Anda di halaman 1dari 60

TUGAS

KIMIA KLINIK LANJUTAN


PROTEIN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Klinik Lanjutan
Dosen mata kuliah:
dr. Junaedi, Sp.PK
dr. Harun Nurrachmat, Sp.PK

Disusun oleh :
1. Emma Ismawatie : G4C018001
2. Sri Martuti : G4CO18002
3. Wijanarko : G4CO18003
4. Muhammad Arsyad : G4CO18004
5. Edy Purwanto : G4CO18005
6. Muhammad Arief Fadillah : G4CO18006
7. Mohammad Reza Taufiq Pratama : G4CO18007

PROGRAM STUDI S2 SAINS LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
BAB I
PENGERTIAN PROTEIN

A. Pendahuluan

Protein asal kata protos dari bahasa yunani yang berarti “yang paling utama”. Protein adalah
senyawa organik kompleks dengan berat molekul tinggi, selain itu protein juga memiliki gugus
Amina (-NH2) dan gugus Kabroksil (-COOH), hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala
sulfur serta fosfat. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup
dan virus.
Asam amino dapat dibedakan menjadi :

1. Peptida, jika terdiri atas untaian pendek asam amino (2-10 asam amino)
2. Polipeptida, jika terdiri atas 10-100 asam amino
3. Protein, jika terdiri atas untaian panjang lebih dari 100 asam amino

Gambar 1. Struktur Protein


Manusia sangat di anjurkan untuk mengkonsumsi berbagai sumber protein dari berbagai
jenis makanan, daging, ikan, susu, telur,gandum,kedelai merah, kedelai masak, beras mentah
dan beras masak.

B. Fungsi Protein

Fungsi utama protein sebagai enzim, Alat pengangkut dan penyimpan misalnya hemoglobin
menyangkut oksigen dalam eritrosit sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot,
penunjang mekanis, media perambatan impuls syaraf misalnya berbentuk reseptor dan
pengendalian pertumbuhan,fungsi protein bagi tubuh banyak sekali adalah beberapa fungsi
protein:

1. Setiap gram dalam proteinndapat dapat menghasilkan4,1 kalori, yang cocock sebagai
sumber energi
2. Mengatur metabolisme tubuh
3. Protein dapat sebagai asupan energi utama untuk yang sedang diet rendah gula.
4. Menjaga keseimbangan antara asam basa dan keseimbangan cairan dalam tubuh. Protein
berperan penting dalam menjaga stabilitas pH cairan tubuh
5. Protein merupakan bahan dalam sintesis substansi seperti halnya hormon zat antibody
dan organel sel lainnya
6. Protein membantu proses pertumbuhan pada anak-anak dan remaja karena sel-sel tubuh
mendapat cukup asupan zat pembangun
7. Menbantu kerja tubuh dalam menetralkan atau menghancurkan zat-zat asing yang masuk
ke dalam tubuh

C. Penggolongan Protein

Protein merupakan molekul rumit dan penggolongannya kebanyakan didasarkan sifat


ultrasentrifugasi dan elektroforesis
Penggolongan protein :
1. Protein Sederhana
Jika dihidrolisis hanya menghasilkan asam amino saja
 Albumin, larut dalam air yang tidak mengandung garam, contoh: albumin telur,
laktalbumin, leukosin serelia,legumelin.
 Globulin, tidak larut dalam air, tetapi larut dalam garam mineral, contoh : globulin
serum, β laktoglobulin dalam susu, myosin dan aktin dalam daging, glisisn dalam
kedelai.
 Glutelin, tidak larut dalam air,larut dalam asam atau basa encer. Contoh : glutelin
dalam gandum dan orizenin dalam beras.
 Prolamin, tidak larut air, larut dalam alkohol 50-90 %, mengandung prolina dan asam
glutamat. Contoh: zein dalam jagung,gliadin dalam gandum.
2. Protein Konjugasi
Mengandung bagian asam amino yang terkait pada bahan non protein, seperti lipid, asam
nukleat atau karbohidrat, diantaranya:
 Fosfoprotein, gugus fosfat terkait pada gugus hidroksil dari serina dan treonin
contoh : kasein susu dan fosfoprotein kuning telur.
 Lipoprotein, gabungan lipid dengan protein, mempunyai daya pengemulsi yang
sangat baik, terdapat dalam susu dan kuning telur.
 Nukleoprotein , gabungan asam nukleat dengan protein, terdapat dalam inti sel.
 Glikoprotein , gabungan karbohidrat dengan protein, biasanya jumlah karbohidrat
kecil, kecuali beberapa glikoprotein, contoh: ovomusin putih telur
 Kromoprotein , protein yang gugus prostetiknya berwarna. Contoh : hemoglobin dan
myoglobulin, klorofil dan flavoprotein.
3. Protein Turunan
Merupakan senyawa yang diperoleh dengan metode kimia atau enzimatik. Berdasarkan
ukuran dan kelarutannya, dibedakan menjadi:
 Turunan primer, hanya sedikit dimodifikasi dan tidak larut dalam air(contoh kasein
yang dikoagulasi dengan rennet, isi lambung sapi).
 Turunan sekunder mengalami perubahanyang lebih besar, mencakup protease, pepton
dan peptida. Peptida mengandung dua atau lebih sisa asam amino yang terbentuk
selama pemrosesan makanan(misalnya ketika pematangan keju).
Jumlah asam amino esensial yang terdapat dalam protein dan ketersediaanya
menentukan kualitas gizi protein.
D. Struktur dan Sifat Protein

Apabila protein murni dianalisa unsur-unsur penyusunnya, akan dijumpai gambaran sebagai
berikut:
 C : 50-55%
 O : 20-25%
 N : 15-18%
 H : 5-7%
 S : 0,4-2,5%
 P : sedikit
 Fe : sedikit
 Cu : sedikit
BM rata-rata asam amino adalah 120, karena itu jika protein murni diketahui memiliki BM
tertentu(mis: 120.000), dapat diperkirakan jumlah molekul asam amino penyusunan ± 1000
unit. Karena molekulnya yang besar(BM dari beberapa puluh sampai angka jutaan), maka
protein mudah sekali mengalami perubahan bentuk fisis atau aktivitas biologisnya.
Kerusakan protein dapatdisebabkan oleh pemanasan, penambahan asam atau basa,
penambahan alkohol atau pelarut organik lain, logam berat, radiasi UV atau sinar radioaktif.
Kerusakan protein tersebut umumnya bersifat permanen, dan secara fisik dapat diamati dengan
terjadinya proses pemadatan sehingga protein tidak larut. Protein dapat terhidrolisa menjadi
asam-asam amino penyusunnya. Hidrolisa dapat terjadi dengan penambahan HCL atau H2SO4
encer, alkali encer,atau enzim tertentu, yang terakhir berlangsunglambat, namun hasilnya tetap
memiliki sifat optis aktif
Denaturasi Protein, adalah proses yang mengubah struktur molekul tanpa memutuskan
ikatan kovalen. Proses ini bersifat khusus untuk protein, biasanya diikuti oleh hilangnya
aktifitas biologi dan perubahan yang berarti pada sifat fisika terutama kelarutan. Denaturasi
dapat terjadi oleh berbagai penyebab: panas,pH, garam dan tekananpermukaan (dikocok),
protein putih telur mudah didenaturasi dengan panas dan jika dikocok jadi busa. Rentang suhu
pada saat terjadi denaturasi dan koagulasi sebagian besar protein sekitar 55-75˚C, ada beberapa
kekecualian, misalnya kasein dan gelatin dapat dididihkan tanpa perubahan kestabilan yang
nyata
E. Asam Amino

Struktur asam amino dialam terdiri dari COOH asam amino mempunyai konfirmasi α dan L
(α)...HC – NH2 kecuali glisina yang tidak mempunyai atom C R asimetrik. Asam amino
diantaranya terdapat pada antibiotika yang dihasilkan oleh bakterintanah. Asam amino
mempunyai sifat amfoter, larut dalam air, tidak berwarna, tidak larut dalam alkohol atau eter,
dengan logam berat dapat membentuk garam komplek misalnya: dengan Cu 2+. Sampai
sekarang dikenal 24 macam asam amino, yang dapat dikelompokkan menjadi asam amino
esensial(tidak dapat disintesa oleh tubuh) dan asam amino non esensial(dapat di sintesa)
Pada umumnya kualitas protein hewan lebih tinggi dari pada kualitas protein tumbuhan.
Protein telur merupakan salah satu dari protein berkualitas, dandipakai secara luas sebagai
standar.Protein serialia kadang-kadang tidak mengandung lisina dan treonina. Kedelai
merupakan sumber lisina yang baik, tetapi tidak mengandungmetioinina, Protein kentang
berkualitas sangat baik(setara telur) tetapi jumlahnyakecil.
Penggolongan Asam Amino dibagi menjadi 2 yaitu asam amino Esensial, misalnya:
Hiatidin, isoleusin, leusin, lisin,metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin dan asam amino
Non esensial, misdalnya: alanin, asam aspartat, sitrulin, sistin, Asam glutamat,hidroksiprolin,
prolin, serin. Tirosiin, glisin,arginin.
BAB II

METABOLISME PROTEIN

A. Protein Dalam Makanan

Protein dalam makanan nabati terlindung oleh dinding sel yang terdiri atas selulosa
sehingga daya cerna sumber protein nabati pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan
sumber protein hewani. Sebagian besar protein sangat resisten terhadappencernaan, hanya
ikatan superfisial saja yang peka terhadap aktifitas enzim proteolitik. Namun, setelah protein
mengalami denaturasi oleh pajanan panas atau asam, kekuatan yang mempertahankan struktur
protein menjadi lemah sehingga protein dapat dicerna. Proses pemasakan dan kondisi asam
dalam lambung mempermudah proses pencernaan.

B. Pencernaan Dan Absorbsi Protein

Protein dalam makanan yang berada di rongga mulut belum mengalami proses pencernaan.
Di lambung terdapat enzim pepsin dan asam klorida (HCL) yang memecah protein makanan
menjadi metabolite intermediate tingkat polipeptida. Asam klorida berfungsi
untukmendenaturasi protein dan mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin pada pH < 4
sedangkan pepsin berfungsi memecah rantai polipeptida menjadi unit yang lebih kecil menjadi
polipeptida yang lebih pendek. Protein makanan yang sudah mengalamipencernaan parsial itu
dicerna lebih lanjut oleh enzim yang berasal dari pankreas, yaitu tripsinogen, kimotripsinogen,
karboksipeptidase, dan endopeptidase.Tripsinogen dan endopeptidase diaktifkan oleh
enterokinase di usus halus.Hal ini terjadi akibat rangsangan kimus terhadap mukosa usus halus.
Enzim-enzim pankreas memecah protein dari bentuk polipeptida menjadi peptida lebih pendek,
yaitu tripeptida, dipeptida, dan sebagian menjadi asam amino. Mukosa usus halus juga
mengeluarkan enzim-enzim protease yang menghidrolisis ikatan peptida.Protein makanan di
dalam usus halus dicerna total menjadi asam-asam amino yang kemudian diserap melalui sel-sel
epithelium dinding usus. Absorbsi berlangsung melalui difusi pasif maupun mekanisme
transport aktif yang tergantung oleh natrium. Sejumlah protein utuh mungkin ikut terabsorbsi
sehingga dapat meningkatkan reaksi alergi, meskipun absorbsi protein utuh ini penting bagi
bayi karena memberikan kekebalan tubuh. Asam amino yang diabsorbsi kemudian masuk ke
peredaran darah melalui vena porta dan dibawa ke hati. Sebagian asam amino digunakan oleh
hati dan sebagian lainnya melalui sirkulasi darah dibawa ke sel-sel jaringan. Selain
mengabsorbsi asam amino dari makanan, mukosa usus juga mengabsorbsi cukup banyak asam
amino endogen (± 80 g/hari), yang berasal dari sekresi ke dalam usus halus dan sel yang
terkelupas dari permukaan mukosa.2Penambahan asam amino endogenmenyebabkan komposisi
asam-asam amino menjadi lebih seimbang yang meningkatkan penyerapan.5
Pada gangguan pencernaan dan penyerapan, protein makanan dapat terbawa ke dalam colon
dan dipecah oleh mikroflora usus. Pemecahan protein oleh mikroflora ususmenimbulkan proses
pembusukan yang menghasilkan gas H2S, idol, dan skatol yang berbau busuk. Dekarboksilasi
asam-asam amino menghasilkan berbagai ikatan amino yang toksik. Kumpulan ikatan-ikatan ini
diberi nama ptomaine yang terdiri dari putrescine dan cadaverine. Polipeptida dengan berat
molekul rendah yangdapat menembus lapisan epitel usus dan masuk diserap ke dalam cairan
tubuh dan aliran darah. Polipeptida dan protein asing yang masuk ke dalam milie interieur yang
bersifat antigenik sehingga merangsang alat pertahanan tubuh untuk menggerakan upaya-upaya
perlawanan dengan membuat antibodi.

