Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein memegang peranan penting atau komponen utama sel hewan atau
manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein
yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam
pembentukan dan pertumbuhan tubuh. Dalam kehidupan kita, protein
memegang peranan yang penting pula. Suatu protein berfungsi sebagai
biokatalis, pengganti sel-sel yang rusak atau tua, sebagai zat pembangun dan
lain-lain.
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan ataupun
tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan biasa disebut dengan protein
hewani sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati.
Beberapa makanan yang berfungsi sebagai sumber protein adalah daging,
telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, buah-buahan, dan
lain-lain.
Salah satu sumber protein yang di akan diuji dalam laboratorium adalah
albumin atau putih telur. Telur merupakan bahan makanan yang umum
dikonsumsi oleh masyarakat yang memiliki kadar protein yang cukup tinggi.
Selain itu putih telur memiliki fungsi yang cukup penting diketahui oleh
masyarakat yaitu sebagai antidotum atau penawar racun apabila orang
keracunan logam berat.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari beberapa reaksi uji terhadap protein.
2. Mengetahui pengaruh logam berat dan alkohol terhadap sifat protein.
3. Mengetahui sifat kelarutan dan denaturasi pada uji protein.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Protein
Protein merupakan salah satu senyawa yang berupa makromolekul, yang
terdapat dalam setiap organisme, dengan karasteristik yang berbeda-beda.
Makluk hidup akan selalu memerlukan protein untuk kehidupannya. Protein
sendiri dibedakan dalam berbagai kelompok yang sering disesuaikan dengan
fungsinya untuk kepentingan organisme yang bersangkutan (Linder, 1992).
Protein yang ditemukan kadang-kadang berkonjungasi dengan
makromolekul atau mikromolekul seperti lipid, polisakarida dan mungkin
fosfat. Protein terkonjugasi yang dikenal antara lain nukleoproteirn,
fosfoprotein, metaloprotein, lipoprotein, flavoprotein dan glikoprotein.
Protein yang diperlukan organisme dapat diklasifikasikan menjadi dua
golongan utama, ialah pertama; protein sederhana, yaitu protein yang apabila
terhidrolisis hanya menghasilkan asam amino; dan kedua protein
terkonjugasi, yaitu protein yang dalam hidrolisis tidak hanya menghasilkan
asam amino, tetapi menghasilkan juga komponen organik ataupun komponen
anorganik, yang disebut "gugus prosthetic" (Sumarno dkk, 2002).
Protein adalah zat makanan yang mengandung nitrogen yang merupakan
faktor penting untuk fungsi tubuh. Di dalam sebagian besar jaringan tubuh,
protein merupakan komponen terbesar setelah air. Diperkirakan sekitar 50 %
berat kering sel dalam jaringan hati dan daging, berupa protein. Fungsi utama
mengkonsumsi protein adalah untuk memenuhi kebutuhan nitrogen dan asam
amino, untuk sintesis protein tubuh dan substansi lain yang mengandung
nitrogen. Defisiensi protein dapat mengakibatkan terganggunya proses
metabolisme tubuh, serta dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap suatu
penyakit (Bakhtra dkk, 2016).
Protein merupakan komponen makro molekul utama yang dibutuhkan
makhluk hidup. Fungsi protein lebih diutamakan untuk sintesis protein-
protein baru sesuai kebutuhan tubuh, sementara karbohidrat dan lipid

2
digunakan untuk menjamin ketertersediaan energi untuk tubuh (Susanti dan
Hidayat, 2016).
Protein merupakan zat gizi yang paling penting bagi tubuh, karena selain
sebagai sumber energi, protein berfungsi juga sebagai zat pembangun tubuh
dan zat pengatur didalam tubuh. Selain zat pembangun, fungsi utama protein
bagi tubuh adalah membentuk jaringan baru (misalnya membentuk janin pada
masa kehamilan seorang ibu atau jaringan baru pada proses pertumbuhan
anak), dan juga pemelihara jaringan yang telah ada atau mengganti bagian-
bagian yang telah aus. Protein dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
protein nabati dan protein hewani. Sumber protein nabati berasal dari hasil
tanaman (beras, gandu, jagung, sayuran, dan buah-buahan). Dan sumber
protein hewani terdapat pada daging (sapi, kambing, kerbau, dan ayam), telur
(ayam dan bebek), susu (terutama susu sapi), dan hasil-hasil perikanan (ikan,
teripang, udang, kerang, dan lain-lain).Protein hewani disebut sebagai protein
yang lengkap dan bermutu tinggi, karena mempunyai kandungan asam-asam
amino esensial yang lengkap yang susunannya mendekati apa yang
diperlukan oleh tubuh, serta daya cernanya tinggi sehingga jumlah yang
diserap (dapat digunakan oleh tubuh) juga tinggi (Kunsah, 2017).

