DI SUSUN OLEH:
Dalam laporan ini penulis mengangkat beberapa topik, yaitu alat-alat Pengukur iklim dan
cuaca, serta Penentuan curah hujan menurut kearifan lokal (Pallontara). Penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Amir Yassi M.Si. Sebagai dosen mata kuliah Klimatologi Terapan
2. Bapak Kepala Instalasi Penelitian Peramalan Pengendalian Organisme Penganggu
Tumbuhan (IP3OPT)
3. Ibu Kepala laboratorium instalasi pengamatan unsur iklim Loka Penelitian Penyakit
Tungro (Lolit tungro) Kab. Sidrap.
4. Ibu Tari sebagai Asisten dosen mata kuliah Klimatologi Terapan
5. Bapak Muhammad Nispar, S.P. Sebagai laboran praktikum mata kuliah Klimatologi
Terapan
6. Bapak H. Muhammad Adam sebagai pallontara
7. Rekan-rekan mahasiswa pelaksanaan praktikum lapangan mata kuliah Klimatologi
Terapan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan.
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum Lapangan.....................................................................3
1.2.1. Tujuan........................................................................................................................3
1.2.2. Kegunaan...................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................4
BAB III METODE PRAKTIKUM.........................................................................................................6
3.1. Lokasi dan Waktu Praktikum Lapangan...........................................................................6
3.2. Metode Penentuan Objek Praktikum Lapangan................................................................6
3.3. Metode Pengumpulan Data...............................................................................................6
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
4.1. Alat Yang Digunakan Dalam Mengamati Unsur Iklim....................................................7
4.1.1. Sangkar Meteorologi.................................................................................................7
4.1.2. Penakar Hujan Hellman.............................................................................................9
4.1.3. Penakar Hujan OBS...................................................................................................9
4.1.4. Campbell Stokes......................................................................................................10
4.1.5. Panci Penguapan......................................................................................................11
4.1.6. Anemometer............................................................................................................11
4.1.7. Automatic Wheather Station (AWS).......................................................................12
4.2. Pengamatan Unsur Iklim Menurut Kearifan Lokal (Pallontara).....................................13
4.2.1. Pengamatan Unsur Iklim Berdasarkan Penanggalan Hijriah...................................13
4.2.2. Pengamatan Unsur Iklim Berdasarkan Benda Langit..............................................13
4.2.3. Pengamatan Unsur Iklim Berdasarkan Fenlogi Tumbuhan.....................................14
BAB V PENUTUP.................................................................................................................................15
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................................15
5.2. Saran................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................16
iii
BAB I PENDAHULUAN
Iklim adalah salah satu komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis
dan sulit untuk dikendalikan. Bahkan, iklim dan cuaca tak jarang sebagai faktor pembatas
produksi pertanian, lantaran sifatnya yang dinamis, beragam & terbuka. Agar bisa
bermanfaat pada bidang pertanian, diharapkan pemahaman yang mendalam terhadap
karakteristik iklim.
Perubahan iklim merupakan suatu fenomena yang ditandai dengan berubahnya pola
iklim global yang menyebabkan cuaca tidak menentu dan menyebabkan gangguan terhadap
kelangsungan hidup manusia, dan tanaman. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling
rentan terhadap perubahan iklim lantaran berpengaruh terhadap pola tanam, waktu tanam,
indeks pertanaman, produksi dan kualitas output. Data memperlihatkan bahwa perubahan
iklim berupa pemanasan dunia bisa menurunkan produksi pertanian antara 5 - 20% (Suberjo,
2009).
Indonesia, merupakan negara di Asia Tenggara yang akan paling menderita dampak
perubahan iklim terutama kekeringan dan banjir, lantaran kenyataan ini akan menurunkan
produksi pangan dan kapasitas produksi yang diakibatkan oleh kegagaglan panen. Produk
Domestik Bruto, PDB Indonesia, 15% merupakan sumbangan dari sektor pertanian dan 41%
tenaga kerja bergantung pada sektor pertanian.
