.9
15.9

15.85

15.8
20 25 28 32

Waktu (Jam)

Waktu Vs Rerata Moisture CK pada Mill L pada kondisi dalam Panel


16.4
16.28 16.28
16.3

16.2

Rerata Moisture 16.1 16.04 Rerata Moisture

16 15.96

15.9

15.8
20 25 28 32

Waktu (Jam)

Pada sampel SB di luar panel


Mill K Mill L
waktu(jam) Rerata Moisture waktu(jam) Rerata Moisture
20 15,93 20 15,68
25 15,78 25 15,41
28 16,04 28 15,42
32 15,57 32 15,72

Waktu Vs Rerata Moisture SB pada Mill K pada kondisi luar panel


16.1 16.04
16 15.93
15.9
15.78
15.8

Rerata Moisture 15.7 Rerata Moisture


15.6
15.57

15.5
15.4
15.3
20 25 28 32

Waktu (Jam)

Waktu Vs Rerata Moisture SB pada Mill L pada kondisi luar panel


16.3
16.2
16.1
16
15.9
Rerata Moisture 15.8 15.68 15.72 Rerata Moisture
15.7
15.6
15.5 15.41 15.42
15.4
15.3
20 25 28 32

Waktu (Jam)

Pada sampel CKE di luar panel


Mill K Mill L
waktu(jam Rerata Rerata
waktu(jam)
) Moisture Moisture
20 15,71 20 15,84
25 15,62 25 16,09
28 15,89 28 15,91
32 15,92 32 16,08

Waktu Vs Rerata Moisture CKE pada Mill L dalam kondisi luar panel
16.09 16.08
16.1
16.05
16
15.95
15.91
15.9
15.84
15.85
15.8
15.75
15.7
20 25 28 32

Rerata Moisture

Waktu Vs Rerata Moisture CKE pada Mill K dalam kondisi luar panel
15.95 15.92
15.89
15.9
15.85
15.8
15.75 15.71
Rerata Moisture 15.7 Rerata Moisture
15.65 15.62
15.6
15.55
15.5
20 25 28 32

Waktu (Jam)

Pada sampel CK di luar panel


Mill K Mill L
waktu(jam Rerata waktu(jam Rerata
) Moisture ) Moisture
20 15,66 20 15,47
25 15,14 25 15,33
28 15,12 28 15,38
32 15,2 32 16,04

Waktu Vs Rerata Moisture CK pada Mill K dalam kondisi luar panel


15.8
15.7
15.66
15.6
15.5
15.4
Rerata Moisture
Rerata Moisture 15.3 15.2
15.2 15.14 15.12
15.1
15
14.9
14.8
20 25 28 32

Waktu (Jam)

Waktu Vs Rerata Moisture CK pada Mill L dalam kondisi luar panel


16.1 16.04
16
15.9
15.8
Rerata Moisture
Rerata Moisture 15.7
15.6
15.5
15.47
15.38
15.4 15.33
15.3
20 25 28 32

Waktu (Jam)
Perbandingan penyimpanan didalam panel dengan diluar panel pada brand CK

Brand Waktu Hasil Moisture Hasil Moisture


Conditioning didalam panel diluar panel
CK 20 15,99 15,57
25 15,96 15,24
28 16,09 15,25
32 16,17 15,62
Kurva Conditioning antara Brand Vs Moisture

Brand Waktu Conditioning


20 25 28 32
CKI 15,95 16,04 15,43 16,27
CK 15,78 15,60 15,67 15,90
SB 15,81 15,60 15,73 15,65
CKE 15,78 15,86 15,90 16,00