C. Ekskresi Protein

Pada umunya orang sehat tidak mengekskresikan protein, melainkan sebagai metabolitnya
atau sisa metabolisme. Selain CO2dan H2O sebagai hasil sisametabolisme protein, terjadi pula
berbagai ikatan organik yang mangandung nitrogen seperti urea dan ikatan lain yang tidak
mengandung nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan pada proses deaminasi masuk ke dalam siklus
urea dan diekskresikan melalui ginjal dalambentuk air seni. Nitrogen yang dilepaskan pada
proses transaminase tidak dibuang ke luar tubuh, tetapi digunakan lagi untuk proses sintesis
protein tubuh.5

D. Sintesis dan Pemecahan Protein

Terjadi pergantian protein secara kontinyu dalam tubuh, pada orang dewasa yang sehat
menunjukkan keseimbangan antara sintesis dan pemecahan. Selama masa pertumbuhan, sintesis
lebih banyak daripada pemecahan, sedangkan pada kondisi tertentu sepertikelaparan, kanker,
dan trauma pemecahan lebih besar daripada sintesis.
Sintesis protein diregulasi oleh insulin, sedangkan katabolisme diregulasi oleh
glukokortikoid. Pada tingkat selular, transkripsi DNA menjadi RNA pembawa pesan (mRNA)
menghasilkan cetakan untuk sintesis protein di ribosom.2,5Sintesis protein berlangsung lebih
cepat setelah makan daripada dalam kondisi puasa karena suplai asam aminonya lebih banyak.
Rata-rata jumlah energi yang digunakan untuk sintesis protein adalah 12% dari laju
metabolisme basal. Beberapa asam amino digunakan untuk sintesis molekul-molekul lain,
seperti arginin, glisin, tirosin, triptofan, histidin, lisin, metionin, glutamin, dan sistein, glutamate
serta glisin. Molekul tersebut mengatur fungsi vital dalam tubuh dan merupakan bagian yang
cukup besar dalam pertukaran asam amino spesifik setiap hari.2
Asam amino digunakan untuk sintesis protein atau glukoneogenesis di dalam hati sehingga
menghasilkan glukosa yang disebut dengan glukogenik. Asam ketogenik (termasuk lisin dan
leusin) menghasilkan asam asetoasetat dan akhirnya menghasilkan asetil KoA. Beberapa asam
amino mungkin bersifat glukogenik sekaligus ketogenik, termasuk triptofan, metionin, sistein,
fenilalanin, tirosin, dan isoleusin.Didalam tubuh tidak ada persediaan besar asam amino.
Kelebihan asam amino dalam tubuh menyebabkan terjadinya deaminase. Nitrogen dikeluarkan
dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan dalam tubuh.
Deaminase atau melepaskan gugus amino (NH2) dari asam amino akan menghasilkan sisa
berupa amonia dalam sel. Amonia yang bersifat racun akan masuk ke dalam peredaran darah
dan dibawa ke hati.3
BAB III
PROTEIN PLASMA

A. Pengertian Protein Plasma

Komponen terbesar dari bahan padat plasma darah adalah protein plasma dengan
konsentrasi 7-7,5 g/dL. Protein plasma tidak hanya terdiri dari protein sederhana namun juga
protein terkonjugasi seperti glikoprotein dan lipoprotein.Protein plasma dapat dipisahkan dalam
tiga kelompok besar yaitu fibrinogen, albumin, dan globulin. Protein plasma terdispersi dalam
plasma sebagai koloid dan karena ukurannya yang relatif besar maka protein plasma tidak
keluar melalui pori-pori dinding kapiler sehingga dinding kapiler relatif impermeabel terhadap
protein plasma. Oleh karena itu protein plasma membentuk tekanan osmotik antara darah dan
cairan interstisium sebesar 25 mmHg yang mengakibatkan air tertarik ke dalam darah. Protein
plasma juga bertanggung jawab sekitar 15% terhadap buffer darah.(Ganong W, 2008)

Struktur Albumin dan Globulin


B. Albumin
a. Pengertian
Albumin adalah jenis protein monomer yang larut dalam air atau garam dan
mengalami koagulasi saat terpapar panas. Albumin Merupakan protein serum yang disintesa
di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari.Albumin mengisi 50% protein dalam
darah dan menentukan 75% tekanan onkotik koloid.Kadar albumin di dalam serum dapat
berkurang pada orang-orang dengan nutrisi yang jelek, penyakit hati lanjut, atau orang-orang
dengan kondisi katabolik yang berhubungan dengan kanker atau penyakit inflamasi. (Fulks
et al, 2010) Albumin juga sangat penting untuk transportasi berbagai molekul, termasuk
bilirubin, asam lemak bebas, obat-obatan , dan hormon (Nagao et Sata, 2010). Kadar
albumin juga telah digunakan dalam memonitor status nutrisi pada pasien yang sakit baik
akut maupun kronis (Fulks et al, 2010). Albumin digunakan sebagai penanda nutrisi pokok
pada pasien dengan gagal ginjal kronis, dan kondisi hipoalbumin sangat berhubungan
dengan mortalitas (Friedman et Fadem, 2010).

b. Fungsi albumin

 Memelihara tekanan osmotik. Tekanan osmotik yang ditimbulkan oleh albumin akan


memelihara fungsi ginjal dan mengurangi edema pada saluran pencernaan,dan
dimanfaatkan dengan metode hemodilusi untuk menangani penderita
serangan stroke akut.
 Mengusung hormon tiroid
 Mengusung hormon lain, khususnya yang dapat larut dalam lemak
 Mengusung asam lemak menuju hati
 Mengusung obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat tersebut
 Mengusung bilirubin
 Mengikat ion Ca2+
 Sebagai larutan penyangga
 Sebagai protein radang fase-akut negatif. Konsentrasi albumin akan menurun sebagai
pertanda fase akut respon kekebalan tubuh setelah terjadi infeksi, namun bukan berarti
bahwa tubuh sedang dalam keadaan kekurangan nutrisi (Wiley & Sons, 2009)
c. Metabolisme albumin

Protein plasma terbanyak adalah albumin yang membentuk hampir separuh total protein
plasma sedangkan sisanya dikelompokkan ke dalam globulin. Banyak dari globulin yang
berperan sebagai protein transport.(Ramakrishnan)

Hepar merupakan organ utama yang berperan dalam sintesis protein yang bersirkulasi.
Ketika sintesis protein oleh hepar ditekan maka jumlah protein dalam darah akan menurun.
Hipoproteinemia dapat mengakibatkan edema karena menurunnya tekanan osmotik yang
diperantarai oleh protein.Hal ini mengakibatkan air dalam plasma meninggalkan sirkulasi
dan masuk ke rongga interstisial dan menyebabkan edema. Protein lain yang disintesis oleh
hepar adalah glikoprotein. Glikoprotein berperan dalam hemostasis, transport, inhibisi
protease, dan ligand binding. Protein fase akut yang merupakan bagian dari sistem imun dan
berespon pada berbagai bentuk luka juga disintesis oleh hepar.(Nagao Y., Sata M., 2010)

Albumin adalah protein utama dalam plasma manusia. Albumin membentuk 60% protein
total plasma dengan kadar 3,4-4,7 g/dL. Albumin terdiri dari satu rantai polipeptida dengan
585 asam amino dan mengandung 17 ikatan disulfida).Albumin berbentuk elips dengan berat
molekul 69 kDa dan memiliki waktu paruh 20 hari.Perbandingan ukuran protein plasma
lainnya dengan albumin tampak pada gambar 2.5.10 Albumin berkelarutan tinggi dan
bermuatan negatif.24 Albumin berfungsi sebagai pembawa komponen-komponen hidrofobik
seperti asam lemak, steroid, asam amino hirofobik, vitamin, dan obat.Albumin juga penting
dalam regulasi tekanan osmotic.

Dua faktor yang mempengaruhi pengaturan sintesis albumin adalahasupan nutrisi


khususnya konsumsi protein dan penyakit. Pengurangan konsumsiprotein memperlambat
sintesa mRNA albumin dan menyebabkan kadar serumyang rendah. Refeeding dengan asam
amino atau protein nmenginduksipeningkatan sintesa albumin dengan cepat . Kadar albumin
juga dapat turun padapasien dengan gangguan inflamasi dan sakit yang lain (Friedman et
Fadem,2010).

Dalam tubuh manusia dewasa albumin disintesa oleh hati sekitar 100-200 mikrogram per
gram jaringan hati perhari. Albumin didistribusikan secara vaskuler dalam plasma dan secara
ekstravaskuler dalam kulit, otot, dan beberapa jaringan lain. Sintesa albumin dalam sel hati
dilakukan dalam dua tempat, pertama pada polisom bebas dimanadibentuk albumin untuk
keperluan intravaskuler.Kedua, poliribosom yangberkaitan dengan retikulum endoplasma
dimana dibentuk albumin untukdidistribusikan ke seluruh tubuh (Eddy Suprayitno, 2003).
Sintesa albumin dipengaruhi beberapa faktor, yaitu nutrisi terutamaasam amino, hormon dan
adanya suatu penyakit. Asam amino yang dapat merangsang terjadinya sintesa albumin
adalah triptopan, arginin, ornitin,lisin, fenilalanin, treonin dan proli. Sedangkan hormon
yang dapat merangsang sintesa albumin adalah tiroid, hormon pertumbuhan,
insulin,adrenokortikotropik, testosteron, dan korteks adrenal. Adapun yang
dapatmenghambat sintesa albumin adalah alkhohol serta adanya suatu penyakityang
mengakibatkan gangguan sintesa albumin seperti pada seseorangpenderita penyakit hati
kronis, ginjal, dan kekurangan gizi seperti kwashiorkor (Murray, dkk,2003)