2.2 Reaksi-Reaksi untuk Mengidentifikasi dan Protein


Reaksi-reaksi untuk mengedintifikasi protein diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Uji Biuret
Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada
pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana
basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang
menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet.
Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif
untuk asam amino bebas atau dipeptida. Semua asam amino, atau peptida
yang mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin
membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan
hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning (Sudarmaji, 1989).

3
Uji ini digunakan untuk menguji adanya ikatan peptida. Larutan Biuret
terdiri atas NaCl dan larutan protein jika ditambah pereaksi Biuret maka akan
terbentuk warna merah muda sampai violet (Sumardjo,1998).
2. Reaksi Hopkins-Cole
Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan
asam kuat dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang
mengandung triptofan dapat direasikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang
mengandung asam glioksilat.. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-
Cole, asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di
bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada
batas antara kedua lapisan. Reaksi Hopkins-Cole memberi hasil positif khas
untuk gugus indol dalam protein (Poedjiadi,1994).
Uji Hopkins-Cole digunakan untuk menunjukan inti indol asam
aminotriptofan yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu
pada sampel percobaan. Jadi reaksi Hopkins-Cole merupakan cara untuk
menguji keberadaan Asam amino tryptofan pada bahan makanan. Pereaksi
Hopkins Cole mengandung asam glioksilat (HgSO 4). Prinsip uji Hopkins-
Cole adalah kondensasi inti indol dengan aldehid dimana jika terdapat asam
kuat yang menyebabkan terbentuknya cincin ungu pada bidang batas. Reaksi
tersebut hanya akan berhasil jika ada oksidator kuat, seperti senyawa H 2SO4
yang digunakan pada percobaan ini. Fungsi penambahan asam sulfat ini
adalah sebagai oksidator agar terbentuk cincin ungu pada larutan sampel
(Poedjiadi, 1994).
3. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan
protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi
kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti
benzena yang terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif jika
mengandung tirosin, fenil alanin dan triptofan (Poedjiadi, 1994).
4. Uji Ninhidrin
Uji umum untuk protein dan asam amino. Ninhidrin dapat mengubah
asam amino menjadi suatu aldehida. Ninhidrin dilakukan dengan

4
menambahkan beberapa tetes larutan ninhidrin yang terlihat tidak warna
kedalam sampel, kemudian dipanaskan beberapa menit. Adanya protein
ditandai dengan adanya perubahan warna ungu (Adnyana dkk, 2013).
5. Uji Millon
Pereaksi millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam
nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung
asam amino dengan rantai samping gugus fenolik akan menghasilkan
endapan putih yang akan berubah menjadi endapan merah oleh pemanasan.
Endapan putih yang diperoleh setelah penambahan reagen millon pada
sampel tersebut berasal dari endapan merkuri, dimana pada awalnya Hg yang
terlarut dalam HNO3 pekat teroksidasi menjadi ion Hg+ . Ion Hg+ ini
selanjutnya membentuk garam dengan gugus karboksil dari tirosin. Ketika
dipanaskan endapan putih tersebut menjadi endapan merah karena asam nitrat
yang semula berfungsi sebagai pelarut mengoksidasi Hg+ menjadi Hg2+ .
Bersamaan dengan hal itu tirosin ternitrasi,kemudian terjadi pembentukan
HgO yang berwarna merah (Derry, 2002).
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam
nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan
menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh
pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena
terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna
(Jalip, 2008).
6. Uji Benedict
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida
dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Pada uji Benedict,
pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam
gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa
bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton,
maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana
basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict (Lehninger,
1982).

5
7. Uji Belerang
Protein mengandung asam amino berinti benzen, jika ditambahkan asam
nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih yang dapat
berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk
dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya akan berubah menjadi
lebih tua atau jingga. Rekasi ini didasarkan pada uji nitrasi inti benzena yang
terdapat pada mulekul protein menjadi senyawa intro yang berwarna kuning
(Page, 1997).
8. Reaksi Sakaguci
Reaksi sakaguci dilakukan dengan menggunakan pereaksi nafol dan
natrium hipobromit. Pada dasarnya reaksi ini dapat memberi hasil positif
apabila ada gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung
arginin dapat menghasilkan warna merah (Poedjiadi, 1994).