1
Pengaruh iklim sangat nyata dan beresiko dalam bidang pertanian melalui dampak
kekeringan, banjir, suhu tinggi, suhu rendah atau “ frost”, angin, kelembaban tinggi dan lain-
lain yang bisa mengakibatkan rendahnya output baik secara kuantitas juga kualitas, juga
ketidakstabilan produksi secara nasional. Kekeringan dan banjir berdampak terhadap
produksi melalui luas areal panen, agresi OPT, pertumbuhan dan produktivitas tumbuhan .
kekeringan berdampak lebih besar terhadap penurunan luas areal panen semua komoditas
dibanding terhadap penurunan produtivitas. Variabilitas dan perubahan iklim dengan segala
dampaknya berpotensi mengakibatkan kehilangan produksi tumbuhan pangan, 20,6% untuk
padi, 13,6% jagung, dan 12,4% kedelai (Handoko et al. 2008).
Terjadinya banjir dan kekeringan dapat mengganggu tumbuhan pada stadia apapun dari
persemaian sampai panen. Gangguan tanam dapat berupa gagal tanam sesudah penyemaian,
tumbuhan rusak lantaran banjir, atau puso. Selain itu, peningkatan intensitas banjir secara
tidak langsung akan mempengaruhi produksi lantaran meningkatnya agresi hama dan
penyakit tanaman.
Untuk menentukan perubahan iklim suatu yg terjadi pada suatu tempat atau wilayah
dibutuhkan data cuaca yang sudah terkumpul lama (10-30 tahun) yang didapatkan dari hasil
pengukuran unsur cuaca dan iklim menggunakan alat ukur yang khusus atau instrumentasi
klimatologi. lantaran perubahan pola unsur dan intensitas iklim terjadi sangat lama, maka
pengamatan unsur-unsur iklim tadi wajib dilakukan supaya kita dapat meminimalkan
dampak yang timbul dariperubahan iklim tersebut. Khususnya yang berdampak pada sektor
pertanian.
Oleh karena itu, pengenalan dan pengamatan unsur iklim memakai alat sangat di
butuhkan untuk mengukur dan mengumpulkan data mengenai pola dan intensitas unsur
iklim setiap harinya. Alat dibentuk sedemikian rupa supaya hasil pengukuran tidak berubah
ketelitiannya. Pemeliharaan alat yang baik membawa keuntungan pemakaian lebih lama.
Unsur iklim terdiri dari suhu, lama penyinaran matahari, angin, kelembapan udara, dan
curah hujan.
2
Berdasarkan imbas dari perubahan iklim terhadap sektor pertanian untuk mengantisipasi
dampaknya, di tingkat masyarakat daerah atau desa sering melakukan pertemuan antar
kelompok tani atau petani yg membahas mengenai jadwal turun sawah setiap musim tanam
yang erat kaitanannya dengan iklim. dalam masyarakat suku Bugis, pertemuan ini
dinamakan “Tudang Sipulung”. Pertemuan ini membicarakan tentang tanda-tanda alam yang
mengisyaratkan kondisi cuaca pada musim mendatang sebagaimana yang diamati oleh
pallontara pada buku lontara dan bagaimana sifat-sifat hujan sebagaimana pengamata
Papananrang.
Adapun pengamatan unsur iklim yang terdapat pada pada rakyat atau kearifan lokal
masyarakat suku Bugis-Makassar adalah ’Pallontara”. Pallontara adalah salah satu kearifan
lokal Sulawesi Selatan dalam menangani permasalahan iklim. Setiap pallontara memiliki
“Pananrang”, yaitu naskah atau buku yang memuat mengenai tata cara bercocok tanam,
perubahan iklim, siklus musim tanam. Pananrang juga memuat tentang prakiraan serangan
hama bila padi ditanam pada waktu tertentu pada bulan-bulan eksklusif dan bahkan bisa
memprediksi musim-musim wabah penyakit (Sukardi Majah, 2019). Ada pula pallontara
yang hanya mengingat fenomena-fenomena tumbuhan, hewan, astronomi dan penanggalan
hijriah, dalam menentukan kapan datangnya musim hujan dan berapa lama musim hujan
tersebut akan berlangsung, begitupun dengan musim kemarau.
