Anda di halaman 1dari 30

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM

“REAKSI UJI ASAM AMINO DAN PROTEIN”

OLEH:
NAMA : AHMAD ADI MUHTAROM

STANBUK : 15020210116

KELAS/KLS : C11/2 (DUA)

PJ MATERI : SERLY ANDESLIAH PUTRI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2022
REAKSI UJI ASAM AMINO & PROTEIN

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah protein berasal dari kata Yunani Proteos, yang berarti yang
utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli
kimia Belanda, Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat
bahwa protein adalah zat yang paling penting dalam setiap organisme.
Protein adalah suatu senyawa organik yang berbobot molekul
tinggi berkisar antara beberapa ribu sampai jutaan. Protein ini tersusun
dari atom C, H, O dan N serta unsur lainnya seperti P dan S yang
membentuk unit-unit asam amino, dan unsu- unsur ini tidak dimiliki
oleh lemak atau atau karbohidrat.
Urutan susunan asam amino dalam protein maupun hubungan
antara asam amino yang satu dengan asam amino yang lain,
menentukan sifat biologis suatu protein. Di alam, ditemukan 20-21
macam asam amino yang membangun protein. Sebagai zat
pembangun, protein merupakan bahan-bahan pembentuk Jaringan-
jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh dan mempertahankan
jaringan yang telah ada.
Kita memperoleh protein dari hewan dan tumbuhan. Protein yang
berasal dari hewan disebut protein hewani sedangkan yang berasal
dari tumbuhan disebut protein nabati. Protein ini mudah dipengaruhi
oleh suhu tinggi, pH dan pelarut organik.
Didalam setiap sel yang hidup, protein merupakan bagian yang
sangat penting. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein
merupakan komponen terbesar setelah air. Kekurangan protein dalam
waktu lama dapat mengganggu berbagai berbagai proses dalam tubuh
dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Protein memiliki
molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai
jutaan. Protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila

AHMAD ADI MUHTAROM SERLY ANDESLIAH PUTRI


150 2021 0116
tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Adapun makanan
sebagai sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras,
kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Protein akan
menghasilkan asam-asam amino akibat hidrolisis oleh asam atau
enzim.
Pada praktikum uji reaksi Asam Amino & Protein digunakan
sampel berupa albumin telur bebek dan aquadest dengan
perbandingan 1:9 dimana tujuan dilakukannya praktikum ini adalah
untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya asam amino ataupun protein
pada larutan sampel yang telah dibuat menggunakan beberapa
pengujian, diantaranya uji Millon, uji Hopkins-Cole, uji Ninhidrin, uji
Xanthoproteat, dan uji Biuret. Adapun uji pengendapan protein oleh
logam, uji pengendapan oleh etanol dan uji denaturasi protein yang
akan dilakukan pada praktikum ini.
Albumin sendiri digunakan di bidang farmasi sebagai obat untuk
hipoalbuminemia (kadar albumin dalam darah di bawah normal) dan
dapat digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka.
Contoh obat ini adalah Vipalbumin yang merupakan obat herbal dari
ekstrak ikan gabus.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu
menjelaskan tentang reaksi uji asam amino dan mampu menjelaskan
tentang reaksi uji protein.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang reaksi uji asam amino.
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang reaksi uji protein.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Umum
Protein berasal dari bahasa Yunani proteos artinya utama atau
sangat penting. Pada hewan, protein merupakan penyusun otot, kulit,
rambut, dan jaringan pengikat. Pada tanaman, protein banyak terdapat
dalam kotiledon biji. Ensim dan hormon juga merupakan protein. Protein
mengandung C, H, O, N beberapa mengandung S, P, dan kadang-kadang
Zn, Fe, Cu. Kadarnya bervariasi, dengan komposisi rata-rata: N (16%), H
(7%), C (50%), O (22%), S (0,5-5%). Protein disusun terutama oleh asam-
asam amino. Apabila protein dihidrolisa oleh asam kuat atau basa kuat
atau dengan pertolongan ensim tertentu dapat terdekomposisi sempurna
menjadi komponenkomponen penyusunnya. Protein merupakan
polipeptida, selain mengandung asam amino juga banyak mengandung
bahan bukan asam amino seperti heme, derivat vitamin, lipida, dan
karbohidrat. Protein yang mengandung senyawa lain selain asam amino
disebut protein kompleks, sedang protein yang hanya mengandung asam
amino saja disebut protein sederhana. Sel hidup menghasilkan berbagai
macam makromolekul seperti protein, asam nukleat, dan polisakarida.
Senyawa makromolekul tersebut berfungsi sebagai komponen struktural,
biokatalisator, hormon, reseptor, dan sebagai tempat menyimpan
informasi genetik. Protein makromolekuler merupakan biopolimer yang
dibentuk dari unit monomer. Unit monomer protein berupa asam amino.
(Tjay, 2019)
Protein dapat digambarkan sebagai untaian sederetan residu asam
amino dengan urutan spesifik. Residu asam amino tersebut dihubungkan
oleh ikatan peptida. Istilah “residu” menandakan bahwa air telah hilang
ketika satu asam amino bergabung dengan asam amino lainnnya. Untaian
deretan residu asam amino pada suatu protein, sesungguhnya tidak linear
tetapi melipat membentuk struktur yang
kompleks seperti coils, zikzaks, turns dan loops. Lebih dari 50 tahun
yang lalu, bentuk tiga dimensi (konformasi) protein telah ditentukan.
Konformasi adalah penataan ruang atomatom yang tergantung pada
rotasi dari sebuah ikatan. Konformasi suatu molekul seperti protein
dapat berubah tanpa memutus ikatan kovalen, sedangkan konformasi
bermacam molekul dapat berubah hanya oleh pemutusan dan
pembentukan kembali ikatan kovalen. (Minda Azhar, 2016)
Struktur protein bervariasi dalam hal ukuran, dari puluhan hingga
ribuan residu. Protein diklasifikasikan berdasarkan ukuran fisik mereka
sebagai nanopartikel (1-100 nm). Sebuah protein dapat mengalami
perubahan struktural reversibel dalam menjalankan fungsi biologisnya.
Struktur alternatif protein yang sama disebut sebagai konformasi.
(Dadan R, 2016)
Protein bervariasi bentuknya. Walaupun demikian bentuk protein
dapat dikelompokkan dua yaitu protein globular dan protein fibrous.
Protein globular merupakan protein yang larut di dalam air.
Makromolekul ini berbentuk seperti ’bola’ dengan karakteristik pada
bahagian dalam protein hidrofobik dan pada permukaan protein
hidrofilik. Oleh sebab itu, protein globular larut di dalam air.
Kebanyakan protein globular adalah enzim. Protein fibrous adalah
protein struktural yang menyediakan dukungan mekanik pada sel dan
organisme. Protein fibrous dirancang khusus seperti ‘kabel besar’ atau
‘lembaran’. Sebagai contoh adalah αkeratin, komponen utama rambut
dan kuku; collagen, komponen utama tanduk, kulit, tulang dan gigi.
Contoh lain protein struktural adalah komponen protein virus,
bacteriophage, spora dan pollen. (Minda Azhar, 2016)
Sel hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul seperti
protein, asam nukleat, dan polisakarida. Senyawa makromolekul
tersebut berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator,
hormon, reseptor, dan sebagai tempat menyimpan informasi genetik.
Protein makromolekuler merupakan biopolimer yang dibentuk dari
unit monomer. Unit monomer protein berupa asam amino.. (Tjay,
2019)
Asam amino mengandung suatu gugus amino yang berada
dalam bentuk kation amonium dan gugus karboksil yang berada
dalam bentuk anion karboksilat. Sehingga asam amino mengandung
gugus yang bersifat basa dan gugus bersifat asam dalam molekul