2.3 Fungsi Protein


Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan
molekul lain seperti oksigen, mendukung secara mekanis sistem kekebalan
(imunitas) tubuh, menghasilkan pergerakan tubuh, sebagai transmitor gerakan
syaraf dan mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan. Analisa
elementer protein menghasilkan unsur-unsur C, H, N dan O dan sering juga
S. Disamping itu beberapa protein juga mengandung unsur-unsur lain,
terutama P, Fe, Zi dan Cu (Katili, 2009).
Fungsi protein ditentukan oleh konformasinya, atau pola lipatan tiga
dimensinya, yang merupakan pola dari rantai polipeptida. Beberapa protein,
seperti keratin rambut dan bulu, berupa serabut, dan tersusun membentuk
struktur linear atau struktur seperti lembaran dengan pola lipatan berulang
yang teratur. Protein lainnya seperti kebanyakan enzim, terlipat membentuk
konformasi globuler yang padat dan hampir menyerupai bentuk bola.
Konformasi akhir bergantung pada berbagai interaksi yang terjadi (Kuchel
dan Ralston, 2006 ).
Peran dan aktivitas protein dalam proses biologis antara lain sebagai
katalis enzimatik, bahwa hampir semua reaksi kimia dalam system biologi

6
dikatalis oleh makromolekul yang disebut enzim yang merupakan satu jenis
protein. Sebagian reaksi seperti hidrasi karbondioksida bersifat sederhana,
sedangkan reaksi lainnya seperti replikasi kromosom sangat rumit. Enzim
mempunyai daya katalitik yang besar, urnumya meningkatkan kecepatan
reaksi sampai jutaan kali. Peran lainnya dari protein dalam sistem biologi
adalah sebagai transport dan penyimpanan. Contohnya transport oksigen
dalam eritrosit oleh hemoglobin dan rnioglobin yakni sejenis protein yang
mentransport oksigen dalam otot. Selain itu terdapat beberapa jenis protein
lainnya seperti filament yang berfungsi dalam koordinasi gerak, protein
fibrosa yang berfungsi untuk menjaga ketegangan kulit dan tulang, protein
kolagen yang merupakan komponen serat utama dalam kulit, tulang, tendon,
tulang rawan dan gigi; antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan
dapat mengenal serta berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri
dan sel yang berasal dari organisme lain, membangkitkan dan menghantar
impuls sara£ Respons sel saraf terhadap rangsang spesifik diperantarai oleh
protein reseptor, misalnya rodopsin suatu protein yang sensitif terhadap
cahaya yang ditemukan pada sel batang retina. Protein reseptor yang dapat
dipicu oleh molekul kecil spesifik seperti asetilkolin yang berperan dalam
transmisi impuls saraf pada sinap yang menghubungkan sel-sel saraf dan
pengaturan perturnbuhan dan diferensiasi (Witarto, 2001).

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Protein ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada hari Jum’at, 22
Maret 2019 pukul 09.00 – 11.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada Praktikum Protein ini adalah tabung reaksi, rak
tabung reaksi, pipet tetes, erlenmeyer, hot plate dan stirrer.
Bahan yang digunakan pada Praktikum Protein ini adalah albumin, HgCl2
2%, Pb Asetat 5%, AgNO3 5% dan asam asetat.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada Praktikum Protein untuk Pengendapan oleh
Logam adalah sebagai berikut:
1. Satu tabung reaksi diisi sampel albumin sebanyak 3 ml.
2. Ke dalam tabung reaksi tersebut ditambahkan 5 tetes larutan HgCl 2 2%,
Pb Asetat 5% dan AgNO3 5%.
3. Tabung reaksi didiamkan hingga terlihat ada atau tidaknya endapan dalam
sampel pada tabung reaksi.
4. Hasil dicantumkan pada tabel.
Adapun cara kerja pada Praktikum Protein untuk Pengendapan oleh
Alkohol adalah sebagai berikut:
1. 3 buah tabung reaksi disiapkan, kemudian dibuat campuran sesuai tabel.
2. Diamati tabung mana yang menunjukkan protein tidak larut.
3. Ketiga tabung tersebut ditempatkan di dalam air mendidih selama 15
menit dan didinginkan pada temperature kamar.
4. Untuk tabung 1 dan 2 ditambahkan 10 ml buffer asetat pH 7,4 1 M dan
ditulis hasilnya sebelum dipanaskan, setelah dipanaskan dan setelah diberi
buffer asetat.