1. Mengetahui alat-alat yang dingunakan dalam mengukur unsur-unsur cuaca dan iklim
2. Mengetahui cara kerja alat-alat pengukur unsur cuaca dan iklim tersebut
3. Mengetahui bagaimana “pallontara” dalam memprediksi pola dan curah hujan dengan
memperhatikan penanggalan hijriah, fenomena hewan, tumbuhan dan benda langit.
1.2.2. Kegunaan
Adapun Keguaan Dari Praktikum Lapangan Ini Yaitu:
3
1. Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat pengukur unsur cuaca dan iklim secara
langsung
2. Mahasiswa secara langsung dapat memahami alat-alat pengukur unsur cuaca dan
iklim bekerja.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dengan spesifik bagaimana pallontara mmemprtediksi
pola dan curah hujan dengan memperhatikan penanggalan hijriah, fenomena
tumbuhan, hewan dan benda langit.
Adapun definisi perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara
lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor
kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001). Perubahan fisik ini tidak
terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. LAPAN (2002) mendefinisikan
perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu
daerah tertentu. Sedangkan istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim
dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan. IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan
iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya
yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih).
5
BAB III METODE PRAKTIKUM
6
BAB IV PEMBAHASAN
7
Peralatan meteorologi yang terdapat di dalam sangkar meteo terdiri dari:
Termometer bola kering. Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu udara
permukaan. Termometer ini terdiri dari tabung gelas yang di dalamnya terdapat pipa
kapiler yang berisikan air raksa. Ketika suhu naik, maka air raksa akan memuai dan
menunjukan skala suhu pada lingkungan.
Termometer bola basah. Termometer ini digunakan untuk mengukur titik embun dalam
udara. Termometer ini sama seperti termometer bola kering, yang membedakannya adalah
termometer ini bolanya dilapisi dengan kain yang dijaga agar selalu basah. Temometer
bola basah mengukur suhu yang dibutuhkan untuk menguapkan air di kain tersebut. Ketika
kelembaban udara kecil, maka air akan mengambil panas dari termometer tersebut
sehingga suhu pada termometer bola basah akan menurun. Itulah mengapa saat siang hari
selisih antara bola kering dan bola basah cukup jauh dibandingkan malam hari. Selisih dari
suhu termometer bola kering dan bola basah digunakan untuk menentukan kelembaban
udara/ relative humidity.
Termometer maksimum. Termometer ini digunakan untuk mengetahui suhu maksimum
pada lingkungan sangkar selama satu hari. Termometer ini menggunakan air raksa sama
halnya seperti termometer bola kering/basah, yang membedakan adalah pada termometer
ini terdapat celah yang disebut contriction. Celah inilah yang membuat air raksa tidak akan
menyusut ketika suhu udara turun karena air raksa tersumbat oleh celah ini, jadi suhu yang
terukur pada termometer ini akan tetap pada skala suhu tertinggi. Ketika akan digunakan
ulang, termometer ini dapat dikalibrasi kembali dengan cara mengibaskan termometer
kearah contriction/ kearah bawah sehingga air raksa dapat kembali pada suhu yang
sebenarnya.
Termometer minimum. Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu terendah dalam
satu hari pada lingkunan. Berbeda dengan termometer maksimum, termometer ini
menggunakan alkohol. Alkohol digunakan karena karakteristiknya cocok untuk mengukur
suhu rendah karena titik beku alkohol yang lebih rendah dari air raksa. Didalam pipa
kapiler yang berisikan alkohol terdapat jarum index yang akan menunjukan skala suhu
minimum. Ketika suhu menurun maka index ini akan mendekati skala minimum karena
8
terdorong oleh permukaan alkohol. Termometer ini diletakkan sedikit miring kebawah agar
index selalu
menunjukan
suhu
terendah.
12.1.2. Penakar
Hujan
Hellman
Penangkar
hujan ini
adalah
penangkar hujan yang merupakan tipe recording.
Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul dalam tabung
tempat pelampung. Air hujan ini menyebabkan pelampung serta tangkainya terangkat atau
naik keatas. Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena yang gerakannya selalu
mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat pada pias yang diletakan/digulung
pada silinder jam yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung
hampir penuh atau mencapai 10 mm (dapat dilihat pada lengkungan selang gelas), pena
akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak
lengkungan selang gelas, maka berdasarkan sistem siphon otomatis (sistem selang air), air
dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam tabung. Bersamaan
dengan keluarnya air, tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias
kembali ke 0 mm. Jika hujan masih terus-menerus turun, maka pelampung akan naik
kembali seperti diatas. Jadi setiap terisi 10 mm, pelampung akan turun dan pena pias akan
9
berada pada titik 0 mm. Cara mengetahuinya adalah dengan menambahkan seluruh jumlah
CH yang terjadi.
10
Gambar 4 Campbell Stokes
Dalam panci penguapan terdapat beberapa bagian yang memiliki fungsi masing-masing.
Hook gauge: Alat ini berbentuk seperti kail. Alat ini berguna untuk menghitung tinggi
air pada panci penguapan. Untuk mengukur tingginya, letakkan hook gauge pada
tempatnya (StillWell). Setelah itu atur supaya ujung kail berada tepat pada permukaan
air. Setelah itu baca skala yang tertera pada hook gauge.
StillWell: Alat ini merupakan tempat atau wadah untuk meletakkan hook gauge, dan
untuk menjaga permukaan air tetap tenang.
11
Cup Anemomete: Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan rata-rata harian. Alat
ini diletakkan dengan ketinggian 0.5m.
Termometer Apung: Alat ini terdiri dari termometer maksimum dan minimum.
Digunakan untuk mengukur suhu
maksimum dan minimum permukaan air
dalam panci.
12.1.6. Anemometer
Anemometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengetahui arah dan
kecepatan angin. Untuk mengetahui arah
angin, dalam anemometer terdapat alat yang disebut Wind Vane. Alat ini berfungsi untuk
mengetahui arah dari mana angin bertiup. Alat ini terdiri dari ujung dan ekor. Saat angin
bertiup dari arah utara, Maka ekor Wind Vane akan terdorong dari arah utara ke Selatan
sehingga ujung depan Wind Vane akan berubah arah menuju arah utara yang merupakan
arah datangnya angin. Sedangkan untuk mengetahui nilai kecepatan angin, menggunakan
Cup Anemometer. Cup Anemometer terdiri dari 3 piringan yang seimbang antar sudutnya.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui besar kecepatan angin. Karena terdapat 3 buah
piringan Cup, maka Cup anemometer akan tetep berputar pada arah yang sama walaupun
angin bertiup dari arah yang berbeda-beda. Dalam pengamatan unsur cuaca angin,
Anemometer dipasang di atas permukaan setinggi 10 m.
Gambar 6 Anemometer
12
12.1.7. Automatic Wheather Station (AWS)
Automatic Weather Station (AWS) merupakan bentuk kesatuan dari rangkaian sensor
yang dipadukan dan secara otomatis merekam data meteorologi seperti suhu, tekanan,
kelembaban, penyinaran matahari, curah hujan, dan angin yang kemudian akan diubah
(ditampung) dalam Data Logger sehingga dapat dimonitoring melalui komputer server dan
diakses secara online. Automatic Weather Station sanggup merekam dan memantau
perubahan cuaca secara langsung dan otomatis.
Sayangnya, data-data yang dikumpulkan oleh AWS yang ada di IP3OPT langsung
terkirim ke Stasiun Klimatologi Maros, sehingga kami tidak bisa melihat secara langsung
bagaiamana AWS mengumpulkan data unsur iklim.
13.
14.
15.
13
16.
16.1.
16.2.
17.
18.
19.
20.
20.1.
20.2.