yang sama. Suatu asam amino mengalami reaksi asam-basa internal
yang menghasilkan suatu ion dipolar, yang juga disebut zwitterion.
Karena strukturnya ini maka asam amino tidak selalu bersifat seperti
senyawa-senyawa organik. Asam amino mempunyai titik leleh yang
tinggi (di atas 200 0C), tidak larut dalam pelarut organik tetapi larut
dalam pelarut polar. Asam amino berdasarkan fungsi biologisnya
diklasifikasikan menjadi :
a. asam amino esensial, yaitu asam amino yang hanya diperoleh
dari makanan yang dikonsumsi karena asam amino jenis ini tidak
dapat disintesis dalam tubuh.
b. asam amino non esensial, yaitu asam amino yang diperoleh dari
makanan juga dapat disintesis dalam tubuh sendiri (Wardiyah,
2016).
Pada praktikum ini dilakukan beberapa uji identifikasi
asam amino dan protein, yaitu:
a. Uji Millon
Digunakan untuk menguji adanya gugus fenol pada protein
misalnya tirosin. Pereaksi yang digunakan merupakan larutan
merkuri (Hg) dalam asam nitrat (HNO 3). Tirosin akan ternitrasi
oleh asam nitrat sehingga memperoleh penambahan gugus N=O,
gugus tersebut secara reversibel (bolak-balik) dapat berubah
menjadi N-OH (hidroksifenil). Merkuri dalam pereaksi millon akan
bereaksi dengan gugus hidroksifenil dari tirosin membentuk warna
merah.
b. Uji Hopkins-Cole
Digunakan untuk menguji adanya asam amino triptofan.
Khususnya yang mengandung gugus indol. Pereaksi yang dipakai
mengandung asam glioksilat. Kondensasi 2 inti induk dari
triptofan oleh asam glioksilat akan menghasilkan senyawa
berwarna ungu. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya cincin
ungu pada bidang batas.
c. Uji Ninhidrin
Uji Ninhidrin atau tes ninhidrin digunakan untuk menunjukkan
adanya asam amino dalam zat yang di uji .Dalam uji ini
digunakan larutan ninhidrin untuk mendeteksi semua jenis asam
amino. Asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk
aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan
molekul NH3 dan CO2. Ninhidrin yang telah bereaksi akan
membentuk hidrindantin. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya kompleks berwarna biru/keunguan yang disebabkan
oleh molekul ninhidrin dan hidrindantin yang yang bereaksi
dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi.
d. Uji Xanthoproteat
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan ke dalam larutan protein
secara hati-hati. Setelah dicampurkan akan terbentuk endapan
putih yang dapat berubah menjadi kuning bila dipanaskan.
Peristiwa yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzena yang
terdapat pada molekul protein. Jadi uji ini positif untuk protein
yang mengandung asam amino tirosin, fenilaalanin, dan triptofan.
e. Uji Biuret
Buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk
pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret
dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau
ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu. Reaksi ini positif terhadap
dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam
amino bebas atau dipeptida.Tujuan dari pengujian biuret ini
adalah untuk mengetahui adanya ikatan peptide.
Adapun pengujian lainnya yaitu pengendapan protein oleh logam
dengan penambahan larutan HgCl 2, Pb-asetat, dan AgNO 3. Pada
pengujian pengendapan dengan alkohol dengan penambahan etanol
96%, HCl, NaOH dan buffer pH 4,7. Dan pada uji denaturasi protein
di tambahkan juga larutan HCl, NaOH, buffer pH 4,7 dan dilakukan
pemanasan pada penangas air.
2.2. Uraian Bahan
1. Albumin (Ditjen POM, 1979 : 718)
Nama resmi : ALBUMINUM
Nama lain : Putih telur / albumin
Pemerian : Cairan jernih agak kental, tidak berwarna hingga
berwarna kekuningan tergantung kadar protein.
Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian
gliseral, sangat sukar larut dalam air, setara 95
% P.
Penyimpanan : Simpan pada suhu 2° – 25° terlindung dari
cahaya.
Kegunaan : Sebagai sampel.
2. Asam Klorida (Ditjen POM, 1979 : 53)
Nama resmi : ACIDUMHYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam Klorida
Rumus molekul : HCl
Bobot molekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur : H – Cl
Pemerian : Cairantidak berwarna, berasap, bau
merangsang, jika diencerkan dengan 2 bagian
air asap dan bau hilang.
Kelarutan : Larutan yang sangat encer masih bereaksi
dengan asam kuat terhadap kertas lakmus
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
3. Aquades ( Ditjen POM, 1979 : 69)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H 2O
Bobot molekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur : H-O-H
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
4. Asam Asetat (Ditjen POM, 1979 : 793)
Nama resmi : ACIDUM ACETIKUM
Nama Lain : Asam Asetat
Rumus molekul : CH3COOH
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol
dan gliserol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pereaksi.
5. Ammonium Sulfat (Ditjen POM, 1979 : 659)
Nama resmi : AMMONIUM SULFAS
Nama Lain : Ammonium Sulfat
Rumus molekul : (NH4)2SO4
Berat molekul : 152,13 gr/mol
Pemerian : Hablur tidak berwarna dan putih.
Kelarutan : Larut dalam air, praktis larut dalam etanol 96%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi.
6. Kupri Sulfat (Ditjen POM, 1979 : 731)
Nama resmi : CUPRI SULFAS
Nama Lain : Tembaga (II) sulfat
Rumus molekul : CuSO4
Pemerian : Serbuk hablur atau keabuan bebas dari sedikit
warna biru.
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95%) P.
Kegunaan : Sebagai pereaksi.
7. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 912)
Nama resmi : NATRII HYDROXIDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus molekul : NaOH
Bobot molekul : 40,00 g/mol