Untuk Waktu Proses Conditioning 20 jam

Brand Vs Moisture pada waktu conditioning 20 jam


16
15.95
15.95

15.9

15.85
15.81 Moisture
Moisture 15.78 15.78
15.8

15.75

15.7

15.65
CKI CK SB CKE

Brand
Untuk Waktu Proses Conditioning 25 jam

Brand Vs Moisture pada waktu conditioning 25 jam


16.1
16
15.9
15.8
Moisture
MoisTURE 15.7
15.6
15.5
15.4
15.3
CKI CK SB CKE

BRAND

Untuk Waktu Proses Conditioning 28 jam


Brand Vs Moisture pada waktu conditioning 28 jam
16
15.9
15.8
15.7
15.6
Moisture
MOISTURE 15.5
15.4
15.3
15.2
15.1
CKI CK SB CKE

BRAND

Untuk Waktu Proses Conditioning 32 jam

Brand Vs Moisture pada waktu conditioning 32 jam


16.4

16.2

16
Moisture
MOISTURE 15.8
15.6

15.4

15.2
CKI CK SB CKE

BRAND

PEMBAHASAN
Proses conditioning adalah proses mengkondisikan gandum pada kondisi
milling yang optimal, yaitu yang menghasilkan produk dengan ekstraksi tinggi
dan kualitas yang baik sesuai dengan yang diinginkan. Bila dilihat dari segi
engineering, bran dari gandum dapat digambarkan sebagai lapisan metal (sheet
metal coating) yang memiliki tingkat elastisitas tertentu. Endosperm dapat
digambarkan sebagai cast iron, yang dapat patah (pecah) karena terdeformasi (bila
digambarkan sebagai endosperm yang memiliki moisture yang tinggi). Untuk
memecah endosperm tersebut memerlukan gaya yang lebih besar dibandingkan
dengan memecah bran pada kondisi normal (dry state). Oleh karena itu mustahil
mendapatkan endosperm sebanyak mungkin pada kondisi normal karena bran
akan banyak terbawa pula. Oleh karena itu diupayakan meningkatkan kekuatan
bran dan melunakkan endosperm. Hal ini dilakukan dengan cara conditioning.
Pada percobaan kali ini diambil sampel gandum perbrand masing-masing
sebanyak 3 Kg dengan penambahan air sesuai dengan yang tertera di MYFC serta
waktu penyimpanan yang berbeda yaitu 20 jam, 25 jam, 28 jam dan 32 jam
kemudian gandum digiling serta dihitung moisturenya. Dari data yang diolah
didapatkan bahwa pengkondisian gandum dengan waktu 25, 28 dan 32 jam
dengan hasil rerata moisture 15,59% (CK dan SB), 15,64% (SB) dan 15,67%
(CK) lebih mendekati target moisture yang diinginkan yaitu 15,60%.
Dibandingkan dengan waktu proses conditioning dan jenis gandum yang lain. Hal
ini dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pada saat conditioning
process yaitu jenis gandum yang digunakan, natural moisture content, temperatur
dari wheat conditioning, waktu dari wheat conditioning dan kelembaban relatif
dari gandum itu sendiri.
KESIMPULAN

1 Proses conditioning adalah proses mengkondisikan gandum pada kondisi


milling yang optimal, yaitu yang menghasilkan produk dengan ekstraksi
tinggi dan kualitas yang baik sesuai dengan yang diinginkan.
2 Waktu optimal pada conditioning process yang sesuai dengan target moisture
yang diinginkan adalah 25, 28 dan 32 jam dengan hasil rerata moisture
15,59% (CK dan SB), 15,64% (SB) dan 15,67% (CK)
3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pada saat conditioning process yaitu jenis
gandum yang digunakan, natural moisture content, temperatur dari wheat
conditioning, waktu dari wheat conditioning, dan kelembaban relatif dari
gandum itu sendiri.
4 Dari hasil yang didapatkan bahwa kondisi sampel CK yang diletakkan diluar
panel memiliki kadar moisture lebih kering daripada yang diletakkan didalam
panel hal ini berlaku meskipun conditioning time sampel berbeda.
Brand Waktu Hasil Moisture Hasil Moisture
Conditioning didalam panel diluar panel
CK 20 15,99 15,57
25 15,96 15,24
28 16,09 15,25
32 16,17 15,62

Anda mungkin juga menyukai