C. Globulin

Globulin merupakan kelompok protein yang tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam
larutan asam, basa, dan larutan garam dengan konsentrasi rendah.Seperti yang telah
disebutkan di muka bahwa globulin plasma terdiri dan alpha, beta dan gamma globulin dan
masing-masing globulin tersebut masih dapat digolongkan dalam fraksi-fraksi yang lebih
kecil.Kadar alpha dan beta globulin adalah tergantung pada macam spesies hewan.Fungsi
utama alpha dan beta globulin adalah sebagai pembawa (carrier) macam-macam lipida,
hormon hormon yang larut dalam lipida, vitamin dan lain-lain substansi yang mirip dengan
lipida. Lipida-lipida ini tidak secara bebas dalam plasma selama transportasi, akan tetapi
terikat oleh globulin dan disebut lipoprotein. Alpha globulin lain termasuk komponen
glikoprotein yaitu ceruloplasmin, berfungsi sebagai pembawa ion tembaga (Cu). Contoh lain
yang termasuk alpha globulin yaitu haptoglobulin yang berfungsi sebagai pembawa Hb yang
kemudian akan mengedarkannya dalam plasma. Pengangkutan besi (Fe) berhubungan erat
dengan beta globulin. Suatu glikoprotein yang terlibat dalam pengangkutan Fe ini disebut
transferin atau sideropilin.Pengangkutan pertama terjadi pada tempat-tempat absorpsi Fe
pada traktus intestinal ke tempat-tempat penyimpanan dalam tubuh termasuk organ hati dan
limpa.Gamma globulin atau imunoglobulin terutama berhubungan erat dengan antibodi.
Pada umumnya kenaikan kadar gamma globulin selalu diikuti oleh kenaikan titer antibodi,
akan tetapi hal ini tidak selalu berlaku. Adapun globulin terbagi atas :

 Alpha 1 globulin.
 Alpha 2 globulin
 Beta globulin
 Gamma globulin

Alpha 1 dan Alpha 2 globulin memiliki karbohidrat sehingga disebut sebagai glikoprotein,


sekitar tiga persen alpha globulin mengandung lipidsehingga disebut sebagai lipoprotein dan
lima persen beta globulin mengandung lipid terutama kolestrol yang juga disebut sebagai
beta lipoprotein dan Immunoglobulin berperan dalam mekanisme pertahanan, dan terbagi
atas lima kelas yaitu:

 IgA merupakan immunoglobulin yang banyak ditemukan pada sekret dalam sistem


pernafasan, pencernaan, dan saluran kemih
 IgD memiliki jumlah yang sedikit, tetapi fungsinya tidak diketahui
 IgE merupakan immunoglobulin yang berperan pada infeksi cacing, tetapi konsentrasi
yang tinggi dapat menyebabkan alergi
 IgG merupakan immunoglobulin yang paling banyak jumlahnya dan berperan dalam
menyerang patogen seperti bakteri
 IgM banyak ditemukan sebagai hasil infeksi, lalu jumlahnya akan
berkurang(Murray,Robert K,et al. 2003)

Gamma globulin (antibodi) dan beberapa variasi dari enzim dan juga protein transport atau
karier yang tidak larut, baik di dalam air maupun di dalam larutan garam konsentrasi tinggi,
tetapi larut dalam larutan garam konsentrasi sedang. Globulin mempunyai rasio 35% dari
protein plasma, berguna untuk sirkulasi ion, hormon dan asam lemak dalam sistem
kekebalan. Beberapa jenis globulin mengikat hemoglobin, beberapa yang lain mengusung
zat besi, berfungsi untuk melawan infeksi, dan bertindak sebagai faktor koagulasi (Kaslow
2010).
BAB IV
ENZIM

A. Pengertian Enzim

Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimiaorganik. Molekul
awal yang disebut substratakan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut
produk. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup
cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme.

B. Fungsi Enzim
Enzim mempunyai peranan yang sangat penting didalam suatu reaksi kimia.Seperti yang
dijelaskan Fungsi enzim ialah untuk mempercepat suatu reaksi kimia pada tubuh oprganisme.
Tanpa enzim, maka proses metabolisme baik anabolisme maupun katabolisme akan terganggu.
Selain dari hal itu, sifat enzim yang tidak ikut bereaksi dengan substrat inilah yang sangat
paling menguntungkan dalam sebuah percepatan reaksi kimia pada tubuh organisme.

C. Prinsip Kerja Enzim


.
1. Teori Lock and Key

Sisi aktif dari enzim akan disi oleh subtra yang mempunyai bentuk yang sama
2. Teori Induced Fit

Sisi aktif dari enzim akan berubah bentuk menyesuaikan dari bentuk subtratnya

Mekanisme kerja enzim berlangsung dalam dua tahap


1. Enzim bergabung dengan substrat (zat yang perubahannya dikatalisis oleh enzim itu)
membentuk kompleks enzim-substrat (ES).
2. Kompleks enzim-substrat itu terurai membentuk produk dan enzim bebas.
Enzim (E) + Substrat (S) ↔ Kompleks ES
Kompleks ES ↔ Enzim (E) + Produk (P)
Penggabungan enzim-substrat berlangsung hanya seketika saja. Jadi, segera setelah
bergabung dengan substratnya, enzim akan bebas kembali. Satu molekul enzim dapat
memproses hingga jutaan molekul substrat tiap detiknya.Oleh karena itu, jumlah enzim
tidak perlu banyak, dan karena molekul enzim tidak dihabiskan dalam reaksi, maka tubuh
tidak perlu memproduksi enzim dalam jumlah besar.
Massa molekul relatif (Mr) enzim berkisar dari 10.000 hingga satu juta.Oleh karena itu,
secara umum molekul enzim jauh lebih besar dibandingkan molekul substrat yang
diprosesnya.Reaksi yang dikatalisis enzim berlangsung pada bagian tertentu dari molekul
enzim itu, yang disebut sisi aktif enzim.Sisi aktif itu mempunyai bentuk (konformasi)
tertentu.Substrat haruslah mempunyai bentuk yang komplementer dan bentuk sisi aktif
enzim.Oleh karena itu, hanya substrat dengan bentuk tertentu yang dapat diproses oleh
suatu enzim.Persyaratan bentuk tersebut dapat menjelaskan sifat enzim yang sangat
spesifik. Kekhususan bentuk sisi aktif enzim dengan substratnya dapat dimisalkan dengan
pasangan kunci dengan anak kuncinya, seperti diperlihatkan pada

3. Sifat
Peranan Enzim yang sangat penting dalam kelangsungan hidup organisme. Oleh karenanya
hal tersebut, kita harus mengetahui apa saja sifat-sifat dari enzim ini. Dibawah ini merupakan
uraian mengenai sifat – sifat enzim yang harus kita ketahui :
1. Biokatalisator
Bersifat biokatalisator artinya enzim merupakan sebuah senyawa katalis yakni sebuah
senyawa yang mempercepat sebuah reaksi kimia tanpa ikut bereaksi. Karena enzim ini
berasal dari organisme, maka enzim disebut juga sebagai senyawa biokatalisator.
2. Termolabil
Sebagian struktur enzim ialah sebuah senyawa protein.Oleh sebab itu, enzim juga
mempunyai sifat termolabil artinya enzim ini sangat dipengaruhi oleh suhu.Enzim
mempunyai suhu optimum untuk dapat menjalankan fungsinya.Secara garis besar, enzim
bekerja optimum pada suhu 37ºC.Apabila pada suhu ekstrim bisa merusak kerja enzim.
Enzim tersebut akan inaktif disuhu dibawah 10 ºC, sementara akan mengalami denaturasi
jika pada suhu di atas 60 ºC. oleh sebab itu, proses pendinginan merupakan salah satu
proses pengawetan makanan sebab enzim – enzim dari bakteri pembusuk tidak mampu
mencerna makanan.
Sementara, proses pemanasan atau pembakaran dengan suhu tinggi bisa merusak struktur
enzim  atau enzim akan mengalami denatursi.
3. Spesifik
Seperti yang sudah diuraiakan dalam 2 teori cara kerja enzim, enzim ini bersifat spesifik
yang artinya disini, enzim akan mengikat suatu substrat yang mampu untuk berikatan
dengan sisi aktif enzim. Substrat tersebut memiliki titik pengikatan yang sama yang akan
menyebabkan substrat dapat diikat oleh enzim. Sifat spesifik enzim tersebut juga dijadikan
ialah sebagai dasar penamaan.Nama enzim ini juga biasanya diambil dari jenis substrat yang
diikat atau jenis reaksi yang berlangsung.Contohnya amylase yakni enzim yang berperan
dalam memecah amilum yang merupakan polisakarida (gula kompleks) menjadi gula yang
lebih sederhana.
4. Dipengaruhi pH
Sama halnya seperti suhu, pH atau derajat keasaman juga turut dalam memengaruhi kerja
enzim. Pada dasarnya , enzim tersebut bekerja pada suasana netral (6,5 – 7). Tetapi
beberapa enzim optimum pada pH asam seperti Pepsinogen, ataupun pada pH yang basa
seperti Tripsin.
5. Bekerja bolak balik
Enzim yang memecah senyawa A menjadi B, juga enzim yang membantu reaksi
pembentukan senyawa B dari senyawa A. Hal inilah mengapa disebut kalau enzim itu
bekerja dengan secara bolak balik.
6. Tidak menentukan arah reaksi
Perubahan senyawa A menjadi B atau dibalik bukanlah enzim yang menentukan kemana
arah reaksitersebut akan berjalan. Senyawa yang lebih dibutuhkan ialah poin dari arah
sebuah  reaksi kimia. Misalnya, tubuh kekurangan glukosa maka akan dapat memecah gula
cadangan (glikogen) serta juga sebaliknya.

C. Penamaan
Nama enzim sering kali diturunkan dari nama substrat ataupun reaksi kimia yang ia
kataliskan dengan akhiran -ase. Contohnya adalah laktase, alkohol dehidrogenase (mengatalisis
penghilangan hidrogen dari alkohol), dan DNA polimerase.
International Union of Biochemistry and Molecular Biology telah mengembangkan suatu
tatanama untuk enzim, yang disebut sebagai nomor EC; tiap-tiap enzim memiliki empat digit
nomor urut sesuai dengan ketentuan klasifikasi yang berlaku.