Rumus struktur :
Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
8. Ninhidrin (Ditjen POM, 1979 : 717)
Nama resmi : NINHYDRIN
Nama lain : Ninhidrin
Rumus molekul : C9H4O3
Pemerian : Hablur putih atau kuning pucat.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, Lebih mudah larut dalam
air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
9. Natrium Klorida (Ditjen POM, 1979 : 403)
Nama resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama lain : Natrium klorida
Rumus molekul : NaCl
Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atas
serbuk hablur putih, rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sedikit lebih larut dalam
air mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut
dalam etanol.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
10. Perak Nitrat (Ditjen POM, 1979 : 97)
Nama resmi : ARGENTII NITRAS
Nama lain : Perak nitrat
Rumus molekul : AgNO3
Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, menjadi gelap jika kena cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol
(95%) P.
Kegunaan : Antiseptikum ekstern, kaostikum.
11. Etanol (Ditjen POM, 1979 : 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus molekul : C2H6O

Rumus struktur :
Pemerian : Cairan mudah menguap; jernih; tidak berwarna;
bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah. Mudah menguap walaupun suhu rendah
dan mudah mendidih pada suhu 78°C, mudah
terbakar.
: Bercampur dengan air dan praktis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
: Sebagai pelarut.

Kegunaan
2.3. Prosedur Kerja (Anonim, 2020 : 13-14)
Larutan putih telur : 1 ml putih telur ditambahkan 9 ml akuades.
A. Uji Millon
1. Siapkan tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan sampel.
2. Tambahkan sebanyak 5 tetes pereaksi Millon ke dalam 3
mL larutan sampel.
3. Panaskan.
4. Amati perubahan yang terjadi
B. Uji Hopkins-Cole
1. Siapkan tabung reaksi berisi 2 ml sampel
2. Tambahkan pereaksi Hopkins-Cole ke dalam larutan sampel.
3. Tambahkan 3 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung
sehingga membentuk lapisan dari cairan.
4. Diamkan selama beberapa detik.
5. Amati perubahan yang terjadi.
C. Uji Ninhidrin
1. Siapkan tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan sampel.
2. Tambahkan 0.5 mL larutan ninhidrin 0.1% ke dalam 3 mL
larutan sampel.
3. Panaskan selama 10 menit.
4. Amati perubahan warna yang terjadi.
D. Uji Xanthoproteat (kerjakan di lemari asam)
1. Siapkan tabung reaksi yang berisi 2 ml larutan sampel.
2. Tambahkan 1 mL HNO3 pekat, campur.
3. Panaskan, diamati timbulnya warna kuning tua.
4. Dinginkan.
5. Tambahkan tetes demi tetes larutan NaOH pekat
sampai larutan menjadi basa.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
E. Uji Biuret
1. Siapkan tabung reaksi yang berisi 3 ml larutan sampel.
2. Tambahkan 1 mL NaOH 10% dan dikocok.
3. Tambahkan 13 tetes larutan CuSO4 0.1%.
4. Diamati timbulnya warna.
F. Pengendapan Protein Oleh Logam
1. Siapkan 3 buah tabung reaksi berisi 3 ml larutan sampel.
2. Tambahkan 5 tetes larutan HgCl2 2% pada tabung 1.
3. Tambahkan larutan Pb-asetat 5% pada tabung 2.
4. Tambahkan larutan AgNO3 5% pada tabung 3.
5. Diamati perubahan yang terjadi.
G. Pengendapan Dengan Alkohol
1. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan sampel.
2. Tambahkan 1 ml HCl 0,1 M pada tabung reaksi I.
3. Tambahkan 1 ml NaOH 0,1 M pada tabung reaksi II.
4. Tambahkan 1 ml larutan buffer pH 4,7 pada tabung ke III
5. Tambahkan etanol 95 % sebanyak 6 mL pada masing-masing
tabung.
6. Diamati perubahan yang terjadi.
H. Denaturasi Protein
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan sampel.
2. Tambahkan 1ml HCl 0,1 M pada tabung pertama.
3. Tambahkan 1 ml NaOH 0,1 M pada tabung kedua.
4. Tambahkan 1 ml buffer asetat pH 4,7 pada tabung ketiga.
5. Panaskan masing-masing tabung dengan penangas air selama
15 menit.
6. Dinginkan tabung.
7. Tambahkan 5 ml buffer asetat pada tabung pertama dan ke-dua.
8. Diamati perubahan yang terjadi.
BAB 3 METODE KERJA
1.1. Alat Praktikum
Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, gelas piala, pipet tetes,
kertas saring, corong dan penangas air.
1.2. Bahan Praktikum
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel yan mengandung
protein yaitu albumin (putih telur) bebek, pereaksi Millon, pereaksi
Hopkins-Cole, pereaksi Biuret, pereaksi Ninhidrin, H 2SO4, NaOH,
HNO3, CuSO4, HgCl2, AgNO3, (NH4)2SO4, HCl, Pb-asetat, etanol,
asam asetat, dan buffer asetat pH 4,7.
1.3. Cara Kerja
Larutan putih telur : 1 ml putih telur ditambahkan 9 ml akuades.
A. Uji Millon
Sebanyak 5 tetes pereaksi Millon ditambahkan ke dalam 3 mL larutan
sampel, dipanaskan. Hasil positif jika terbentuk warna merah
B. Uji Hopkins-Cole
Sebanyak 2 mL larutan sampel dicampur dengan pereaksi
Hopkins-Cole dalam tabung reaksi. Ditambahkan 3 mL H2SO4
pekat melalui dinding tabung sehingga membentuk lapisan dari
cairan. Didiamkan, setelah beberapa detik akan terbentuk cincin
violet (ungu) pada pertemuan kedua lapisan cairan, apabila positif
mengandung triptofan.
C. Uji Ninhidrin
Sebanyak 0.5 mL larutan ninhidrin 0.1% ditambahkan ke dalam 3
mL larutan sampel. Dipanaskan selama 10 menit, diamati
perubahan warna yang terjadi. Hasil positif jika terbentuk warna
ungu-biru.
D. Uji Xanthoproteat (kerjakan di lemari asam)
Sebanyak 2 mL larutan sampel ditambahkan 1 mL HNO3 pekat,
dicampur, kemudian dipanaskan, diamati timbulnya warna kuning
tua. Didinginkan, ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH
pekat sampai larutan menjadi basa. Diamati perubahan yang
terjadi. hasil positif jika warna kuning berubah menjadi jingga.
E. Uji Biuret
Sebanyak 3 mL larutan sampel ditambah 1 mL NaOH 10% dan
dikocok. Ditambahkan 13 tetes larutan CuSO4 0.1%. Diamati
timbulnya warna. Hasil positif jika terbentuk warna ungu atau
merah-ungu atau biru-ungu.
F. Pengendapan Protein Oleh Logam
Disiapkan 3 buah tabung reaksi dan diambil 3 ml sampel
ditambahkan 5 tetes larutan HgCl2 2% pada tabung 1, larutan Pb-
asetat 5% pada tabung 2, dan AgNO3 5% pada tabung 3. Diamati
perubahan yang terjadi.
G. Pengendapan Dengan Alkohol
Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Setiap tabung reaksi diisi dengan
sampel sebanyak 5 mL. Tabung reaksi I ditambahkan 1 ml HCl 0,1
M, tabung reaksi II ditambahkan 1 ml NaOH 0,1 M dan tabung
reaksi III ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 4,7. Setiap tabung
reaksi lalu ditambahkan etanol 95 % sebanyak 6 mL. Diamati
perubahan yang terjadi.
H. Denaturasi Protein
Disiapkan 3 tabung reaksi, tabung reaksi pertama diisi 9 ml larutan
sampel dan 1ml HCl 0,1 M, tabung reaksi kedua 9 ml larutan
sampel dan 1 ml NaOH 0,1 M dan kedalam tabung reaksi ketiga
ditambahkan hanya 1 ml buffer asetat pH 4,7. Panaskan dengan
penangas air selama 15 menit kemudian dinginkan tabung ,
tambahkan 5 ml buffer asetat pada tabung pertama dan ke-dua.
Diamati perubahan yang terjadi.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
A. Pengumpulan Data dan Informasi

Uji Reaksi Bahan-bahan yang digunakan


5 tetes pereaksi millon dan 3 ml larutan
Uji Millon
sampel (albumin telur bebek + aquades).
2 ml larutan sampel (albumin telur bebek
Uji Hopkins-Cole. + aquades) pereaksi Hopkins-Cole dan 3
ml H2SO4 pekat.

0,5 ml larutan ninhidrin 0.1%, dan 3 ml


Uji Nindhidrin larutan sampel (albumin telur bebek +
aquades).
2 ml Larutan sampel (albumin telur bebek
Uji Xanthoproteat. + aquades), 1 ml HNO3 pekat, dan NaOH
pekat.
3 ml larutan sampel (albumin telur bebek
Uji biuret + aquades), 1 ml NaOH 10%, dan 3 tetes
larutan CuSO4 0.1%.
3 ml larutan sampel (albumin telur bebek
Pengendapan protein oleh
+ aquades), 5 tetes larutan HgCl2 2%,
logam
Pb-asetat 5% dan AgNO3 5%.
5 ml larutan sampel (albumin telur bebek
+ aquades), 1 ml HCl 0.1 M, 1 ml NaOH
Pengendapan dengan alcohol
0.1 M, larutan buffer pH 4,7 dan 6 ml
etanol 96%.
9 ml larutan sampel (albumin telur bebek
+ aquades), 1 ml HCl 0.1 M, 1 ml NaOH
Denaturasi protein
0.1 M,1 ml larutan buffer asetat 4,7 dan
5 ml larutan buffer asetat.
B. Pencatatan dan Pelaporan
Tujuan uji reaksi (untuk
Perlakuan Hasil pengamatan membuktikan atau
identifikasi apa)
Uji milon

Untuk menguji adanya


Dipanaskan Merah
gugus fenol pada protein

Uji Hopkins-Cole.
Untuk menguji adanya asam
Didiamkan setelah
Negatif amino triptofan
penambahan H2SO4

Uji Nindhidrin
Untuk mengetahui adanya
Dipanaskan Ungu asam amino dalam zat uji

Uji Xanthoproteat.
Untuk menunjukkan jika
sampel uji mengandung
Kuning menjadi Jingga
Dipanaskan benzene seperti asam amino
tirosin fenilalamin dan
triptofan
Uji biuret
Untuk mengetahui adanya
Dikocok Ungu minimal 2 ikatan peptida

Pengendapan protein oleh logam


a. HgCl2 a. Pengendapan Untuk mengetahui ada atau
b. Pb-asetat b. Pengendapan tidaknya endapan oleh
c. AgNO3 c. Pengendapan logam pada protein
Pengendapan dengan alcohol

a. HCl: tidak
mengendap/larut
+ etanol: pengendapan Untuk mengetahui ada atau
Ditambahkan etanol b. NaOH: pengendapan tidaknya endapan ketika
96% + etanol: pengendapan protein ditambahkan dengan
c. Buffer pH 4,7: alkohol.
pengendapan
+ etanol: pengendapan
Denaturasi protein

a. HCl: Tidak
a. Dipanaskan + mengendap/larut
buffer asetat + buffer: pengendapan Untuk mengetahui
b. Dipanaskan + b. NaOH: pengendapan terdenaturasi atau tidaknya
buffer asetat + buffer: pengendapan suatu protein protein
c. Dipanaskan c. Buffer pH 4,7:
pengendapan

4.2. Pembahasan
Pengujian pertama yaitu uji Millon untuk menguji adanya gugus fenol
dalam protein (misalnya tirosin) digunakan larutan sampel sebanyak 3 ml
yang diberikan 5 tetes pereaksi Millon lalu dipanaskan, didapatkan hasil
setelah pemanasan larutan sampel berubah warna menjadi merah dimana
sesuai dengan literatur yang ada menunjukkan hasil yang positif terhadap
adanya gugus fenol dalam albumin telur bebek. Warna merah sendiri
didapatkan sebab merkuri yang ada pada pereaksi Millon bereaksi dengan
gugus hidroksifenil dari tirosin.
Pengujian kedua yaitu uji Hopkins-Cole untuk menguji adanya asam amino
triptofan digunakan larutan sampel sebanyak 2 ml yang diberikan 3 ml H 2SO4
pekat melalui dinding tabung sehingga membentuk lapisan dari cairan.
Didiamkan, setelah beberapa detik akan terbentuk cincin violet (ungu)
pada pertemuan kedua lapisan cairan. Namun hasil yang didapatkan
yaitu negatif dimana tidak terbentuk cincin ungu pada permukaan
cairan yang mungkin disebabkan karena adanya faktor kesalahan.
Pengujian ketiga yaitu uji Ninhidrin untuk menguji adanya asam
amino pada sampel, digunakan sebanyak 0.5 mL larutan ninhidrin
0.1% ditambahkan ke dalam 3 mL larutan sampel. Dipanaskan
selama 10 menit dan didapatkan hasil larutan sampel berubah warna
menjadi biru yang berarti sampel positif mengandung asam amino,
sesuai dengan literatur yang ada. Adanya warna ungu yang terbentuk
disebabkan oleh molekul ninhidrin dan hidrindatin yang bereaksi
dengan NH3 setelah asam amino dioksidasi.
Pengujian ketiga yaitu uji Ninhidrin untuk menguji adanya asam
amino pada sampel, digunakan sebanyak 0.5 mL larutan ninhidrin
0.1% ditambahkan ke dalam 3 mL larutan sampel. Dipanaskan
selama 10 menit dan didapatkan hasil larutan sampel berubah warna
menjadi biru yang berarti sampel positif mengandung asam amino,
sesuai dengan literatur yang ada. Adanya warna ungu yang terbentuk
disebabkan oleh molekul ninhidrin dan hidrindatin yang bereaksi
dengan NH3 setelah asam amino dioksidasi.
Pengujian keempat yaitu uji Xanthoproteat untuk mendeteksi
adanya asam amino tirosin, fenilalanin dan triptofan. Sebanyak 2 mL
larutan sampel ditambahkan 1 mL HNO 3 pekat, dicampur, kemudian
dipanaskan, diamati timbulnya warna kuning. Didinginkan,
ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH pekat sampai larutan
menjadi basa sehingga berubah warna menjadi jingga dimana hasil
yang didapatkan yaitu positif sampel mengandung asam amino tirosin,
fenilalanin dan triptofan.
Pengujian kelima yaitu uji Biuret untuk mengetahui ada tidaknya ikatan
peptide pada larutan sampel. Sebanyak 3 mL larutan sampel ditambah 1
mL NaOH 10% dan dikocok. Ditambahkan 13 tetes larutan CuSO4 0.1%,
diamati dan terjadi perubahan warna menjadi ungu pada larutan sampel
dimana larutan sampel positif memiliki ikatan peptide.
Pengujian keenam yaitu uji pengendapan oleh logam dimana
pengujian ini bertujuan untuk membuktikan adanya protein yang
diendapkan oleh logam. Disiapkan 3 buah tabung reaksi dan diambil 3
ml sampel ditambahkan 5 tetes larutan HgCl2 2% pada tabung 1,
larutan Pb-asetat 5% pada tabung 2, dan AgNO3 5% pada tabung 3.
Didapatkan hasil yang positif pada ketiga tabung reaksi, sesuai
dengan literatur yang ada dimana terjadi pengendapan protein oleh
HgCl2, Pb-asetat, dan AgNO3.
.

