Anda di halaman 1dari 35

Konsep Dasar Protein

A. Definisi
Protein merupakan senyawa polimer organik yang berasal dari monomer asam
amino yang mempunyai ikatan peptida. Istilah protein berasal dari bahasa Yunani
“protos” yang memiliki arti “yang paling utama”.
Protein memiliki peran yang sangat penting pada fungsi dan struktur seluruh sel
makhluk hidup. Hal ini dikarenakan molekul protein memiliki kandungan oksigen,
karbon, nitrogen, hydrogen, dan sulfur. Sebagian protein juga menagndung fosfor.
Protein
pertama kali ditemukan pada tahun 1838 oleh Jöns Jakob Berzelius. Protein adalah
salah satu biomolekul raksasa yang berperan sebagai komponen utama penyusun
makhluk hidup. Protein membawa kode-kode genetik berupa DNA dan RNA.
Beberapa makanan yang dapat menjadi sumber protein adalah: daging, telur, ikan,
susu, biji-bijian, kentang, kacang, dan polong-polongan.
Seorang Biokimiawan USA dan juga Profesor untuk biokimia di Yale bernama
Thomas Osborne Lafayete Mendel pernah melakukan percobaan protein kepada kelinci
pada tahun 1914. Sekelompok kelinci diberi makanan protein hewani. Kelompok lain
diberi makanan protein nabati. Hasil dari eksperimen ini adalah kelinci yang diberi
protein hewani beratnya bertambah lebih cepat daripada kelinci yang diberi makanan
berprotein nabati.
Studi yang lain dilakukan oleh seorang peneliti bernama McCay dari Universitas
Berkeley. Percobaan yang dilakukannya menunjukan bahwa kelinci yang diberi
makanan protein nabati dapat hidup lebih sehat dan hidup dua kali lebih lama dari
yang lain.

B. Gambaran Umum Protein


Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh
sesudah air. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah,
matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein. Protein mempunyai fungsi khas
yang tidak dapat tergantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-
sel dan jaringan tubuh. Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan
diserap oleh usus dalam bentuk asam amino (Sunita Almatsier, 2002).
F. G. Winarno (2002) menjelaskan bahwa protein dalam tubuh manusia, terutama
dalam sel jaringan, bertindak sebagai bahan membran sel, dapat membentuk jaringan
pengikat misalnya kolagen dan elastin yang merupakan bahan untuk menutup atau
menyembuhkan luka, serta membentuk rambut dan kuku. Disamping itu, protein
dapat bekerja sebagai enzim, bertindak sebagai plasma (albumin), membentuk antibodi,
membentuk kompleks dengan molekul lain, serta dapat bertindak sebagai bagian sel
yang bergerak (protein otot).
Protein berperan sebagai zat pengatur proses metabolisme tubuh dengan cara
mengatur keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh darah, yang berperan
paling banyak dalam proses tersebut adalah protein plasma yaitu albumin. Albumin
mampu mengangkut molekul-molekul kecil melewati plasma dan cairan ekstra sel,
serta memberikan tekanan osmotik di dalam kapiler (Montgomery, 1993). Selain itu,
albumin dan protein serum lain berperan dalam membawa bahan kimiawi tertentu,
termasuk obat-obatan, dan berbagai materi yang tidak larut dalam air seperti bilirubin,
asam lemak, barbiturate, dan beberapa macam hormon di dalam sistem sirkulasi (Iwan
S. Handoko, 2005).
Secara umum protein plasma dibedakan kedalam tiga golongan utama, yaitu
fibrinogen, albumin, dan globulin. Masing-masing protein plasma tersebut mempunyai
konsentrasi massa dan berat molekul berbeda-beda (Tabel 1).
Tabel 1. Protein-protein yang Terdapat dalam Plasma Darah Manusia

M (NaCl)
Persen Titik
Jenis untuk
dalam Berat Molekul Isoelektris
Protein Penggum-
Plasma (pH)
palan

Fibrinogen 0,4-0,5 400.000 1,50 -

α- 0,7-0,8 156.000- 1,34 6,85-7,30


Globulin 1,35 308.000 1,64 5,12
β- 1,0 90.000-1.300.000 2,05 5,06
Globulin 200.000-
γ- 300.000
Globulin

Albumin 3,2 68.000 2,57 4,64

Sumber : Slamet Sudarmadji, 2003

C. Klasifikasi Protein
Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu
hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang
terkait satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri atas unsur karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen; beberapa asam amino disamping itu mengandung
unsur-unsur fosfor, besi, iodium, dan kobalt (Sunita Almatsier, 2002). Protein dapat
digolongkan menurut struktur susunan molekulnya, kelarutannya, adanya senyawa
lain dalam molekul, tingkat degradasi, dan fungsinya (F. G. Winarno, 2002).
1. Struktur Susunan Molekul
o Protein fibriler/skleroprotein adalah protein yang berbentuk serabut. Protein ini tidak
larut dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan garam, asam, basa, ataupun alkohol.
Berat molekulnya yang besar belum dapat ditentukan dengan pasti dan sukar
dimurnikan. Susunan molekulnya terdiri dari rantai molekul yang panjang sejajar
dengan rantai utama, tidak membentuk kristal dan bila rantai ditarik memanjang,
dapat kembali pada keadaan semula.
o Protein globuler/sferoprotein yaitu protein yang berbentuk bola. Protein ini larut dalam
larutan garam dan asam encer, juga lebih mudah berubah dibawah pengaruh suhu,
konsentrasi garam, pelarut asam dan basa dibandingkan protein fibriler. Protein ini
mudah terdenaturasi, yaitu susunan molekulnya berubah yang diikuti dengan
perubahan sifat fisik dan fisiologiknya.
2. Kelarutan
o Albumin; larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas.
o Globulin; tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam larutan garam
encer, dan mengendap dalam larutan garam konsentrasi tinggi (salting out).
o Glutelin; tidak larut dalam pelarut netral tetapi larut dalam asam atau basa encer.
o Prolamin atau gliadin; larut dalam alkohol 70-80% dan tak larut dalam air maupun
alkohol absolut.
o Histon; larut dalam air dan tidak larut dalam amino encer. Histon dapat mngendap
dalam pelarut protein lainnya. Histon yang terkoagulasi karena pemanasan dapat larut
lagi dalam larutan asam encer.
o Protamin; merupakan protein paling sederhana dibandingkan protein-protein lain,
tetapi lebih kompleks daripada pepton dan peptida. Protein ini larut dalam air dan
tidak terkoagulasi oleh panas. Larutan protamin encer dapat mengendapkan protein
lain, bersifat basa kuat, dan dengan asam kuat membentuk garam kuat.
3. Protein Konjugasi
Protein yang mengandung senyawa lain yang non-protein disebut protein konjugasi,
sedangkan protein yang tidak mengandung senyawa non-protein disebut protein
sederhana. Ada bermacam-macam protein konjugasi, yang perbedaannya terletak pada
senyawa non-protein yang bergabung dengan molekul proteinnya.
4. Tingkat Degradasi
o Protein alami adalah protein dalam keadaan seperti protein dalam sel.
o Turunan protein, yang merupakan hasil degradasi protein pada tingkat permulaan
denaturasi. Dapat dibedakan sebagai; protein turunan primer (protean, metaprotein)
dan protein turunan sekunder (proteosa, pepton, dan peptida).

D. Fungsi Protein
Protein mempunyai bermacam-macam fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai enzim, zat
pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut, dan lain-lain.

E. Sifat Kimia Protein


F. G. Winarno (2002) menjelaskan bahwa sifat fisikokimia setiap protein tidak
sama, tergantung pada jumlah dan jenis asam aminonya. Ada protein yang larut dalam
air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut
lemak. Garam-garam logam berat dan asam-asam mineral kuat ternyata baik
digunakan untuk mengendapkan protein. Bila garam netral yang ditambahkan
berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
protein memiliki sifat apabila dipanaskan atau ditambah alkohol, maka protein akan
menggumpal. Selain itu protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat
amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa) sehingga dapat menyebabkan
terjadinya pengendapan. Pada pH tertentu yang disebut titik isolistrik atau titik
isoelektrik (pI) pengendapan paling cepat terjadi, setiap protein mempunyai titik
isoelektrik yang berlainan, sehingga prinsip ini digunakan dalam proses-proses
pemisahan serta pemurnian protein.
de Man (1997) menyatakan bahwa denaturasi protein dapat terjadi oleh berbagai
penyebab, yang paling penting ialah panas, pH, garam, dan pengaruh permukaan.
Denaturasi biasanya dibarengi oleh hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang
berarti pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti kelarutan. Lebih lanjut M. T.
Simanjuntak dan J. Silalahi (2003) menjelaskan kelarutan protein akan berkurang bila
kedalam larutan protein ditambahkan garam-garam anorganik karena kemampuan ion
garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan
molekul protein untuk menangkap air. Selain itu protein dengan penambahan asam
atau pemanasan akan terjadi koagulasi. Pada pH Isoelektrik dimana protein
mempunyai muatan positif dan negatif sama, sehingga saling menetralkan dan
kelarutan protein akan sangat menurun atau mengendap dan pada suhu tinggi
kelarutan protein akan berkurang (koagulasi) karena energi kinetik molekul protein
meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau
struktur protein yang menyebabkan koagulasi. Alkohol juga dapat mengendapkan
protein dikarenakan pelarut organik akan mengurangi konstanta dielektrika dari air,
sehingga kelarutan protein berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi
dengan protein terhadap air.

F. Metabolisme Protein
Dalam tubuh manusia terjadi suatu siklus protein artinya protein dipecah
menjadi komponen-komponen yang lebih kecil yaitu asam amino atau peptida. Pada
saat yang sama terjadi juga sintesis protein baru untuk mengganti protein yang lama (F.
G. Winarno, 1997). Protein dicerna menjadi asam amino oleh enzim proteolitik dan
peptidase yang ada dalam saluran gastrointestinal. Beberapa asam amino kecil dan
peptida langsung diabsorpsi sebagai asam amino (Montgomery, dkk, 1993).
Dalam rongga mulut, protein makanan belum mengalami proses
metabolisme. Baru di dalam lambung terdapat enzim pepsin dan HCL yang
bekerjasama memecah protein makanan menjadi metabolit intermediet tingkat
polypeptida, yaitu pepton, albumosa, dan proteosa. Di dalam duodenum, protein yang
sudah mengalami pencernaan parsial dicerna lebih lanjut oleh enzim yang berasal dari
cairan pankreas dan dinding usus halus. Pankreas mengahasilkan enzim proteolitik
tripsin dan khemotripsin sedangkan sekresi dinding usus menghasilkan enzim erepsin
yang merupakan campuran sejumlah enzim oligopeptidase. Oleh erepsin,
oligopeptidase dipecah lebih lanjut menjadi asam-asam amino yang kemudian diserap
melalui sel-sel ephiotelium dinding usus (Soediaoetama, 1985).

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Protein memegang peranan penting dalam hampir semua proses kehidupan. Protein berasal
dari bahasa Yunani “proteios” yang berarti “barisan pertama”. Kata yang diciptakan oleh JÖns J.
Berzelius pada tahun 1938 untuk menekankan pentingnya golongan ini. Protein merupakan
komponen penting atau komponen utama sel manusia atau hewan. Oleh karena sel itu merupakan
pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat pada makananberfungsi sebagai zat utama
dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.

Protein yang mempunyai molekul besar denagn bobot molekul bervariasi antara 5000
sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau enzim, protein akan menghasilkan asam-
asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam amino
ini terikat satu dengan yang lain oleh ikatan peptida. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi,
pH dan pelarut organik.

Asam-asam Amino
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang
terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon dari posisi gugus
–COOH. Asam amino merupakan unit dasar struktur protein. Suatu asam amino α terdiri dari
gugus amino, gugus karboksil, atom H, dan gugus R tertentu, yang semuanya terikat pada atom
karbon α. Atom karbon ini disebut α karena berseblahan dengan gugus karboksil (asam). Gugus
R menyatakan rantai samping.
Rumus untuk asam amino ialah
R-CH-COOH
NH

Struktur
Dari rumus umum tersebut dapat dilihat bahwa atom karbon α ialah atom karbon asimetrik,
kecuali bila R ialah atom H. Oleh karena itu asam amino juga mempunyai sifat memutar bidang
cahaya terpolarisasi atau aktivitas optik. Rumus molekul dapat digambarkan dengan model bola
dan batang atau dengan rumus proyeksi Fischer. Oleh karena atom karbon itu asimetrik, maka
molekul asam amino mempunyai dua konfigurasi D dan L. Hal ini dapat dibandingkan dengan
konfigurasi molekul monosakarida.

1.1.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Protein ?
2. Apa Fungsi Protein ?
3. Bagaimana Pengelompokkan Protein ?
4. Apa saja Sumber Protein ?
5. Apa saja penyakit akibat Kekurangan Protein ?
6. Bagaimana Reaksi-Reaksi Pada Protein ?

1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan protein
2. Untuk mengetahui fungsi protein
3. Untuk mengetahui pengelompokkan protein
4. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi sumber protein
5. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang diakibatkan kekurangan protein
6. Untuk mengetahui reaksi-reaksi pada protein

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Protein
Kata tersebut protein datang dari kata Yunani ("prota"), yang berarti "arti penting yang
utama." Protein-protein pertama digambarkan dan yang dinamai oleh ahli kimia Swedish Jöns
Jakob Berzelius dalam 1838. Bagaimanapun, peran yang pusat dari protein-protein tinggal di
dalam organisma-organisma tidak secara penuh diakui sampai 1926, ketika Yakobus B.Sumner
menunjukkan bahwa urease enzim adalah suatu protein. Protein yang pertama adalah hormon
insulin, oleh Frederick Sanger, yang menang Hadiah Nobel untuk prestasi ini dalam 1958.
Struktur-struktur protein yang pertama dimasukkan hemoglobin dan mioglobin, oleh Max Perutz
dan Tuan Yohanes Cowdery Kendrew, berturut-turut, dalam 1958. Tiga struktur dimensional
kedua-duanya protein-protein pertama ditentukan oleh analisa diffraction sinar x; Perutz dan
Kendrew bersama mendapat 1962 Hadiah Nobel di Chemistry untuk penemuan-penemuan ini.
Protein adalah polimer linear yang dibangun dari 20 asam amino yang yang berbeda.
Semua asam amino menguasai fitur struktural umum, termasuk satu karbon kepada satu gugus
amino, suatu gugus karboksil, dan suatu rantai samping variabel terikat. Hanya prolina berbeda
dengan hal ini struktur dasar karena berisi satu cincin, arena yang tidak biasa kepada kelompok
amina N-end, angkatan yang separuh amida CO–NH ke dalam suatu yang diperbaiki. Rantai
samping dari asam amino patokan, yang terperinci di dalam daftar asam amino yang standar,
mempunyai kekayaan kimia yang berbeda bahwa menghasilkan tiga struktur protein dimensional
dan kemudian kritis kepada fungsi protein. Asam amino di suatu rantai polipeptida terhubung
oleh ikatan peptida membentuk di suatu reaksi dehidrasi. Begitu bersambung di dalam rantai
protein, asam amino perorangan disebut suatu residu, dan rangkaian yang terhubung dari karbon,
zat lemas, dan atom-atom oksigen dikenal sebagai tulang punggung rantai atau protein utama.
Ikatan peptida mempunyai dua resonansi membentuk bahwa menyokong beberapa karakter
ikatan rangkap dan menghalangi perputaran di sekitar poros nya, sehingga karbon-karbon alfa
dengan perkiraan kasar sebidang. Yang lain dua sudut dua bidang di dalam ikatan peptida
menentukan bentuk yang lokal yang diasumsikan oleh tulang punggung protein.
Karena struktur yang kimia setiap asam amino, rantai protein mempunyai directionalas.
Ujung protein dengan suatu gugus karboksil yang cuma-cuma dikenal sebagai terminal terakhir
C-terminus atau karboksi, sedangkan akhir dengan suatu gugus amino yang cuma-cuma dikenal
sebagai terminal terakhir N-terminus atau amino.
Protein, polipeptida, dan peptida adalah suatu kerancuan yang kecil dan tumpang-tindih
di dalam maksud atau arti. Protein adalah secara umum digunakan untuk mengacu pada molekul
biologi yang lengkap di suatu penyesuaian yang stabil, sedangkan peptida adalah secara umum
untuk suatu oligomer-oligomer asam amino yang pendek sering kali kekurangan suatu yang
stabil tiga struktur dimensional. Bagaimanapun, batas antara kedua tidak baik menggambarkan
dan biasanya kepalsuan dekat 20–30 residues. Polipeptida dapat mengacu pada setiap rantai
linear yang tunggal dari asam amino.
1.1. Fungsi Protein
Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula, inilah contoh penting
protein:
1. Katalis enzimatik
Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalis oleh makromolekul spesifikyang
disebut enzim. Sebagia reaksi seperti hidrasi karbon dioksida bersifat sederhana, sedangkan
reaksi lainnya seperti replikasi kromosom sangat rumit. Enzim mempunyai daya katalik yang
sangat besar, umumnya meningkatkan kecepatan reaksi sampai jutaan kali. Transformasi kimia
in vivo sukar berlangsung tanpa kehadiran enzim. Ribuan enzim telah diketahui sifatnya dan
banyak diantaranya telah dapat dikristalisasi. Fakta menunjukan bahwa hampir semua enzim
yang dikenal adalah protein. Jadi protein merupakan pusat dalam menetapkan pola transformasi
kimia dalam sistem biologis.
2. Transport dan penyimpanan
Berbagai molekul dan ion ditransport oleh protein spesifik. Misalnya transport oksigen dalam
eritrosit oleh hemoglobin; dan mioglobin suatu protein sejenis metransport oksigen dalam otot.
Besi dalam plasma darah terikat pada transferin dan disimpan dalam hati dalam bentuk kompleks
dengan feritin, dan protein yang lain lagi.
3. Koordinasi gerak
Protein merupakan komponen utama dalam otot. Kontraksi otot berlangsung akibat pergeseran
dua jenis filamen protein. Contoh lain adalah pergerakan kromosom pada proses mitosi dan
gerak sperma oleh flagela.
4. Penunjang mekanis
Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh adanya kolagen yang merupakan protein fibrosa.
5. Proteksi imun
Antibodi merupakan merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta
berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel yang berasal dari organisme lain.
Protein berperan penting untuk membedakan “aku” dan bukan “aku”.
6. Membangkitkan dan menghantar inpuls saraf
Respon sel saraf terhadap rangsang sesifik diperantarai oleh protein reseptor. Misalnya rodopsin
suatu protein yang sensitif terhadap cahaya ditemukan pada sel batang retina. Protein reseptor
yang dipicu oleh molekul kecil spesifik seperti asetlkolin, berperan dalam trasnmisi inpuls saraf
pada sinaps yang menghubungkan sel-sel saraf.
7. Pengaturan tumbuhan dan diferensiasi
Pengaturan urutan ekspresi informasi genetik sangat penting bagi pertumbuhan yang beraturan
serta diferensiasi sel. Hanya bagian kecil genom dalam sel yang akan diekspresikan pada suatu
saat. Pada bakteri, protein reseptor merupakan elemen pengatur yang penting untuk meredam
spesifik suatu DNA dalam suatu sel. Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan difrensiasi
diatur oleh protein faktor pertumbuhan. Misalnya, faktor pertumbuhan saraf mengendalikan
pwertumbuha jaringan saraf . aktifitas sel-sel yang berbeda pada organisme multi sel
dikoordinasi oleh hormon. Banyak hormon seprti insulin dan TSH (Thyroid-stimulating
hormone) merupakan protein. Protein dalam sel berperaan dalampenguras arus energi dan unsur-
unsur.
1.2. Pengelompokkan Protein dan Penggolongannya
Pengelompokan protein didasarkan atas :
1. Struktur Susunan Molekul Protein
Terbagi menjadi 2 , yaitu :
a. Fibriler (Serat)
Yaitu protein berbentuk serabut dan tidak larut dalam pelarut-pelarut encer serta sukar
diuraikan oleh enzim. Terdiri atas rantai polipeptida memanjang. Berfungsi sebagai pelindung.
Contoh : kolagen.
b. Globuler (Bulat dan Elips)
Protein ini larut dalam air, asam atau basa dan dalam etanol. Terdiri atas rantai polipeptida
berlipat. Memiliki fungsi gerak atau dinamik. Contoh : albumin, mioglobin dll.
2. Komposisi Kimia
di bedakan menjadi 2, yaitu :
Protein Sederhana
Hanya terdiri atas asam amino dan tidak ada gugus kimia lain.
Protein tersebut antara lain :
 Albumin
Oleh panas menggumpal dan larut dalam air. Misal : Albumin pada putih telur
 Globulin
Menggumpal oleh panas dan larut dalam larutan netral encer dari garam asam dan basa kuat.
Contoh: serum globulin dalam darah.
 Glutelin
Larut dalam asam atau alkali encer. Glutelin terdapat di dalam gandum.

 Prolamin
Larut dalam alkohol 80%. Contoh : gliadin dalam jagung.
 Albuminoid
Tidak larut dalam air, larutan garam asam encer atau alkali encer. Contoh : keratin pada rambut.
 Histone
Tidak menggumpal oleh panas, larut dalam air atau dalam larutan NH4OH encer. Histone
terdapat dalam kelenjar timus.
 Protamin
Tidak menggumpal oleh panas, larut dalam larutan ammonia dan dalam air. Protamin adalah
basa yang membentuk garam yang stabil dengan asam kuat. Contoh : sturin dan salanin dalam
sejenis ikan.
b. Protein Konjugasi
Protein ini hanya terdiri atas rantai polipeptida yang terikat pada gugus kimia lain, seperti :
 Kromoprotein
Di dalam senyawanya protein ini mempunyai warna. Contoh :
hemoglobin dari darah merah.
 Glikoprotein
Di dalam rangkaiannya terdapat gugus karbohidrat. Contoh :
mucin pada saliva.
 Nukleoprotein
Terdapat tambahan gugus asam nukleat.
 Lesitoprotein
Gugus tambahan adalah lesitin.
 Lipoprotein
Gugus tambahan adalah salah satu dari asam lemah yang lebih tinggi.

3. Penggolongan Protein Berdasarkan Fungsi Biologi


Protein sebagai makromolekul (molekul besar) mampu menunjukkan berbagai fungsi
biologi. Atas dasar peran ini maka protein dapat diklasifikasikan sebagai berikut enzim, protein
transport, protein nutrient dan penyimpan, protein kontraktil atau motil, protein struktural,
protein pertahanan dan protein pengatur.
No. Golongan Contoh

1. Enzim Ribonuklease

2. Protein Transport Tripsin

3. Protein Nutrien dan Penyimpan Hemoglobin

4. Protein Kontraktil atau Motil Albumin serum

5. Protein Struktural Mioglobin

6. Protein Pertahanan b1-Lipoprotein

7. Protein Pengatur Gliadin (gandum)

Ovalbumin (telur)

Kasein (susu)

Feritin

Aktin

Miosin

Tubulin
Dynein

Keratin

Fibroin

Kolagen

Elastin

Proteoglikan

Antibodi

Fibrinogen

Trombin

Toksin Botulinus

Toksin Difteri

Bisa ular

Risin

Insulin

Hormon tumbuh

Kortikotropin

Represor

Tabel 1. Penggolongan protein berdasarkan fungsi biologi

A. Protein sebagai enzim


Enzim, merupakan protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator. Hampir seluruh
reaksi kimia yang terjadi di tingkat sel dikatalisis oleh enzim. Protein yang paling bervariasi dan
mempunyai kekhususan tinggi adalah protein yang mempunyai aktivitas katalisa, yakni, enzim.
Enzim merupakan protein yang mempunyai fungsi sebagai katalis yang mempercepat laju reaksi
dengan menurunkan energi aktivasi dari reaksi tersebut. Hampir semua reaksi kimia biomolekul
organik di dalam sel dikatalisa oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim, masing-masing dapat
mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda, telah ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan.
Beberapa contoh enzim yang banyak dimanfaatkan saat ini seperti, glukosa oksidase yang
mengkatalisis glukosa menjadi asam glukonat, urikase yaitu enzim yang dapat membongkar
asam urat menjadi alantoin.
Contoh protein yang berfungsi sebagai enzim adalah Ribonuklease dan Tripsin.
Ribonuklease adalah protein globular berukuran kecil lainnya, merupakan enzim yang
disekresikan oleh pankreas ke dalam usus kecil, tempat molekul ini mengkatalisa hidrolisis
ikatan tertentu pada asam ribonukleat yang terdapat pada makanan yang masuk. Enzim ini sangat
spesifik dalam aksi katalitiknya. Tripsin adalah enzim yang hanya mengkatalisa hidrolisis ikatan
peptida dengan gugus karboksil yang ada pada residu lisin atau arginin, tanpa memandang
panjang atau derat asam amino pada rantai polipeptida.

B. Protein sebagai protein transport


Protein transport adalah protein yang dapat mengikat dan membawa molekul atau ion
yang khas dari satu organ ke organ lainnya. Protein transport di dalam plasma darah mengikat
dan membawa molekul atau ion spesifik dari satu organ ke organ lain. Contoh protein transport
adalah mioglobin. Mioglobin merupakan protein pengikat oksigen yang relatif kecil (BM
16.700) yang ditemukan pada sel otot. Fungsinya adalah untuk menyimpan oksigen yang terikat
dan untuk meningkatkan transport oksigen ke mitokondria, yang mempergunakan oksigen
selama oksidasi nutrien sel.
Contoh lainnya adalah Hemoglobin, yang merupakan protein transport yang terdapat
dalam sel darah merah. Hemoglobin dapat mengikat oksigen ketika darah melalui paru-paru.
Oksigen dibawa dan dilepaskan pada jaringan periferi yang dapat dipergunakan untuk
mengoksidasi nutrient (makanan) menjadi energi. Pada plasma darah terdapat lipoprotein yang
berfungsi mengangkut lipida dari hati ke organ. Protein transport lain yang terdapat dalam
membran sel berperan untuk membawa beberapa molekul seperti glukosa, asam amino dan
nutrient lainnya melalui membran menuju sel.
Molekul hemoglobin adalah suatu tetramer a2b2 yang terdiri dari 2 rantai a yang identik
dan 2 rantai b yang identik. Subunit a dan b-nya terhubung secara struktur dan evolusi terhadap
satu sama lain dan terhadap mioglobin, suatu monomerik yang mengikat oksigen pada otot.
Struktur dari hemoglobin (hemoglobin tetramer) adalah molekul spheroidal dengan dimensi
64x55x50 Amstrong. Dua protomer ab-nya terhubung secara simetris dengan rotasi lipatan dua.
Hemoglobin menyusun 33% dari berat tubuh manusia. Hemoglobin adalah salah satu protein
pertama yang dapat ditentukan massa molekulnya secara akurat, protein pertama yang
dikarakterisasikan dengan ultra sentrifugasi dan dihubungkan dengan fungsi fisiologis spesifik
(dari transpor oksigen), dan dalam sel sabit anemia merupakan yang pertama dalam
menunjukkan mutasi yang menyebabkan perubahan asam amino tunggal. Hemoglobin bukanlah
hanya sebuah tangki oksigen sederhana, akan tetapi merupakan sistem pembawa oksigen modern
yang menyediakan jumlah oksigen secara akurat menuju jarngan-jaringan di bawah kondisi
apapun. Hemoglobin membawa oksigen dari paru-paru, insang, atau kulit hewan menuju kapiler-
kapiler yang berfungsi dalam respirasi. Organisme yang sangat kecil tidak membutuhkan protein
ini karena kebutuhan respirasinya dicukupkan dengan difusi pasif yang sederhana dari oksigen
sepanjang tubuh. Akan tetapi, karena laju transpor dari difusi zat bervariasi secara terbalik
dengan pangkat dari jarak yang harus ditempuh, laju difusi oksigen sepanjang jaringan lebih
tebal dari 1mm adalah terlalu lamban untuk menopang kehidupan. Oleh karena itu, evolusi
organisme yang besar dan kompleks, seperti Annelida (contoh cacing tanah), membutuhkan
perkembangan sistem sirkulasi secara aktif membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan darah
untuk organisme ini harus mempunyai pembawa oksigen seperti hemoglobin karena kelarutan
oksigen dalam plasma darah terlalu rendah untuk membawa oksigen yang cukup untuk
kebutuhan metabolisme.
C. Protein sebagai protein penyimpan
Protein nutrient sering disebut juga protein penyimpanan, protein ini merupakan
cadangan makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa contoh
protein ini, sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari seperti ovalbumin merupakan
protein utama putih telur, kasein sebagai protein utama dalam susu. Contoh lainnya adalah
protein yang menyimpan zat besi yaitu ferritin yang terdapat di dalam jaringan hewan.
Biji berbagai tumbuhan menyimpan protein nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
embrio tanaman. Terutama, contoh yang telah dikenal adalah protein biji dari gandum, jagung,
dan beras. Ovalbumin protein utama putih telur, dan kasein, protein utama susu merupakan
contoh lain dari protein nutrien. Ferritin jaringan hewan merupakan protein penyimpan besi.
Kasein adalah protein yang terdapat dalam susu dan digunakan sebagai agen pengikat
pada berbagai macam makanan. Secara teknis, kasein merupakan golongan fosfoprotein, yang
merupakan kumpulan ikatan protein yang mengandung asam fosfat. Ketika berkoagulasi dengan
renin, kasein disebut parakasein. Kasein merupakan garam, artinya kasein tidak memiliki muatan
ion bersih. Kasein tidak tergumpalkan oleh panas. Hal ini dipicu oleh asam dan enzim rennet
yang merupakan enzim proteolitik. Kasein terdiri dari jumlah yang cukup tinggi dari prolin
peptida, namun tidak berinteraksi dimana tidak membentuk jembatan disulfida sehingga relatif
tidak memiliki struktur tersier. Oleh karena itu, protein tidak dapat terdenaturasi. Kasein relatif
hidrofobik sehingga kurang larut dalam air. Titik isoelektrik kasein adalah 4,6. Karena pH susu
6,6, kasein memiliki muatan negatif dalam susu. Protein yang dimurnikan tidak dapat larut dalam
air. Sementara protein tidak larut dalam larutan garam netral, mudah didispersikan dalam larutan
basa encer dan larutan garam seperti natrium oksalat dan natrium asetat. Dalam kondisi asam
(pH rendah) kasein akan mengendap karena kasein memiliki kelarutan (solubility) yang rendah
pada kondisi asam.
D. Protein sebagai protein kontraktil
Protein kontraktil juga dikenal sebagai protein motil, di dalam sel organisme protein ini
berperan untuk berkontraksi, mengubah bentuk, atau bergerak seperti aktin dan miosin. Kedua
protein ini merupakan filamen yang berfungsi untuk bergerak di dalam sistem kontraktil dan otot
kerangka. Contoh lainnya adalah tubulin pembentuk mikrotubul merupakan zat utama penyusun
flagel dan silia yang menggerakkan sel.Salah satu contoh protein kontraktil adalah Aktin. Yang
berhubungan erat dengan filamen tebal pada otot kerangka adalah filamen tipis, yang terdiri dari
protein aktin. Aktin terdapat dalam dua bentuk, aktin globular (G-aktin) dan aktin serat (F-aktin).
Aktin serat sebenarnya merupakan untaian panjang molekul G-aktin(BM 46.000) yang
bergabung membentuk suatu filamen. Dua filamen F-aktin saling membelit terhadap sesamanya
membentuk struktur dua untaian serupa tambang
Contoh lainya adalah miosin merupakan molekul serupa batang yang berukuran relatif
panjang dengan ekor yang merupakan dua polipeptida a-heliks yang melilit terhadap satu sama
lain; miosin juga mempunyai “kepala” dengan susunan yang kompleks dan dilengkapi dengan
aktivitas enzim. Berat molekul protrin ini 450.000, kira-kira 160 nm panjangnya, dan
mengandung enam rantai polipeptida. Ekor panjangnya terdiri dari dua rantai berberat molekul
masing-masing 200.000; keduanya disebut rantai berat. Rantai ini mempunyai sambungan
fleksibel seperti engsel. Kepala miosin bersifat globular, dan mengandung ujung rantai berat dan
juga empat rantai ringan, masing-masing berberat molekul kira-kira 18,000, terlipat menjadi
konformasi globular. Kepala molekul miosin mengandung aktivitas enzim; yang mengkatalisa
hidrolisa ATP menghasilkan ADP dan fosfat. Sejumlah molekul miosin tersusun bersama-sama
membentuk filamen tebal pada otot, kerangka. Miosin juga terdapat pada sel bukan otot.
E. Protein sebagai protein struktural
Protein struktural, jenis protein ini berperan untuk menyangga atau membangun struktur
biologi makhluk hidup. Misalnya kolagen adalah protein utama dalam urat dan tulang rawan
yang memiliki kekuatan dan liat. Persendian mengandung protein elastin yang dapat meregang
dalam dua arah. Jenis lain adalah kuku, rambut dan bulu-buluan merupakan protein keratin yang
liat dan tidak larut dalam air. Komponen utama dari serat sutra dan jaring labah-labah adalah
protein fibroin. Fibroin merupakan protein serabut yang tidak larut, tetapi protein ini bersifat
fleksibel dan lentur; dan tidak dapat meregang.
Salah satu contoh protein struktural adalah keratin. Keratin adalah protein yang tidak
reaktif secara kimiawai dan tahan lama secara mekanik, terdapat dalam semua vertebrata tingkat
tinggi. Protein ini adalah komponen dasar dari lapisan luar epidermal dan anggota badan yang
berkaitan seperti rambut, tanduk, kuku dan bulu. Keratin diklasifikasikan sebagai a-keratin yang
terdapat dalam mamalia, dan b-keratin yang terdapat dalam burung dan reptil. Studi mikroskopik
elektron menunjukkan bahwa rambut, yang tersusun utamanya dari a-keratin, terdiri dari struktur
hierarki. Rambut biasanya mempunyai diameter 20mm dan terdiri dari sel mati, dimana tiap-
tiapnya mengandung mikrofibril (2000 Amstrong dalam diameter) yang terorientasi secara
paralel terhadap serabut rambut. Makrofibril tersusun dari mikrofibril (80 Amstrong dalam
diameter) yang tertumpuk bersama oleh matriks protein amorfus yang kaya akan kandungan
sulfur. a-keratin kaya akan residu Cys, yang cross-link secara sejajar dengan ikatan peptida. Hal
ini berguna untuk kelarutan dan ketahannya terhadap regangan, dua dari sifat biologis utama
suatu a-keratin. a-keratin diklasifikasikan sebagai “keras” atau “lunak” berdasarkan pada apakah
kandungan sulfurnya tinggi atau rendah. Keratin keras, seperti rambut, tanduk, dan kuku adalah
lebih lembut dari keratin lunak, seperti kulit dan belulang, karena ikatan disulfidanya dapat
melawan gaya yang cenderung akan mendeformasikannya. Ikatan disulfidanya dipotong, serabut
a-keratin dapat diregangkan dua kali panjang dari panjang awalnya dengan memberikan panas
lembab. Dalam proses ini, analisis X-ray mengindikasikan bahwa struktur heliks a memanjang
dengan pengaturan kembali yang seiring dari ikatan hidrogen untuk membentuk lembaran plat-b.
b-keratin, seperti bulu, mempunyai pola X-ray dalam keadaan normalnya.
Contoh lain adalah Elastin. Elastin adalah protein dengan sifat elastis seperti penghapus,
dimana seratnya dapat memanjang beberapa kali dari panjang normalnya. Merupakan komponen
dasar dari jaringan konektif elastis kuning yang terdapat pada paru-paru, dinding pembuluh
darah yang besar seperti aorta, dan persendian elastis seperti yang ada pada leher. Jaringan
konektif putih yang tidak elastis dari tendon hanya mengandung jumlah elastin yang sedikit.
Elastin memiliki komposisi asam amino yang berbeda dan sebagian besar mengandung residu
non polar yang kecil. Elastin mengandung sepertiga Gly, lebih dari sepertiga Ala+Val, dan kaya
akan Pro. Akan tetapi, elastin hanya mengandung sedikit Hydroxyproline dan residu polar,
bukan Hydroxylysine. Elastin membentuk jaringan tiga dimensi serat yang menempati
kecenderungan waktu tertentu yang tak tampak dalam mikroskop elektron. Rantai silang kovalen
dalam elastin terbentuk dari allysine aldol, yang juga terdapat dalam kolagen, dan senyawa
Lysinonorleucine, Desmosine, dan Isodesmosine. Lysinonorleucine adalah hasil dari reduksi
basa Schiff (ikatan imine) yang terbentuk oleh kondensasi dari rantai samping sebuah Lys
dengan allysine. Desmosine dan Isedesmosine mempunyai bentuk unik terhadap elastin dan
berperan untuk warna kuning, dan merupakan hasil dari kondensasi 3 allysine dan 1 lysine rantai
samping. Rantai silang initernyata juga berperan dalam sifat elastik dari elastin dan
ketidaklarutannya.
F. Protein sebagai protein regulator
Beberapa protein membantu mengatur aktivitas seluler atau fisiologi. Di antara jenis ini
terdapat sejumlah hormon, seperti insulin, yang mengatur metabolisme gula, dan kekurangannya,
menyebabkan penyakit diabetes. Hormon pertumbuhan dari pituitary dan hormon paratiroid,
yang mengatur transport Ca2+ dan fosfat. Protein pengatur lain, yang disebut represor mengatur
biosintesa enzim oleh sel bakteri. Kortikotropin merupakan protein struktural yaitu suatu hormon
dari kelenjar pituitary anterior yang merangsang korteks adrenal.Contohnya adalah insulin.
Insulin adalah sebuah hormon polipeptida yang mengatur metabolisme karbohidrat. Selain
merupakan efektor utama dalam homeostasis karbohidrat, hormon ini juga ambil bagian dalam
metabolisme lemak (trigliserida) dan protein – hormon ini memiliki properti anabolik. Hormon
tersebut juga mempengaruhi jaringan tubuh lainnya.Hormon insulin dihasilkan oleh sel B pada
pankreas yang merupakan pembawa pesan kimia yang diangkut oleh darah menuju organ lain,
terutama hati dan otot. Di sini insulin berikatan dengan reseptor pada permukaan sel dan
merangsang kapasitas sel untuk menggunakan glukosa sebagai bahan bakar metabolik. Insulin
mengandung 2 rantai polipeptida, yang satu mempunyai 30 residu asam amino, yang lainnya
mempunyai dua residu asam amino. Insulin yang mengatur metabolisme gula dan
kekurangannya menyebabkan penyakit diabetes. Insulin merupakan protein pertama yang
ditentukan deretnya. Insulin sapi mempunyai berat molekul kira-kira 5700. Molekul ini memiliki
2 rantai polipeptida, rantai A dengan 21 residu asam amino dan rantai B dengan 30 residu asam
amino. Kedua rantai disambung oleh dua jembatan disulfida (S-S) dan salah satu rantai
mempunyai ikatan disulfida internal. Kedua rantai polipeptida pertama-tama dipisahkan dengan
pemotongan jembatan disulfida. Untuk tujuan ini, Sanger mempergunakan pengoksidasi asam
performat, yang memotong tiap residu sistin menjadi 2 residu asam sistat, satu pada masing-
masing rantai. Rantai ini kemudian dipisahkan dan deret masing-masing ditentukan. Pengamatan
deret asam amino kedua rantai tidak memperlihatkan pola yang nyata atau suatu pengulangan
adanya asam amino tertentu, tambahan pula deret kedua rantai cukup berbeda. Penentuan deret
asam amino rantai insulin yang berhasil baik ini telah mendorong penelitian intensif mengenai
hubungan diantara struktur insulin yang diisolasi dari berbagai spesies, dan aktivitas biologinya
dalam menjalankan metabolisme gula. Kedua rantai A dan B insulin diperlukan bagi aktivitas
biologi, lebih jauh lagi jembatan disulfida harus utuh. Penggantian sebagian atau kedua rantai
oleh pemotongan selektif menyebabkan hilangnya beberapa atau semua aktivitas molekul.
Walaupun insulin yang diisolasi dari pankreas beberapa spesies, sebagai contoh sapi, babi,
kambing, dan ikan paus, merupakan hormon aktif di dalam manusia dan dipergunakan dalam
pengobatan pasien penyakit diabetes, senyawa ini tidak identik dengan insulin manusia. Yang
nyata adalah bahwa pada posisi tertentu pada masing-masing insulin, asam amino yang
ditemukan selalu sama walaupun spesies sumber insulin berbeda. Akan tetapi, pada posisi lain
asam amino mungkin berbeda dari satu spesies ke spesies lain. Pengamatan ini secara kuat
menunjukkan bahwa aktivitas insulin tergantung kepada deret asam amino pada rantai
polipeptidanya, di samping kepada ikatan antar rantai pada titik-titik tertentu.
Insulin digunakan dalam pengobatan beberapa jenis diabetes mellitus. Pasien dengan
diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin eksogen (disuntikkan ke bawah kulit atau
subkutan) untuk keselamatannya karena kekurangan absolut hormon tersebut. Pasien dengan
diabetes mellitus tipe 2 memiliki tingkat produksi insulin rendah atau kebal insulin, dan
terkadang membutuhkan pengaturan insulin bila pengobatan lain tidak cukup untuk mengatur
kadar glukosa darah.
G. Protein sebagai protein pertahanan
Banyak protein mempertahankan organisme dalam melawan serangan oleh spesies lain atau
melindungi organisme tersebut dari luka. Imunoglobulin atau antibodi pada vertebrata adalah
protein khusus yang dibuat oleh limfosit yang dapat mengenali dan mengendapkan atau
menetralkan serangan bakteri, virus, atau protein asing dari spesies lain. Fibrinogen dan trombin
merupakan protein penggumpal darah yang menjaga kehilangan darah jika sistem pembuluh
terluka. Bisa ular, toksin bakteri, dan protein tumbuhan beracun, seperti risin, juga tampaknya
berfungsi di dalam pertahanan tubuh.Contohnya adalah antibodi. Molekul antibodi muncul di
dalam serum darah dan jaringan tertentu spesies vertebrata sebagai reaksi terhadap injeksi suatu
antigen, protein, atau makromolekul asing lain. Antibodi merupakan molekul protein berbentuk-
Y yang mengandung empat rantai polipeptida. Molekul ini mempunyai sisi pengikat yang
bersifat komplementer terhadap bentuk struktur spesifik molekul antigen. Molekul antibodi
mempunyai dua sisi pengikat yang membuatnya mampu membentuk kisi-kisi tiga dimensi
molekul antibodi dan antigen secara berganti-ganti. Antibodi bersifat sangat spesifik tehadap
protein asing yang menimbulkan pembentukannya. Tiap antigen dapat menimbulkan jenis
antibodi spesifik masing-masing yang akan mengenali dan bergabung hanya dengan antigen
yang menimbulkan pembentukannya atau molekul lain yang berdekatan. Ribuan atau jutaan jenis
antigen yang masuk akan merangsang dibentuknya ribuan atau jutaan jenis antibodi pula. Setiap
detik, sekitar 2000 molekul antibodi diproduksi oleh sel limfosit B. Salah satu contoh yang
melibatkan antibodi adalah ketika kulit terkena infeksi karena luka maka akan timbul nanah.
Nanah ini merupakan sel darah putih penghasil antibodi yang mati setelah berperang melawan
antigen.
H. Protein Lain
Terdapat banyak protein lain yang fungsinya agak eksotik dan tidak mudah
diklasifikasikan. Merupakan hal yang luar biasa bahwa semua protein ini dengan sifat dan fungsi
yang amat berbeda terbuat dari 20 asam amino yang sama. Monelin, suatu protein tanaman dari
Afrika yang mempunyai rasa yang amat manis. Protein ini sedang dipelajari sebagai pemanis
makanan yang tidak menggemukkan dan tidak beracun untuk manusia. Plasma darah beberapa
ikan Antartika mengandung protein antibeku yang melindungi darah ikan dari pembekuan.
Persendian sayap beberapa insekta dibuat dari protein resilin, yang bersifat hampir sempurna
elastis.
1.3.Sumber Protein
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein
yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut
protein nabati. Beberapa makan sumber protein ialah daging, telur,susu, ikan,beras, kacang,
kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Beberapa bahan makanan yang mengandung protein
serta kadar proteinnya dapat dilihat ditabel.

No Nama bahan makanan Kadar protein(%)


1 Daging ayam 18, 2
2 Daging sapi 18,8
3 Telur ayam 12,8
4 Susu sapi segar 3,2
5 Keju 22,8
6 Bandeng 20,0
7 Udang segar 21,0
8 Kerang 8,0
9 Beras tumbuk merah 7,9
10 Beras giling 6,8
11 Kacang hijau 22,2
12 Kedelai basah 30,2
13 Tepung terigu 8,9
14 Jagung kuning 7,9
15 Pisang ambon 1,2
16 Durian 2,5

Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang
makan tumbuhan mengbah protein nabati menjadi protein hewani. Di samping digunakan untuk
pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh
kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata- rata unsur kimia yang terdapat dalam
protein ialah sebagai berikut: karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang
0-3%, dan fosfor 0-3%. Dengan pedoman pada kadar nirogen sebesar 16%, dapat dilakukan
penentuan kandungan protein dalam suatu bahan makanan.unsur nitrogen ditentukan secara
kuantitatif, misalnya dengan cara Kjeldahl, yaitu dengan cara dekstruksi dengan asam pekat.
Berat protein yang ditentukan ialah 6,25 kali berat unsur nitrogen.
1.4. Penyakit Akibat Kekurangan Protein
Penyakit yang terjadi akibat kekurangan protein paling banyak ditemukan di Negara
miskin. Kekurangan protein juga mempengaruhi orang-orang yang lahir dengan kelainan genetik
untuk memproduksi protein tertentu, dan orang-orang dengan penyakit yang menyebabkan
mereka kehilangan nafsu makan dan gangguan pada otot. Di Negara maju seperti Amerika yang
terjadi malah sebaliknya. Kelebihan protein akibat konsumsi makanan hewani berlebih. Bahkan
para ahli di Amerika menyakini bahwa rata-rata orang Amerika mengkonsumsi 50 persen lebih
besar protein dari yang dibutuhkan tubuh.
Penyakit akibat kekurangan protein banyak jenisnya, misalnya penyusutan jaringan otot,
kehilangan berat badan, penumpukan cairan, anemia, denyut jantung sangat rendah, juga
termasuk penyakit pigmentasi pada kulit. Salah satu efek yang berbahaya dari kurangnya protein
adalah timbulnya penyakit muka tua yang disebabkan oleh kekurangan protein dan karbohidrat
di saat bersamaan.
Kekurangan Protein bisa berakibat fatal:
a. Kerontokan rambut.
b. Penyakit kekurangan protein atau biasa disebut kwashiorkor.
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan parah protein dalam diet yang
mengandung kalori sebagian besar dari karbohidrat seperti ubi, beras dan pisang. Umumnya
penderitanya adalah anak kecil yang tidak mendapat asupan nutrisi protein yang cukup pada
masa pertumbuhannya. Menurut University of Maryland Medical Center orang dengan
kwashiorkor muncul bengkak di daerah perut dari retensi cairan. Gejala umum dari kedua
marasmus dan kwashiorkor adalah kelelahan, cepat marah, diare, pertumbuhan terhambat dan
gangguan kognisi dan kesehatan mental.
c. Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus .
Marasmus (seluruh badan menjadi lemah) adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
protein dan kalori cukup parah yang mempengaruhi bayi dan anak-anak, sering mengakibatkan
penurunan berat badan dan dehidrasi. Marasmus dapat berkembang menjadi kelaparan dan
kematian yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi penting. Orang dengan marasmus terlihat
kurus dengan sedikit jaringan otot.
d. Kekurangan protein C
Salah satu protein yang sangat penting bagi tubuh dan sangat berbahya bila tidak ada adalah
protein C. Protein C berkaitan dengan pembekuan darah. Protein bisa dengan mudah ditemukan
pada berbagai macam jenis makanan apalagi Indonesia terkenal dengan makanan tempe yang
kaya akan protein.
e. Cachexia
Cachexia adalah suatu kondisi yang melibatkan kekurangan protein, penipisan otot rangka dan
tingkat peningkatan degradasi protein, menurut penelitian oleh DP Kotler diterbitkan dalam
“Annals of Internal Medicine” pada tahun 2000. Menurut JE Morley dalam “American Journal
of Clinical Nutrition”,Cachexia menyebabkan penurunan berat badan, kematian,penyakit kanker,
AIDS, gagal ginjal kronis, penyakit panas, penyakit paru obstruktif kronik dan rheumatoid
arthritis. Pasien dengan kanker ganas dari lambung, usus, hati, saluran empedu dan gangguan
pankreas, memiliki kelelahan dan keseimbangan nitrogen negatif sebagai akibat dari hilangnya
massa otot dari cachexia, Sumber yang ditulis oleh J Ockenga dalam “pencernaan Farmakologi
dan Terapi” pada tahun 2005.Akibat dari kwashiorkor dan marasmus sendiri, yaitu:
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
b. Mudah terkena penyakit
c. Berkurangnya daya pikir
d. Penurunan fungsi otak
e. Ketidakseimbangan cairan elektrolit
f. Berkurangnya daya tahan tubuh
g. Bila tidak segera diobati berakhir dengan kematian
1.6. Reaksi Pada Protein
Ada beberapa reaksi-reaksi protein sebagai berikut
A. Reaksi Xantroprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati kedalam larutan protein . Setelah
dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi
yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini
positif untuk protein yang mengandung tirosin ,fenilalanin dan triptofan. Kulit kita bila kena
asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein ini.
B. Reaksi Hopkins-Cole
Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan asam kuat dan
membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang mengandung triptofan dapat di
reaksikandengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat . Pereaksi ini dibuat
dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air.
serbuk
COOH CHO
COOH Mg COOH

Asam oksalat asam glioksilat

Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole , asam sulfat dituangkan perlahan-lahan


sehingga membentuk lapisan dibawah larutan protein . Beberapa saat kemudian akan terjadi
cinci ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut . Pada dasarnya reaksi Hopkins-Cole
memberi hasil positif khas untuk gugus indol dalam protein.

C. Reaksi MillonPereaksi Millon

adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini
ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah
menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena
terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang
mengandung tirosin akan memberikan hasil positif.

D. Reaksi Nitroprusida

Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah dengan


protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein yang mengandung sistein dapat
memberikan hasil positif. Gugus –S-S pada sistin apabila direduksi dahulu dapat juga
memberikan hasil positif.

E. Reaksi Sakaguchi

Pereaksi yang digunakan ialah naftol dan natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi ini
memberi hasil positif apabila ada gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung
arginin dapat menghasilkan warna merah.
BAB III
PENUTUP

Protein adalah polimer linear yang dibangun dari 20 asam amino yang yang berbeda.
Semua asam amino menguasai fitur struktural umum, termasuk satu karbon kepada satu gugus
amino, suatu gugus karboksil, dan suatu rantai samping variabel terikat. Hanya prolina berbeda
dengan hal ini struktur dasar karena berisi satu cincin, arena yang tidak biasa kepada kelompok
amina N-end, angkatan yang separuh amida CO–NH ke dalam suatu yang diperbaiki. Rantai
samping dari asam amino patokan, yang terperinci di dalam daftar asam amino yang standar,
mempunyai kekayaan kimia yang berbeda bahwa menghasilkan tiga struktur protein dimensional
dan kemudian kritis kepada fungsi protein.
Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula, inilah contoh penting protein:
1. Katalis enzimatik
Enzim mempunyai daya katalik yang sangat besar, umumnya meningkatkan kecepatan reaksi
sampai jutaan kali. Transformasi kimia in vivo sukar berlangsung tanpa kehadiran enzim. Ribuan
enzim telah diketahui sifatnya dan banyak diantaranya telah dapat dikristalisasi. Fakta
menunjukan bahwa hampir semua enzim yang dikenal adalah protein. Jadi protein merupakan
pusat dalam menetapkan pola transformasi kimia dalam sistem biologis.
2. Transport dan penyimpanan
Berbagai molekul dan ion ditransport oleh protein spesifik. Misalnya transport oksigen dalam
eritrosit oleh hemoglobin; dan mioglobin suatu protein sejenis metransport oksigen dalam otot.
3. Koordinasi gerak
Protein merupakan komponen utama dalam otot. Kontraksi otot berlangsung akibat pergeseran
dua jenis filamen protein. Contoh lain adalah pergerakan kromosom pada proses mitosi dan
gerak sperma oleh flagela.
4. Penunjang mekanis
Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh adanya kolagen yang merupakan protein fibrosa.
5. Proteksi imun
Antibodi merupakan merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta
berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel yang berasal dari organisme lain.
6. Membangkitkan dan menghantar inpuls saraf
Respon sel saraf terhadap rangsang sesifik diperantarai oleh protein reseptor. Misalnya rodopsin
suatu protein yang sensitif terhadap cahaya ditemukan pada sel batang retina. Protein reseptor
yang dipicu oleh molekul kecil spesifik seperti asetlkolin, berperan dalam trasnmisi inpuls saraf
pada sinaps yang menghubungkan sel-sel saraf.
7. Pengaturan tumbuhan dan diferensiasi
Pengaturan urutan ekspresi informasi genetik sangat penting bagi pertumbuhan yang beraturan
serta diferensiasi sel. Hanya bagian kecil genom dalam sel yang akan diekspresikan pada suatu
saat. Pada bakteri, protein reseptor merupakan elemen pengatur yang penting untuk meredam
spesifik suatu DNA dalam suatu sel. Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan difrensiasi
diatur oleh protein faktor pertumbuhan.

 Pengelompokan protein didasarkan atas :


1. Struktur Susunan Molekul Protein
Terbagi menjadi 2 , yaitu :
a. Fibriler (Serat)
Yaitu protein berbentuk serabut dan tidak larut dalam pelarut-pelarut encer serta sukar
diuraikan oleh enzim. Terdiri atas rantai polipeptida memanjang. Berfungsi sebagai pelindung.
Cth : kolagen.
c. Globuler (Bulat dan Elips)
Protein ini larut dalam air, asam atau basa dan dalam etanol. Terdiri atas rantai polipeptida
berlipat. Memiliki fungsi gerak atau dinamik. Cth : albumin, mioglobin dll.
Komposisi Kimia
di bedakan menjadi 2, yaitu :
Protein Sederhana
Hanya terdiri atas asam amino dan tidak ada gugus kimia lain.
Protein tersebut antara lain :
 albumin
 globulin
 glutelin
 prolamin
 albuminoid
 histone
 protamin

I. Protein Konjugasi
Protein ini hanya terdiri atas rantai polipeptida yang terikat pada gugus kimia lain, seperti :
 kromoprotein.
 glikoprotein.
 nukleoprotein
 lesitoprotein
 lipoprotein

2. Penggolongan Protein Berdasarkan Fungsi Biologi


Protein sebagai makromolekul (molekul besar) mampu menunjukkan berbagai fungsi
biologi. Atas dasar peran ini maka protein dapat diklasifikasikan sebagai berikut enzim, protein
transport, protein nutrient dan penyimpan, protein kontraktil atau motil, protein struktural,
protein pertahanan dan protein pengatur.

1. Protein sebagai enzim


Enzim, merupakan protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator. Hampir seluruh
reaksi kimia yang terjadi di tingkat sel dikatalisis oleh enzim. Protein yang paling bervariasi dan
mempunyai kekhususan tinggi adalah protein yang mempunyai aktivitas katalisa, yakni, enzim.
Enzim merupakan protein yang mempunyai fungsi sebagai katalis yang mempercepat laju reaksi
dengan menurunkan energi aktivasi dari reaksi tersebut. Hampir semua reaksi kimia biomolekul
organik di dalam sel dikatalisa oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim, masing-masing dapat
mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda, telah ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan.
Beberapa contoh enzim yang banyak dimanfaatkan saat ini seperti, glukosa oksidase yang
mengkatalisis glukosa menjadi asam glukonat, urikase yaitu enzim yang dapat membongkar
asam urat menjadi alantoin.

2. Protein sebagai protein transport


Protein transport adalah protein yang dapat mengikat dan membawa molekul atau ion
yang khas dari satu organ ke organ lainnya. Protein transport di dalam plasma darah mengikat
dan membawa molekul atau ion spesifik dari satu organ ke organ lain. Contoh protein transport
adalah mioglobin. Mioglobin merupakan protein pengikat oksigen yang relatif kecil (BM
16.700) yang ditemukan pada sel otot. Fungsinya adalah untuk menyimpan oksigen yang terikat
dan untuk meningkatkan transport oksigen ke mitokondria, yang mempergunakan oksigen
selama oksidasi nutrien sel.
Molekul hemoglobin adalah suatu tetramer a2b2 yang terdiri dari 2 rantai a yang identik
dan 2 rantai b yang identik. Subunit a dan b-nya terhubung secara struktur dan evolusi terhadap
satu sama lain dan terhadap mioglobin, suatu monomerik yang mengikat oksigen pada otot.
Struktur dari hemoglobin (hemoglobin tetramer) adalah molekul spheroidal dengan dimensi
64x55x50 Amstrong. Dua protomer ab-nya terhubung secara simetris dengan rotasi lipatan dua.
Hemoglobin menyusun 33% dari berat tubuh manusia. Hemoglobin adalah salah satu protein
pertama yang dapat ditentukan massa molekulnya secara akurat, protein pertama yang
dikarakterisasikan dengan ultra sentrifugasi dan dihubungkan dengan fungsi fisiologis spesifik
(dari transpor oksigen), dan dalam sel sabit anemia merupakan yang pertama dalam
menunjukkan mutasi yang menyebabkan perubahan asam amino tunggal. Hemoglobin bukanlah
hanya sebuah tangki oksigen sederhana, akan tetapi merupakan sistem pembawa oksigen modern
yang menyediakan jumlah oksigen secara akurat menuju jarngan-jaringan di bawah kondisi
apapun. Hemoglobin membawa oksigen dari paru-paru, insang, atau kulit hewan menuju kapiler-
kapiler yang berfungsi dalam respirasi. Organisme yang sangat kecil tidak membutuhkan protein
ini karena kebutuhan respirasinya dicukupkan dengan difusi pasif yang sederhana dari oksigen
sepanjang tubuh. Akan tetapi, karena laju transpor dari difusi zat bervariasi secara terbalik
dengan pangkat dari jarak yang harus ditempuh, laju difusi oksigen sepanjang jaringan lebih
tebal dari 1mm adalah terlalu lamban untuk menopang kehidupan. Oleh karena itu, evolusi
organisme yang besar dan kompleks, seperti Annelida (contoh cacing tanah), membutuhkan
perkembangan sistem sirkulasi secara aktif membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan darah
untuk organisme ini harus mempunyai pembawa oksigen seperti hemoglobin karena kelarutan
oksigen dalam plasma darah terlalu rendah untuk membawa oksigen yang cukup untuk
kebutuhan metabolisme.
3. Protein sebagai protein penyimpan
Protein nutrient sering disebut juga protein penyimpanan, protein ini merupakan
cadangan makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa contoh
protein ini, sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari seperti ovalbumin merupakan
protein utama putih telur, kasein sebagai protein utama dalam susu. Biji berbagai tumbuhan
menyimpan protein nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan embrio tanaman. Terutama,
contoh yang telah dikenal adalah protein biji dari gandum, jagung, dan beras. Ovalbumin protein
utama putih telur, dan kasein, protein utama susu merupakan contoh lain dari protein nutrien.
Ferritin jaringan hewan merupakan protein penyimpan besi.

Kasein adalah protein yang terdapat dalam susu dan digunakan sebagai agen pengikat
pada berbagai macam makanan. Secara teknis, kasein merupakan golongan fosfoprotein, yang
merupakan kumpulan ikatan protein yang mengandung asam fosfat. Ketika berkoagulasi dengan
renin, kasein disebut parakasein. Kasein merupakan garam, artinya kasein tidak memiliki muatan
ion bersih. Kasein tidak tergumpalkan oleh panas. Hal ini dipicu oleh asam dan enzim rennet
yang merupakan enzim proteolitik. Kasein terdiri dari jumlah yang cukup tinggi dari prolin
peptida, namun tidak berinteraksi dimana tidak membentuk jembatan disulfida sehingga relatif
tidak memiliki struktur tersier.

4. Protein sebagai protein kontraktil


Protein kontraktil juga dikenal sebagai protein motil, di dalam sel organisme protein ini
berperan untuk berkontraksi, mengubah bentuk, atau bergerak seperti aktin dan miosin. Kedua
protein ini merupakan filamen yang berfungsi untuk bergerak di dalam sistem kontraktil dan otot
kerangka. Contoh lainnya adalah tubulin pembentuk mikrotubul merupakan zat utama penyusun
flagel dan silia yang menggerakkan sel.
Salah satu contoh protein kontraktil adalah Aktin. Yang berhubungan erat dengan filamen tebal
pada otot kerangka adalah filamen tipis, yang terdiri dari protein aktin. Aktin terdapat dalam dua
bentuk, aktin globular (G-aktin) dan aktin serat (F-aktin). Aktin serat sebenarnya merupakan
untaian panjang molekul G-aktin(BM 46.000) yang bergabung membentuk suatu filamen. Dua
filamen F-aktin saling membelit terhadap sesamanya membentuk struktur dua untaian serupa
tambang

5. Protein sebagai protein struktural


Protein struktural, jenis protein ini berperan untuk menyangga atau membangun struktur
biologi makhluk hidup. Misalnya kolagen adalah protein utama dalam urat dan tulang rawan
yang memiliki kekuatan dan liat. Persendian mengandung protein elastin yang dapat meregang
dalam dua arah. Jenis lain adalah kuku, rambut dan bulu-buluan merupakan protein keratin yang
liat dan tidak larut dalam air. Komponen utama dari serat sutra dan jaring labah-labah adalah
protein fibroin. Fibroin merupakan protein serabut yang tidak larut, tetapi protein ini bersifat
fleksibel dan lentur; dan tidak dapat meregang.

6. Protein sebagai protein regulator


Beberapa protein membantu mengatur aktivitas seluler atau fisiologi. Di antara jenis ini
terdapat sejumlah hormon, seperti insulin, yang mengatur metabolisme gula, dan kekurangannya,
menyebabkan penyakit diabetes. Hormon pertumbuhan dari pituitary dan hormon paratiroid,
yang mengatur transport Ca2+ dan fosfat. Protein pengatur lain, yang disebut represor mengatur
biosintesa enzim oleh sel bakteri. Kortikotropin merupakan protein struktural yaitu suatu hormon
dari kelenjar pituitary anterior yang merangsang korteks adrenal.

7. Protein sebagai protein pertahanan


Banyak protein mempertahankan organisme dalam melawan serangan oleh spesies lain
atau melindungi organisme tersebut dari luka. Imunoglobulin atau antibodi pada vertebrata
adalah protein khusus yang dibuat oleh limfosit yang dapat mengenali dan mengendapkan atau
menetralkan serangan bakteri, virus, atau protein asing dari spesies lain. Fibrinogen dan trombin
merupakan protein penggumpal darah yang menjaga kehilangan darah jika sistem pembuluh
terluka. Bisa ular, toksin bakteri, dan protein tumbuhan beracun, seperti risin, juga tampaknya
berfungsi di dalam pertahanan tubuh.

8. Protein Lain
Terdapat banyak protein lain yang fungsinya agak eksotik dan tidak mudah
diklasifikasikan. Merupakan hal yang luar biasa bahwa semua protein ini dengan sifat dan fungsi
yang amat berbeda terbuat dari 20 asam amino yang sama. Monelin, suatu protein tanaman dari
Afrika yang mempunyai rasa yang amat manis. Protein ini sedang dipelajari sebagai pemanis
makanan yang tidak menggemukkan dan tidak beracun untuk manusia.
Sumber Protein
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein
yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut
protein nabati. Beberapa makan sumber protein ialah daging, telur,susu, ikan,beras, kacang,
kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Beberapa bahan makanan yang mengandung protein
serta kadar proteinnya dapat dilihat ditabel.
Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang
makan tumbuhan mengbah protein nabati menjadi protein hewani. Di samping digunakan untuk
pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh
kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata- rata unsur kimia yang terdapat dalam
protein ialah sebagai berikut: karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang
0-3%, dan fosfor 0-3%. Dengan pedoman pada kadar nirogen sebesar 16%, dapat dilakukan
penentuan kandungan protein dalam suatu bahan makanan.unsur nitrogen ditentukan secara
kuantitatif, misalnya dengan cara Kjeldahl, yaitu dengan cara dekstruksi dengan asam pekat.
Berat protein yang ditentukan ialah 6,25 kali berat unsur nitrogen.

Penyakit akibat kekurangan protein banyak jenisnya, misalnya penyusutan jaringan otot,
kehilangan berat badan, penumpukan cairan, anemia, denyut jantung sangat rendah, juga
termasuk penyakit pigmentasi pada kulit. Salah satu efek yang berbahaya dari kurangnya protein
adalah timbulnya penyakit muka tua yang disebabkan oleh kekurangan protein dan karbohidrat
di saat bersamaan.
Kekurangan Protein bisa berakibat fatal:
a. Kerontokan rambut.
b. Penyakit kekurangan protein atau biasa disebut kwashiorkor.
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan parah protein dalam diet yang
mengandung kalori sebagian besar dari karbohidrat seperti ubi, beras dan pisang. Umumnya
penderitanya adalah anak kecil yang tidak mendapat asupan nutrisi protein yang cukup pada
masa pertumbuhannya. Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus .
Marasmus (seluruh badan menjadi lemah) adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
protein dan kalori cukup parah yang mempengaruhi bayi dan anak-anak, sering mengakibatkan
penurunan berat badan dan dehidrasi.
c. Kekurangan protein C
Salah satu protein yang sangat penting bagi tubuh dan sangat berbahya bila tidak ada adalah
protein C. Protein C berkaitan dengan pembekuan darah. Protein bisa dengan mudah ditemukan
pada berbagai macam jenis makanan apalagi Indonesia terkenal dengan makanan tempe yang
kaya akan protein.

d. Cachexia
Cachexia adalah suatu kondisi yang melibatkan kekurangan protein, penipisan otot rangka dan
tingkat peningkatan degradasi protein, menurut penelitian oleh DP Kotler diterbitkan dalam
“Annals of Internal Medicine” pada tahun 2000. Menurut JE Morley dalam “American Journal
of Clinical Nutrition”,Cachexia menyebabkan penurunan berat badan, kematian,penyakit kanker,
AIDS, gagal ginjal kronis, penyakit panas, penyakit paru obstruktif kronik dan rheumatoid
arthritis. Pasien dengan kanker ganas dari lambung, usus, hati, saluran empedu dan gangguan
pankreas, memiliki kelelahan dan keseimbangan nitrogen negatif sebagai akibat dari hilangnya
massa otot dari cachexia, Sumber yang ditulis oleh J Ockenga dalam “pencernaan Farmakologi
dan Terapi” pada tahun 2005.
Akibat dari kwashiorkor dan marasmus sendiri, yaitu:

1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

2. Mudah terkena penyakit

3. Berkurangnya daya pikir

4. Penurunan fungsi otak

5. Ketidakseimbangan cairan elektrolit

6. Berkurangnya daya tahan tubuh

7. Bila tidak segera diobati berakhir dengan kematian

Reaksi-reaksi Protein
a. Reaksi Xantroprotein

Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati kedalam larutan protein . Setelah
dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi
yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini
positif untuk protein yang mengandung tirosin ,fenilalanin dan triptofan. Kulit kita bila kena
asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein ini.

b. Reaksi Hopkins-Cole

Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan asam kuat dan
membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang mengandung triptofan dapat di
reaksikandengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat . Pereaksi ini dibuat
dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air.

serbuk
COOH ------------------------>CHO
COOH Mg COOH

Asam oksalat asam glioksilat

Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole , asam sulfat dituangkan perlahan-lahan


sehingga membentuk lapisan dibawah larutan protein . Beberapa saat kemudian akan terjadi
cinci ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut . Pada dasarnya reaksi Hopkins-Cole
memberi hasil positif khas untuk gugus indol dalam protein.

c. Reaksi Millon

Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi
ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah
menjadi merah oleh pemanasan.

d. Reaksi Nitroprusida
Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah dengan protein
yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein yang mengandung sistein dapat memberikan
hasil positif. Gugus –S-S pada sistin apabila direduksi dahulu dapat juga memberikan hasil
positif.

e. Reaksi Sakaguchi

Pereaksi yang digunakan ialah naftol dan natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi ini memberi
hasil positif apabila ada gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung arginin
dapat menghasilkan warna merah.

DAFTAR PUSTAKA

Ngili Yohanis. 2010. Biokimia Dasar. Rekayasa Sains. Bandung

Poedjiadi Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia

Sadikin Mohamad dkk. 1996. Biokimia Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai