Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI
“PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Fisiologi Tanaman

Disusun oleh:
Nama : Suria Paloh
NIM : 4442210007
Kelas : IF

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kelancaran kepada penulis dalam
menyelesaikan praktikum pada Mata Kuliah Fisiologi Tanaman dengan judul
“Pertumbuhan dan Perkembangan”.
Dalam rangka memenuhi tugas praktikum Fisiologi Tanaman, penulis
menyusun laporan praktikum ini untuk menerangkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kedelai. Dalam hasil praktikum ini penulis mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Dr. Ir. Rusmana, M.P., dan Ibu Kirana Nugaraha Lizansari,
S.P., M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Fisiologi Tanaman yang sudah
memberi arahan terkait praktikum ini. Saudara Muhammad Darul Qutni selaku
Asisten Praktikum Fisiologi Tanaman kelas 1F yang sudah membantu dalam
berjalannya praktikum ini.
Dalam penyusunan hasil praktikum ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga
laporan ini dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang cara menentukan
dan mengetahui proses pergerakan partikel .

Serang, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Klimatologi.................................................................3
2.2 Peran Agroklimatologi...........................................................................4
2.3 Iklim dan Cuaca.....................................................................................6
2.4 Unsur-Unsur yang Mempengeruhi Cuaca dan Iklim.............................8
2.4.1 Suhu Udara...................................................................................8
2.4.2 Tekanan Udara.............................................................................8
2.4.3 Kelembapan Udara.......................................................................8
2.4.4 Curah hujan..................................................................................9
2.4.5 Angin..........................................................................................10
2.5 Peralatan Klimatologi..........................................................................12
2.5.1 Aktinograf..................................................................................12
2.5.2 Gun Bellani................................................................................12
2.5.3 Campbell Stokes.........................................................................12
2.5.4 Termometer Maksimum.............................................................13
2.5.5 Termometer Minimum...............................................................13
2.5.6 Termometer Biasa......................................................................13
2.5.7 Termometer Tanah.....................................................................13
2.5.8 Termohygrograf.........................................................................14
2.5.9 Psikrometer standar....................................................................14
2.2.10 Penakar Hujan Manual Type Observatorium...........................14
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat...............................................................................15

ii
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................15
3.3 Cara Kerja.............................................................................................15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil.....................................................................................................16
4.2 Pembahasan..........................................................................................19
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan...............................................................................................26
5.2 Saran.....................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
LAMPIRAN..............................................................................................................

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kelas-kelas Kecepatan Angin Menurut Beaufort (Kelas Beaufort)........11


Tabel 2. Hasil Pengamatan Alat Agroklimatologi.................................................16

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilmu Klimatologi....................................................................................4


Gambar 2. Iklim terhadap pertanian........................................................................6
Gambar 3. Cuaca dan Iklim.....................................................................................7
Gambar 4. Proses Terjadinya Hujan......................................................................10
Gambar 5. Skema Pengamatan Taman Alat Agroklimatologi...............................20

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, dalam kondisi seperti ini
seharusnya dapat dimanfaatkan dalam pembangunan. Karena wilayah tropis
diuntungkan dengan memiliki energi sinar matahari yang berlimpah. Kelembapan
yang tertatur dan dengan tanah yang subur sehingga dapat ditumbuhi berbagai
jenis tanaman.
Klimatologi pada dasarnya berisikan pembahasan unsur-unsur cuaca dan
iklim yang menyangkut distribusinya baik dari skala global (dunia), regional
(wilayah), maupun lokal (setempat). Ilmu yang mempelajari iklim disebut
klimatologi, yakni yang mengkaji gejala-gejala cuaca, tetapi sifat-sifat atau
karakteristik dan gejala-gejala cuaca tersebut mempunyai sifat umum dalam
jangka waktu yang relatif lebih luas pada atmosfer bumi (Sabaruddin, 2014).
Dalam bidang pertanian ilmu prakiraan penentuan kondisi iklim atmosfer ini
adalah untuk menentukan wilayah pengembangan tanaman. Iklim mempengaruhi
dunia pertanian. Presipitasi, evaporasi, suhu, angin, dan kelembaban nisbi udara
adalah unsur iklim yang penting. Dalam dunia pertanian, air, udara, dan
temperatur menjadi faktor yang penting. Kemampuan menyimpan air oleh tanah
itu terbatas. Sebagian air meninggalkan tanah dengan cara transpirasi, dengan
evaporasi, dan dengan melalui drainase. Klimatologi bagi pertanian dimanfaatkan
sebagai perhitungan kondisi udara atau digunakan sebagai tolok ukur untuk
menentukan kondisi udara dalam suatu kurun waktu mendatang dalam periode
lebih bulanan, musiman dan tahunan apakah akan berlebihan atau diatas normal
dari harga rata-rata yang baku (Muldawati, 2013).
Produksi pangan sangat dipengaruhi oleh iklim, sehingga penerapan dalam
klimatologi di bidang pertanian harus dilakukan dengan baik. Karena di dalam
bidang pertanian iklim dan cuaca penting diperhatikan, karena setiap jenis
tanaman memiliki perbedaan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman di lapangan memiliki perbedaan iklim,
sehingga tanaman yang kita tanam harus diperhatikan keadaan iklim dan cuaca

1
setempat. Kolaborasi antara ahli klimatologi dalam bidang pertanian harus
diterapkan untuk mendukung terwujudnya hasil produksi yang baik. Penerapan
klimatologi bukan hanya sekedar meramal keadaan suatu iklim dan cuaca, akan
tetapi kita harus memulai juga potensi yang terdapat di dalam hubungan
klimatologi dan bidang pertanian (Aminah, 2020).
Untuk mengukur kondisi iklim dalam pertanian tersebut perlu digunakan
peralatan khusus untuk mengukur kondisi iklim pertanian. Setiap peralatan unsur
iklim memiliki cara kerja yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi masing-masing
alat ukur dengan tata letaknya. Cara pengamatan peralatan ukur unsur iklim/cuaca
disesuaikan dengan kerja masing-masing alat ukut tersebut. Oleh karena itu,
praktikum ini dilakukan. Praktikum ini juga dilakukan agar praktikan tidak salah
mengoperasikan sebuah alat agroklimatologi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Agar mahasiswa dapat mengenal cara kerja peralatan Agroklimatologi.
2. Agar mahasiswa dapat mengenal cara pengamatan peralatan
Agroklimatologi.
3. Agar mahasiswa dapat mengenal tata letak dan pemasangan peralatan
Agroklimatologi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Klimatologi


Kata Klimatologi diambil dari bahasa Yunani yaitu klima yang berarti zona,
tempat, wilayah, kemiringan khayal dari bumi atau kemiringan bumi yang
berkaitan dengan lintang tempat sedangkan logos berarti ilmu. Klimatologi secara
harfiah berarti ilmu tentang sifat iklim di suatu tempat baik di Indonesia dan di
seluruh dunia yang berkaitan dengan kegiatan manusia. Klimatologi adalah
cabang ilmu atmosfer (Purba et al., 2021).
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan cuaca rata-rata yang
terjadi di suatu daerah dalam kurun waktu yang sama. Cuaca adalah keadaan fisik
atmosfer dalam jangka pendek pada waktu dan tempat tertentu. Agroklimatologi
adalah cabang ilmu iklim atau cuaca terapan yang mempelajari hubungan antara
proses fisik atmosfer (elemen cuaca) dan proses pertanian. Ini termasuk, antara
lain, hubungan antara faktor iklim dan produksi pertanian. Tujuan dari
agroklimatologi adalah untuk memahami dan mempelajari bagaimana evolusi
organisme pertanian mengubah lingkungan fisik di sekitar mereka dan bagaimana
perubahan ini mempengaruhi organisme itu sendiri (Bayong, 2004).
Pada ilmu klimatologi yaitu Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan
waktu yang panjang untuk suatu lokasi. Perbedaan iklim begitu besar yang
memberikan pengaruh yang luas terhadap manusia untuk menduduki dan
mengelola bumi. Iklim bergantung kepada hubungan yang kompleks. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi iklim yaitu suhu, curah hujan, dan angin.
Cuaca dan iklim akan selalu menyertai dan mempengaruhi kehidupan manusia
untuk melaksanakan perkerjaan dan keadaan cuaca yang baik akan sangat
berpengaruh. Musim hujan, musim pancaroba dan musim kemarau merupakan
perbedaan kondisi cuaca yang ada di Indonesia. Indonesia merupakan daerah
tropis, secara geografis berada di sekitar ekuator. Daerah indonesia dikatakan
negara tropis disebabkan oleh adanya posisi matahari yang berubah antara garis
balik dalam suatu periode tahun (Priyahita et al., 2016).

3
Cuaca dan iklim merupakan faktor lingkungan yang secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor
cuaca dan iklim merupakan faktor yang sangat sulit dikendalikan oleh manusia
dan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dan hewan.
Namun, mengelola faktor-faktor tersebut melalui pengukuran yang akurat dan
tepat dapat menentukan keberhasilan pertanian dan mengurangi kegagalan
(Nurahayati, 2001).

Gambar 1. Ilmu Klimatologi


(Sumber: https://www.climate4life.info/2020/10/klimatologi-ilmu-tentang-iklim-
sejarah-ruang-lingkup-dan-aplikasinya.html)

2.2 Peran Agroklimatologi


Agroklimatologi atau Agrometeorologi adalah interaksi antara klimatologi
dan ilmu pertanian untuk mengetahui pengaruh cuaca (iklim) dan manfaat
pengaruh-pengaruh tersebut untuk usaha pertanian. Iklim adalah keadaan cuaca
rata-rata dalam jangka waktu yang lebih lama. yang mana gejala dan peristiwa itu
berulang dari tahun ke tahun. Manfaat iklim adalah untuk menentukan letak
geografis bumi dan untuk mengetahui gejala dan peristiwa cuaca yang terjadi di
suatu tempat dalam kurun waktu setahun. Iklim sangat menentukan dalam
pendapatan produksi yang akan diperoleh petani. Dari iklim petani bisa
menentukan jenis tanaman apa yang cocok untuk ditanam di daerahnya,
penentuan kapan waktu tanam dan juga panen serta lainnya (Purba et al., 2021).
Manfaat dari klimatologi bagi pertanian adalah untuk digunakan dalam
perhitungan kondisi udara dalam suatu kurun waktu tertentu atau digunakan
sebagai tolok ukur untuk menentukan kondisi udara dalam suatu kurun waktu

4
mendatang dalam periode lebih bulanan, musiman dan tahunan apakah akan
berlebihan atau diatas normal dari harga rata-rata yang baku. Cuaca dan iklim
memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat indonesia khusunya masyarakat
sumatera barat sebagaimana kita ketahui mata pencaharian masyarakat sumatera
adalah dibidang agraris (pertanian) seperti padi, palawija, hortikultura dan lain-
lainnya yang memberikan hasil panen yang kurang memuaskan hal ini disebabkan
karena para petani sumatera barat hanya mengandalkan pengalaman dalam bertani
padahal keadaan cuaca seperi curah hujan terus berubah dan bersifat dinamis.
Produksi di bidang pertanian sangat tergantung pada faktor utama yaitu keadaan
tanah, keadaan tanaman, iklim dan kecerdasan petani (Muldawati, 2013).
Pengetahuan yang luas tentang berbagai hubungan antara iklim dan subjek-
subjek pertanian dan peternakan, memungkinkan penggalian potensi iklim di tiap
tempat untuk perencanaan intensifikasi dan ekstensifikasinya. Manfaat utama
Klimatologi Pertanian adalah sebagai dasar strategi dalam penyusunan rencana
dan kebijakan pengelolaan usahatani pertanian dan peternakan. Lingkup kebijakan
dapat meliputi sebidang lahan, suatu wilayah atau teritorial pertanian maupun
untuk kebijakan pada lingkup nasional yang meliputi berbagai hal sebagai berikut
(Winarno et al., 2019):
1. Seleksi terhadap kultivar tanaman, spesies, dan ras ternak yang beradaptasi
baik dengan kondisi iklim setempat sehingga potensial untuk
dibudidayakan secara luas.
2. Memiliki wilayah-wilayah yang kondisi iklimnya sesuai untuk
pengembangan suatu kultivar tanaman dan ras ternak tertentu yang baru
diintroduksi dari daerah lain atau dari luar negeri.
3. Berbagai hasil penelitian dan percobaan memungkinkan untuk memilih
teknologi yang terbaik untuk perbaikan iklim mikro sehingga dapat
mendorong pertumbuhan, perkembangan, serta produksi tanaman dan
ternak baik jumlah maupun mutunya. Contohnya penggunaan berbagai
jenis mulsa, rumah kaca, rumah plastik, rumah jaring, irigasi, dan drainase
dalam budidaya tanaman.
4. Pengaturan pola tanam meliputi jadwal pergiliran tanaman dan pemilihan
kultivar untuk penanaman tumpangsari.

5
5. Pewilayahan komoditas pertanian dan pemetaannya. Klimatologi
pertanian melibatkan interaksi setiap hari secara berkelanjutan dalam
kurun waktu lama antara cuaca dan hidrologi sebagai komponen fisika
lingkungan atau iklim di satu sisi, dengan komponenkomponen pertanian
dalam arti luas di sisi lainnya. Secara luas pertanian meliputi budidaya:
tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman hortikultura, kehutanan,
dan usaha peternakan (Winarno et al., 2019).