8
Adapun cara kerja pada Praktikum Protein untuk Denaturasi Protein
adalah sebagai berikut:
1. 3 buah tabung reaksi disiapkan, kemudian dibuat campuran sesuai tabel.
2. Ketiga tabung tersebut ditempatkan dalam air mendidih selama 15 menit
dan didinginkan pada temperature kamar.
3. Untuk tabung 1 dan 2 ditambahkan 10 ml buffer asetat pH 7,4 1 M dan
ditulis hasilnya sebelum dipanaskan dan setelah dipanaskan dan setelah
diberi buffer asetat.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Pengendapan dengan Logam

No. Bahan HgCl 2% AgNO3 5% Pb Asetat 5%

Terbentuk endapan Terbentuk endapan Terbentuk


1. Putih Telur
keruh keruh endapan putih

Tabel 2. Pengendapan dengan Alkohol

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3


No
Bahan Sebelu
. Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
m
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Putih
1. ada endapan ada endapan ada endapan
Telur
endapan putih endapan putih endapan keruh

Tabel 3. Denaturasi Protein

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3


No
Bahan Sebelu
. Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
m
Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Putih
1. ada endapan ada endapan ada endapan
Telur
endapan putih endapan putih endapan keruh

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, albumin diganti dengan putih telur. Albumin
dapat diganti dengan putih telur karena merupakan protein monomer yang
larut dalam air dan garam. Pada praktikum kali ini, dilakukan beberapa
percobaan yaitu percobaan pengendapan dengan logam berat, pengendapan
dengan alkohol dan denaturasi protein. Pengendapan dengan logam berat

10
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu protein dalam sampel. Pada
percobaan ini, logam berat adalah titik isoelektriknya. Protein akan berikatan
antar muatan membentuk lipatan ke dalam sehingga terjadi pengendapan
yang relatif cepat. Sedangkan pada titik isoelektrik protein akan kembali ke
kondisi semula. Menurut Ridwan (1990), pada pH di atas titik isoelektrik
protein bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik isoelektrik protein
bermuatan positif. Oleh karena itu, untuk mengendapkan protein dengan ion
logam diperlukan pH larutan di atas titik isoelektrik, sedangkan untuk
pengendapan protein dengan ion negatif memerlukan pH larutan di bawah
titik isoelektrik.
Pada percobaan pengendapan dengan logam ini, saat ditambahkan dengan
HgCl 2% terbentuk endapan keruh. Begitu pula saat ditambahkan dengan
AgNO3 5% terbentuk endapan keruh. Dan pada saat ditambahkan dengan Pb
asetat 5% terbentuk endapan putih. Namun pada praktikum tidak dilakukan
percobaan dengan Pb asetat 5% karena tidak ada pereaksi Pb asetat yang
dapat digunakan sebagai percobaan, sehingga data tersebut didapatkan dari
hasil praktikum kelas lain.
Untuk percobaan pengendapan oleh pereaksi alkanoid, pengendapan dapat
terjadi karena putih telur atau protein berikatan dengan gugus amin pada
protein yang bermuatan positif. Dimana gugus amin merupakan senyawa
organik berupa asam nitrat, kloroasetat dan lain-lain.
Pada percobaan pengendapan oleh garam netral dan alkohol bertujuan
untuk menguji adanya protein. Karena garam pekat dapat mengendapkan
albumin. Dan alkohol yang pekat dapat mengendapkan albumin juga.
Menurut Effendi (2003), protein dapat diendapkan dengan penambahan
alkohol. Pelarut organik akan mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika
dari air, sehingga kelarutan protein berkurang, dan juga karena alkohol akan
berkompetisi dengan protein terhadap air.
Pada percobaan pengendapan dengan alkohol, saat ditambahkan 10 ml
buffer asetat dan sebelum dipanaskan ketiga tabung menunjukkan tidak
terdapat endapan. Namun setelah ditambahkan 10 ml buffer asetat dan setelah

11
dipanaskan, ketiga tabung tersebut terdapat endapan. Pada tabung 1 terdapat
endapan keruh, dan pada tabung 2 dan 3 terdapat endapan putih.
Denaturasi protein merupakan hilangnya sifat-sifat struktur karena
berubahnya ikatan hidrogen. Faktor yang dapat mempengaruhi yaitu suhu
atau temperatur. Menurut Sirajuddin (2012), pada umumnya, protein sangat
peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan zat kimia, sehingga mudah
mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau modifikasi pada struktur
molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya denaturasi adalah panas, pH, tekanan, aliran listrik dan adanya
bahan kimia seperti urea, alkohol, atau sabun. Proses denaturasi kadang
berlangsung secara reversible, tetapi ada pula yang irreversible, tergantung
penyebabnya. Protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktifitas
biologis dan berkurangnya kelarutannya, sehingga mudah mengendap.
Pada proses denaturasi protein, diketahui pada ketiga tabung saat
ditambahkan 10 ml buffer asetat dan sebelum dipanaskan, tidak terdapat
endapan. Dan pada saat ketiga tabung ditambahkan 10 ml buffer asetat dan
setelah dipanaskan, terdapat endapan. Pada tabung 1 dan 2 terdapat endapan
putih. Dan pada tabung 3 terdapat endapan keruh.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Protein merupakan salah satu senyawa yang berupa makromolekul, yang
terdapat dalam setiap organisme, dengan karasteristik yang berbeda-beda.
Pada percobaan pengendapan dengan logam berat, saat ditambahkan dengan
HgCl 2% terbentuk endapan keruh. Pada saat ditambahkan AgNO3 5%
terbentuk endapan putih. Dan saat ditambahkan Pb asetat 5% terbentuk
endapan putih. Pada percobaan pengendapan oleh alkohol, saat ditambahkan
pereaksi dan sebelum dipanaskan, ketiga tabung tidak terbentuk endapan. Dan
pada saat ditambahkan pereaksi dan setelah dipanaskan, ketiga tabung
terbentuk endapan. Pada proses percobaan denaturasi protein, saat
ditambahkan pereaksi dan sebelum dipanaskan, ketiga tabung tidak terbentuk
endapan. Dan pada saat ditambahkan pereaksi dan setelah dipanaskan, ketiga
tabung menunjukkan terbentuknya endapan.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah praktikan harus teliti agar mendapat
hasil yang tepat. Dalam menggunakan alat dan bahan, praktikan juga harus
berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I. K, Setiawan F dan Insanu M. 2013. From Ethnopharmacology to


Clinical Study of Orthosiphon Stamineus Benth. Jurnal Internasional Ilmu
Farmasi dan Farmasi. Vol. 5. No. 3.
Bakhtra, Dwi Dinni Aulia, Rusdi dan Aisyah Mardiah. 2016. Penetapan Kadar
Protein dalam Telur Unggas Melalui Analisis Nitrogen Menggunakan Metode
Kjeldahl. Jurnal Farmasi Higea. Vol. 8. No. 2. Hal. 143-150.
Derry, S. 2002. Biokimia Umum. Bandung: Yudistira.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Jalip, I. S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jakarta: Laboratorium
Kimia, Fakultas Biologi Universitas Nasional.
Katili, A. S. 2009. Struktur dan Fungsi Protein Kolagen. Jurnal Pelangi Ilmu. Vol.
2. No. 5.
Kuchel, P dan Ralston, G. B. 2006. Scahum Easy Outlines Biokimia. Jakarta:
Erlangga.
Kunsah, Baterun. 2017. Analisa Kadar Protein pada Teripang (Holothuria argus)
terhadap Lama Perebusan. Jurnal Teknisi Laboratorium Medis
Muhammadiyah. Vol. 2. No. 1. Hal. 23-30.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Page, D. S. 1997. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, Ana. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ridwan, S. 1990. Kimia Organik. Jakarta: Binarupa Aksara.
Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Sudarmaji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Sumardjo, Damin. 1998. Kimia Kedokteran Undip. Semarang: Universitas
Diponegoro.

14
Susanti dan Hidayat. 2016. Profil Protein Susu dan Produk Olahannya. Jurnal
MIPA. Vol. 39. No. 2. Hal. 98-106.
Witarto, A. B. 2001. Protein Engineering: Perannya dalam Bioindustri dan
Prospeknya di Indonesia. Jakarta: Gramedia.

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai