Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Klinik Lanjutan
Dosen mata kuliah:
dr. Junaedi, Sp.PK
dr. Harun Nurrachmat, Sp.PK
Disusun oleh :
1. Emma Ismawatie : G4C018001
2. Sri Martuti : G4CO18002
3. Wijanarko : G4CO18003
4. Muhammad Arsyad : G4CO18004
5. Edy Purwanto : G4CO18005
6. Muhammad Arief Fadillah : G4CO18006
7. Mohammad Reza Taufiq Pratama : G4CO18007
A. Pendahuluan
Protein asal kata protos dari bahasa yunani yang berarti “yang paling utama”. Protein adalah
senyawa organik kompleks dengan berat molekul tinggi, selain itu protein juga memiliki gugus
Amina (-NH2) dan gugus Kabroksil (-COOH), hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala
sulfur serta fosfat. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup
dan virus.
Asam amino dapat dibedakan menjadi :
1. Peptida, jika terdiri atas untaian pendek asam amino (2-10 asam amino)
2. Polipeptida, jika terdiri atas 10-100 asam amino
3. Protein, jika terdiri atas untaian panjang lebih dari 100 asam amino
B. Fungsi Protein
Fungsi utama protein sebagai enzim, Alat pengangkut dan penyimpan misalnya hemoglobin
menyangkut oksigen dalam eritrosit sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot,
penunjang mekanis, media perambatan impuls syaraf misalnya berbentuk reseptor dan
pengendalian pertumbuhan,fungsi protein bagi tubuh banyak sekali adalah beberapa fungsi
protein:
1. Setiap gram dalam proteinndapat dapat menghasilkan4,1 kalori, yang cocock sebagai
sumber energi
2. Mengatur metabolisme tubuh
3. Protein dapat sebagai asupan energi utama untuk yang sedang diet rendah gula.
4. Menjaga keseimbangan antara asam basa dan keseimbangan cairan dalam tubuh. Protein
berperan penting dalam menjaga stabilitas pH cairan tubuh
5. Protein merupakan bahan dalam sintesis substansi seperti halnya hormon zat antibody
dan organel sel lainnya
6. Protein membantu proses pertumbuhan pada anak-anak dan remaja karena sel-sel tubuh
mendapat cukup asupan zat pembangun
7. Menbantu kerja tubuh dalam menetralkan atau menghancurkan zat-zat asing yang masuk
ke dalam tubuh
C. Penggolongan Protein
Apabila protein murni dianalisa unsur-unsur penyusunnya, akan dijumpai gambaran sebagai
berikut:
C : 50-55%
O : 20-25%
N : 15-18%
H : 5-7%
S : 0,4-2,5%
P : sedikit
Fe : sedikit
Cu : sedikit
BM rata-rata asam amino adalah 120, karena itu jika protein murni diketahui memiliki BM
tertentu(mis: 120.000), dapat diperkirakan jumlah molekul asam amino penyusunan ± 1000
unit. Karena molekulnya yang besar(BM dari beberapa puluh sampai angka jutaan), maka
protein mudah sekali mengalami perubahan bentuk fisis atau aktivitas biologisnya.
Kerusakan protein dapatdisebabkan oleh pemanasan, penambahan asam atau basa,
penambahan alkohol atau pelarut organik lain, logam berat, radiasi UV atau sinar radioaktif.
Kerusakan protein tersebut umumnya bersifat permanen, dan secara fisik dapat diamati dengan
terjadinya proses pemadatan sehingga protein tidak larut. Protein dapat terhidrolisa menjadi
asam-asam amino penyusunnya. Hidrolisa dapat terjadi dengan penambahan HCL atau H2SO4
encer, alkali encer,atau enzim tertentu, yang terakhir berlangsunglambat, namun hasilnya tetap
memiliki sifat optis aktif
Denaturasi Protein, adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa memutuskan
ikatan kovalen. Proses ini bersifat khusus untuk protein, biasanya diikuti oleh hilangnya
aktifitas biologi dan perubahan yang berarti pada sifat fisika terutama kelarutan. Denaturasi
dapat terjadi oleh berbagai penyebab: panas,pH, garam dan tekananpermukaan (dikocok),
protein putih telur mudah didenaturasi dengan panas dan jika dikocok jadi busa. Rentang suhu
pada saat terjadi denaturasi dan koagulasi sebagian besar protein sekitar 55-75˚C, ada beberapa
kekecualian, misalnya kasein dan gelatin dapat dididihkan tanpa perubahan kestabilan yang
nyata
E. Asam Amino
Struktur asam amino dialam terdiri dari COOH asam amino mempunyai konfirmasi α dan L
(α)...HC – NH2 kecuali glisina yang tidak mempunyai atom C R asimetrik. Asam amino
diantaranya terdapat pada antibiotika yang dihasilkan oleh bakterintanah. Asam amino
mempunyai sifat amfoter, larut dalam air, tidak berwarna, tidak larut dalam alkohol atau eter,
dengan logam berat dapat membentuk garam komplek misalnya: dengan Cu 2+. Sampai
sekarang dikenal 24 macam asam amino, yang dapat dikelompokkan menjadi asam amino
esensial(tidak dapat disintesa oleh tubuh) dan asam amino non esensial(dapat di sintesa)
Pada umumnya kualitas protein hewan lebih tinggi dari pada kualitas protein tumbuhan.
Protein telur merupakan salah satu dari protein berkualitas, dandipakai secara luas sebagai
standar.Protein serialia kadang-kadang tidak mengandung lisina dan treonina. Kedelai
merupakan sumber lisina yang baik, tetapi tidak mengandungmetioinina, Protein kentang
berkualitas sangat baik(setara telur) tetapi jumlahnyakecil.
Penggolongan Asam Amino dibagi menjadi 2 yaitu asam amino Esensial, misalnya:
Hiatidin, isoleusin, leusin, lisin,metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin dan asam amino
Non esensial, misdalnya: alanin, asam aspartat, sitrulin, sistin, Asam glutamat,hidroksiprolin,
prolin, serin. Tirosiin, glisin,arginin.
BAB II
METABOLISME PROTEIN
Protein dalam makanan nabati terlindung oleh dinding sel yang terdiri atas selulosa
sehingga daya cerna sumber protein nabati pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan
sumber protein hewani. Sebagian besar protein sangat resisten terhadappencernaan, hanya
ikatan superfisial saja yang peka terhadap aktifitas enzim proteolitik. Namun, setelah protein
mengalami denaturasi oleh pajanan panas atau asam, kekuatan yang mempertahankan struktur
protein menjadi lemah sehingga protein dapat dicerna. Proses pemasakan dan kondisi asam
dalam lambung mempermudah proses pencernaan.
Protein dalam makanan yang berada di rongga mulut belum mengalami proses pencernaan.
Di lambung terdapat enzim pepsin dan asam klorida (HCL) yang memecah protein makanan
menjadi metabolite intermediate tingkat polipeptida. Asam klorida berfungsi
untukmendenaturasi protein dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin pada pH < 4
sedangkan pepsin berfungsi memecah rantai polipeptida menjadi unit yang lebih kecil menjadi
polipeptida yang lebih pendek. Protein makanan yang sudah mengalamipencernaan parsial itu
dicerna lebih lanjut oleh enzim yang berasal dari pankreas, yaitu tripsinogen, kimotripsinogen,
karboksipeptidase, dan endopeptidase.Tripsinogen dan endopeptidase diaktifkan oleh
enterokinase di usus halus.Hal ini terjadi akibat rangsangan kimus terhadap mukosa usus halus.