Pengujian ketujuh yaitu uji pengendapan oleh alkohol untuk


membuktikan adanya protein dengan diendapkan oleh alkohol.
Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Setiap tabung reaksi diisi dengan
sampel sebanyak 5 mL. Tabung reaksi I ditambahkan 1 ml HCl 0,1 M,
tabung reaksi II ditambahkan 1 ml NaOH 0,1 M dan tabung reaksi III
ditambahkan 1 ml larutan buffer pH 4,7. Setiap tabung reaksi lalu
ditambahkan etanol 95 % sebanyak 6 mL. Didapatkan hasil positif
pada ketiga tabung. Pada tabung pertama ditambahkan HCl untuk
memberi keasaman pada sampel, pada larutan kedua diberi NaOH
untuk memberikan suasana basa dan pada tabung ketiga diberi
larutan buffer pH 4,7 untuk mempertahankan suasana pH. Pada
tabung pertama setelah diberi HCl, sampel masih terlarut tidak ada
endapan namun setelah diberi alkohol 96% terjadi adanya endapan.
Sedangkan pada tabung kedua dan ketiga baik sebelum maupun
setelah penambahan alkohol terjadi pengendapan. Dimana hasil yang
didapatkan sesuai dengan literatur yang ada sebab alcohol sendiri
dapat mengendapkan protein karena gugus fungsional dari alcohol
lebih kuat mengikat air sehingga kelarutan protein berkurang.
Pengujian terakhir yaitu uji denaturasi protein, dilakukan dengan
penambahan asam atau basa oleh karena itu akan mempengaruhi .
Baik pada tabung pertama dan kedua yang ditambahkan buffer asetat
maupun tabung ketiga yang hanya dilakukan pemanasan. Dimana
pada pengujian ini mendapatkan hasil yang positif adanya protein
yang terdenaturasi oleh adanya endapan.
Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi selama melakukan
percobaan yaitu kurang lamanya proses pemanasan yang dilakukan,
kurangnya diketelitian dalam memipet larutan, kurang atau lebihnya
jumlah larutan yang di takar, kurangnya kebersihan pada alat yang
digunakan sehingga memungkinkan terkontaminasinya larutan
dengan bahan lain.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Pada uji Millon, sampel positif mengandung gugus fenol (tirosin)
yang ditandai dengan perubahan sampel menjadi merah.
2. Pada uji Hopkins-Cole, sampel negatif mengandung asam
amino triptofan karena tidak ada timbul cincin berwarna ungu.
3. Pada uji Ninhidrin, sampel positif mengandung asam amino
yang ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi ungu.
4. Pada uji Xanthoproteat, sampel positif mengandung asam amino
tirosin, fenilalanin dan triptofan sebab sampel mengalami
perubahan warna dari kuning ke jingga.
5. Pada uji Biuret, sampel positif mengandung ikatan peptida
sebab berubah warna menjadi ungu.
6. Pada uji pengendapan protein oleh logam, sampel positif
mengandung protein sebab pada ketiga tabung mengalami
pengendapan.
7. Pada uji pengendapan oleh alkohol, sampel positif mengandung
protein sebab pada ketiga tabung mengalami pengendapan.
8. Pada uji denaturasi protein, ketiga tabung menunjukkan hasil
positif karena terjadi pengendapan protein pada sampel.

5.2. Saran
Saran untuk praktikum kali ini yaitu praktikan harus lebih fokus dalam
mengambil sejumlah larutan dalam takaran yang pas, memperhatikan
kebersihan alat dan dapat lebih teliti dalam mengamati sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2022. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar: Universitas
Muslim Indonesia.

Azhar, Minda. 2016. Biomolekul Sel: Karbohidrat, Protein dan Enzim.


Padang: Penerbit UNP Press.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi Kelima. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Kusmiyati, Mimin. 2016. Kimia Fisika. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Rosana, Dadan. 2016. Biofisika. Yogyakarta: UNY Press.

Tjay. 2019. Kimia Pangan. Yogyakarta: UNY Press.

Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.


LAMPIRAN

SKEMA KERJA
Menyiapkan alat dan bahan

Siapkan 5 tabung reaksi, lalu diberi kode 1-5

Membuat larutan albumin dengan perbandingan 1 : 9 putih telur dan
Aquadest

Tabung reaksi masing-masing diisi dengan 3 ml larutan albumin

Tabung pertama ditambahkan 2 tetes pereaksi Milon

Tabung kedua ditambahkan 2 tetes pereaksi Hopskin-Cole

Tabung ketiga ditambahkan 2 tetes pereaksi Ninhidrin

Tabung keempat ditambahkan 2 tetes pereaksi Xanthoproteat

Tabung kelima ditambahkan 2 tetes pereaksi Biuret

Diamati perubahan warna yang terjadi

Uji Pengendapan dengan Logam

Siapkan 3 tabung reaksi yang berisi larutan albumin sebanyak 3 ml



Tabung pertama ditambahkan 2 tetes pereaksi HgCl2

Tabung kedua ditambahkan 2 tetes Pb-asetat

Tabung ketiga ditambahkan 2 tetes AgNO3

Homogenkan, lalu amati perubahan warna yang terjadi

Uji Pengendapan dengan Alkohol

Siapkan 3 tabung reaksi yang berisi larutan albumin sebanyak 3 ml



Tabung pertama ditambahkan 2 tetes HCl

Tabung kedua ditambahkan 2 tetes larutan NaOH

Tabung ketiga ditambahkan 2 tetes larutan buffer ph 4,7

Homogenkan, kemudian masing-masing ditambahkan etanol 96%
sebanyak 1 ml

Homogenkan, amati perubahan warna yang terjadi.
LAMPIRAN LK
LAMPIRAN
HASIL PRAKTIKUM
1. Uji Ninhidrin 2. Uji Xanthoproteat

3. Uji Biuret 4. Uji Pengenndapan protein


5. peng. Alkohol 6. Denaturasi Protein

Anda mungkin juga menyukai