20.2.1. Pengamatan Unsur Iklim Berdasarkan Penanggalan Hijriah
Pengamatan unsur iklim berdasarkan penanggalan hijriah ini di dasarkan pada tanggal 1
muharram yang jatuh pada hari apa, misalnya tahun lalu 2021 tanggal 1 muharram 1443
jautuh pada hari selasa, menandakan sepanjang tahun 1443 hijriah curah hujannya tinggi
disertai guntur akantetapi tidak menyebabkan banjir.
yang berwarna merah menandakan curah hujan tinggi yang menyebabkan banjir. Bintang
Manue menandakan hujan ritik-rintik atau gerimis. Bintang Walu-we diamati empat malam
pada bulan februari sebelum sholat subuh dilihat, setelah sholat subuh apabila malam
pertama dan kedua bintang walu-we tidak kelihatan (tertutup awan) dan malam ketiga dan
keempat bintang Walu-we terlihat menandakan pada tahun itu musim hujan terjadi hanya
setengah tahun, hanya sampai bulan tujuh. Apabila bintang Walu-we tidak terlihat dari
malam pertama-malam keempat intu menandakan musim hujan yang panjang pada tahun
tersebut, ini juga menandakan jika pada tahun tersebut pertanaman padi akan bagus, baik
14
20.2.3. Pengamatan Unsur Iklim Berdasarkan Fenlogi Tumbuhan
Pada bulan empat atau april ada hujan yang menggugurkan bunga dari rumput
”awerrang”(bahasa Bugis) (rumput “awerrang” yaitu rumput yang besar dan memiliki
bunga yang berwarna putih) maka pertanaman padi akan bagus. Tanda lain pada mangga
yang berbunga pada tangkainya, menandakan pertanaman padi akan bagus dan curah hujan
yang tinggi pada tahun itu. (mangga yang dimaksud adalah mangga yang harum, bukan
15
BAB V PENUTUP
21.
1.
2.
3.
4.
5.
5.1. Kesimpulan
Alat-alat pengamatan unsur iklim yang ada di IP3OPT dan Lolittungro merupakan alat
pengamatan unsur iklim yang sangat terbatas,dan juga sudah banyak yang tidak berfunngsi
di sebabkan karena kerusakan bagian-bagian dari alat tersebut. Walaupun sudah ada alat
pengukur unsur iklim yang sudah otomatis (Automatic Wheather Station (AWS)), akan
tetapi untuk data pengamatan unsur iklim yang sudah diambil oleh AWS akan terkirim
langsung ke Stasiun Iklim yang berada di Kab. Maros. Sehingga para petugas IP3OPT
tidak memiliki data pengamatan unsur iklim AWS.
5.2. Saran
Sebaiknya, alat-alat yang digunakan untuk pengamatan unsur iklim yang ada di IP3OPT
harus di perbaharui ataupun diganti, walaupun sudah ada pengukur unsur iklim secara
otomatis. Segingga para pelajar atau mahasiswa bisa belajar mengenai alat-alat pengukur
unsur iklim secara langsung.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aljauhari, Rifa Bustomy. 2017. Perbedaan Cuaca dan Iklim Beserta Contoh dan Unsurnya.
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/perbedaan-cuaca-dan-iklim. Diakses pada 09
Juni Pukul 08.33 Wita.
Boer R., Notodiputro K A, dan Las I 2000 Prediksi karakteristik curah hujan harian dari bulanan
indeks iklim. Prosiding “Konferensi Internasional Kedua tentang Sains dan Teknologi
untuk Kajian Perubahan Iklim Global dan Dampaknya terhadap Indonesia Benua
Maritim, 29 November-01 Desember 1999.
Kurniawan, A. (2020). Evaluasi Pengukuran Curah Hujan Antara Hasil Pengukuran Permukaan
(AWS, HELLMAN, OBS) dan Hasil Estimasi (Citra Satelit =GSMaP) Di Stasiun
Klimatologi Mlati Tahun 2018. Jurnal Geografi, Edukasi Dan Lingkungan (JGEL), 4(1),
1-7.
Majah, Sukardi.2019. Lontarak dan Pananrang Allaonrumang Ri Tana Ugi. Sidrap: Lembaga
Peduli Pendidikan Kebudayaan (LP2K).
17