Enzim-enzim pankreas memecah protein dari bentuk polipeptida menjadi peptida lebih pendek,
yaitu tripeptida, dipeptida, dan sebagian menjadi asam amino. Mukosa usus halus juga
mengeluarkan enzim-enzim protease yang menghidrolisis ikatan peptida.Protein makanan di
dalam usus halus dicerna total menjadi asam-asam amino yang kemudian diserap melalui sel-sel
epithelium dinding usus. Absorbsi berlangsung melalui difusi pasif maupun mekanisme
transport aktif yang tergantung oleh natrium. Sejumlah protein utuh mungkin ikut terabsorbsi
sehingga dapat meningkatkan reaksi alergi, meskipun absorbsi protein utuh ini penting bagi
bayi karena memberikan kekebalan tubuh. Asam amino yang diabsorbsi kemudian masuk ke
peredaran darah melalui vena porta dan dibawa ke hati. Sebagian asam amino digunakan oleh
hati dan sebagian lainnya melalui sirkulasi darah dibawa ke sel-sel jaringan. Selain
mengabsorbsi asam amino dari makanan, mukosa usus juga mengabsorbsi cukup banyak asam
amino endogen (± 80 g/hari), yang berasal dari sekresi ke dalam usus halus dan sel yang
terkelupas dari permukaan mukosa.2Penambahan asam amino endogenmenyebabkan komposisi
asam-asam amino menjadi lebih seimbang yang meningkatkan penyerapan.5
Pada gangguan pencernaan dan penyerapan, protein makanan dapat terbawa ke dalam colon
dan dipecah oleh mikroflora usus. Pemecahan protein oleh mikroflora ususmenimbulkan proses
pembusukan yang menghasilkan gas H2S, idol, dan skatol yang berbau busuk. Dekarboksilasi
asam-asam amino menghasilkan berbagai ikatan amino yang toksik. Kumpulan ikatan-ikatan ini
diberi nama ptomaine yang terdiri dari putrescine dan cadaverine. Polipeptida dengan berat
molekul rendah yangdapat menembus lapisan epitel usus dan masuk diserap ke dalam cairan
tubuh dan aliran darah. Polipeptida dan protein asing yang masuk ke dalam milie interieur yang
bersifat antigenik sehingga merangsang alat pertahanan tubuh untuk menggerakan upaya-upaya
perlawanan dengan membuat antibodi.
C. Ekskresi Protein
Pada umunya orang sehat tidak mengekskresikan protein, melainkan sebagai metabolitnya
atau sisa metabolisme. Selain CO2dan H2O sebagai hasil sisametabolisme protein, terjadi pula
berbagai ikatan organik yang mangandung nitrogen seperti urea dan ikatan lain yang tidak
mengandung nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan pada proses deaminasi masuk ke dalam siklus
urea dan diekskresikan melalui ginjal dalambentuk air seni. Nitrogen yang dilepaskan pada
proses transaminase tidak dibuang ke luar tubuh, tetapi digunakan lagi untuk proses sintesis
protein tubuh.5
Terjadi pergantian protein secara kontinyu dalam tubuh, pada orang dewasa yang sehat
menunjukkan keseimbangan antara sintesis dan pemecahan. Selama masa pertumbuhan, sintesis
lebih banyak daripada pemecahan, sedangkan pada kondisi tertentu sepertikelaparan, kanker,
dan trauma pemecahan lebih besar daripada sintesis.
Sintesis protein diregulasi oleh insulin, sedangkan katabolisme diregulasi oleh
glukokortikoid. Pada tingkat selular, transkripsi DNA menjadi RNA pembawa pesan (mRNA)
menghasilkan cetakan untuk sintesis protein di ribosom.2,5Sintesis protein berlangsung lebih
cepat setelah makan daripada dalam kondisi puasa karena suplai asam aminonya lebih banyak.
Rata-rata jumlah energi yang digunakan untuk sintesis protein adalah 12% dari laju
metabolisme basal. Beberapa asam amino digunakan untuk sintesis molekul-molekul lain,
seperti arginin, glisin, tirosin, triptofan, histidin, lisin, metionin, glutamin, dan sistein, glutamate
serta glisin. Molekul tersebut mengatur fungsi vital dalam tubuh dan merupakan bagian yang
cukup besar dalam pertukaran asam amino spesifik setiap hari.2
Asam amino digunakan untuk sintesis protein atau glukoneogenesis di dalam hati sehingga
menghasilkan glukosa yang disebut dengan glukogenik. Asam ketogenik (termasuk lisin dan
leusin) menghasilkan asam asetoasetat dan akhirnya menghasilkan asetil KoA. Beberapa asam
amino mungkin bersifat glukogenik sekaligus ketogenik, termasuk triptofan, metionin, sistein,
fenilalanin, tirosin, dan isoleusin.Didalam tubuh tidak ada persediaan besar asam amino.
Kelebihan asam amino dalam tubuh menyebabkan terjadinya deaminase. Nitrogen dikeluarkan
dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh.
Deaminase atau melepaskan gugus amino (NH2) dari asam amino akan menghasilkan sisa
berupa amonia dalam sel. Amonia yang bersifat racun akan masuk ke dalam peredaran darah
dan dibawa ke hati.3
BAB III
PROTEIN PLASMA
Komponen terbesar dari bahan padat plasma darah adalah protein plasma dengan
konsentrasi 7-7,5 g/dL. Protein plasma tidak hanya terdiri dari protein sederhana namun juga
protein terkonjugasi seperti glikoprotein dan lipoprotein.Protein plasma dapat dipisahkan dalam
tiga kelompok besar yaitu fibrinogen, albumin, dan globulin. Protein plasma terdispersi dalam
plasma sebagai koloid dan karena ukurannya yang relatif besar maka protein plasma tidak
keluar melalui pori-pori dinding kapiler sehingga dinding kapiler relatif impermeabel terhadap
protein plasma. Oleh karena itu protein plasma membentuk tekanan osmotik antara darah dan
cairan interstisium sebesar 25 mmHg yang mengakibatkan air tertarik ke dalam darah. Protein
plasma juga bertanggung jawab sekitar 15% terhadap buffer darah.(Ganong W, 2008)
b. Fungsi albumin
Protein plasma terbanyak adalah albumin yang membentuk hampir separuh total protein
plasma sedangkan sisanya dikelompokkan ke dalam globulin. Banyak dari globulin yang
berperan sebagai protein transport.(Ramakrishnan)
Hepar merupakan organ utama yang berperan dalam sintesis protein yang bersirkulasi.
Ketika sintesis protein oleh hepar ditekan maka jumlah protein dalam darah akan menurun.