D. Susunan Kimiawi Enzim


Semua enzim mengandung protein.Beberapa enzim adalah protein semata.Akan tetapi
kebanyakan enzim terdiri atas suatu protein yang terikat dengan suatu zat yang bukan protein,
yang disebut kofaktor.Kofaktor mengaktifkan atau meningkatkan daya kerja enzim. Kofaktor
dapat berupa zat anorganik seperti ion Fe2+, Mn2+, Cu2+, Mg2+, K+, atau Ni2+. Atau suatu
molekul organik yang relatif kecil, yang disebut koenzim.Beberapa enzim memerlukan baik
koenzim maupun satu atau beberapa ion logam untuk aktivitasnya.
 Bagian protein dari enzim disebut apoenzim.
 Apoenzim bersifat labil (mudah berubah)
 Dipengaruhi oleh suhu dan pH.
Ikatan antara apoenzim dengan kofaktornya ada yang lemah atau bersifat sementara, tetapi
ada juga yang terikat kuat atau bersifat permanen.Jika apoenzim terikat secara permanen
dengan kofaktornya, maka kofaktor itu disebut gugus prostetik.
 Gugus Prostetik disebut gugus Non-protein
 Gugus prostetik dapat berupa ion anorganik maupun senyawa organik kompleks
 Gugus protestik dari ion anorganik disebut kofaktor, misalnya kalsium (Ca), klor (Cl),
natrium (Na), dan kalium (K). Atom logam juga dapat dijadikan sebagai kofaktor, misalnya
seng (Zn), besi (Fe), tembaga (Cu), dan magnesium (Mg).
Gabungan dari apoenzim dengan kofaktornya, yaitu enzim yang aktif untuk mengkatalisis
disebut holoenzim.
Apoenzim + Kofaktor → Holoenzim
Banyak koenzim yang mempunyai struktur menyerupai suatu vitamin.Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa vitamin adalah bahan dasar untuk membentuk koenzim.
E. Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
1. Suhu (Temperatur)
Sifat Sifat Enzim seperti Enzim bersifat termolabil, artinya aktivitas enzim dipengaruhi
oleh suhu. Aktivitas enzim akan terus meningkat sampai batas suhu tertentu. Batas suhu
tersebut dinamakan suhu optimum. Jika enzim berada di bawah suhu optimum maka kerja
enzim akan terhambat. Enzim pada suhu 0oC atau di bawahnya brsifat nonaktif.Akan tetapi
pada suhu tersebut enzim tidak rusak.
Kenaikan suhu dapat meninkatkan akivitas enzim.Namun, jika suhu melebihi batas
optimum enzim dapat mengalami denaturasi atau kerusakan. Hal ini, akan mengakibatkan
enzim tidak dapat berfungsi sebagai katalis lagi. Contoh, enzim manusia memiliki suhu
optimum 35oC – 40oC, enzim pada bakteri yang hidup di air panas memiliki suhu optimum
70oC atau lebih.
2. Derajat Keasaman (pH)
Karena molekul enzim pada umumnya adalah protein globular, bentuk dan fungsinya
dapat dipengaruhi oleh perubahan pH cairan di sekitarnya.Enzim memiliki pH optimum
yang dapat bersifat basa maupun asam.Sebagian besar enzim memiliki pH optimum antara
6 – 8.Perubahan pH mengakibatkan sisi aktif enzim berubah keefektifannya dalam
membentuk kompleks enzim – substrat, sehingga dapat menghalangi terikatnya substrat
pada sisi aktif enzim.
Selain itu, perubahan pH juga mengakibatkan proses denaturasi (kerusakan) pada
enzim. Denaturasi oleh pH yang ekstrim biasanya bersifat bolak-balik, tetapi tidak bolak-
balik pada denaturasi yang terjadi karena suhu panas. Peningkatan suhu akan meningkatkan
laju tumbukan antara enzim dan molekul substrat, sehingga akan meningkatkan laju
pembentukan kompleks enzim-substrat dan meningkatkan keceptan reaksinya.
Hal ini bertentangan dengan peningkatan denaturasi enzim pada suhu optimum karena
reaksi itu teralampaui.Akhirnya reaksi itu berhenti, kadang – kadang hanya pada temperatur
lebih dari 100oC.  Contoh enzim ptialin di mulut hanya dapat bekerja pada pH netral, enzim
pepsin di lambung bekerja pada pH asam, sedangkan enzim tripsin di usus bekerja pada pH
basa.
3. Konsentrasi Enzim dan Substrat
Semakin besar konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi. Peningkatan
kecepatan reaksi akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan konstan yakni jika semua
substrat sudah terikat oleh enzim. Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan
reaksi.
4. Zat – zat Penggiat (Aktivator)
Aktivator merupakan zat atau molekul yang berfungsi untuk memacu atau
mempercepat reaksi enzim. Contoh dari aktivator antara lain garam – garam dari logam
alkali dalam kondisi encer (2% – 5%), dan ion logam seperti Ca, Mg, Ni, Mn, dan Cl. Dan
ini juga merupakan Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim.
5. Zat – zat Penghambat (Inhibitor)
Inhibitor merupakan sutau molekul yang dapat menghambat aktivitas enzim.Terdapat
dua macam inhibitor enzim, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.
F. Klasifikasi
1. Oksidoreduktase
Adalah enzim-enzim yang mengkatalisis (mengolah) reaksi oksidasi dan reduksi dan
biasanya menggunakan koenzim NAD, NADP, FAD, atau Koenzim Q. Contohnya
adalah enzim dehidrogenase, oksidase, dan oksigenase.
2. Transferase
Adalah enzim-enzim yang mengkatalisis pemindahan gusus tertentu seperti aldehid,
keton, fosfat, atau glikosil.Contohnya adalah enzim aminotransferase, transketolase, dan
transaldolase.
3. Hidrolase
Adalah enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan ikatan antara karbon dengan atom
lainnya melalui penambahan molekul air.Contohnya adalah enzim amidase, peptidase,
dan fosfatase.
4. Liase
Adalah enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan ikatan karbon-karbon, karbon-
sulfur, dan karbon-nitrogen.Contohnya adalah enzim dekarboksilase, aldolase, dan
deaminase.
5. Isomerase
Adalah enzim-enzim yang mengkatalisis reseminasi optik atau isomer geometrik dan
reaksi oksidasi reduksi intra molekuler.Contohnya adalah enzim epimerase, mutase, dan
isomerase.
6. Ligase
Adalah enzim-enzim yang mengkatalisis pembentukan ikatan antara karbon dengan
karbon, karbon dengan sulfur, karbon dengan nitrogen, serta karbon dengan
oksigen.Contohnya adalah enzim sintetase dan karboksilase.

G. Golongan Enzim Protease


Enzim protease adalah golongan enzim yang berfungsi dalam peroses pencernaan protein.
Macam-macam enzim yang masuk ke dalam golongan ini antara lain
1. Enzim peptidase adalah enzim yang berfungsi mengurai senyawa peptide menjadi
senyawa asam amino.
2. Enzim renin adalah enzim yang berfungsi mengurai senyawa kasein dan susu.
3. Enzim tripsin adalah enzim yang berfungsi mengurai pepton menjadi senyawa asam
amino.Enzim galaktase adalah enzim yang berfungsi mengurai senyawa gelatin.
4. Enzim entrokinase adalah enzim yang berfungsi mengurai senyawa pepton menjadi
sentawa asam amino.
BAB V
HORMON

A. Pengertian

Hormon berasal dari kata hormaein yang artinya memacu atau menggiatkan atau merangsang.

Hormon merupakan senyawa kimia, berupa protein yang mempunyai fungsi untuk memacu atau

menggiatkan proses metabolisme tubuh. Hormon merupakan zat yang dilepaskan ke dalam

aliran darah dari suatu kelenjer atau organ yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel.

B. Mekanisme hormon

Hormon terikat kepada reseptor dipermukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan

reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. Fungsi hormon :

a. Hormon mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan, perkembangbiakan dan ciri-ciri

seksual

b. Hormon mempengaruhi cara tubuh dalam menggunakan dan meyimpan energi

c. Hormon mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di dalam darah

C. Hormon yang terlibat dalam metabolisme protein

a. Hormon pertumbuhan /growth hormone (GH)

Hormon pertumbuhan adalah hormon yang banyak diproduksi oleh hipofisis anterior,

hormon pertumbuhan disekresi dari adenohypophysis. Hormon pertumbuhan merupakan

hormon polypeptida yng disentesis dan disekresi oleh kalenjer pitutuary yaang menstimulus

pertumbuhan dan reproduksi sel pada manusia.

Hormon pertumbuhan adalah suatu bentuk protein dengan rantai tunggal polipeptida

dari 191 asam amino. Kerja hormon pertumbuhan dapat dibagi dalam dua kategori besar;
pertama membuat pertumbuhan jaringan padat (tulang) dan lunak (otot) dalam tubuh dan

kedua, mempengaruhi metabolisme

Hormon pertumbuhan merangsang pertumbuhan baik jaringan lunak maupun tulang-

belulang. Pertumbuhan jaringan lunak terjadi karena peningkatan jumlah sel (hiperflasi)

dengan rangsangan pembelahan sel dan peningkatan ukuran sel (hipertrofi) dengan

mendorong sistesis protein, komponen struktural utama pada sel.

Hormon pertumbuhan merangsang hampir semua aspek sintesis protein sementara

secara bersamaan menghambat penguraian protein. Hormon pertumbuhan meningkatkan

penyerapan asam amino oleh sel dan dalam prosesnya mengurangi kadar asam amino

dalam darah. Selain itu hormon pertumbuhan merangsang perangkat sel yang bertanggung

jawab menyelesaikan sintesis protein sesuai dengan kode genetic sel.

b. Hormon insulin

Gen insulin manusia terdapat lengan pendek dari kromosom 11. Insulin disekresikan

sebagai preproinsulin. Rangkaian sequence yang bersifat hydropfobik berfungsi untuk

signal mengarah molekul ini ke endoplasma retikulum dan kemudian dikeluarkan. Di sini

terjadi proses pembelahan molekul preproinsulin oleh enzim-enzim mikrosomal

menghasilkan molekul proinsulin

Proinsulin diangkut ke badan golgi dimana berlangsung proses pengemasan menjadi

granula-granula sekretorik berlapis klatrin. Granula-granula ini matang, mengandung

insulin yang terdiri dari 51 asam amino ; terkandung dalam rantai A 21 asam amino dan

rantai B 30 asam amino serta c-peptida

Sekresi insulin dapat berlangsung karena adanya respon terhadap rangsang eksogen.

Sejumlah zat yang terlibat dalam pelepasan insulin adalah glukosa, asam amino, asam

lemak dan badan keton


Mekanisme kerja insulin dimulai dengan berikatnya insulin dengan reseptor

glikoprotein yang spesifik pada permukaan sel sasaran. Reseptor insulin yang sudah

terfosforilasi melakukan reaksi fosforilasi terhdapa substrat reseptor insulin(IRS-1). IRS-1

yang terfosforilasi akan terikat dengan domain SH2 pada sejumlah protein yang terlibat

langsung dalam pengentara berbagai eek insulin yang berbeda.

Pada dua jaringan sasaran insulin yang utama yaitu oto lurik dan jaringan adiposa,

serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari daerah kinase teraktivasi tersebut akan

merangsang protein-protein intraseluler, termasuk glukosa transpoter 4 untuk berpindah ke

permukaan sel. Jika proses ini berlangsung pada saat pemberian makan, maka akan

mempermudah transport zat-zat gizi ke dalam jaringan-jaringan sasaran insulin tersebut.

Kelaainan reseptor insulin dalam jumlah, afinitas ataupun keduanya akan berpengaruh

terhadap kerja insulin. Efek insulin pada hati membantu glikolisis, meningkatkan sintesis

trigliserida, kolesterol, meningkatkan sintesis protein, menghambat glikogenolisis,

menghambat ketogenesis. Efek pada otot membantu sintesis protein dengan meningkatkan

transport asam amino, merangsang sintesis protein ribosomal dan membantu sintesis

glikogen
BAN VI
GANGGUAN METABOLISME

A. Gangguan Metabolisme

Gangguan metabolisme adalah segolongan penyakit genetik akibat gangguan metabolisme


dan bersifat sistemik.
Penyakit gangguan metabolisme ada 3 golongan :

1. Gangguan metabolisme karbohidrat


2. Gangguan metabolisme lemak
3. Gangguan metabolisme protein.

Gangguan metabolik umumnya disebabkan oleh suatu kelainan genetik yang dirwariskan
oleh orang tua atau dari beberapa generasi sebelumnya. Kelainan genetik ini menyebabkan
tubuh mengalami gangguan dalam memproduksi enzim, sehingga jumlah enzim tertentu
menjadi kurang atau bahkan tidak diproduksi sama sekali. Seperti yang telah disebutkan,
gangguan metabolik sifatnya genetik atau diturunkan dari orangtua. Seseorang yang menderita
gangguan metabolik memiliki dua buah gen yang tidak normal, satu dari ayah dan satu dari ibu.
Beberapa gangguan metabolik dapat didiagnosis dengan tes skrining rutin yang dilakukan saat
bayi baru lahir. Gejala yang dirasakan oleh penderita gangguan metabolik berbeda-beda
tergantung dari jenis gangguan metabolik yang diidapnya. Gejala-gejala tersebut bisa muncul
tiba-tiba atau secara perlahan. Gejala juga bisa muncul akibat makanan, obat-obatan, dehidrasi,
atau faktor lainnya.
Gangguan metabolik biasanya sudah muncul sejak bayi baru saja dilahirkan, sehingga dapat
didiagnosis dengan melakukan tes skrining rutin. Jika gangguan metabolik gagal dideteksi saat
lahir, biasanya tidak akan didiagnosis hingga penderita merasakan gejalanya untuk pertama kali.
Ketika penderita sudah mengeluhkan gejalanya, tes DNA bisa dilakukan dokter untuk
mendiagnosis sebagian besar gangguan metabolik.
Gangguan metabolik hanya dapat ditangani secara terbatas, karena sebagian besar jenisnya
tidak dapat disembuhkan. Penderita gangguan metabolik dengan tingkat keparahan gejala yang
berat biasanya harus diobati di rumah sakit. Selain itu penderita juga akan membutuhkan alat-
alat penunjang hidup. Dalam kasus seperti ini, perawatan darurat dan perbaikan fungsi organ
akan menjadi fokus utama dokter.

