LAPORAN PRAKTIKUM
PENGETAHUAN DAN ANALISIS BAHAN ALAMI
(Uji Indentifikasi dan Sifat Fisik Protein)
Oleh :
LABORATORIUM PEDCA 1
DAN LABORATORIUM UJI PANGAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan yang di dapat pada praktikum ini adalah:
1. Mengetahui sifat dan identifikasi fisik bahan hewani dari bahan segar dan
busuk.
2. Mengetahui sifat dan identifikasi beberapa jenis protein misal: albumin,
casein, gelatin dll.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Protein
Menurut Kurniati (2009) mengemukakan bahwa protein merupakan salah
satu jenis zat penting yang dibutuhkan oleh tubuh hewan maupun manusia. Sumber
protein ada dua macam yaitu dari tumbuh –tumbuhan ( protein nabati ) dan dari
hewan ( protein hewani ). Ditinjau dari asalnya protein ada dua macam yaitu protein
nabati dan protein hewani. Protein hewani berkualitas lebih baik karena susunan
asam amino esensialnya lebih berimbang, menurut Anggorodi, 1979 (dalam jurnal
Kurniati, 2009). Protein nabati mengandung lisin dan metionin yang rendah,
kualitasnya dapat diperbaiki dengan menambahkan protein hewani, lisin, dan
metionin sintesis atau mengkombinasikannya dengan biji-bijian maupun padi-
padian, menurut Meynard dan Loosli, 1978 (dalam jurnal kurniati, 2009).
Protein ialah salah satu senyawa biologis yang tersusun atas satuan asam
amino. Protein mengandung senyawa organik dengan susunan molekul yang
kompleks dan terdiri dari unsur-unsur C, H, N, O dan beberapa protein mengandung
S dan P, menurut Othmer, 1978 (dalam jurnal kurniati, 2009). Protein dapat
digolongkan menurut :
2.1.1 Struktur susunan molekul protein
1. Protein fibriler, yaitu protein berbentuk serabut atau serat. Protein fibriler
berguna untuk membentuk struktur bahan jaringan (kulit, otot, dan
pembuluh darah). Contoh : kolagen, keratin, fibrin, dan miosin.
2. Protein Globuler, yaitu protein yang berbentuk bola, terdapat pada bahan
pangan seperti susu, telur, dan daging. Larut dalam larutan garam dan asam
encer.
2.1.2 Kelarutannya
Berdasarkan kelarutannya protein digolongkan dalam beberapa macam
yaitu : Albumin, Globulin, Glutelin, Gliadin (Prolamin), Histon, Protamin, menurut
Aisjah Girindra, 1990 (dalam jurnal kurniati, 2009).
1. Albumin
Albumin larut dalam air dan mengendap dalam larutan garam
berkonsentrasi tinggi melalui proses yang disebut penggaraman atau salting
out. Contoh : Albumin telur dan Albumin serum.
2. Globulin
Globulin tidak larut dalam air, tidak larut dalam garam encer, juga tidak
larut dalam garam pekat dengan kejenuhan 30 – 50 %. Contoh : globulin
serum dan globulin telur.
3. Glutelin
Tidak larut dalam larutan netral, tetapi larut dalam asam atau basa encer.
Contoh: glutelin dalam gandum, orizenin dalam beras
4. Prolamin (Gliadin)
Larut dalam alkohol 70-80 %, tidak larut dalam air maupun alkohol absolute
(100 %). Contoh : gliadin dalam gandum, zein dalam jagung.
5. Histon
Larut dalam air dan tidak larut dalam amoniak encer. Dapat mengendap
dalam pelarut protein lain. Contoh : globin dalam hemoglobin.
6. Protamin
Dibanding dengan protein lain, protamin relatif mempunyai bobot molekul
rendah. Protamin larut dalam air dan bersifat basa. Didalam sperma ikan,
disebut nukleoprotamin. Contoh : Salmin.
2.1.3 Protein konjugasi / Protein majemuk
Protein yang mengandung senyawa bukan protein, disebut protein
konjugasi atau protein majemuk. Sedangkan protein yang tidak mengandung
senyawa non protein disebut protein sederhana. Contoh : Nukleoprotein
bersenyawa dengan asam nukleat.
2.1.4 Tingkat degradasi
Degradasi merupakan tingkat permulaan denaturasi. Menurut tingkat
degradasinya, protein dapat dibedakan:
1. Protein alami, adalah protein dalam keadaan protein seperti dalam sel.
2. Turunan protein, merupakan hasil degradasi protein pada tingkat
permulaan denaturasi.Tingkat denaturasi dapat dibedakan sebagai :
Protein primer, merupakan hasil hidrolisa yang ringan. Misal :
protean dan metaprotein.