Hipoproteinemia dapat mengakibatkan edema karena menurunnya tekanan osmotik yang
diperantarai oleh protein.Hal ini mengakibatkan air dalam plasma meninggalkan sirkulasi
dan masuk ke rongga interstisial dan menyebabkan edema. Protein lain yang disintesis oleh
hepar adalah glikoprotein. Glikoprotein berperan dalam hemostasis, transport, inhibisi
protease, dan ligand binding. Protein fase akut yang merupakan bagian dari sistem imun dan
berespon pada berbagai bentuk luka juga disintesis oleh hepar.(Nagao Y., Sata M., 2010)
Albumin adalah protein utama dalam plasma manusia. Albumin membentuk 60% protein
total plasma dengan kadar 3,4-4,7 g/dL. Albumin terdiri dari satu rantai polipeptida dengan
585 asam amino dan mengandung 17 ikatan disulfida).Albumin berbentuk elips dengan berat
molekul 69 kDa dan memiliki waktu paruh 20 hari.Perbandingan ukuran protein plasma
lainnya dengan albumin tampak pada gambar 2.5.10 Albumin berkelarutan tinggi dan
bermuatan negatif.24 Albumin berfungsi sebagai pembawa komponen-komponen hidrofobik
seperti asam lemak, steroid, asam amino hirofobik, vitamin, dan obat.Albumin juga penting
dalam regulasi tekanan osmotic.
Dalam tubuh manusia dewasa albumin disintesa oleh hati sekitar 100-200 mikrogram per
gram jaringan hati perhari. Albumin didistribusikan secara vaskuler dalam plasma dan secara
ekstravaskuler dalam kulit, otot, dan beberapa jaringan lain. Sintesa albumin dalam sel hati
dilakukan dalam dua tempat, pertama pada polisom bebas dimanadibentuk albumin untuk
keperluan intravaskuler.Kedua, poliribosom yangberkaitan dengan retikulum endoplasma
dimana dibentuk albumin untukdidistribusikan ke seluruh tubuh (Eddy Suprayitno, 2003).
Sintesa albumin dipengaruhi beberapa faktor, yaitu nutrisi terutamaasam amino, hormon dan
adanya suatu penyakit. Asam amino yang dapat merangsang terjadinya sintesa albumin
adalah triptopan, arginin, ornitin,lisin, fenilalanin, treonin dan proli. Sedangkan hormon
yang dapat merangsang sintesa albumin adalah tiroid, hormon pertumbuhan,
insulin,adrenokortikotropik, testosteron, dan korteks adrenal. Adapun yang
dapatmenghambat sintesa albumin adalah alkhohol serta adanya suatu penyakityang
mengakibatkan gangguan sintesa albumin seperti pada seseorangpenderita penyakit hati
kronis, ginjal, dan kekurangan gizi seperti kwashiorkor (Murray, dkk,2003)
C. Globulin
Globulin merupakan kelompok protein yang tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam
larutan asam, basa, dan larutan garam dengan konsentrasi rendah.Seperti yang telah
disebutkan di muka bahwa globulin plasma terdiri dan alpha, beta dan gamma globulin dan
masing-masing globulin tersebut masih dapat digolongkan dalam fraksi-fraksi yang lebih
kecil.Kadar alpha dan beta globulin adalah tergantung pada macam spesies hewan.Fungsi
utama alpha dan beta globulin adalah sebagai pembawa (carrier) macam-macam lipida,
hormon hormon yang larut dalam lipida, vitamin dan lain-lain substansi yang mirip dengan
lipida. Lipida-lipida ini tidak secara bebas dalam plasma selama transportasi, akan tetapi
terikat oleh globulin dan disebut lipoprotein. Alpha globulin lain termasuk komponen
glikoprotein yaitu ceruloplasmin, berfungsi sebagai pembawa ion tembaga (Cu). Contoh lain
yang termasuk alpha globulin yaitu haptoglobulin yang berfungsi sebagai pembawa Hb yang
kemudian akan mengedarkannya dalam plasma. Pengangkutan besi (Fe) berhubungan erat
dengan beta globulin. Suatu glikoprotein yang terlibat dalam pengangkutan Fe ini disebut
transferin atau sideropilin.Pengangkutan pertama terjadi pada tempat-tempat absorpsi Fe
pada traktus intestinal ke tempat-tempat penyimpanan dalam tubuh termasuk organ hati dan
limpa.Gamma globulin atau imunoglobulin terutama berhubungan erat dengan antibodi.
Pada umumnya kenaikan kadar gamma globulin selalu diikuti oleh kenaikan titer antibodi,
akan tetapi hal ini tidak selalu berlaku. Adapun globulin terbagi atas :
Alpha 1 globulin.
Alpha 2 globulin
Beta globulin
Gamma globulin
Gamma globulin (antibodi) dan beberapa variasi dari enzim dan juga protein transport atau
karier yang tidak larut, baik di dalam air maupun di dalam larutan garam konsentrasi tinggi,
tetapi larut dalam larutan garam konsentrasi sedang. Globulin mempunyai rasio 35% dari
protein plasma, berguna untuk sirkulasi ion, hormon dan asam lemak dalam sistem
kekebalan. Beberapa jenis globulin mengikat hemoglobin, beberapa yang lain mengusung
zat besi, berfungsi untuk melawan infeksi, dan bertindak sebagai faktor koagulasi (Kaslow
2010).
BAB IV
ENZIM
A. Pengertian Enzim
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimiaorganik. Molekul
awal yang disebut substratakan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut
produk. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup
cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme.
B. Fungsi Enzim
Enzim mempunyai peranan yang sangat penting didalam suatu reaksi kimia.Seperti yang
dijelaskan Fungsi enzim ialah untuk mempercepat suatu reaksi kimia pada tubuh oprganisme.
Tanpa enzim, maka proses metabolisme baik anabolisme maupun katabolisme akan terganggu.
Selain dari hal itu, sifat enzim yang tidak ikut bereaksi dengan substrat inilah yang sangat
paling menguntungkan dalam sebuah percepatan reaksi kimia pada tubuh organisme.
Sisi aktif dari enzim akan disi oleh subtra yang mempunyai bentuk yang sama
2. Teori Induced Fit
Sisi aktif dari enzim akan berubah bentuk menyesuaikan dari bentuk subtratnya
3. Sifat
Peranan Enzim yang sangat penting dalam kelangsungan hidup organisme. Oleh karenanya
hal tersebut, kita harus mengetahui apa saja sifat-sifat dari enzim ini. Dibawah ini merupakan
uraian mengenai sifat – sifat enzim yang harus kita ketahui :
1. Biokatalisator
Bersifat biokatalisator artinya enzim merupakan sebuah senyawa katalis yakni sebuah
senyawa yang mempercepat sebuah reaksi kimia tanpa ikut bereaksi. Karena enzim ini
berasal dari organisme, maka enzim disebut juga sebagai senyawa biokatalisator.
2. Termolabil
Sebagian struktur enzim ialah sebuah senyawa protein.Oleh sebab itu, enzim juga
mempunyai sifat termolabil artinya enzim ini sangat dipengaruhi oleh suhu.Enzim
mempunyai suhu optimum untuk dapat menjalankan fungsinya.Secara garis besar, enzim
bekerja optimum pada suhu 37ºC.Apabila pada suhu ekstrim bisa merusak kerja enzim.
Enzim tersebut akan inaktif disuhu dibawah 10 ºC, sementara akan mengalami denaturasi
jika pada suhu di atas 60 ºC. oleh sebab itu, proses pendinginan merupakan salah satu
proses pengawetan makanan sebab enzim – enzim dari bakteri pembusuk tidak mampu
mencerna makanan.