B. Gangguan Metabolisme Protein

Penyakit akibat Defisiensi protein yaitu terjadi pada pemasukan protein kurang sehingga
kekurangan kalori, asam amino, mineral dan faktor lipotropik. Akibatnya terganggunya
pertumbuhan tubuh, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan zat anti dan serum protein akan
terganggu. Hal ini menyebabkan penderita mudah terserang penyakit infeksi, perjalanan infeksi
berat, luka sukar sembuh dan mudah terserang penyakit hati akibat kekurangan faktor lipotropik
macam-macam penyakit defisiensi protein antara lain ialah Hipoproteinemia, dapat disebabkan
exkresi protein darah berlebihan melalui air kemih, pembentukan albumin terganggu sperti pada
penyakit hati, dan absorpsi albumin berkurang akibat kelaparan atau penyakit usus, juga pada
penyakit ginjal.
Metabolisme asam amino bisa saja terganggu oleh beberapa hal seperti kreatin dan kreatinin
yang mengalami posforilasi. Yang pada nantinya kreatin dalam urin terpecah atas posfokreatin.
Dalam kasus yang normal hal ini bisa saja terjadi pada anak-anak, wanita hamil dan ibu
melahirkan. Namun hal ini tidak dominan pada kaum pria, jika tidak dalam kondisi kelelahan
berat. Efek yang dihasilkan misalnya merasa kelaparan yang sangat dan kelelahan setelah energi
terkuras. Selain itu bisa menimbulkan asam urat, asam urat terdiri dan beberapa unsur senyawa
yaitu nukleat. Asam ini akan terus difungsikan hingga menuju hati secara berlebih. Sehingga
proses yang berlebihan tidak mampu memaksimalkan metabolisme protein.
Kekurangan asam amino akan berakibat pada penurunan energi tubuh dan berdampak pada
kelelahan, keadaan tersebut sangat jelas karena 85% protein tersusun atas asam amino.
sedangkan manfaat protein bagi tubuh kita sangatlah banyak.Diantara manfaat protein tersebut
adalah memberi tenaga (protein sparing efek), membentuk sel darah, pengaturan enzim,
hormon, dan vitamin.
Berikut adalah beberapa gangguan dari metabolisme protein :

1. DEFISIENSI PROTEIN
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan
dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak
dijumpai pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan masyarakat berupaya
menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun saat ini di Indonesia sedang
dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, dan diasumsi
kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah.
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan
protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala
klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor
atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan
karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwasiorkor.
A. Kwashiorkor

- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa
sakit, rontok
- Perubahan status mental, apatis, dan rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Sering disertai : penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare.

B. Marasmus:

- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit


- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai
celana longgar)
- Perut cekung
- Iga gambang
- Sering disertai : penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) , diare kronik atau
konstipasi/susah buang air

C. Marasmik-Kwashiorkor:

- Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan
Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak
mencolok.
2. HIPOPROTEINEMI

Hipoproteinemia ialah yang mana cairan akan berpindah dari intravaskuler kompatemen ke
rongga interstisial yang kemudian menimbulkan asites. Kekurangan energi protein merupakan
salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Kekurangan energi protein disebabkan karena
defisiensi macro nutrient (zat gizi makro).
Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi macro nutrient kepada
defisiensi micro nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi kekurangan energi
protein masih tinggi (>30%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan
prevalensi kekurangan energi protein.
Secara umum kebutuhan protein bagi LANSIA per hari ialah 1 gram per kg berat badan,
Pada lansia masa otonya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak
berkurang bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan
senyawa nitrogen “protein” oleh tubuh telah berkurang “disebabkan pencernaan dan
penyerapannya kurang efisien”.
Beberapa penelitian merekomendaikan untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya
ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik
diantaranya ialah pangan hewani dan kacang-kacangan.
Sebab Terjadinya Hipoproteinemia

 Exkresi protein darah berlebih melalui air kemih.


 Pembentukan albumin terganggu spt pada penyakit hati.
 Absorpsi albumin berkurang akibat kelaparan atau penyakit usus juga pada penyakit ginjal.

Kelebihan Hipoproteinemia

Terjadi pada pemasukan protein yang kurang sehingga dapat mengakibatkan kekurangan
kalori, asama amino, mineral dan faktor lipotropik.
Akibat

 Pertumbuhan tubuh.
 Pemeliharaan jaringan tubuh.
 Pembentukan zat anti dan serum protein akan terganggu.

Penderita mudah terserang penyakit infeksi, perjalanan infeksi berat, luka sukar sembuh dan
mudah terserang penyakit hati akibat kekurangan faktor lipotropik.

3. HIPERURISEMI

Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat serum di atas
normal. Pada sebagian besar penelitian epidemiologi, disebut sebagai hiperurisemia jika kadar
asam urat serum orang dewasa lebih dari 7,0 mg/dl dan lebih dari 6,0 mg/dl pada perempuan.
Hiperurisemia yang lama dapat merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal. Hiperurisemia bisa
juga tidak menampakkan gejala klinis/ asimptomatis. Dua pertiga dari hiperurisemia tidak
menampakkan gejala klinis. Hiperurisemia terjadi akibat peningkatan produksi asam urat karena
diet tinggi purin atau penurunan ekskresi karena pemecahaan asam nukleat yang berlebihan atau
sering merupakan kombinasi keduanya. Sedangkan gout (pirai) adalah penyakit yang sering
ditemukan, merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan metabolism berupa hiperurisemia. Manifestasi
klinik deposisi urat meliputi artritis gout, akumulasi kristal di jaringan yang merusak tulang
(tofus), batu urat, dan nefropati gout.
Prevalensi

Satu survei epidemiologik yang di lakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama
WHO-COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 – 45 tahun di dapatkan bahwa
prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada wanita. Secara
keseluruhan prevalensi kedua jenis kelamin adalah 17,6%. Penyakit ini dapat di kelompokkan
menjadi bentuk gout primer yang umumnya terjadi (90% kasus) penyebabnya tidak diketahui
dengan jelas, tapi di perkirakan akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh, tapi yang pasti
ada hubungannya dengan obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan diabetes melitus. Gout
umumnya di alami oleh laki – laki berusia lebih dari 30 tahun. Sedangkan gout sekunder (10%
kasus) di alami oleh wanita setelah menopause karena gangguan hormon.
Penyebab Hiperurisemia Hiperurisemia di sebabkan oleh dua faktor utama yaitu
meningkatnya produksi asam urat dalam tubuh, hal ini di sebabkan karena sintesis atau
pembentukan asam urat yang berlebihan. Produksi asam urat yang berlebihan dapat di sebabkan
karena leukimia atau kanker darah yang mendapat terapi sitostatika. Faktor yang kedua adalah
pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal), gout renal primer di sebabkan karena
ekskresi asam urat di tubuli distal ginjal yang sehat, dan gout renal sekunder di sebabkan ginjal
yang rusak, misalnya pada glomerulonefritis kronis, kerusakan ginjal kronis (chronic renal
failure).

Tahapan gout ada 4 fase yaitu:

a. Tanpa gejala Pada tahap ini terjadi kelebihan asam urat tetapi tidak menimbulkan gejala
klinik. Penderitan hiperurisemia ini harus di upayakan untuk menurunkan kelebihan urat
tersebut dengan mengubah pola makan atau gaya hidup.
b. Gout akut Pada tahap ini gejalanya muncul tiba– tiba dan biasanya menyerang satu atau
beberapa persendian. Sakit yang di rasakan penderita sering di mulai di malam hari, dan
rasanya berdenyut-denyut atau nyeri seperti di tusuk jarum. Persendian yang terserang
meradang, merah, terasa panas dan bengkak. Rasa sakit pada persendian tersebut mungkin
dapat berkurang dalam beberapa hari, tapi bisa muncul kembali pada interval yang tidak
menentu. Serangan susulan biasanya berlangsung lebih lama, pada beberapa penderita
berlanjut menjadi artritis gout yang kronis, sedang di lain pihak banyak pula yang tidak akan
mengalaminya lagi.
c. Interkritikal Pada tahap ini penderita mengalami serangan asam urat yang berulang–ulang
tapi waktunya tidak menentu.
d. Kronis. Pada tahap ini masa kristal asam urat (tofi) menumpuk di berbagai wilayah jaringan
lunak tubuh penderitanya. Penumpukan asam urat yang berakibat peradangan sendi tersebut
bisa juga di cetuskan oleh cidera ringan akibat memakai sepatu yang tidak sesuai ukuran
kaki, selain terlalu banyak makan yang mengandung senyawa purin (misal jeroan), konsumsi
alkohol, tekanan batin (stress), karena infeksi atau efek samping penggunaan obat–obat
tertentu (diuretik).

Struktur Asam urat

Merupakan produk akhir metabolisme purin yang terdiri dari komponen karbon, nitrogen,
oksigen dan hidrogen dengan rumus molekul C5H4N4O3. Pada pH alkali kuat, asam urat
membentuk ion urat dua kali lebih banyak daripada pH asam.
Gambar 1. Struktur Asam Urat

Purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat dalam diet diubah menjadi asam urat
secara lansung. Pemecahan nukleotida purin terjadi di semua sel, tetapi asam urat hanya
dihasilkan oleh jaringan yang mengandung xhantine oxidaseterutama di hepar dan usus
kecil. Rerata sintesis asam urat endogen setiap harinya adalah 300-600mg per hari, dari diet
600 mg per hari lalu dieksresikan ke urin rerata 600 mg per hari dan ke usus sekitar 200 mg
per hari.