Gambar 2. Iklim terhadap pertanian


(Sumber: https://elearning.unib.ac.id/course/info.php?id=581)

2.3 Iklim dan Cuaca


Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda
pengertian dan keadaannya, khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan
bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi
fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan
kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian
disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu
tertentu (Winarso, 2003).
Cuaca dan iklim merupakan sebuah proses fenomena di atmosfer yang
keberadaannya sangat penting dalam berbagai aktivitas kehidupan. Perhatian
mengenai informasi cuaca dan iklim semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya fenomena alam yang tidak lazim terjadi atau biasa disebut dengan
cuaca ekstrim yang sulit untuk dikendalikan dan dimodifikasi (Caraka, 2015).
Cuaca merupakan keadaan udara pada saat tertentu dan wilayah tertentu yang
relatif sempit dan jangka waktu singkat. Cuaca terbentuk dari gabungan unsur-
unsur cuaca yang hanya beberapa jam saja. Misalnya keadaan udara pada pagi

6
hari dapat berubah pada siang hari, sore hari, dan malam hari. Iklim adalah
keadaan cuaca rata-rata dalam waktu yang relatif lama dan meliputi wilayah luas.
Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-variabel
atmosfir yang sama yang disebut unsur-unsur iklim. Iklim beserta unsurnya
adalah hal penting untuk diperhatikan, dipelajari, diantisipasi efeknya, karena
pengaruhnya sering menimbulkan masalah bagi manusia serta mahluk hidup
lainnya (Miftahudin, 2016).
Cuaca adalah keadaan atau kelakuan atmosfir pada waktu tertentu yang
sifatnya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Udara mempunyai sifat yang sangat
dinamis. Suhu dan kelembaban udara akan berubah dari waktu ke waktu.
Intensitas cahaya yang diteruskan ke permukaan bumi setelah melalui lapisan
atmosfir akan selalu berubah pula, tergantung keadaan penyebaran dan ketebalan
awan. Demikian pula halnya dengan kecepatan dan arah angin. Kondisi atmosfir
yang dinamis, berubah dalam waktu singkat (dalam jam atau hari) disebut cuaca
(Lakitan, 2002). Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam waktu yang cukup
lama. Iklim merupakan fenomena alam yang digerakkan oleh gabungan beberapa
unsur, yaitu radiasi matahari, temperatur, kelembaban, awan, hujan, evaporasi,
tekanan udara, dan angin. Faktor yang mempengaruhi unsur iklim sehingga dapat
membedakan iklim di suatu tempat dengan iklim di tempat lain disebut kendali
iklim. Matahari adalah kendali iklim yang sangat penting dan sumber energi di
bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang lain,
misalnya distribusi darat dan air, sel semi permanen tekanan tinggi dan tekanan
rendah, massa udara, pegunungan, arus laut dan badai (Tjasjono, 2004).

Gambar 3. Cuaca dan Iklim


(Sumber: https://www.utakatikotak.com/Perbedaan-Cuaca-dan-Iklim-Lengkap-
Beserta-Unsur-unsurnya/kongkow/detail/14470)

7
2.4 Unsur-Unsur yang Mempengeruhi Cuaca dan Iklim
2.4.1 Suhu Udara
Suhu merupakan derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan
skala tertentu. Satuan suhu yang digunakan yaitu menggunakan derajat
celcius (ºC), di Inggris dan beberapa negara lainnya dinyatakan ºF yang
menetapkan titik didih air dalam 212ºF dan titik lebur es 32ºF. Dalam
skalaperseratusan (skala Celcius) ditetapkan titik didih air 100º dan titik lebur
es 0º. Kedua skala tersebut menunjukkan suhu yang sama pada -40º. Suhu
Fahrenheit dapat diubah menjadi derajat Celcius: F = 32 + (9 / 5) ℃
(Tjasjono, 2004).
Suhu adalah besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau
dinginnya suatu benda atau suatu ruangan. Suhu ini menjelaskan ukuran rata-
rata energi kinetik partikel-partikel di dalam suatu bahan, dan terkait dengan
panasnya atau dinginnya suatu benda (Winarno, 2019).
2.4.2 Tekanan Udara
Berat sebuah kolom udara per satuan luas di atas sebuah titik
menunjukkan tekanan atmosfir (tekanan udara) pada titik tersebut. Distribusi
tekanan horizontal dinyatakan oleh isobar; garis yang menghubungkan tempat
yang mempunyai tekanan atmosfir sama pada ketinggian tertentu. Tekanan
atmosfir berubah sesuai dengan tempat dan waktu (Tjasjono, 2004). Tekanan
udara diukur berdasarkan tekanan gaya pada permukaan dengan luas tertentu.
Satuannya atmosfir (atm) atau mm Hg atau mbar, dimana tekanan udara 1atm
= 760 mmHg = 1.013mbar. Tekanan udara berkurang dengan bertambahnya
ketinggian tempat (elevasi atau altitud). Tekanan udara umumnya menurun
sebesar 11mbar untuk setiap bertambahnya ketinggian tempat sebesar 100 m
(Lakitan, 2002).
2.4.3 Kelembapan Udara
Kelembapan adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Dalam
kelembaban dikenal beberapa istilah. Kelembapan mutlak adalah massa uap
air yang berada dalam satu satuan udara, yang dinyatakan gram/m3.
Kelembapan spesifik merupakan perbandingan massa uap air di udara dengan
satuan massa udara, yang dinyatakan gram/kg (Kartasapoetra, 2004).

8
Kelembaban relatif merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan
jumlah maksimum uap air yang dikandung udara pada temperatur tertentu,
dinyatakan dalam %. Angka kelembaban relatif dari 0–100%, dimana 0%
artinya udara kering, sedang 100% artinya udara jenuh dengan uap air dimana
akan terjadi titik-titik air. Besaran yang digunakan untuk menyatakan
kelembaban udara adalah kelembaban nisbi, dimana kelembaban tersebut
berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Menjelang tengah hari kelembaban
nisbi berangsur turun, kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi
bertambah besar (Tjasjono, 2004).
Kelembaban udara disuatu tempat berbeda-beda, tergantung pada
tempatnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya: Jumlah radiasi yang dipancatkan matahari yang diterima bumi,
pengaruh daratan atau lautan, pengaruh ketinggian (altitude) dan pengaruh
angin (Winarno, 2019).
2.4.4 Curah hujan
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air berasal dari awan
yang terdapat di atmosfir. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es.
Untuk dapat terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu,
dan asam belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat dapat
mengambil uap air dari udara. Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau
millimeter (1 inci = 25.4 mm). Jumlah curah hujan 1mm menunjukkan tinggi
air hujan yang menutupi permukaan 1mm, jika air tersebut tidak meresap ke
dalam tanah atau menguap ke atmosfir (Tjasjono, 2004).
Hujan merupakan proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi
butiran air dan jatuh di daratan. Dua proses yang mungkin terjadi bersamaan
dapat mendorong udara semakin jenuh menjelang hujan, yaitu pendinginan
udara atau penambahan uap air ke udara. Butir hujan memiliki ukuran yang
beragam (Winarno et al., 2019).
Ketika hujan turun, hujan akan melewati beberapa tahap melalui
berbagai proses terjadinya hujan agar proses hujan bisa berjalan secara
maksimal dan hujan akan turun pada kurun waktu yang tepat sehingga tidak
mencemaskan warga diseluruh dunia menunggu kedatangan hujan yang selalu

9
ditunggu. Hujan memiliki beberapa tahapan untuk menjadi hujan yang
sempurna dengan beberapa proses terjadinya hujan yaitu dari beberapa proses
yang menyebabkan turunya hujan, proses terjadinya hujan tergambar di
bawah yaitu air yang menguap ke awan karena mengalami penguapan
(Winarno et al., 2019).