Sementara, proses pemanasan atau pembakaran dengan suhu tinggi bisa merusak struktur
enzim atau enzim akan mengalami denatursi.
3. Spesifik
Seperti yang sudah diuraiakan dalam 2 teori cara kerja enzim, enzim ini bersifat spesifik
yang artinya disini, enzim akan mengikat suatu substrat yang mampu untuk berikatan
dengan sisi aktif enzim. Substrat tersebut memiliki titik pengikatan yang sama yang akan
menyebabkan substrat dapat diikat oleh enzim. Sifat spesifik enzim tersebut juga dijadikan
ialah sebagai dasar penamaan.Nama enzim ini juga biasanya diambil dari jenis substrat yang
diikat atau jenis reaksi yang berlangsung.Contohnya amylase yakni enzim yang berperan
dalam memecah amilum yang merupakan polisakarida (gula kompleks) menjadi gula yang
lebih sederhana.
4. Dipengaruhi pH
Sama halnya seperti suhu, pH atau derajat keasaman juga turut dalam memengaruhi kerja
enzim. Pada dasarnya , enzim tersebut bekerja pada suasana netral (6,5 – 7). Tetapi
beberapa enzim optimum pada pH asam seperti Pepsinogen, ataupun pada pH yang basa
seperti Tripsin.
5. Bekerja bolak balik
Enzim yang memecah senyawa A menjadi B, juga enzim yang membantu reaksi
pembentukan senyawa B dari senyawa A. Hal inilah mengapa disebut kalau enzim itu
bekerja dengan secara bolak balik.
6. Tidak menentukan arah reaksi
Perubahan senyawa A menjadi B atau dibalik bukanlah enzim yang menentukan kemana
arah reaksitersebut akan berjalan. Senyawa yang lebih dibutuhkan ialah poin dari arah
sebuah reaksi kimia. Misalnya, tubuh kekurangan glukosa maka akan dapat memecah gula
cadangan (glikogen) serta juga sebaliknya.
C. Penamaan
Nama enzim sering kali diturunkan dari nama substrat ataupun reaksi kimia yang ia
kataliskan dengan akhiran -ase. Contohnya adalah laktase, alkohol dehidrogenase (mengatalisis
penghilangan hidrogen dari alkohol), dan DNA polimerase.
International Union of Biochemistry and Molecular Biology telah mengembangkan suatu
tatanama untuk enzim, yang disebut sebagai nomor EC; tiap-tiap enzim memiliki empat digit
nomor urut sesuai dengan ketentuan klasifikasi yang berlaku.
A. Pengertian
Hormon berasal dari kata hormaein yang artinya memacu atau menggiatkan atau merangsang.
Hormon merupakan senyawa kimia, berupa protein yang mempunyai fungsi untuk memacu atau
menggiatkan proses metabolisme tubuh. Hormon merupakan zat yang dilepaskan ke dalam
aliran darah dari suatu kelenjer atau organ yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel.
B. Mekanisme hormon
Hormon terikat kepada reseptor dipermukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan
reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. Fungsi hormon :
seksual
c. Hormon mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di dalam darah
Hormon pertumbuhan adalah hormon yang banyak diproduksi oleh hipofisis anterior,
hormon polypeptida yng disentesis dan disekresi oleh kalenjer pitutuary yaang menstimulus
Hormon pertumbuhan adalah suatu bentuk protein dengan rantai tunggal polipeptida
dari 191 asam amino. Kerja hormon pertumbuhan dapat dibagi dalam dua kategori besar;
pertama membuat pertumbuhan jaringan padat (tulang) dan lunak (otot) dalam tubuh dan
belulang. Pertumbuhan jaringan lunak terjadi karena peningkatan jumlah sel (hiperflasi)
dengan rangsangan pembelahan sel dan peningkatan ukuran sel (hipertrofi) dengan
penyerapan asam amino oleh sel dan dalam prosesnya mengurangi kadar asam amino
dalam darah. Selain itu hormon pertumbuhan merangsang perangkat sel yang bertanggung
b. Hormon insulin
Gen insulin manusia terdapat lengan pendek dari kromosom 11. Insulin disekresikan
signal mengarah molekul ini ke endoplasma retikulum dan kemudian dikeluarkan. Di sini
insulin yang terdiri dari 51 asam amino ; terkandung dalam rantai A 21 asam amino dan
Sekresi insulin dapat berlangsung karena adanya respon terhadap rangsang eksogen.
Sejumlah zat yang terlibat dalam pelepasan insulin adalah glukosa, asam amino, asam
glikoprotein yang spesifik pada permukaan sel sasaran. Reseptor insulin yang sudah
yang terfosforilasi akan terikat dengan domain SH2 pada sejumlah protein yang terlibat
Pada dua jaringan sasaran insulin yang utama yaitu oto lurik dan jaringan adiposa,
serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari daerah kinase teraktivasi tersebut akan
permukaan sel. Jika proses ini berlangsung pada saat pemberian makan, maka akan
Kelaainan reseptor insulin dalam jumlah, afinitas ataupun keduanya akan berpengaruh
terhadap kerja insulin. Efek insulin pada hati membantu glikolisis, meningkatkan sintesis
menghambat ketogenesis. Efek pada otot membantu sintesis protein dengan meningkatkan
transport asam amino, merangsang sintesis protein ribosomal dan membantu sintesis
glikogen
BAN VI
GANGGUAN METABOLISME
A. Gangguan Metabolisme
Gangguan metabolik umumnya disebabkan oleh suatu kelainan genetik yang dirwariskan
oleh orang tua atau dari beberapa generasi sebelumnya. Kelainan genetik ini menyebabkan
tubuh mengalami gangguan dalam memproduksi enzim, sehingga jumlah enzim tertentu
menjadi kurang atau bahkan tidak diproduksi sama sekali. Seperti yang telah disebutkan,
gangguan metabolik sifatnya genetik atau diturunkan dari orangtua. Seseorang yang menderita
gangguan metabolik memiliki dua buah gen yang tidak normal, satu dari ayah dan satu dari ibu.
Beberapa gangguan metabolik dapat didiagnosis dengan tes skrining rutin yang dilakukan saat
bayi baru lahir. Gejala yang dirasakan oleh penderita gangguan metabolik berbeda-beda
tergantung dari jenis gangguan metabolik yang diidapnya. Gejala-gejala tersebut bisa muncul
tiba-tiba atau secara perlahan. Gejala juga bisa muncul akibat makanan, obat-obatan, dehidrasi,
atau faktor lainnya.
Gangguan metabolik biasanya sudah muncul sejak bayi baru saja dilahirkan, sehingga dapat
didiagnosis dengan melakukan tes skrining rutin. Jika gangguan metabolik gagal dideteksi saat
lahir, biasanya tidak akan didiagnosis hingga penderita merasakan gejalanya untuk pertama kali.
Ketika penderita sudah mengeluhkan gejalanya, tes DNA bisa dilakukan dokter untuk
mendiagnosis sebagian besar gangguan metabolik.