Metabolisme asam urat

Dua pertiga total urat tubuh berasal dari pemecahan purin endogen, hanya sepertiga yang
berasal dari diet yang mengandung purin. Pada pH netral asam urat dalam bentuk ion asam urat
(kebanyakan dalam bentuk monosodium urat), banyak terdapat di dalam darah. Konsentrasi
normal kurang dari 420 μmol/L (7,0 md/dL). Kadar urat tergantung jenis kelamin, umur, berat
badan, tekanan darah, fungsi ginjal, status peminum alkohol dan kebiasaan memakan makanan
yang mengandung diet purin yang tinggi. Kadar Asam Urat mulai meninggi selama pubertas
pada laki-laki tetapi wanita tetap rendah sampai menopause akibat efek urikosurik estrogen.
Dalam tubuh manusia terdapat enzim asam urat oksidase atau urikase yang akan mengoksidasi
asam urat menjadi alantoin. Defisiensi urikase pada manusiaakan mengakibatkan tingginya
kadar asam urat dalam serum. Urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal
(30%). Kadar asam urat di darah tergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresinya.
Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribosa, yaitu 5-
phosphoribosyl-1- pirophosphat (PRPP) yang didapat dari ribose 5fosfat yang disintesis dengan
ATP (Adenosinetriphosphate) dan merupakan sumber gugus ribosa. Reaksi pertama, PRPP
bereaksi dengan glutamin membentuk fosforibosilamin yang mempunyai sembilan cincin purin.
Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotranferase, suatu enzim yang dihambat oleh
produk nukleotida inosinemonophosphat (IMP), adenine monophosphat (AMP) dan guanine
monophosphat (GMP). Ketiga nukleotida ini juga menghambat sintesis PRPP sehingga
memperlambat produksi nukleotida purin dengan menurunkan kadar substrat PRPP.
Inosine monophosphat (IMP) merupakan nukleotida purin pertama yang dibentuk dari gugus
glisin dan mengandung basa hipoxanthine. Inosinemonophosphat berfungsi sebagai titik cabang
dari nukleotida adenin dan guanin. Adenosinemonophospat (AMP) berasal dari IMP melalui
penambahan sebuah gugus amino aspartat ke karbon enam cincin purin dalam reaksi yang
memerlukan GTP (Guanosine triphosphate).
Guanosinemonophosphat (GMP) berasal dari IMP melalui pemindahan satu gugus amino
dari amino glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP.
Adenosine monophosphate mengalami deaminasi menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP
mengalami defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. Basa hipoxanthine terbentuk dari IMP
yang mengalami defosforilasi dan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi xhantine serta guanin
akan mengalami deaminasi untuk menghasilkan xhantine juga. Xhantine akan diubah oleh
xhantine oxsidase menjadi asam urat.

Gambar 2. Metabolisme Asam Urat

Faktor-faktor yang mempengaruhi hiperurisemia antara lain:

a. Nutrisi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam
nukleat atau asam inti dari sel dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur
pembentuk protein. Makanan dengan kadar purin tinggi (150 – 180 mg/100 gram)
antara lain jeroan, daging baik daging sapi, babi, kambing atau makanan dari
hasil laut (sea food), kacangkacangan, bayam, jamur, kembang kol, sarden,
kerang, minuman beralkohol. Pada pria yang memakan daging baik daging sapi
atau kambing bisa meningkatkan risiko asam urat 21%. Namun makanan tinggi
purin darisumber nabati seperti asparagus, polong– polongan, kembang kol dan
bayam tidak meningkatkan faktor risiko.
b. Obat- obatan Obat-obatan diuretika (furosemid dan hidroklorotiazida), obat
kanker, vitamin B12 dapat meningkatkan absorbsi asam urat di ginjal sebaliknya
dapat menurunkan ekskresi asam urat urin.
c. Obesitas. Kelebihan berat badan (IMT ≥ 25kg/m²) dapat meningkatkan kadar
asam urat dan juga memberikan beban menahan yang berat pada penopang sendi
tubuh. Sebaiknya berpuasa dengan memilih makanan rendah kalori tanpa
mengurangi konsumsi daging (tetap memakan daging berlemak) juga dapat
menaikkan kadar asam urat. Diet makanan rendah kalori dapat menyebabka
kelaparan sehingga menyebabkan hiperurisemia.
d. Usia. Meskipun kejadian hiperurisemia bisa terjadi pada semua tingkat
usianamun kejadian ini meningkat pada laki – laki dewasa berusia ≥ 30 tahun dan
wanita setelah menopause atau berusia ≥ 50 tahun, karena pada usia ini wanita
mengalami gangguan produksi hormon estrogen.

Tanda dan Gejala Artritis Gout

a. Akut Serangan awal gout berupa nyeri yang berat, bengkak dan berlangsung
cepat, lebih sering di jumpai pada ibu jari kaki. Ada kalanya serangannyeri di
sertai kelelahan, sakit kepala dan demam.
b. Interkritikal Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi
periode interkritikal asimtomatik. Secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-
tanda radang akut.
c. Kronis Pada gout kronis terjadi penumpukan tofi (monosodium urat) dalam
jaringan yaitu di telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki.
Diagnosis

Kriteria diagnosis gout berdasarkan Asosiasi Rematik Amerika 1997 adalah sebagai
berikut :

1. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi


2. Adanya tofus yang berisi kristal urat
3. Di dapatkan kristal urat yang khas dalam cairan sendi atau topusberdasarkan
pemeriksaan kimiawi, dan mikroskopik dengan sinarterpolarisasi, atau terdapat 6
dari 12 kriteria di bawah ini :
a. Lebih dari sekali mengalami serangan akut artritis.
b. Inflamasi maksimal terjadi pada hari pertama
c. Terjadi peradangan secara maksimal dalam sehari.
d. Oligoartritis (jumlah sendi yang meradang 2 -4)
e. Kemerahan pada sendi yang meradang.
f. Sendi metatarsopalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak.
g. Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsopalangealpertam.
h. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).
i. Topus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartigokartikular
(tulang rawan) dan kapsula sendi.
j. Hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl).
k. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).
l. Serangan artritis akut berhenti secara menyeluruh.

Pola Diet

1. Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) :


Hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jerohan, udang, remis, kerang, sardin,
ragi (tape), alkohol, makanan dalam kaleng

2. Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) :


Ikan yang tidak termasuk gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang
kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung

3. Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) :


Keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan

4. Bahan makanan yang diperbolehkan :

 Semua bahan makanan sumber karbohidrat

 Semua jenis buah-buahan, kecuali yang mengandung alkohol

 Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alkohol

 Semua macam bumbu


Daftar Makanan Tinggi Purin

Makanan Asam Urat (mg/100g)

Teobromin (kafein cokelat) 2300

Limpa domba/kambing 773

Hati sapi 554

Ikan sarden 480

Jamur kuping 448

Limpa sapi 444

Daun melinjo 366

Paru-paru sapi 339

Kangkung, bayam 290

Ginjal sapi 269

Jantung sapi 256

Hati ayam 243

Jantung domba/kambing 241

Ikan teri 239

Udang 234

Biji melinjo 222

Daging kuda 200


Kedelai & kacang-kacangan 190

Dada ayam dg kulit 175

Daging ayam 169

Daging angsa 165

Lidah sapi 160

Ikan Kakap 160

Tempe 141

Daging bebek 138

Kerang 136

Udang Lobster 118

Tahu 108

4. KERUSAKAN DNA

Kerusakan DNA banyak terjadi pada saat replikasi. Untuk mengatasi


hal tersebut,proses perbaikan DNA dilakukan pada akhir proses replikasi. Perubahan-
perubahan yangdisebabkan oleh kerusakan DNA dapat mengganggu replikasi atau dapat
menghasilkanproduk transkripsi yang salah. Kerusakan DNA yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dandi dalam proses metabolisme sel yang normal, terjadi pada tingkat molekular
luka per sel per hari sehingga dapat mengganggu kemampuan sel untuk melaksanakan
fungsinya. Menurut Murray et.al. (2003), kerusakan DNA dapat disebabkan oleh
pengaruhagen lingkungan, fisik dan kimia.
1. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul yang pada orbit terluarnya mempunyai satu atau lebih
elektron tidak berpasangan, sifatnya sangat labil dan sangat reaktif (Soeksmanto dkk.,
2007). Senyawa radikal bebas merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan DNA
disamping penyebab lain seperti virus.
Elektron memerlukan pasangan untuk menyeimbangkan nilai spinnya,
sehingga molekul radikal menjadi tidak stabil dan mudah sekali bereaksi
dengan molekul lain, membentuk radikal baru. Radikal bebas dapat dihasilkan dari
hasil metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra
violet, zat pemicu radikal dalam makanan dan polutan lain. Penyakit yang disebabkan
oleh radikal bebas bersifat kronis, yaitu dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk penyakit
tersebut menjadi nyata.
Contoh penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal bebas adalah serangan
jantung,kanker, katarak dan menurunnya fungsi ginjal. Untuk mencegah atau
mengurangi penyakit kronis karena radikal bebas diperlukan antioksidan. Tubuh
manusia dapat menetralisir radikal bebas ini, hanya saja bila jumlahnya berlebihan, maka
kemampuan untuk menetralisirnya akan semakin berkurang. Merokok, misalnya, adalah
kegiatan yang secara sengaja memasukkan berbagai jenis zat berbahaya yang dapat
meningkatkan jumlah radikal bebas ke dalam tubuh. Tubuh manusia didesain untuk
menerima asupan yang bersifat alamiah, sehingga bila menerima masukan seperi asap
rokok, akan berusaha untuk mengeluarkan berbagai racun kimiawi ini dari tubuh melalui
proses metabolisme tetapi proses  metabolisme ini pun sebenarnya menghasilkan radikal
bebas. Pada intinya, kegiatan merokok sama sekali tidak berguna bagi tubuh, walau pun
dapat ditemui perokok yang berusia panjang.
Radikal bebas yang mengambil elektron dari sel tubuh manusia dapat menyebabkan
perubahan struktur DNA sehingga terjadi mutasi.[butuh  Bila perubahan DNA ini
rujukan]

terjadi bertahun-tahun, maka dapat menjadi penyakit kanker. Tubuh manusia,


sesungguhnya dapat menghasilkan antioksidan[butuh rujukan]
 tetapi jumlahnya sering sekali
tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Atau sering
sekali, zat pemicu yang diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan antioksidan tidak
cukup dikonsumsi. Sebagai contoh, tubuh manusia dapat menghasilkan Glutathione,
salah satu antioksidan yang sangat kuat,[butuh rujukan]
 hanya saja, tubuh memerlukan
asupan vitamin C sebesar 1.000 mg untuk memicu tubuh menghasilkan glutahione ini.
 Keseimbangan antara antioksidan dan radikal bebas menjadi kunci utama
[butuh rujukan]

pencegahan stres oksidatif dan penyakit-penyakit kronis yang dihasilkannya.

2. Hemofilia

Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan


faktor pembekuan darah. Hemofilia A timbul jika ada kelainan pada gen yang
menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII). Sedangkan, hemofilia B
disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX (FIX). Hemofilia A dan B tidak dapat
dibedakan karena mempunyai tampilan klinis yang mirip dan pola pewarisan gen yang
serupa.

Hemofilia adalah salah satu penyakit genetik tertua yang pernah dicatat. Kelainan
perdarahan yang diturunkan yang terjadi pada seorang laki-laki tercatat dalam
berkas Talmud pada Abad Kedua. Sejarah modern dari hemofilia dimulai pada
tahun 1803 oleh John Otto yang menerangkan adanya anak yang menderita hemofilia.
Pada tahun 1820, untuk pertama kalinya dilakukan ulasan tentang hemofilia
oleh Nasse. Pembuktian adanya kecacatan pada proses pembekuan darah pada hemofilia
dilakukan oleh Wright pada tahun 1893. Namun, faktor VIII (FVIII) belum
teridentifikasi hingga tahun 1937 ketika Patek dan Taylor berhasil mengisolasi faktor
pembekuan dari darah, yang saat itu disebut sebagai faktor antihemofilia (AHF).

Suatu bioasai dari faktor VIII diperkenalkan pada tahun 1950. Walaupun hubungan


antara FVIII dan faktor von Willbrad (vWF) telah diketahui, namun hal ini tidak disadari
saat itu. Pada tahun 1953, kurangnya faktor VIII pada pasien dengan defisiensi vWF
pertama kali dijelaskan. Penelitian berikutnya oleh Nilson dan kawan-kawan
mengindikasikan adanya interaksi antara 2 faktor pembekuan sebelumnya.

Pada tahun 1952, penyakit christmas pertama kali dideskripsikan dan nama penyakit


tersebut diambil dari nama keluarga pasien pertama yang diteliti secara menyeluruh.
Penyakit ini sangat berbeda dari hemofilia karena pencampuran plasma pasien penyakit
christmas dengan plasma pasien hemofilia menormalkan masa pembekuan (clotting
time/CT) karena itu hemofilia A dan B kemudian dibedakan.

Pada awal tahun 1960an, kriopresipitat adalah konsentrat yang pertama kali ada


untuk terapi hemofilia. Pada tahun 1970an, lyophilized intermediate-purity
concentrates atau konsentrat murni liofil menengah pertama kali dibuat dari kumpulan
darah donor. Sejak saat itu terapi hemofilia secara dramatis berhasil meningkatkan
harapan hidup penderitanya dan dapat memfasilitasi mereka untuk pembedahan dan
perawatan di rumah.

Pada tahun 1980an, risiko tertular penyakit yang berasal dari konsentrat FVII
pertama kali diketahui. Kebanyakan pasien dengan hemofilia berat terinfeksi oleh
penyakit hepatitis Bdan hepatitis C. Pada akhir tahun 1980an hampir semua pasien
hemofilia berat terinfeksi hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, dan HIV.
Teknik virisidal terbaru kemudian ditemukan dan efektif membunuh virus-virus tersebut.
Standar terbaru tatalaksana hemofilia sekarang menggunakan konsentrat FVIII
rekombinan sehingga dapat menghilangkan risiko tertular virus.

3. Multiple Mieloma

Multiple myeloma adalah jenis kanker yang menyerang sel plasma, yaitu salah
satu jenis sel darah putih, pada sumsum tulang penderita. Secara umum, sel plasma
berfungsi untuk memproduksi antibodi guna mengatasi infeksi dalam tubuh. Namun pada
multiple myeloma, sel plasma justru memproduksi protein yang tidak normal secara
berlebihan yang akhirnya dapat merusak berbagai organ tubuh, seperti ginjal dan tulang.

Multiple myeloma belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Pertumbuhan sel


plasma abnormal (myeloma) dapat berlipat ganda dengan cepat dan melebihi
pertumbuhan sel normal, kemudian menghasilkan antibodi yang merugikan tubuh.

Terdapat multiple myeloma dalam bentuk jinak, yaitu MGUS (monoclonal


gammopathy of undetermined significance). MGUS adalah kondisi ketika antibodi
abnormal diproduksi oleh sel myeloma, tetapi tidak menyebabkan kerusakan pada tubuh.
Meski demikian, sebagian besar kasus multiple myeloma berawal dari MGUS.
Diperkirakan bahwa dari seratus orang penderita MGUS, satu di antaranya berkembang
menjadi multiple myeloma setiap tahunnya.

4. Faal Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal adalah adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui seberapa baik ginjal bekerja dan untuk mendeteksi adanya
gangguan pada organ tersebut. Pada pemeriksaan fungsi ginjal, darah dan urine
pasien akan diambil untuk kemudian diamati di laboratorium.
Ginjal merupakan sepasang organ yang terletak di belakang rongga perut
(retroperitoneal), dan berfungsi untuk membuang zat sisa serta kelebihan cairan dari
dalam darah. Selain menjaga keseimbangan cairan, organ ini juga berfungsi untuk
menjaga keseimbangan kadar mineral dalam tubuh, serta membantu proses pembentukan
vitamin D, sel darah merah, dan hormon yang mengatur tekanan darah.
Jika seseorang mengalami kerusakan ginjal, ginjal tidak dapat melakukan fungsi-
fungsinya dengan optimal sehingga menyebabkan berbagai gangguan dalam tubuh.
Untuk mendeteksi adanya penyakit ginjal dan menentukan apakah ginjal bekerja dengan
baik, seseorang harus menjalani pemeriksaan fungsi ginjal.

Penutup

Penderita gangguan metabolik dengan tingkat keparahan gejala yang berat biasanya harus
diobati di rumah sakit. Selain itu penderita juga akan membutuhkan alat-alat penunjang hidup.
Dalam kasus seperti ini, perawatan darurat dan perbaikan fungsi organ akan menjadi fokus
utama dokter.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan tenaga
kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/gizi buruk secara terpadu ditiap
jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit
Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan
posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).
BAB VII
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

C. Pengertian
Pemeriksaan laboratorium merupakan analisis biokimia terhadap  perubahan fungsi tubuh
yang timbul sebagai akibat dari penyakit tertentu, baik susunan kimia maupun mekanisme
biokimia tubuh. Pemeriksaan Laboratorium dilakukan untuk menunjang diagnosis suatu
penyakit tertentu. Pada umumnya diagnosis penyakit dibuat berdasarkan gejala penyakit, dan
gejala ini mengarahkan dokter pada kemungkinan penyakit tertentu. Hasil  pemeriksaan
laboratorium dapat menunjang atau menyingkirkan kemungkinan penyakit.
Berikut Beberapa contoh Parameter pemeriksaan laboratorium:

 Adiponektin  Fosfatase Alkali  Lp (a)


 Albumin  Gamma GT  NT-proBNP
 Albumin Urin  Glutamate  Pre Albumin
Kuantitatif Dehydrogenase (Transthyretin)
 Albumin Urine (GLDH)  Procalcitonin (PCT)
Kualitatif  Glutathione  Protein
 Alpha HBDH Peroxidase (GPx) Elektrophoresis
 Amylase Pancreatic  Glycated Albumin  Small Dense LDL
 Apo A1  GOT  Status Antioksidan
 Apo B  GPT Total
 Asam Urat  HbA1C  Total Protein
 Bilirubin Direk  Homocysteine  Trigliserida
 Bilirubin Total  hs-CRP  Triple Cardiac
 Cholesterol HDL  IgA Marker (CK-MB,
 Cholesterol LDL  IgG Myoglobin,
 Cholesterol Total  IgM Troponin I)
 Cholinesterase  Insulin  Troponin I
(CHE)  Kreatinin  Urea N
 CK-MB  Kreatinin (Urine)  Ureum
 C-peptide  Kreatinin Klirens
 Creatine Kinase  LDH
(CK)  Lipase

D. Analisa Protein
Secara umum Analisis protein dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu ;
1. Analisa kualitatif terdiri atas ; reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon,
reaksi Nitroprusida, reaksi Sakaguchi, Metode Ewitz, Metode Bang, Metode asam asetat
dan Biuret.
2. Secara kuantitatif terdiri dari ; metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry,
metode spektrofotometri visible (Biuret,BCG,BCP,dll), metode spektrofotometri UV
(Enzim), Metode elektroforesis, Metode Protein Error of Indicators Method (Carik Celup),
Metode Imunochemiluminescent, dan Metode PEG enhanced immunoturbidimetric

E. Prinsip Analisis Protein


Analisa Kualitatif
1. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah
dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi
yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini
positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan.
2. Reaksi Hopkins-Cole
Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole
yang mengandung asam glioksilat. Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk
magnesium dalam air. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan
perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein. Beberapa saat kemudian
akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut.
3. Reaksi Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi
ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah
menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena
terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna.
4. Reaksi Natriumnitroprusida
Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah dengan protein
yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein yang mengandung sistein dapat memberikan
hasil positif.
5. Reaksi Sakaguchi
Pereaksi yang digunakan ialah naftol dan natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi ini
memberikan hasil positif apabila ada gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang
mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah.
6. Reaksi Biuret
Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji
ini untuk menunjukkan adanya senyawasenyawa yang mengandung gugus amida asam yang
berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan
timbulnya warna merah violet atau biru violet.
7. Metode Ewitz, Metode Bang, Metode asam asetat
Berdasarkan sifat protein jika dipanaskan pada titik iso elektrik akan terjadi denaturasi yang
diikuti koagulasi dan Protein dalam urine akan dipresipitatkan oleh asam sulfosalisil 20% tanpa
pemanasan dan kekeruhan yang terjadi dinilai secara semi kuantitatif

Analisa Kuantitatif
Analisis protein dapat digolongkan menjadi dua metode, yaitu: Metode konvensional, yaitu
metode Kjeldahl (terdiri dari destruksi, destilasi, titrasi), titrasi formol. Digunakan untuk protein
tidak terlarut.
Metode modern, yaitu metode Lowry, spektrofotometri visible (Biuret,BCG,BCP,dll), Metode
Protein Error of Indicators Method (Carik Celup), metode spektrofotometri UV (Enzim),
Metode elektroforesis, Metode Imunochemiluminescent, dan Metode PEG enhanced
immunoturbidimetric. Digunakan untuk protein terlarut.
1. Metode Kjeldahl
Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino,
protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan
dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah
pembebasan alkali dengan kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam
larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi.
2. Metode Titrasi Formol
Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH) lalu ditambahkan formalin akan membentuk
dimethilol. Dengan terbentuknya dimethilol ini berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak
akan mempengaruhi reaksi antara asam dengan basa NaOH sehingga akhir titrasi dapat diakhiri
dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah p.p., akhir titrasi bila tepat terjadi perubahan
warna menjadi merah muda yang tidak hilang dalam 30 detik.

3. Metode Lowry
Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam metode ini terlibat 2
reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret, yang
dalam suasana alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi
reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat-phosphotungstat, menghasilkan heteropoly-
molybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis
Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri. Kekuatan
warna biru terutama bergantung pada kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya.
Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga
memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01
mg/mL. Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya

4. Metode Spektrofotometri Visible (BCG dan Biuret)


Ikatan peptida yang terdapat dalam protein akan bereaksi dengan penambahan reagen Biuret,
BCG, Atau BCP membentuk kempleks warna, intensitas warna yang terbentuk setara dengan
kadar protein dalam sampel.
5. Metode Elektroforesis
Prinsip elektroforesis adalah teknik pemisahan asam nukleat/ protein berdasarkan perbedaan
medan listrik, molekul dan partikel bermuatan akan bergerak ke arah elektrode yang memiliki
muatan berlawanan di bawah pengaruh medan listrik. Dalam elektroforesis, sampel yang
mengandung protein biasanya dicampur dengan SDS (sodium dodecyl sulfat). Muatan negatif
SDS tersebut mengganggu kestabilan protein, sehingga protein mengalami denaturasi. Suatu
protein multimer juga akan terurai menjadi monomer penyusunnya. Sampel dengan protein
rantai polipeptida lurus tersebut dimasukkan dalam suatu membrane poliakrilamid yang dialiri
arus listrik. Dalam gel poliakrilamid tersebut akan terbentuk pita-pita yang merupakan
proteinprotein yang telah terpisah berdasarkan berat molekul