Gambar 4. Proses Terjadinya Hujan


(Sumber: https://mtsn1lebak.sch.id/blog/quicquid-enima-sapientia-proficiscitur-
idconti/)

2.4.5 Angin
Angin merupakan gerakan atau perpindahan massa udara dari satu
tempat ke tempat lain secara horizontal. Massa udara adalah udara dimana di
dalam ukuran yang sangat besar yang mempunyai sifat fisik (temperatur dan
kelembaban) seragam dalam arah yang horizontal. Gerakan angin berasal dari
daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Kecepatan angin
dibagi atas kelas atau tingkatan berdasarkan kerusakan yang dapat
diakibatkan oleh dua faktor yaitu antara lain diakibatkan angin dan kecepatan
angin (Kartasapoetra, 2004).
Angin mempunyai arah yaitu ketika arah dari mana angin bertiup
biasanya dinyatakan dalam enam belas titik kompas diantaranya yaitu (U,
UTL, TL, TTL dan sebagainya) untuk angin-angin permukaan, untuk angin di
atas dinyatakan derajat atau 1/10 derajat dari utara, searah jarum jam.
Kemudian untuk kecepatan angin km/jam, mil/jam, m/det, knot, dimana
1km/jam = 0.621mil/jam = 0.278 knot, 1knot = 1.852km/jam = 1.151mil/jam

10
= 0.514m/det. Untuk kelas-kelas kecepatan angin disajikan pada tabel berikut
ini (Kartasapoetra, 2004).
Tabel 1. Kelas-kelas Kecepatan Angin Menurut Beaufort (Kelas Beaufort)
Kelas Sifat Akibat Kecepatan
0 Sunyi Gerakan asap ke atas <1 km/jam
1 Sepoi-sepoi Gerakan angin terlihat pada arah asap 1–6 km/jam
2 Angin sangat lemah Angin terasa pada muka
13–18 km/jam
3 Angin lemah Daun dan ranting kecil bergerak- 19-26 km/jam
gerak
4 Angin sedang Kertas dapat terbang, ranting dan 27-35 km/jam
cabang kecil bergerak
5 Angin agak kuat Pohon-pohon kecil bergerak 36–44 km/jam
6 Angin kuat Dahan besar bergerak 45–55 km/jam
7 Angin kencang Pohon-pohon seluruhnya bergerak 56-66 km/jam
8 Angin sangat kuat Ranting-ranting patah 67–77 km/jam
9 Badai Genting dapat terlempar 78–90 km/jam
10 Badai kuat Pohon-pohon dapat tumbang 91–95 km/jam
11 Angin ribut Pohon-pohon tumbang 96-104 km/jam
12 Topan dahsyat Pohon-pohon tumbang, rumah rubuh >104 km/jam

Angin merupakan aliran udara dalam jumlah yang besar yang timbul
akibat adanya rotasi bumi, perbedaan suhu dan perbedaan tekanan udara
antara dua tempat dengan kecepatan yang dinamis dan fluktatif. Atau bisa
juga disebut sebagai perpindahan massa udara dari satu tempat ke tempat
lakinnya secara horizontal atau hampir horizontal. Pengaruh perputaran bumi
terhadap angin disebut dengan pengaruh carioles (carioles effect). Efek ini
menyebabkan angin bergerak searah jarum jam mengitari daerah bertekanan
rendah di belahan bumi selatan sebaliknya bergerak berlawanan arah jarum
jam mengitari daerah (Winarno et al., 2019).
Angin di dekat permukaan bumi kecepatannya lebih rendah
dibandingkan dengan lapisan udara yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh
hambatan akibat gesekan dengan permukaan bumi. Arah angin pada

11
ketinggian lapisan udara yang tinggi juga lebih bervariasi. Pada ketinggian 6-
12 km dapat dijumpai angin dengan kecepatan sampai 300 km/jam yang
umumnya berhembus dari barat disebut jet stream (Winarno et al., 2019).
2.5 Peralatan Klimatologi
2.5.1 Aktinograf
Aktinograf berfungsi untuk mengukur radiasi matahari dalam waktu
satu hari, dipasang pada tempat terbuka diatas pondasi beton setinggi 120
cm. Panas karena radiasi yang diserap membuat bimetal melengkung.
Besarnya lengkungan sebanding radiasi yang diterima sensor. Lengkungan
ini disampaikan secara mekanis ke jarum penulis di atas pias yang berputar
menurut waktu. Hasil rekaman sehari ini berbentuk grafik. Luas
grafik/integral dari grafik sebanding dengan jumlah radiasi surya yang
ditangkap oleh sensor selama sehari (Hendayana, 2011).
2.5.2 Gun Bellani
Fungsi alat ini sama dengan alat aktinograf yaitu untuk mengukur total
radiasi matahari selama satu hari sejak matahari terbit hingga terbenam. Alat
ini tidak secara langsung mengukur radiasi matahari tetapi melalui suatu
proses penguapan zat cair terlebih dahulu. Jumlah zat cair yang diuapkan
berbanding lurus dengan total radiasi matahari yang di terimah (Hendayana,
2011).
2.5.3 Campbell Stokes
Campbell Stokes Berfungsi untuk mengukur lamanya penyinaran
matahari. Alat ini berupa bola kaca masif dengan garis tengah/diameter 10-15
cm, berfungsi sebagai lensa cembung yang dapat mengumpulkan sinar
matahari kesatu titik api (fokus), dan alat ini dipasang di tempat terbuka
diatas pondasi beton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah.
Kemiringan sumbu bola lensa disesuaikan dengan letak lintang setempat.
Posisi alat tidak berubah sepanjang waktu hanya pemakaian pias dapat
diganti-ganti setiap hari (Hendayana, 2011).
Campbell stokes adalah alat yang dipasang di atas pilar beton yang
ditanam sehingga posisinya tidak dapat berubah karena alat ini diletakkan di
atas beton maka alat tidak bergetar. Alat ini untuk mengukur lamanya durasi