Gangguan metabolik hanya dapat ditangani secara terbatas, karena sebagian besar jenisnya
tidak dapat disembuhkan. Penderita gangguan metabolik dengan tingkat keparahan gejala yang
berat biasanya harus diobati di rumah sakit. Selain itu penderita juga akan membutuhkan alat-
alat penunjang hidup. Dalam kasus seperti ini, perawatan darurat dan perbaikan fungsi organ
akan menjadi fokus utama dokter.
Penyakit akibat Defisiensi protein yaitu terjadi pada pemasukan protein kurang sehingga
kekurangan kalori, asam amino, mineral dan faktor lipotropik. Akibatnya terganggunya
pertumbuhan tubuh, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan zat anti dan serum protein akan
terganggu. Hal ini menyebabkan penderita mudah terserang penyakit infeksi, perjalanan infeksi
berat, luka sukar sembuh dan mudah terserang penyakit hati akibat kekurangan faktor lipotropik
macam-macam penyakit defisiensi protein antara lain ialah Hipoproteinemia, dapat disebabkan
exkresi protein darah berlebihan melalui air kemih, pembentukan albumin terganggu sperti pada
penyakit hati, dan absorpsi albumin berkurang akibat kelaparan atau penyakit usus, juga pada
penyakit ginjal.
Metabolisme asam amino bisa saja terganggu oleh beberapa hal seperti kreatin dan kreatinin
yang mengalami posforilasi. Yang pada nantinya kreatin dalam urin terpecah atas posfokreatin.
Dalam kasus yang normal hal ini bisa saja terjadi pada anak-anak, wanita hamil dan ibu
melahirkan. Namun hal ini tidak dominan pada kaum pria, jika tidak dalam kondisi kelelahan
berat. Efek yang dihasilkan misalnya merasa kelaparan yang sangat dan kelelahan setelah energi
terkuras. Selain itu bisa menimbulkan asam urat, asam urat terdiri dan beberapa unsur senyawa
yaitu nukleat. Asam ini akan terus difungsikan hingga menuju hati secara berlebih. Sehingga
proses yang berlebihan tidak mampu memaksimalkan metabolisme protein.
Kekurangan asam amino akan berakibat pada penurunan energi tubuh dan berdampak pada
kelelahan, keadaan tersebut sangat jelas karena 85% protein tersusun atas asam amino.
sedangkan manfaat protein bagi tubuh kita sangatlah banyak.Diantara manfaat protein tersebut
adalah memberi tenaga (protein sparing efek), membentuk sel darah, pengaturan enzim,
hormon, dan vitamin.
Berikut adalah beberapa gangguan dari metabolisme protein :
1. DEFISIENSI PROTEIN
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan
dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak
dijumpai pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan masyarakat berupaya
menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun saat ini di Indonesia sedang
dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, dan diasumsi
kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah.
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan
protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala
klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor
atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan
karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.
A. Kwashiorkor
- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa
sakit, rontok
- Perubahan status mental, apatis, dan rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Sering disertai : penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare.
B. Marasmus:
C. Marasmik-Kwashiorkor:
- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan
Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak
mencolok.
2. HIPOPROTEINEMI
Hipoproteinemia ialah yang mana cairan akan berpindah dari intravaskuler kompatemen ke
rongga interstisial yang kemudian menimbulkan asites. Kekurangan energi protein merupakan
salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Kekurangan energi protein disebabkan karena
defisiensi macro nutrient (zat gizi makro).
Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi macro nutrient kepada
defisiensi micro nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi kekurangan energi
protein masih tinggi (>30%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan
prevalensi kekurangan energi protein.
Secara umum kebutuhan protein bagi LANSIA per hari ialah 1 gram per kg berat badan,
Pada lansia masa otonya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak
berkurang bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan
senyawa nitrogen “protein” oleh tubuh telah berkurang “disebabkan pencernaan dan
penyerapannya kurang efisien”.
Beberapa penelitian merekomendaikan untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya
ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik
diantaranya ialah pangan hewani dan kacang-kacangan.
Sebab Terjadinya Hipoproteinemia
Kelebihan Hipoproteinemia
Terjadi pada pemasukan protein yang kurang sehingga dapat mengakibatkan kekurangan
kalori, asama amino, mineral dan faktor lipotropik.
Akibat
Pertumbuhan tubuh.
Pemeliharaan jaringan tubuh.
Pembentukan zat anti dan serum protein akan terganggu.
Penderita mudah terserang penyakit infeksi, perjalanan infeksi berat, luka sukar sembuh dan
mudah terserang penyakit hati akibat kekurangan faktor lipotropik.
3. HIPERURISEMI
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat serum di atas
normal. Pada sebagian besar penelitian epidemiologi, disebut sebagai hiperurisemia jika kadar
asam urat serum orang dewasa lebih dari 7,0 mg/dl dan lebih dari 6,0 mg/dl pada perempuan.
Hiperurisemia yang lama dapat merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal. Hiperurisemia bisa
juga tidak menampakkan gejala klinis/ asimptomatis. Dua pertiga dari hiperurisemia tidak
menampakkan gejala klinis. Hiperurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat karena
diet tinggi purin atau penurunan ekskresi karena pemecahaan asam nukleat yang berlebihan atau
sering merupakan kombinasi keduanya. Sedangkan gout (pirai) adalah penyakit yang sering
ditemukan, merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan metabolism berupa hiperurisemia. Manifestasi
klinik deposisi urat meliputi artritis gout, akumulasi kristal di jaringan yang merusak tulang
(tofus), batu urat, dan nefropati gout.
Prevalensi
Satu survei epidemiologik yang di lakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama
WHO-COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 – 45 tahun di dapatkan bahwa
prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada wanita. Secara
keseluruhan prevalensi kedua jenis kelamin adalah 17,6%. Penyakit ini dapat di kelompokkan
menjadi bentuk gout primer yang umumnya terjadi (90% kasus) penyebabnya tidak diketahui
dengan jelas, tapi di perkirakan akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh, tapi yang pasti
ada hubungannya dengan obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan diabetes melitus. Gout
umumnya di alami oleh laki – laki berusia lebih dari 30 tahun. Sedangkan gout sekunder (10%
kasus) di alami oleh wanita setelah menopause karena gangguan hormon.
Penyebab Hiperurisemia Hiperurisemia di sebabkan oleh dua faktor utama yaitu
meningkatnya produksi asam urat dalam tubuh, hal ini di sebabkan karena sintesis atau
pembentukan asam urat yang berlebihan. Produksi asam urat yang berlebihan dapat di sebabkan
karena leukimia atau kanker darah yang mendapat terapi sitostatika. Faktor yang kedua adalah
pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal), gout renal primer di sebabkan karena
ekskresi asam urat di tubuli distal ginjal yang sehat, dan gout renal sekunder di sebabkan ginjal
yang rusak, misalnya pada glomerulonefritis kronis, kerusakan ginjal kronis (chronic renal
failure).
a. Tanpa gejala Pada tahap ini terjadi kelebihan asam urat tetapi tidak menimbulkan gejala
klinik. Penderitan hiperurisemia ini harus di upayakan untuk menurunkan kelebihan urat
tersebut dengan mengubah pola makan atau gaya hidup.