6. Metode Protein Error of Indicators Method (Carik Celup)


Pengujian protein dalam urin didasarkan pada fenomena yang disebut " Protein Error of
Indicators Method " (kemampuan protein untuk mengubah warna beberapa indikator asam-basa
tanpa mengubah pH). Dalam larutan yang tidak mengandung protein, tetrabromphenol biru,
buffered pada pH 3, berwarna kuning. Namun, dengan adanya protein, terutama albumin,
warnanya berubah menjadi hijau, kemudian biru, tergantung pada konsentrasinya. Metode ini
lebih sensitif terhadap albumin daripada globulin, mendeteksi sedikitnya 5 mg albumin / dL
urin.
7. Metode Imunochemiluminescent
Pada sampel terdapat banyak macam protein salah satunya adalah protein yang akan diperiksa,
Sampel dimasukkan reagen yang berisi 2 antibody monoklonal spesifik terhadap protein
tertentu yaitu antibodi berbiotin dan antibodi berlabel Ruthenium kemudian protein dalam
sampel membentuk kompleks sandwich antigen antibodi. Kemudian dimasukkan reagen kedua
yang berisi microbeads yang diselubungi oleh Streptavidin yang berikatan dengan biotin pada
kompleks sandwich. Semuanya dialirkan ke cell Cell dialiri magnet sehingga kompleks
sandwich yang telahterikat microbeads ber-Streptavidin akan terfiksasi. Reagen ketiga berisi
TPA dimasukkan sekaligus membuang substansi yang bukan protein yang tidak terfiksasi pada
magnet. Kompleks sandwich sudah bersih dari substansi yang tidak diperlukan dan digenangi
oleh tripropylamine (TPA) Cell diberikan tegangan, dimulailah reaksi electrochemilumine
scence Ketika diberikan tegangan, Ruthenium dan TPA tereksitasi berfungsi sebagai reduktor
terhadap Ru3+ sehingga Ru3+ kembali menjadi Ru2+ dan menghasilkan foton TPA berfungsi
sebagai reduktor terhadap Ru3+ sehingga Ru3+ kembali menjadi bentuk Ru2+ dan
menghasilkan foton. Foton dideteksi dan diukur oleh photo multiplier, kemudian dikonversi
menjadi µIU/mL dengan cara membandingkannya dengan kurva standar atau formula yang
didapat ketika dilakukan kalibrasi saat pertamakali men-setting alat atau pada saat maintenance
berkala Intensitas cahaya yang terbentuk sebanding dengan kadar Protein pada sampel Semakin
tinggi intensitas cahaya, semakin tinggi kadar protein dan juga sebaliknya Semakin rendah
intensitas cahaya, semakin rendah kadar protein
8. Metode
Sampel direaksikan dengan antibodi yang mengandung antibodi spesifik terhadap Protein
tertentu. Hasil kekeruhan larutan diukur pada panjang gelombang 340 nm yang sebanding
dengan konsentrasi protein sampel. Dengan pembentukan kurva standart dari absorbant
standart, konsentrasi protein dari sampel dapat ditentukan.

F. Contoh Kasus (Gagal Ginjal)


Ginjal termasuk salah satu organ tubuh manusia yang vital. Organ ini berperan penting
dalam metabolisme tubuh seperti fungsi ekskresi, keseimbangan air dan lektrolit, serta
endokrin. Fungsi ginjal secara keseluruhan didasarkan oleh fungsi nefron dan gangguan fungsi
ginjal disebabkan oleh menurunnya kerja nefron. Penyakit ginjal sering disertai penyakit lain
yang mendasarinya seperti diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, dan lain-lain.

Gejala gangguan ginjal stadium dini cenderung ringan, sehingga sulit didiagnosis hanya
dengan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan laboratorium dapat mengidentifi kasi gangguan fungsi
ginjal lebih awal. Pemeriksaan antara lain kadar kreatinin, ureum, asam urat, cystatin C, β2
microglobulin, inulin, dan juga zat berlabel radioisotop. Hal ini dapat membantu dokter klinisi
dalam mencegah dan tatalaksana lebih awal untuk mencegah progresivitas gangguan ginjal
menjadi gagal ginjal.

1. Cystatin C

Cystatin C merupakan protein berat molekul rendah (13kD) yang disintesis oleh semua sel
berinti dan ditemukan diberbagai cairan tubuh manusia. Cystatin C difiltrasi bebas oleh
glomerulus dan tidak disekresi, kemudian direabsorpsi tetapi mengalami katabolisme hampir
lengkap oleh sel epitel tubulus proksimal ginjal, sehingga tidak ada yang kembali kedarah,
dengan demikian kadarnya dalam darah menggambarkan LFG, sehingga dapat dikatakan CysC
merupakan penanda endogen yang mendekati ideal.

Pemeriksaan CysC dapat dilakukan untuk menentukan kadar LFG pada neonatus, anak dan
dewasa, karena Kadar CysC tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tinggi dan berat badan,
inflamasi, massa otot, hormonal, dan ras. Pemeriksaan LFG dengan CysC tidak ada variasi
diurnal seperti kreatinin, sedangkan variasi biologik lebih baik daripada kreatinin. Penurunan
ringan fungsi ginjal lebih cepat terdeteksi oleh CysC daripada kreatinin. Untuk menilai
penurunan LFG, nilai sensitivitas, spesifisitas, dan efisiensi diagnostik CysC yang paling baik
(98%).

Pemeriksaaan kadar CysC urine dapat dilakukan untuk mengetahui adanya disfungsi tubulus
proksimal. Pemeriksaan CysC dapat dilakukan dengan metode ELISA, PETIA dan PENIA,
metode PENIA presisinya lebih baik dan rentang nilai normalnya lebih stabil. Sampel untuk
pemeriksaan CysC dapat dipergunakan serum, plasma EDTA dan heparin, urine, serta mulai
diteliti penggunaan sampel darah kapiler sehingga dapat digunakan pada pasien yang
pengambilan darah vena sulit dilakukan seperti pada bayi dan anak.
2. Metode Pemeriksaan

Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk Uji cystatin C hingga saat ini. Beberapa
metode ini memiliki tes yang lebih sensitif, berbagai teknologi deteksi menggunakan antibodi
monoklonal dan antibodi poliklonal.

o PETIA dan PENIA

Turbidimetri adalah suatu metode analisis kuantitatif yang berdasarkan pada pelenturan sinar
oleh susoensi zat padat . sedangkan nefelometri merupakan pengukuran intensitas cahaya yang
dibaurkan sebagai fungsi dari konsentrasi terdispersinya. Maka nefelometri dan
turbidimetrimerupakan kebalikan, nefelometri prinsipnya mengukur cahaya yang dibaurkan
dan nilainya sebanding dengan konsentrasi fase terdispersi. Dibawah ini adalah tabel
perbedaan turbidimetri dan nefelometri dapat dilihat dari aspek-aspek berikut :

Aspek Turbidimetri Nefelometri


Prinsip kerja menghitung jumlah cahaya  berdasarkan banyaknya
yang diteruskan (dan berkas sinar yang 
mengkalkulasi jumlah cahaya dihamburkan
yang diabsorbsi) oleh partikel
dalam suspense untuk  Makin besar kadar
menentukan konsentrasi analit, makin banyak
substansi yang ingin dicari. berkas sinar yang
dihamburkan (dan
sebaliknya)

Cahaya Yang Diukur Cahaya yang ditransmisikan Cahaya yang dibaurkan oleh
oleh suspense suspense
Detektor Spektrofotometer cahaya Tube fotomultiplier
Kepekaan Efektifitas Pada jumlah dan ukuran Pada jumlah dan ukuran prtikel
Pengukuran partikel yang besar yang kecil (encer)
Hamburan Yang Terukur hamburan yang diteruskan hamburan yang membentuk
atau yang membentuk sudut sudut 900
1800
Pengukuran Kadar Tidak Langsung Langsung
Analit

Prinsip PETIA dan PENIA


o ELISA

Antibodi Immunosorbent Enzyme-linked (ELISA) adalah teknik yang menggabungkan


spesifisitas antibodi dengan sensitivitas uji enzim secara sederhana, dengan menggunakan antibodi
atau antigen yang digabungkan ke suatu enzim yang mudah diuji.

Prinsip ELISA

o Stabilitas

Ada empat studi utama yang telah menjelaskan stabilitas pemeriksaan cystatin C dalam serum.
Studi- studi ini secara ringkas, menjelaskan bahwa cystatin C adalah stabil pada suhu kamar
selama maksimal 7 hari, kemudian antara 1 dan 2 bulan pada -200C dan stabil setidaknya 6
bulan bila disimpan pada suhu -800C. Cystatin C juga telah terbukti tahan terhadap efek
pembekuan dari setidaknya tujuh siklus beku / cair. Jadi, secara keseluruhan, cystatin C telah
terbukti sangat kuat. Satu hal penting, darah dapat dibiarkan tanpa persiapan hingga 24 jam
tanpa efek samping.

o Nilai Rujukan
Daftara Pustaka

1. Winarno F.G. Kimia Pangan Dan Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2014.
2. Barasi Mary E. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2009.
3. Almatsier Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2001.
4. Protein I: Komponen Asam Amino Dan Ciri Struktural [internet]. [2016 February 30]. Available
from: http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/biokimia/bab%205.pdf
5. Diana Fifi Melva. Fungsi Metabolisme Protein Dalam Tubuh Manusia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2009; 4(1): 47-52.
6. Arif Abdullah, Agus Budiyanto, Hoerudin. Nilai Indeks Glikemik Produk Pangan Dan Faktor-
Faktor Yang Memengaruhinya. J. Litbang Pert. 2013; 32(3): 91-99.
7. Makris Angela P, Kelley EB, Tracy L. Oliver, Nida GC, Diane LR, Guenther H. Boden, Carol J.
Homko, Gary D. Foster. The Individual And Combined Effects Of Glycemic Index And Protein
On Glycemic Response, Hunger, And Energy Intake. Obesity. 2
8. Penuntun Praktikum Biokimia 1976. Edisi 4. Biokimia FK-UI. Jakarta ;. 98-112
9. BIOKIMIA” Eksperimen Laboratorium”. Penerbit Widya Medika. 2000. Bagian Biokimia FK-
UI. Jakarta; 50-65.

10. Heindel JJ. et al. (2017). Metabolism Disrupting Chemicals and Metabolic Disorders.
Reproductive Toxicity, 68, pp. 3-33 
11. Mayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Inherited Metabolic Disorders. 
12. Imunodefisiensi primer – Diagnosis imunodefisiensi primer (edisi pertama), Desember
2012.
13. International Patient Organisation for Primary Immunodeficiencies (IPOPI), 2012
14. Winkelstein JA, Marino MC, Lederman HM et al. X-linked agammaglobulinemia: report
on a United States registry of 201 patients. Medicine (Baltimore). 2006;85:193-202.
15. Hypoproteinemia and Cystic Fibrosis. D. W. NEBERT, M.S., M.D., AND D. D.
CURTIS, M.D., Los Angeles
16. GOUT AND HYPERURICEMIA. Nur Amalina Dianati Faculty of Medicine, University
of Lampung. 2015
17. Heindel JJ. et al. (2017). Metabolism Disrupting Chemicals and Metabolic Disorders.
Reproductive Toxicity, 68, pp. 3-33 
18. Mayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Inherited Metabolic Disorders. 
19. Imunodefisiensi primer – Diagnosis imunodefisiensi primer (edisi pertama), Desember
2012. © International Patient Organisation for Primary Immunodeficiencies (IPOPI),
2012
20. Winkelstein JA, Marino MC, Lederman HM et al. X-linked agammaglobulinemia: report
on a United States registry of 201 patients. Medicine (Baltimore). 2006;85:193-202.
21. Hypoproteinemia and Cystic Fibrosis. D. W. NEBERT, M.S., M.D., AND D. D.
CURTIS, M.D., Los Angeles
22. GOUT AND HYPERURICEMIA. Nur Amalina Dianati Faculty of Medicine, University
of Lampung. 2015.
23. Broad, William J. (7 October 2015). "Nobel Prize in Chemistry Awarded to Tomas
Lindahl, Paul Modrich and Aziz Sancar for DNA Studies". The New York Times. Diakses
tanggal 7 October 2015.
24. Browner WS, Kahn AJ, Ziv E, Reiner AP, Oshima J, Cawthon RM, Hsueh WC,
Cummings SR.  (7 October 2015). "The Nobel Prize in Chemistry 2015 – DNA repair –
providing chemical stability for life" (PDF). Nobel Prize. Diakses tanggal 7
October 2015.

Anda mungkin juga menyukai