12
penyinaran matahari. Pada prinsipnya alat ini terdiri dari sebuah bola kaca
bening, dan pada bagian bawah bola kaca ini terdapat lempengan logam
sebagai tempat menaruh kertas pias. Bola kaca dipegang kuat oleh busur
logam yang berfungsi sebagai busur meridian pengatur kemiringan lensa
(Budiyanto, 2016).
2.5.4 Termometer Maksimum
Termometer air raksa memiliki pipa kapiler kecil (pembuluh) didekat
tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa naik bila suhu
udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu udara
mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, termometer ini
harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet
(Hendayana, 2011).
2.5.5 Termometer Minimum
Termometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk
pendeteksi suhu udara yang terjadi. Hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik
beku lebih tinggi dibanding air raksa, sehingga cocok untuk pengukuran suhu
minimum. Prinsip kerja termometer minimum adalah dengan menggunakan
sebuah penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu
menurun akan menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah, namun bila suhu
meningkat maka indek akan tetap pada posisi dibawah atau tetap (Hendayana,
2011).
2.5.6 Termometer Biasa
Mengukur suhu udara sesaat, zat cair yang digunakan adalah air raksa.
Umumnya termometer ini disebut termometer bola kering yang dipasang
berdampingan dengan termometer bola basah. Kedua termometer ini dipasang
dalam keadaan tegak. Semua termometer pengukur suhu udara pada waktu
pengukuran berada di dalam sangkar cuaca. Maksudnya adalah termometer
tidak dipengaruhi radiasi surya langsung maupun radiasi dari bumi.
Kemudian terlindung dari hujan ataupun angin kencang. Warna sangkar
cuaca putih menghindari penyerapan radiasi surya. Panas ini dapat
mempengaruhi pengukuran suhu udara (Hendayana, 2011).

13
2.5.7 Termometer Tanah
Prinsipnya sama dengan termometer air raksa yang lain, hanya
aplikasinya digunakan untuk mengukur suhu tanah dari kedalaman 0, 2, 5, 10,
20, 50 dan 100 cm. Untuk kedalaman 50 dan 100 cm, harus tanam sebuah
tabung silinder untuk menempatkan termometer agar mudah untuk
melakukan pembacaan. Untuk kedalaman 0-20 cm, cukup dengan
membenamkan bola tempat air raksa sesuai dengan kedalaman yang
diperlukan (Hendayana, 2011).
2.5.8 Termohygrograf
Menggunakan prinsip dengan sensor rambut untuk mengukur
kelembapan udara dan menggunakan bimetal untuk sensor suhu udara. Kedua
sensor dihubungkan secara mekanis ke jarum penunjuk yang merupakan pena
penulis di atas kertas pias yang berputar menurut waktu. Alat dapat mencatat
suhu dan kelembapan setiap waktu secara otomatis pada pias. Melalui suatu
koreksi dengan psikrometer kelembapan saat ke saat tertentu (Hendayana,
2011).
2.5.9 Psikrometer standar
Alat pengukur kelembapan udara terdiri dari dua termometer bola basah
dan bola kering. Pembasah termometer bola basah harus dijaga agar jangan
sampai kotor. Gantilah kain pembasah bila kotor atau daya airnya telah
berkurang. Dua minggu atau sebulan sekali perlu diganti, tergantung cepatnya
kotor. Musim kemarau pembasah cepat sekali kotor oleh debu. Air pembasah
harus bersih dan jernih. Pakailah air bebas ion atau aquades. Air banyak
mengandung mineral akan mengakibatkan terjadinya endapan garam pada
termometer bola basah dan mengganggu pengukuran. Waktu pembacaan
terlebih dahulu bacalah termometer bola kering kemudian termometer bola
basah (Hendayana, 2011).
2.2.10 Penakar Hujan Manual Type Observatorium
Penakar Hujan Manual Type Observatorium merupakan alat yang
berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan. Alat ini dipasang diatas
tonggak kayu yang dibeton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah
sampai mulut corong penakar, luas penampang corong yaitu 100 cm2 dengan

14
kapasitas menampung curahhujan ± 5 liter, dan ditengah corong penakar
dipasang kran. Jumlah curah hujan yang tertampung akan dituangkan melalui
kran dan ditakar dengan gelas ukur yang berskala sampai dengan 20 mm
(Hendayana, 2011).

15
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun praktikum mengenai “Pengenalan Peralatan Agroklimatologi”
dilaksanakan pada hari Selasa, 27 September 2022 pukul 13.00 – 14.40 WIB.
Bertempat di Laboratorium Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Sulltan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu, termometer
alkohol, termometer biasa (air raksa), termometer maksimum-minimum,
termometer tanah, termograf, ombrometer, Solarimeter type Campbell Stokes
(lama penyinaran), lightmeter, sling psychometer, termo hygrograf, hygrograf,
digital sling psychometer, hand anemometer.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Disiapkan alat dan bahan praktikum.
2. Dijelaskan mengenai nama dan penggunaan alat.
3. Dicatat hasil pengenalan alat-alat.
4. Dibuat dalam laporan hasil praktikum sesuai dengan format yang telah
dientukan.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 2. Hasil Pengamatan Alat Agroklimatologi
No Gambar Nama Alat Fungsi
1
Termometer alkohol adalah
Termometer alat ukur yang berfungsi
Alkohol untuk mengukur suhu udara.

2 Termometer Biasa (Raksa)


adalah alat ukur yang
Termometer berfungsi untuk mengukur
Biasa (Raksa) suhu udara dengan
menggunakan air raksa
sebagai media pengukur.
3

Termometer Tanah adalah


Termometer alat ukur yang berfungsi
Tanah untuk mengukur suhu tanah.

17
4 Termometer Maximum
adalah alat ukur untuk
Termometer mengukur suhu maximal
Maximum- dalam jangka waktu
Minimum tertentu. Pada Termometer
Minimum adalah alat untuk
mengukur suhu minimal
suatu tempat dalam jangka
waktu tertentu.

Digital Sling Psycrometer


Digital Sling
5 adalah alat untuk mengukur
Psycrometer
kelembapan udara.

Sling Psycrometer adalah


Sling alat yang berfungsi untuk
6
Psycrometer mengukur kelembapan
udara.

Hand Anemometer adalah


Hand alat yang berfungsi untuk
7
Anemometer mengukur kecepatan angin.

18
Hygrograf adalah alat yang
berfungsi untuk mengukur
8 Hygrograf
kelembapan udara.

Termohygrograf adalah alat


yang berfungsi untuk
9 Termohygrograf
mengukur kelembapan
udara.

Pengukur cahaya atau


lightmeter adalah sebuah
10 Lightmeter
alat yang berfungsi untuk
mengukur intensitas cahaya.

Ombrometer adalah alat

11 Ombrometer manual yang digunakan


mengukur hujan harian.

19
Solarimeter adalah alat yang
berfungsi untuk pengukur
12 Solarimeter
lama dan intensitas penyinaran
matahari

Termometer ruangan/
Termometer
dinding adalah alat ukur
12 Ruangan /
yang berfungsi mengukur
Dinding
suhu di dalam suatu
ruangan.

4.2 Pembahasan
Praktikum ini dengan topik “Pengenalan Peralatan Agroklimatologi” yang
dilaksanakan di Laboratorium Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa yang diarahkan langsung oleh asisten praktikum. Sebelum
dilaksanakannya praktikum ini asisten praktikum memberikan modul sebagai
bahan bacaan sebelum dilakukan pertemuan praktikum dan Pre-test lalu setiap
mahasiswa mempelajari mengenai peralatan Agroklimatologi secara individu dan
nantinya akan dijelaskan kembali pada saat pertemuan praktikum guna mahasiswa
dapat memahami lebih dalam materinya.
Agroklimatologi merupakan cabang klimatologi yang berkaitan dengan
kegiatan pertanian. Membahas pengaruh positif maupun negatif perilaku iklim
terhadap usaha pertanian. Sabaruddin (2014), menyatakan bahwa Agroklimatologi
atau klimatologi pertanian merupakan ilmu yang mengkaji tanggap organisme
terhadap lingkungan fisiknya yang lebih tertuju kearah pengambilan kebijakan
untuk pengembangan daerah pertanian. Menurut Muldawati (2013), klimatologi
bagi pertanian dimanfaatkan sebagai perhitungan kondisi udara atau digunakan

20
sebagai tolok ukur untuk menentukan kondisi udara dalam suatu kurun waktu
mendatang dalam periode lebih bulanan, musiman dan tahunan apakah akan
berlebihan atau diatas normal dari harga rata-rata yang baku. Produksi di bidang
pertanian sangat tergantung pada faktor utama yaitu keadaan tanah, keadaan
tanaman, iklim dan kecerdasan petani. Hasil panen beberapa petani juga hanya
bergantung pada keadaan curah hujan, hal ini dapat menyebabkakan hasil panen
hortikultura, palawija, dan lainnya menjadi kurang memuaskan. Untuk itu dengan
mempelajari klimatologi pertanian mampu membantu petani untuk menentukan
kondisi udara waktu tertentu. Tujuannya untuk menempatkan potensi intensifikasi
dan ekstensifikasinya, Mengetahui dan menyusun strategi kebijakan pengelolaan
usaha tani seperti seleksi kultivar pada iklim yang sesuai, kondisi iklim suatu
wilayah untuk pengembangan tanaman tertentu, pengaturan pola tanam dan
wilayah komoditas pertanian. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai alat-alat
klimatologi pertanian, di bawah ini merupakan skema peralatan klimatologi:

Gambar 5. Skema Pengamatan Taman Alat Agroklimatologi

21
Keterangan:
1. Sangkar meteorologi 6. Penakar hujan otomatis,
2. Cup counter angin tinggi 2 m 7.Termometer tanah kedalaman
30cm
3. Termometer tanah kedalaman 100 8. Termometer minimum,
cm,
4. Penakar hujan 1 9. Termometer minimum rumput
5. Penakar hujan 2. 10. Pengukur lama penyinaran
matahari.
Peralatan agroklimatologi adalah alat yang menunjang keberlangsungan
jalannya staisun agroklimat. Alat yang digunakan pada agroklimatologi yaitu
termometer. Menurut Fadilah et al. (2020), Termometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur suhu (temperatur) ataupun perubahan suhu. Salah satu
jenis termometer adalah termometer ruang. Termometer ruang adalah termometer
yang berfungsi untuk mengukur suhu pada suatu ruangan, baik ruang
penyimpanan maupun suhu kamar. Pengukuran suhu ruang merupakan salah satu
bagian terpenting dalam berbagai bidang kehidupan. Adapun termometer yang
digunakan pada praktikum ini adalah Termometer alkohol, termometer biasa (air
raksa), termometer tanah dan termometer maximum-minimum.
Cara kerja termometer alkohol yaitu alat dipasang pada rumah kayu (shelter)
setinggi 1,2 m. Termometer alkohol berfungsi untuk mengukur suhu. Pada
termometer alkohol berwarna merah, tidak bisa diukur di suhu rendah tapi bisa
diukur di suhu yang lebih tinggi dan nama lainnya yaitu temo bola basah. Menurut
Prasojo et al. (2020), bahwa termometer alkohol memiliki kelebihan yakni
sebagai alternatif termometer raksa, hanya saja termometer alkohol dapat
membasahi dinding sehingga menyulitkan dalam pengamatan angka yang
ditunjukan termometer. Sedangkan kelebihan termometer raksa adalah tidak
membasahi dinding sehingga memudahkan pengamatan. Akan tetapi
kekurangannya adalah dari segi harga yang cukup mahal dan komposisi bahan
yang beracun yakni raksa karena merupakan salah satu logam berat. Untuk

22
pembagian skala sendiri dalam alat ini yaitu dalam bentuk derajat celcius berkisar
dari 0°C sampai 100°C.
Termometer biasa (raksa) adalah termometer yang mengukur suhu dari naik
turunnya suatu zat cair dan perubahannya pada sensor logam pada tabung
termometer. Menurut Hendayani (2011), termometer ini biasa disebut termometer
bola kering dan dipasang bersama dengan termometer bola basah, karena
termometer biasa tidak terpengaruh oleh sinar matahari langsung atau radiasi dari
bumi. Pembacaan suhu diperoleh dalam derajat Celcius (℃) dengan termometer
bola kering dan termometer bola basah membaca kelembaban dalam persentase
(Sunitra, 2011).
Termometer tanah merupakan termometer yang digunakan untuk mengukur
suhu tanah. Menurut Gusniawati (2012), Penempatan termometer tanah harus
terhindar dari sinar matahari langsung dan gangguan internal tanah. Kedalaman
tanah yang diukur meliputi kedalaman tanah 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50
cm, dan 100 cm. Terdapat dua jenis termometer tanah yaitu, termometer tanah
gundul yang digunakan untuk mengukur suhu tanah yang tidak ditumbuhi
vegetasi dan termometer vegetasi untuk mengukur suhu tanah yang ditumbuhi
oleh vegetasi. Cara penggunaan Termometer tanah yaitu ditanam pada tanah
dengan kedalaman yang berbedah beda pada kemiringan 45°. termometer tanah
berasal dari kalor tanah. Bagian- bagian alat termometer tanah berbentuk
bengkok. Suhu dan kelembaban tanah dapat menentukan kondisi cuaca pada suatu
daerah. Kemudian tanah dikembalikan seperti semula, strukturnya sesuai dengan
yang asli.
Termometer maksimum-minimum berfungsi untuk mengukur temperatur
maksimum dan minimum. Cara penggunaannya adalah dengan menempatkan
termometer maksimum di posisi atas dan termometer minimum di posisi bawah
pada suatu tempat. Termometer akan menunjukan suhu maksimum dan minimum
sesuai posisi yang telah disesuaikan. Termometer maksimum adalah termometer
yang digunakan untuk mengukur suhu udara tertinggi yang terjadi pada periode
24 jam dan data yang dihasilkan adalah dalam satuan °𝐶. Termometer air raksa
ini memiliki pipa kapiler kecil didekat tabung air raksanya. Ciri khasnya adalah
terdapat penyempitan pada pipa kapiler di dekat resevoir. Termometer minimum

23
ialah atermometer yang digunakan untuk mengukur suhu terendah yang terhadi
dalam periode waktu 24 jam data yang dihasilkan adalah dalam satuan °𝐶. Prinsip
kerja termometer minimum adalah dengan menggunakan sebuah penghalang
(indeks) pada pipa alkohol. Ketika suhu menurun menyebabkan indeks ikut
tertarik kebawah dan ketika suhu meningkat maka indeks akan tetap pada posisi
tetap di bawah (Hendayana, 2011). Cara pengamatan termometer maksimum-
minimum yaitu dibaca pada ujung bawag index. Index bagian kanan menunjukkan
suhu maksimum dan indeks bagian kiri menunjukkan suhu minimum. Untuk
termometer maksimum-minimum diamati setiap jam 16.00.
Digital sling psycrometer berfungsi untuk menghitung tingkat kelembaban
udara. Cara penggunaannya adalah dengan meletakan alat pada udara, lalu logam
detektor jangan sampai tersentuh tangan karena dapat merubah nilai kelembaban.
Setelah itu tekan tombol power agar alat hidup, maka secara otomatis alat ini akan
menunjukan tingkat kelembaban udara saat itu juga. Satuan pengukuran
kelembaban adalah gram per meter kubik (g/m3). Sedangkan Selain kedua alat
tersebut sling psycrometer juga berfungsi untuk menghitung tingkat kelembaban
udara suatu daerah. Kekurangan alat ini adalah tidak akurat dalam
perhitungannya. Kelebihan psikrometer tipe sling ini adalah ketelitiannya cukup
tinggi jika dibandingkan psikometer lain dan mudah dioperasikan karena relatif
sederhana. Kekurangan alat ini, yaitu perhitungannya agak rumit karena harus
menghitung temperatur pada termometer bola basah (TBB) dan termometer bola
kering (TBK) dulu dan pengukuran tidak optimal karena mendapat pengaruh dari
pengamat/ pengukur ketika mengoperasikan alat ini. Cara penggunaannya adalah
dengan memutar alat ini sebanyak 33 kali sampai indikator kelembaban
menunjukan angka. Alat ini juga dapat menghitung suhu dan ketelitian alat ini
yaitu 0,2 °C.
Hand anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan angin dengan cara
alat dipasang pada ketinggiian 1m, 2m, 3m, dan 8m, pemasangan pada tempat
terbuka, jarak benda yang terdekat minimum 10 kali dari tinggi benda tersebut.
Menurut Hakim (2012), hand anemometer merupakan alat pengukur kecepatan
angin sesaat yang bersifat portabel. Alat ini dilengkapi dengan skala Beaufort,
yaitu skala kasar kecepatan angin sesaat yang dapat diduga dari gejala alam. Alat

24
ini memiliki kelebihan-kelebihan, yaitu mudah dibawa karena bersifat portable,
mudah diamati, ketelitian alatnya tinggi, dan hasil perhitungan mudah didapat.
Kekurangannya adalah hanya dapat mengukur kecepatan angin sesaat. Menurut
Azwar (2013), selain digunakan untuk mengukur kecepatan angin, anemometer
juga dapat digunakan untuk mengukur besarnya tekanan angin. Angin bisa terjadi
disebabkan perubahan tekanan udara. Pola tekanan udara di seluruh bumi
mengakibatkan pola angin permukaan horizontal karena udara bergerak dari
daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan yang rendah. Seandainya bumi
tidak berputar, angin akan bergerak dalam jalur yang lurus, tetapi karena bumi
berputar, angin berbelok arah. Cara menggunakan hand anemometer ini adalah
dengan mencari arah angin berhembus, selanjutnya tekan tombol power untuk
menghidupkan, maka secara otomatis anemometer akan hidup. Arahkan kipas
anemometer pada angin, maka secara otomatis alat akan menunjukan kecepatan
angin beserta suhu dan kelembabannya satuan pengukuran yang digunakan adalah
meter per second (m/s).
Hygrograf adalah alat yang dapat mengukur tingkat kelembaban sama halnya
seperti digital sling psycrometer. Perbedaannya adalah terletak pada cara
penggunaannya. Cara penggunaan hygrograf adalah dengan meletakan alat
tersebut di suatu tempat maka alat akan secara langsung akan menunjukan tingkat
kelembaban. untuk ketelitian alat ini sendiri yaitu 5°C. Selian Hygrograf ada alat
lain yaitu Termohygrograf merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur suhu
dan kelembaban (Falahnsia, 2013). Satuan yang digunakan adalah, satuan
kelmbaban adalah % Termohygrograf merupakan kombinasi dari termograf dan
hygrograf yang menggunakan selembar pias dengan dua skala. Pada alat ini
terdapat dua sensor yaitu sensor bimetal dan sensor rambut. Alat ini mencatat
otomatis temperatur dan kelembaban sebagai fungsi waktu selama 24 jam.
Sebelum dipakai, Termohygrograf harus dikalibrasi terlebih dahulu. Alat ini harus
ditempatkan dalam sangkar apabila dipakai untuk mengukur atmosfer. Cara kerja
dari Termohygrograf dengan mencatat otomatis temperatur dan kelembaban
sesuai fungsi waktu.
Lightmeter adalah alat berfungsi untuk mengukur tingkat intensitas cahaya
matahari yang masuk. Prinsip alat ini adalah menggunakan sensor kaca yang

25
sangat sensitif untuk mendeteksi cahaya. Cara penggunaan lightmeter ini adalah
dengan mengarahkan sensor pada arah datangnya cahaya lalu tekan tombol power
pada alat, maka alat akan menunjukan angka tingkat intensitas cahaya. Satuan
pengukuran yang digunakan pada banyaknya cahaya yang masuk adalah lux.
Ombrometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan
manual di area tertentu. Untuk menggunakan alat ini, pegang dengan tegak dan
dalam posisi yang kuat. Air hujan dituangkan ke dalam alat dan diukur setiap pagi
pukul 07.00 dengan membuka kran yang terdapat pada gelas ukur. Menurut
Kurniawan (2020), bahwa pengamatan ombrometer dilakukan setiap pagi, karena
hujan kemungkinan besar terjadi pada malam hari saat suhu global mendingin.
Pada ombrometer terdapat corong atau mulut penampang air hujan dengan
permukaan horizontal. Bagian dasar corong ini terdiri dari pipa sempit yang
menjulur ke dalam tabung kolektor dan dilengkapi dengan kran. Jika jumlah air
penuh kran dibuka kemudian air dapat diukur di gelas ukur. Pada pembagian skala
alat pengukur hujan manual ini adalah mm. Alat ini diamati pada 3 jam sekali
dengan cara mengamati kertas grafik yang dipasang pada silinder berputar secara
otomatis lalu pada kertas grafik dilakukan pergantian seminggu sekali, dalam
kertas grafik inilah curah hujan dan terjadinya curah hujan dapat dibaca. Alat
pengukur hujan manual ini dipasang di atas permukaan tanah dengan ketinggian
corong 40 cm.
Termometer Ruangan/Dinding berfungsi untuk mengukur temperatur di
ruangan tertentu. Cara penggunaannya menurut pendapat yang dikemukakan oleh
Fadilah, (2020) adalah dengan menempatkanya di suatu ruangan pada dinding.
Setelah itu pengamatan dilakukan dengan melihat angka dan garis yang ada pada
termometer apabila terjadi perubahan suhu, maka termometer akan menunjukan
angka yang merupakan nilai temperatur ruangan tersebut.

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu klimatologi bagi pertanian
dimanfaatkan sebagai perhitungan kondisi udara atau digunakan sebagai tolok
ukur untuk menentukan kondisi udara dalam suatu kurun waktu mendatang dalam
periode lebih bulanan, musiman dan tahunan apakah akan berlebihan atau diatas
normal dari harga rata-rata yang baku. Sebagai tahap awal dalam mempelajari
ilmu klimatologi pertanian, perlu diketahui bagaimana fungsi dan peran dari alat
alat tersebut. Peralatan agroklimatologi yang dibahas dalam praktikum ini yaitu
alat pengukur suhu udara/ suhu tanah, alat pengukur hujan, alat pengukur
kelembaban udara, alat pengukur lama dan intensitas penyinaran matahari, alat
pengukur kecepatan angin, dan alat pengukur penguapan. Alat-alat klimatologi
berperan penting dalam bidang pertanian. Alat tersebut diantaranya termometer
alkohol, termometer biasa (air raksa), termometer maksimum-minimum,
termometer tanah, termograf, ombrometer, Solarimeter type Campbell Stokes
(lama penyinaran), lightmeter, sling psychometer, termohygrograf, hygrograf,
digital sling psychometer, hand anemometer.

5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini yaitu pelajari lebih lanjut bagaimana fungsi
dan cara penggunaan peralatan Agroklimatologi agar dapat digunakan
sebagaimana fungsinya dengan begitu akan meminimalisir kesalahan dalam
penggunaan peralatan yang digunakan. Selain itu, praktikan diharapkan lebih
memperluas literatur dan juga fokus memperhatikan penjelasan yang diberikan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Aminah. 2020. Agroklimatologi Hubungan Iklim dengan Tanaman. Makassar:


Universitas Muslim Indonesia Press.
Azwar, T., dan Kholiq, A. 2013. Anemometer Digital Berbasis Mikrokontroler
Atmega-16. Jurnal Inovasi Fisika Indonesia. Vol. 2, (3): 41-45.
Bayong, T., H., K. 2004. Iklim Dan Lingkungan. Bandung: PT Cendikia Jaya
Utama.
Budiyanto, G. 2016. Panduan Praktikum Klimatologi Pertanian. Lab Ilmu Tanah
dan Nutrisi Tanaman, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Press.
Caraka, R., E., Yasin, H., dan Suparti. 2015. Pemodelan Tinggi Pasang Air Laut
di Kota Semarang Dengan Menggunakan Maximal Overlap Discrete
Wavelet Transform (MODWT). Jurnal Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika. Vol. 2, (2): 104-114.
Fadilah, Hesti dan Helma. 2020. Penaksiran Suhu Ruangan Termometer dengan
Menggunakan Inverse Regression. Jurnal UNP Matematika. Vol. 3, (1):
28-32.
Falahnsia, A., R., dan T. Hariyanto. 2013. Pemanfaatan Citra Landsat 7 ETM+
untuk Menganalisa Kelembaban Hutan Berdasarkan Nilai Indeks
Kekeringan (Studi Kasus: Hutan KPH Banyuwangi Utara). Jurnal Teknik
Pomits. Vol. X, (X).
Gusniwati, M., P. 2012. Penuntun Praktikum Instrumentasi Klimatologi. Jambi:
Universitas Jambi Press.
Hakim, A., R., Litasari, dan Djuniadi. 2012. Alat Ukur Kecepatan dan Arah Angin
Berbasis Komputer. Jurnal Teknik Elektro Vol. 1, (1): 30-37.
Hendayana. 2011. Alat-alat Klimatologi Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kartasapoetra, A., G., 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan
Tanaman. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kurniawan, A. 2021. Mengenal Iklim Subtropis.
https://www.merdeka.com/jabar/mengenal-iklim-subtropis-dan-
perbedaannya-dengan-iklim-tropis-kln.html. Diakses pada hari Minggu
Tanggal 2 Oktober 2022.

28
Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Miftahudin. 2016. Analisis Unsur-unsur Cuaca dan Iklim Melalui Uji Mann-
Kendall Multivariat. Jurnal Matematika, Statistika dan Komputasi. Vol.
13, (1): 26-28.
Muldawati. 2013. Prediksi Curah Hujan Daerah Sicingin dengan Metode Arima.
Padang: Universitas Andalas Press.
Nurahayati. 2001. Paket Modul Training of Trainer ( TOT ) Sekolah Lapang
Iklim. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Jakarta.
Priyahita, F., W., Sugianti, N., dan Aliah, H. 2016. Analisis Taman Alat Cuaca
Kota Bandung dan Sumedang Menggunakan Satelit Terra Berbasis
Python. Alhazen Journal of Physics Vol. 2, (2): 28-37.
Purba, L., I., Arsi, Armus, Purba, R., A., S., R., F., Amartani, K., Saidah, W., Y.,
H., dan Setyawan, M., B. 2021. Agroklimatologi. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Sabaruddin, L. 2014. Agroklimatologi Aspek-Aspek Klimatik untuk Sistem
Budidaya Tanaman. Bandung: Alfa Beta.
Sholeh, M., F. 2011. Klimatologi dan Geofisika. Jakarta. PT. Gramedia
Tjasjono, B. 2004. Klimatologi. Bandung: ITB Press.
Winarno, W., D., Harianto, S., P., Santoso, T. 2019. Klimatologi Pertanian.
Bandar Lampung: Pusaka Media.
Winarso, P., A. 2003. Pengelolaan Bencana Cuaca dan Iklim untuk Masa
Mendatang. KLH. Indonesia.

29
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan praktikum

Penjelasan materi, pengenalan alat dan sesi tanya jawab

Lampiran 2. Peralatan agroklimatologi

Termometer Alkohol Termometer Biasa Termometer Maksimum-


(raksa) Minimum

Termometer Tanah Termometer Ombrometer


Ruang/Dinding

Psycrometer Digital Sling Termohygrograf


Psycrometer

30
Hygrograf Solarimeter Lightmeter

Hygrograf Hand Anemometer

31

Anda mungkin juga menyukai