b. Gout akut Pada tahap ini gejalanya muncul tiba– tiba dan biasanya menyerang satu atau
beberapa persendian. Sakit yang di rasakan penderita sering di mulai di malam hari, dan
rasanya berdenyut-denyut atau nyeri seperti di tusuk jarum. Persendian yang terserang
meradang, merah, terasa panas dan bengkak. Rasa sakit pada persendian tersebut mungkin
dapat berkurang dalam beberapa hari, tapi bisa muncul kembali pada interval yang tidak
menentu. Serangan susulan biasanya berlangsung lebih lama, pada beberapa penderita
berlanjut menjadi artritis gout yang kronis, sedang di lain pihak banyak pula yang tidak akan
mengalaminya lagi.
c. Interkritikal Pada tahap ini penderita mengalami serangan asam urat yang berulang–ulang
tapi waktunya tidak menentu.
d. Kronis. Pada tahap ini masa kristal asam urat (tofi) menumpuk di berbagai wilayah jaringan
lunak tubuh penderitanya. Penumpukan asam urat yang berakibat peradangan sendi tersebut
bisa juga di cetuskan oleh cidera ringan akibat memakai sepatu yang tidak sesuai ukuran
kaki, selain terlalu banyak makan yang mengandung senyawa purin (misal jeroan), konsumsi
alkohol, tekanan batin (stress), karena infeksi atau efek samping penggunaan obat–obat
tertentu (diuretik).
Merupakan produk akhir metabolisme purin yang terdiri dari komponen karbon, nitrogen,
oksigen dan hidrogen dengan rumus molekul C5H4N4O3. Pada pH alkali kuat, asam urat
membentuk ion urat dua kali lebih banyak daripada pH asam.
Gambar 1. Struktur Asam Urat
Purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat dalam diet diubah menjadi asam urat
secara lansung. Pemecahan nukleotida purin terjadi di semua sel, tetapi asam urat hanya
dihasilkan oleh jaringan yang mengandung xhantine oxidaseterutama di hepar dan usus
kecil. Rerata sintesis asam urat endogen setiap harinya adalah 300-600mg per hari, dari diet
600 mg per hari lalu dieksresikan ke urin rerata 600 mg per hari dan ke usus sekitar 200 mg
per hari.
Dua pertiga total urat tubuh berasal dari pemecahan purin endogen, hanya sepertiga yang
berasal dari diet yang mengandung purin. Pada pH netral asam urat dalam bentuk ion asam urat
(kebanyakan dalam bentuk monosodium urat), banyak terdapat di dalam darah. Konsentrasi
normal kurang dari 420 μmol/L (7,0 md/dL). Kadar urat tergantung jenis kelamin, umur, berat
badan, tekanan darah, fungsi ginjal, status peminum alkohol dan kebiasaan memakan makanan
yang mengandung diet purin yang tinggi. Kadar Asam Urat mulai meninggi selama pubertas
pada laki-laki tetapi wanita tetap rendah sampai menopause akibat efek urikosurik estrogen.
Dalam tubuh manusia terdapat enzim asam urat oksidase atau urikase yang akan mengoksidasi
asam urat menjadi alantoin. Defisiensi urikase pada manusiaakan mengakibatkan tingginya
kadar asam urat dalam serum. Urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal
(30%). Kadar asam urat di darah tergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresinya.
Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribosa, yaitu 5-
phosphoribosyl-1- pirophosphat (PRPP) yang didapat dari ribose 5fosfat yang disintesis dengan
ATP (Adenosinetriphosphate) dan merupakan sumber gugus ribosa. Reaksi pertama, PRPP
bereaksi dengan glutamin membentuk fosforibosilamin yang mempunyai sembilan cincin purin.
Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotranferase, suatu enzim yang dihambat oleh
produk nukleotida inosinemonophosphat (IMP), adenine monophosphat (AMP) dan guanine
monophosphat (GMP). Ketiga nukleotida ini juga menghambat sintesis PRPP sehingga
memperlambat produksi nukleotida purin dengan menurunkan kadar substrat PRPP.
Inosine monophosphat (IMP) merupakan nukleotida purin pertama yang dibentuk dari gugus
glisin dan mengandung basa hipoxanthine. Inosinemonophosphat berfungsi sebagai titik cabang
dari nukleotida adenin dan guanin. Adenosinemonophospat (AMP) berasal dari IMP melalui
penambahan sebuah gugus amino aspartat ke karbon enam cincin purin dalam reaksi yang
memerlukan GTP (Guanosine triphosphate).
Guanosinemonophosphat (GMP) berasal dari IMP melalui pemindahan satu gugus amino
dari amino glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP.
Adenosine monophosphate mengalami deaminasi menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP
mengalami defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. Basa hipoxanthine terbentuk dari IMP
yang mengalami defosforilasi dan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi xhantine serta guanin
akan mengalami deaminasi untuk menghasilkan xhantine juga. Xhantine akan diubah oleh
xhantine oxsidase menjadi asam urat.
a. Nutrisi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam
nukleat atau asam inti dari sel dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur
pembentuk protein. Makanan dengan kadar purin tinggi (150 – 180 mg/100 gram)
antara lain jeroan, daging baik daging sapi, babi, kambing atau makanan dari
hasil laut (sea food), kacangkacangan, bayam, jamur, kembang kol, sarden,
kerang, minuman beralkohol. Pada pria yang memakan daging baik daging sapi
atau kambing bisa meningkatkan risiko asam urat 21%. Namun makanan tinggi
purin darisumber nabati seperti asparagus, polong– polongan, kembang kol dan
bayam tidak meningkatkan faktor risiko.
b. Obat- obatan Obat-obatan diuretika (furosemid dan hidroklorotiazida), obat
kanker, vitamin B12 dapat meningkatkan absorbsi asam urat di ginjal sebaliknya
dapat menurunkan ekskresi asam urat urin.
c. Obesitas. Kelebihan berat badan (IMT ≥ 25kg/m²) dapat meningkatkan kadar
asam urat dan juga memberikan beban menahan yang berat pada penopang sendi
tubuh. Sebaiknya berpuasa dengan memilih makanan rendah kalori tanpa
mengurangi konsumsi daging (tetap memakan daging berlemak) juga dapat
menaikkan kadar asam urat. Diet makanan rendah kalori dapat menyebabka
kelaparan sehingga menyebabkan hiperurisemia.
d. Usia. Meskipun kejadian hiperurisemia bisa terjadi pada semua tingkat
usianamun kejadian ini meningkat pada laki – laki dewasa berusia ≥ 30 tahun dan
wanita setelah menopause atau berusia ≥ 50 tahun, karena pada usia ini wanita
mengalami gangguan produksi hormon estrogen.
a. Akut Serangan awal gout berupa nyeri yang berat, bengkak dan berlangsung
cepat, lebih sering di jumpai pada ibu jari kaki. Ada kalanya serangannyeri di
sertai kelelahan, sakit kepala dan demam.
b. Interkritikal Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi
periode interkritikal asimtomatik. Secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-
tanda radang akut.
c. Kronis Pada gout kronis terjadi penumpukan tofi (monosodium urat) dalam
jaringan yaitu di telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki.