Protein sekunder, merupakan hasil hidrolisa yang berat.Misal :
peptide
3.1 Alat
1. Erlen meyer 5. Pipet tetes
2. Tabung reaksi 6. Pisau
3. Penganas 7. Alat-alat gelas
4. Pipet
3.2 Bahan
1. AgNO3 9. Formalin
2. Albumin 10. Gelatin
3. Casein 11. H2SO4
4. CuSO4 12. HCl
5. Daging ayam 13. HNO3
6. Daging sapi 14. Ikan
7. Etanol 15. NaOH
8. FeCl3 16. Telur
3.3 Prosedur
1.1.1 Prosedur Uji Penampakan Fisik Daging, Ikan dan Telur
Sampel diamati sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
1.1.2 Prosedur Reaksi Warna Biuret Untuk Protein
1. Bahan dimasukkan ke dalam 1 ml larutan albumin dalam tabung reaksi yang
ditambahkan 1 mL larutan NaOH 1 %.
2. Ditambahkan tetes larutan CuSO4 1 %.
3. Bahan diamati dan warna yang terbentuk dicatat serta reaksi kimianya juga
dituliskan.
1.1.3 Prosedur Pengaruh Alkohol
1. Ditambahkan 10 mL alkohol 95% pada 2 ml larutan albumin 2%.
2. Larutan dikocok baik-baik, apakah terdapat endapan didalamnya?
3. Kelarutan endapan dengan air diuji.
1.1.4 Prosedur Prosedur Koagulasi Protein
1. Sedikit tepung albumin dimasukkan ke dalam dua buah tabung reaksi.
2. Ditambahkan 5 mL air ke dalam tabung reaksi pertama.
3. Kemudian ditempatkan kedua tabung reaksi tersebut ke dalam air
mendidih selama 10 menit sambil dikocok sewaktu-waktu.
4. 5 ml air ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi albumin kering.
5. Kedua tabung dikocok dan dilakukan penyaringan.
6. Diuji filtrat terhadap adanya protein berdasarkan hasil pengujian tersebut,
apakah air diperlukan dalam proses koagulasi?
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat pada praktikum ini adalah:
1. Reaksi biuret untuk protein yang menghasilkan warna ungu menunjukkan
adanya ikatan peptida dalam bahan tersebut.
6.2 Saran
Saran yang di dapat pada praktikum ini adalah:
1. Alat laboratorium di sediakan lebih banyak (cukup untuk setiap kelompok).
2. Ruangan laboratorium diperbaiki lagi fungsi-fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M., Wresdiyati, T., Saragih, A. M., Pertanian, F. T., Anatomi, D., &
Hewan, F. K. (2015). Evaluasi Mutu Protein Tepung Tempe dan Tepung
Kedelai Rebus Pada Tikus Percobaan, 2(1), 11–17.
Gorontalo, U. N., Jend, J., & No, S. (2011). Pengaruh penggunaan tongkol jagung
dalam, 35(3), 173–181.
Katili, A. S. (2009). Struktur Dan Fungsi Protein Kolagen, 2(5).
Kuncoro, A., Sudaryono, A., Sujangka, A., Setyabudi, H., Genting, D. G., Barat, K.
S., & Barat, K. L. (2013). Pengaruh Pemberian Pakan Buatan dengan Sumber
Protein yang Berbeda Terhadap Efisiensi Pakan , Laju Pertumbuhan ,2, 56–
63.
Kurniati, E. (2001). PEMBUATAN KONSENTRAT PROTEIN DARI BIJI KECIPIR
DENGAN PENAMBAHAN HCl Elly Kurniati Teknik Kimia, FTI UPN
“Veteran” Jatim, 115–122.
Novia, D., Melia, S., & Ayuza, N. Z. (2011). Kajian suhu pengovenan terhadap
kadar protein dan nilai organoleptik telur asin, 8(2), 70–76.
Setiawan, N. (2006). Perkembangan Konsumsi Protein Hewani di Indonesia :
Analisis Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional 2002-2005 ( The Trend of
Animal Protein Consumption in Indonesia : Data Analysis of 2002-2005
National Socio Economic Survey ), 6(1), 68–74.
Subagio, A. (2010). Strategi Pencapaian Swasembada Kedelai dengan
Pengembangan Sumber Protein Nabati Alternatif, 19(2), 127–134.
Lampiran