Diagnosis
Kriteria diagnosis gout berdasarkan Asosiasi Rematik Amerika 1997 adalah sebagai
berikut :
Pola Diet
Udang 234
Tempe 141
Kerang 136
Tahu 108
4. KERUSAKAN DNA
2. Hemofilia
Hemofilia adalah salah satu penyakit genetik tertua yang pernah dicatat. Kelainan
perdarahan yang diturunkan yang terjadi pada seorang laki-laki tercatat dalam
berkas Talmud pada Abad Kedua. Sejarah modern dari hemofilia dimulai pada
tahun 1803 oleh John Otto yang menerangkan adanya anak yang menderita hemofilia.
Pada tahun 1820, untuk pertama kalinya dilakukan ulasan tentang hemofilia
oleh Nasse. Pembuktian adanya kecacatan pada proses pembekuan darah pada hemofilia
dilakukan oleh Wright pada tahun 1893. Namun, faktor VIII (FVIII) belum
teridentifikasi hingga tahun 1937 ketika Patek dan Taylor berhasil mengisolasi faktor
pembekuan dari darah, yang saat itu disebut sebagai faktor antihemofilia (AHF).
Pada tahun 1980an, risiko tertular penyakit yang berasal dari konsentrat FVII
pertama kali diketahui. Kebanyakan pasien dengan hemofilia berat terinfeksi oleh
penyakit hepatitis Bdan hepatitis C. Pada akhir tahun 1980an hampir semua pasien
hemofilia berat terinfeksi hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, dan HIV.
Teknik virisidal terbaru kemudian ditemukan dan efektif membunuh virus-virus tersebut.
Standar terbaru tatalaksana hemofilia sekarang menggunakan konsentrat FVIII
rekombinan sehingga dapat menghilangkan risiko tertular virus.
3. Multiple Mieloma
Multiple myeloma adalah jenis kanker yang menyerang sel plasma, yaitu salah
satu jenis sel darah putih, pada sumsum tulang penderita. Secara umum, sel plasma
berfungsi untuk memproduksi antibodi guna mengatasi infeksi dalam tubuh. Namun pada
multiple myeloma, sel plasma justru memproduksi protein yang tidak normal secara
berlebihan yang akhirnya dapat merusak berbagai organ tubuh, seperti ginjal dan tulang.
4. Faal Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal adalah adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui seberapa baik ginjal bekerja dan untuk mendeteksi adanya
gangguan pada organ tersebut. Pada pemeriksaan fungsi ginjal, darah dan urine
pasien akan diambil untuk kemudian diamati di laboratorium.
Ginjal merupakan sepasang organ yang terletak di belakang rongga perut
(retroperitoneal), dan berfungsi untuk membuang zat sisa serta kelebihan cairan dari
dalam darah. Selain menjaga keseimbangan cairan, organ ini juga berfungsi untuk
menjaga keseimbangan kadar mineral dalam tubuh, serta membantu proses pembentukan
vitamin D, sel darah merah, dan hormon yang mengatur tekanan darah.
Jika seseorang mengalami kerusakan ginjal, ginjal tidak dapat melakukan fungsi-
fungsinya dengan optimal sehingga menyebabkan berbagai gangguan dalam tubuh.
Untuk mendeteksi adanya penyakit ginjal dan menentukan apakah ginjal bekerja dengan
baik, seseorang harus menjalani pemeriksaan fungsi ginjal.
Penutup
Penderita gangguan metabolik dengan tingkat keparahan gejala yang berat biasanya harus
diobati di rumah sakit. Selain itu penderita juga akan membutuhkan alat-alat penunjang hidup.
Dalam kasus seperti ini, perawatan darurat dan perbaikan fungsi organ akan menjadi fokus
utama dokter.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan tenaga
kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/gizi buruk secara terpadu ditiap
jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit
Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan
posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).
BAB VII
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
C. Pengertian
Pemeriksaan laboratorium merupakan analisis biokimia terhadap perubahan fungsi tubuh
yang timbul sebagai akibat dari penyakit tertentu, baik susunan kimia maupun mekanisme
biokimia tubuh. Pemeriksaan Laboratorium dilakukan untuk menunjang diagnosis suatu
penyakit tertentu. Pada umumnya diagnosis penyakit dibuat berdasarkan gejala penyakit, dan
gejala ini mengarahkan dokter pada kemungkinan penyakit tertentu. Hasil pemeriksaan
laboratorium dapat menunjang atau menyingkirkan kemungkinan penyakit.
Berikut Beberapa contoh Parameter pemeriksaan laboratorium:
D. Analisa Protein
Secara umum Analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu ;
1. Analisa kualitatif terdiri atas ; reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon,
reaksi Nitroprusida, reaksi Sakaguchi, Metode Ewitz, Metode Bang, Metode asam asetat
dan Biuret.
2. Secara kuantitatif terdiri dari ; metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry,
metode spektrofotometri visible (Biuret,BCG,BCP,dll), metode spektrofotometri UV
(Enzim), Metode elektroforesis, Metode Protein Error of Indicators Method (Carik Celup),
Metode Imunochemiluminescent, dan Metode PEG enhanced immunoturbidimetric
Analisa Kuantitatif
Analisis protein dapat digolongkan menjadi dua metode, yaitu: Metode konvensional, yaitu
metode Kjeldahl (terdiri dari destruksi, destilasi, titrasi), titrasi formol. Digunakan untuk protein
tidak terlarut.
Metode modern, yaitu metode Lowry, spektrofotometri visible (Biuret,BCG,BCP,dll), Metode
Protein Error of Indicators Method (Carik Celup), metode spektrofotometri UV (Enzim),
Metode elektroforesis, Metode Imunochemiluminescent, dan Metode PEG enhanced
immunoturbidimetric. Digunakan untuk protein terlarut.
1. Metode Kjeldahl
Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino,
protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan
dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah
pembebasan alkali dengan kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam
larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi.
2. Metode Titrasi Formol
Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH) lalu ditambahkan formalin akan membentuk
dimethilol. Dengan terbentuknya dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak
akan mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH sehingga akhir titrasi dapat diakhiri
dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah p.p., akhir titrasi bila tepat terjadi perubahan
warna menjadi merah muda yang tidak hilang dalam 30 detik.
3. Metode Lowry
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam metode ini terlibat 2
reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret, yang
dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi
reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat-phosphotungstat, menghasilkan heteropoly-
molybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis
Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri. Kekuatan
warna biru terutama bergantung pada kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya.
Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga
memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01
mg/mL. Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya
Gejala gangguan ginjal stadium dini cenderung ringan, sehingga sulit didiagnosis hanya
dengan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan laboratorium dapat mengidentifi kasi gangguan fungsi
ginjal lebih awal. Pemeriksaan antara lain kadar kreatinin, ureum, asam urat, cystatin C, β2
microglobulin, inulin, dan juga zat berlabel radioisotop. Hal ini dapat membantu dokter klinisi
dalam mencegah dan tatalaksana lebih awal untuk mencegah progresivitas gangguan ginjal
menjadi gagal ginjal.
1. Cystatin C
Cystatin C merupakan protein berat molekul rendah (13kD) yang disintesis oleh semua sel
berinti dan ditemukan diberbagai cairan tubuh manusia. Cystatin C difiltrasi bebas oleh
glomerulus dan tidak disekresi, kemudian direabsorpsi tetapi mengalami katabolisme hampir
lengkap oleh sel epitel tubulus proksimal ginjal, sehingga tidak ada yang kembali kedarah,
dengan demikian kadarnya dalam darah menggambarkan LFG, sehingga dapat dikatakan CysC
merupakan penanda endogen yang mendekati ideal.
Pemeriksaan CysC dapat dilakukan untuk menentukan kadar LFG pada neonatus, anak dan
dewasa, karena Kadar CysC tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tinggi dan berat badan,
inflamasi, massa otot, hormonal, dan ras. Pemeriksaan LFG dengan CysC tidak ada variasi
diurnal seperti kreatinin, sedangkan variasi biologik lebih baik daripada kreatinin. Penurunan
ringan fungsi ginjal lebih cepat terdeteksi oleh CysC daripada kreatinin. Untuk menilai
penurunan LFG, nilai sensitivitas, spesifisitas, dan efisiensi diagnostik CysC yang paling baik
(98%).
Pemeriksaaan kadar CysC urine dapat dilakukan untuk mengetahui adanya disfungsi tubulus
proksimal. Pemeriksaan CysC dapat dilakukan dengan metode ELISA, PETIA dan PENIA,
metode PENIA presisinya lebih baik dan rentang nilai normalnya lebih stabil. Sampel untuk
pemeriksaan CysC dapat dipergunakan serum, plasma EDTA dan heparin, urine, serta mulai
diteliti penggunaan sampel darah kapiler sehingga dapat digunakan pada pasien yang
pengambilan darah vena sulit dilakukan seperti pada bayi dan anak.
2. Metode Pemeriksaan
Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk Uji cystatin C hingga saat ini. Beberapa
metode ini memiliki tes yang lebih sensitif, berbagai teknologi deteksi menggunakan antibodi
monoklonal dan antibodi poliklonal.
Turbidimetri adalah suatu metode analisis kuantitatif yang berdasarkan pada pelenturan sinar
oleh susoensi zat padat . sedangkan nefelometri merupakan pengukuran intensitas cahaya yang
dibaurkan sebagai fungsi dari konsentrasi terdispersinya. Maka nefelometri dan
turbidimetrimerupakan kebalikan, nefelometri prinsipnya mengukur cahaya yang dibaurkan
dan nilainya sebanding dengan konsentrasi fase terdispersi. Dibawah ini adalah tabel
perbedaan turbidimetri dan nefelometri dapat dilihat dari aspek-aspek berikut :
Cahaya Yang Diukur Cahaya yang ditransmisikan Cahaya yang dibaurkan oleh
oleh suspense suspense
Detektor Spektrofotometer cahaya Tube fotomultiplier
Kepekaan Efektifitas Pada jumlah dan ukuran Pada jumlah dan ukuran prtikel
Pengukuran partikel yang besar yang kecil (encer)
Hamburan Yang Terukur hamburan yang diteruskan hamburan yang membentuk
atau yang membentuk sudut sudut 900
1800
Pengukuran Kadar Tidak Langsung Langsung
Analit
Prinsip ELISA
o Stabilitas
Ada empat studi utama yang telah menjelaskan stabilitas pemeriksaan cystatin C dalam serum.
Studi- studi ini secara ringkas, menjelaskan bahwa cystatin C adalah stabil pada suhu kamar
selama maksimal 7 hari, kemudian antara 1 dan 2 bulan pada -200C dan stabil setidaknya 6
bulan bila disimpan pada suhu -800C. Cystatin C juga telah terbukti tahan terhadap efek
pembekuan dari setidaknya tujuh siklus beku / cair. Jadi, secara keseluruhan, cystatin C telah
terbukti sangat kuat. Satu hal penting, darah dapat dibiarkan tanpa persiapan hingga 24 jam
tanpa efek samping.
o Nilai Rujukan
Daftara Pustaka
1. Winarno F.G. Kimia Pangan Dan Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2014.
2. Barasi Mary E. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2009.
3. Almatsier Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2001.
4. Protein I: Komponen Asam Amino Dan Ciri Struktural [internet]. [2016 February 30]. Available
from: http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/biokimia/bab%205.pdf
5. Diana Fifi Melva. Fungsi Metabolisme Protein Dalam Tubuh Manusia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2009; 4(1): 47-52.
6. Arif Abdullah, Agus Budiyanto, Hoerudin. Nilai Indeks Glikemik Produk Pangan Dan Faktor-
Faktor Yang Memengaruhinya. J. Litbang Pert. 2013; 32(3): 91-99.
7. Makris Angela P, Kelley EB, Tracy L. Oliver, Nida GC, Diane LR, Guenther H. Boden, Carol J.
Homko, Gary D. Foster. The Individual And Combined Effects Of Glycemic Index And Protein
On Glycemic Response, Hunger, And Energy Intake. Obesity. 2
8. Penuntun Praktikum Biokimia 1976. Edisi 4. Biokimia FK-UI. Jakarta ;. 98-112
9. BIOKIMIA” Eksperimen Laboratorium”. Penerbit Widya Medika. 2000. Bagian Biokimia FK-
UI. Jakarta; 50-65.
10. Heindel JJ. et al. (2017). Metabolism Disrupting Chemicals and Metabolic Disorders.
Reproductive Toxicity, 68, pp. 3-33
11. Mayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Inherited Metabolic Disorders.
12. Imunodefisiensi primer – Diagnosis imunodefisiensi primer (edisi pertama), Desember
2012.
13. International Patient Organisation for Primary Immunodeficiencies (IPOPI), 2012
14. Winkelstein JA, Marino MC, Lederman HM et al. X-linked agammaglobulinemia: report
on a United States registry of 201 patients. Medicine (Baltimore). 2006;85:193-202.
15. Hypoproteinemia and Cystic Fibrosis. D. W. NEBERT, M.S., M.D., AND D. D.
CURTIS, M.D., Los Angeles
16. GOUT AND HYPERURICEMIA. Nur Amalina Dianati Faculty of Medicine, University
of Lampung. 2015
17. Heindel JJ. et al. (2017). Metabolism Disrupting Chemicals and Metabolic Disorders.
Reproductive Toxicity, 68, pp. 3-33
18. Mayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Inherited Metabolic Disorders.
19. Imunodefisiensi primer – Diagnosis imunodefisiensi primer (edisi pertama), Desember
2012. © International Patient Organisation for Primary Immunodeficiencies (IPOPI),
2012
20. Winkelstein JA, Marino MC, Lederman HM et al. X-linked agammaglobulinemia: report
on a United States registry of 201 patients. Medicine (Baltimore). 2006;85:193-202.
21. Hypoproteinemia and Cystic Fibrosis. D. W. NEBERT, M.S., M.D., AND D. D.
CURTIS, M.D., Los Angeles
22. GOUT AND HYPERURICEMIA. Nur Amalina Dianati Faculty of Medicine, University
of Lampung. 2015.
23. Broad, William J. (7 October 2015). "Nobel Prize in Chemistry Awarded to Tomas
Lindahl, Paul Modrich and Aziz Sancar for DNA Studies". The New York Times. Diakses
tanggal 7 October 2015.
24. Browner WS, Kahn AJ, Ziv E, Reiner AP, Oshima J, Cawthon RM, Hsueh WC,
Cummings SR. (7 October 2015). "The Nobel Prize in Chemistry 2015 – DNA repair –
providing chemical stability for life" (PDF). Nobel Prize. Diakses tanggal 7
October 2015.