Anda di halaman 1dari 24

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Organik II dengan judul “Asam Amino dan
Protein” oleh :
Nama : Arrifah Tri Widyaningsih
NIM : 200105500006
Kelas : Pendidikan Kimia B
Kelompok : V (lima)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan
dinyatakan diterima.

Makassar, Oktober
2021
Koordinator Asisten, Asisten,

Julkipli Eko Baskoro Julkipli Eko Baskoro


NIM: 1712042020 NIM: 1713042020

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Munawarah, S.Pd., M.Pd,


NIP. 1993 0531 201903 2 019
A. Judul Percobaan

Asam Amino dan Protein

B. Tujuan Percobaan

Sebelum Melakukan Percobaan Mahasiswa harus Memahami Lebih Dahulu


Struktur Protein. Selama Melakukan Percobaan ini Diharapkan :
1. Dapat Membuktikan Adanya Ikatan Peptida
2. Dapat Memahami Reaksi Xanthoproteat dan Uji Biuret Terhadap
BermacamMacam Kandungan dari Protein.
3. Memahami Kelarutan dan Sifat Amfoter dari Asam Amino
4. Mahir Dalam Cara Pemisahan Asam-Asam Amino Secara Kromatografi
Kertas dan Identifikasinya.

C. Landasan Teori

Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus amino (NH2),
sebuah gugus asam karboksil (-COOH), dan salah satu dari gugus lainnya.
Dari kelompok 20 senyawa yang memiliki rumus dasar NH 2CHRCOOH yang
utama adalah asam amino. Asam amino sangatlah penting untuk diketahui
karena merupakan penyusun protein oleh ikatan peptide (Supriyatno dan
Sulistiyati. 2017:1).
Protein berasal dari Bahasa Yunani, yaitu proteos yang berarti utama atau
didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh Geraldus Mulder (1802-1880),
seorang ahli kimia yang berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling
penting dalam setiap organisme. (Sumbono. 2016:1).
Suatu molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino dengan susunan
tertentu dan bersifat turunan. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein
sebanyak 16% dari berat protein. Molekul protein juga mengandung fosfor,
belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti
tembaga dan besi (Probasari. 2019:33).
Seperti halnya lemak dan karbohidrat, protein adalah zat yang dibentuk
oleh sel-sel yang hidup. Protein bertanggungjawab dalam pergerakan otot,
sebagai protein hemoglobin ia berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-
paru keseluruh bagian tubuh (Sastrohaidjojo. 2018:117).
Protein merupakan polimer yang tersusun dari asam amino sebagai
monomernya. Monomer-monomer tersebut tersambung dengan ikatan peptida,
yang kemudian mengikat gugus karboksil milik satu monomer dengan gugus
amina milik monomer di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini (disebut
translasi) terjadi secara alami terjadi di sitoplasma dengan bantuan ribosom
dan tRNA (Sulastri dan Erlindawati. 2019:104).
Pada polimerisasi asam amino, gugus -OH yang merupakan bagian dari
gugus karboksil satu asam amino dan gugus -H yang merupakan bagian dari
gugus amina asam amino lainnya akan terlepas dan kemudian membentuk air.
Oleh sebab itu, reaksi ini termasuk dalam reaksi dehidrasi. Molekul asam
amino yang telah melepaskan molekul air dikatakan disebut dalam bentuk
residu asam amino (Supriyatno dan Sulistiyati. 2017:78).
Berdasarkan sifat kimia rantai samping penyusunnya, asam amino dapat
diklasifikasikan kedalam 4 kelas, yaitu: (a) gugus R nonpolar atau hidropobi;
(b) gugus netral (tidak bermuatan) polar; (c) gugus R bermuatan positif; dan
(d) gugus R bermuatan negatif (Sari,dkk. 2021:200).
Protein tersusun atas berbagai macam asam amino yang dihubungkan oleh
ikatan peptide. Pada awal pembentukannya, protein tersusun atas 20 asam
amino yang dikenal sebagai asam amino dasar atau asam amino baku atau
asam amino penyusun protein (proteinogenik). Asam amino inilah yang
disandi oleh DNA/RNA sebagai kode genetic (Supriyatno dan Sulistiyati.
2017:78-79).
Dalam asam amino terdapat gugus karboksil yang memberikan sifat asam
dan amina yang memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asama amino
memiliki sifat amfoterik. Amfoterik adalah sifat suatu zat/senyawa yang dapat
bersifat asam atau basa tergantung pada keadaan lingkungannya. Sifat
amfoterik tersebut timbul karena asam amino memiliki kemampuan sebagai
zwitter-ion (Roni dan Legiso. 2021:131).
Dari segi nutrisi, asam amino dibagi menjadi 2 golongan, yaitu asam
amino non-essensial dan asam amino essensial. Asam amino non esensial
adalah asam amino yang dapat disediakan oleh tubuh organisme melalui
proses biosintesa yang rumit dari senyawa nitrogen yang terdapat dalam
makanan. Sedangkan asam amino esensial, adalah asam amino yang tidak
dapat disintesa oleh tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan protein, suatu
organisme memerlukan tambahan asam amino esensial yang diperoleh dari
bahan pangan atau pakan yang dikonsumsi (Elfita. 2014:33-34).
Sintesis protein otot diatur oleh beberapa rangsangan anabolik,
termasuk aktivitas fisik dan konsumsi makanan. Asam amino esensial
(EAAs) adalah input nutrisi yang paling penting untuk sintesis protein.
Sintetis protein yang terjadi saat otot berfluktuasi pada siang hari
mempengaruhi banyaknya energi yang digunakan oleh tubuh dalam bentuk
karbohidrat dan protein. Secara tradisional, otot diasumsikan bekerja secara
responsive terhadap konsumsi nutrisi, terutama asam amino (Martone, dkk.
2017:4).
Asam amino diklasifikasikan sebagai suatu molekul yang memiliki
gugusan α-karboksil maupun α-amino dan secara kimiawi suatu rantai
samping khas (gugusan R) yang melekat dengan α-karbon. Kualitas protein
dapat didefinisikan sebagai efisiensi penggunaan protein oleh tubuh. Kualitas
protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang dikandungnya.
Pada prinsipnya suatu protein yang dapat menyediakan asam amino esensial
dalam suatu perbandingan yang menyamai kebutuhan manusia, mempunyai
kualitas yang tinggi. Sebaliknya protein yang kekurangan satu atau lebih
asamasam amino esensial mempunyai kualitas yang rendah (Probosari. 2019:
33-34).
Asam amino bersumber dari hidrolisis protein. Seperti yang diketahui,
protein merupakan zat yang mempunyai berat molekul yang besar dan
terdapat dalam setiap jaringan hidup. Apabila dihidrolisis, mereka akan pecah
menjadi beribu-ribu molekul asam-asam amino. Hidrolisis protein didahului
dengan pecahnya molekul-molekul menjadi zat-zat yang sederhana (Proteosa).
Hidrolisis lebih lanjut menghasilkan zat yang lebih sederhana. Hidrolisis yang
sempurna dari protein sederhana memberikan campuran dari asam-asam
amino(Sastrohaidjojo. 2018:122-123).
Seperti halnya asam amino, protein juga mempunyai sifat amfoter, yaitu
dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Daya larut protein berbeda
dalam air, asam, dan basa. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut
lemak seperti eter dan kloroform. Apabila dipanaskan atau ditambah etanol
absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan
etanol menarik air yang melingkupi molekul-molekul protein (Yuliana dan
setyaningrum. 2018:76).
Klasifikasi protein berdasarkan pada fungsi biloginya terdiri atas: enzim,
protein pembangun, protein kontraktil, protein pengangkut, protein hormon,
protein bersifat racun, protein pelindung, dan protein cadangan. Klasifikasi
protein terdapat dalam bentuk serabut (fibrosa), globular, dan konjugasi.
Protein bentuk serabut terdiri atas beberapa rantai peptida berbentuk spiral
yang terjalin satu sama lain sehingga menyerupai batang yang kaku.
Karakteristik protein bentuk serabut adalah memiliki daya larut yang rendah,
kekuatan mekanis yang tinggi, dan tahan terhadap enzim pencernaan.
Kolagen, elastin, keratin, dan miosin termasuk dalam protein bentuk serabut.
Protein globular berbentuk bola dan terdapat pada cairan jaringan tubuh.
Protein jenis ini larut dalam larutan garam dan asam, mudah berubah dibawah
pengaruh suhu, konsentrasi garam serta mudah mengalami denaturasi.
Albumin, globulin, dan histon termasuk dalam protein globular. Protein
konjugasi adalah protein sederhana yang terikat dengan bahan-bahan non
asam amino. Gugus non asam amino ini dinamakan gugus prostetik.
Nukleoprotein, lipoprotein, fosfoprotein, metaloprotein, hemoprotein, dan
flavoprotein termasuk dalam protein konjugasi (Probasari. 2019:34).
Protein kebanyakan merupakan senyawa yang amorph, tak berwarna,
dimana dia tidak mempunyai titik cair atau titik didih tertentu. Protein tak
dapat larut dalam cariran organic. Bila dilarutkan dalam air akan memberikan
koloidal (Sastrohamidjojo. 2018:118).
Salah satu karakter dari protein adalah mampu memicu sekresi insulin
tanpa meningkatkan glukosa darah. Hal ini dapat terjadi karena sekresi insulin
yang dipicu oleh adanya protein yang relative lebih lemah jika dibandingkan
dengan karbohidrat. Selain itu pada proses pencernaan protein dapat
memicupelepasan hormone (kolesistokinin) yang dapat memicu rasa kenyang.
Oleh karena itu, efek rasa kenyang dari protein lebih lama dari karbohidrat dan
lemak (Probasari. 2019:38).
Seperti yang telah diketahui, protein sangat cenderung mengalami
beberapa bentuk perubahan yang dinyatakan sebagai denaturasi. Perubahan-
perubahan tersebut disebabkan oleh kepekaan protein terhadap panas, tekanan
yang tinggi, alcohol, alkali, urea, KI, asam dan pereaksi-pereaksi tertentu
lainnya (Sastrohamidjojo. 2018:118).
Untuk mrnganalisis kualitatif protein terdiri atas beberapa reaksi, antara
lain: (a) Reaksi Xantoprotein, larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan
hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih
yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi
ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini
positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan, (b)
Reaksi Hopkins-Cole. Larutan protein yang mengandung triptofan dapat
direaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat.
Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air.
Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan
perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein.
Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua
lapisan tersebut, (c) Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat
dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein,
akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh
pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol, karena terbentuknya
senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yangberwarna, (d) Reaksi
Natrium Nitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah
dengan protein yang mempunyai gugus -SH bebas. Jadi protein yang
mengandung sistein dapat memberikan hasil positif, (e) Reaksi Sakaguchi,
Pereaksi yang digunakan ialah naftol dan natrium hipobromit. Pada dasarnya
reaksi ini memberikan hasil positif apabila ada gugus guanidin. Jadi arginin
atau protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah. (f)
Metode Biuret. Pada metode ini larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH
kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini digunakan untuk
menunjukkan adanya senyawa yang mengandung gugus amida asam yang
berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu
ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet (Supriyatno
dan Sulistiyati. 2017:81-82).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Rak tabung reaksi 1 buah
b. Tabung reaksi 13 buah
c. Gelas ukur 10 mL 1 buah
d. Gelas ukur 25 mL 2 buah
e. Gelas arloji 1 buah
f. Corong biasa 1 buah
g. Spatula 1 buah
h. Gelas kimia 600 mL 1 buah
i. Pembakar spirtus 1 buah
j. Kaki tiga 1 buah
k. Kasa asbes 1 buah
l. Gelas kimia 100 mL 1 buah
m. Penjepit kayu 2 buah
n. Botol semprot 1 buah
o. Labu bundar 500 mL 1 buah
p. Gelas kimia 800 mL 1 buah
q. Neraca analitik 1 buah
r. Alat refluks 1 set
s. Batang pengaduk 1 buah
t. Pipet tetes 6 buah
u. Lap kasar 2 buah
v. Lap halus 2 buah
2. Bahan
a. Larutan asam klorida 10% (HCl)(aq)
b. Larutan asam klorida 20% (HCl) (aq)
c. Kristal glisin (C2H5NO2)(s)
d. Kristal L-tirosin (C2H5NO2)(s)
e. Kristal kasein
f. Kertas lakmus merah
g. Batu didih
h. Aquades (H2O)(l)
i. Larutan natrium hidroksida 10% (NaOH)(aq)
j. Larutan natrium nitrit 5% (NaNO2)(aq)
k. Kristal urea (CH4NO2)(s)
l. Larutan tembaga (III) sulfat (CuSO4)(aq)
m. Larutan perak nitrat pekat (AgNO3)(aq)
n. Es Batu (H2O)(s)
o. Korek api
p. Kertas saring
q. Label
r. Tissue

E. Prosedur Kerja
1. Kelarutan dan sifat amfoter.
a. Uji kristal glisin.
1) 0,1 gram kristal glisin ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Kristal glisin dilarutkan dengan 2 mL air suling.
3) Larutan glisin diuji dengan kertas lakmus.
4) Perubahan yang dicatat. b. Uji kristal L-tirosin.
1) 0,1 gram kristal L-tirosin ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Kristal L-tirosin dilarutkan dengan 2 mL air suling.
3) Larutan L-tirosin diuji dengan kertas lakmus.
4) Perubahan yang terjadi dicatat. c. Uji kristal kasein.
1) 0,1 gram kasein ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Kristal kasein dilarutkan dengan 5 mL air suling.
3) Larutan ditambahkan 2 mL NaOH 10% .
4) Larutan dibagi ke tabung 1 dan tabung 2 sebanyak masing-masing 2mL.
Tabung reaksi 1 dan 2 disimpan untuk percobaan selanjutnya.
5) Perubahan yang terjadi dicatat.

2. Reaksi dengan asam nitrit.


a. Glisin
1) 0,1 gram glisin ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi pertama.
2) 5 mL lautan HCl 10% ditambahkan ke dalam tabung reaksi pertama yang
berisi kristal glisin dan didinginkan.
3) Larutan pada tabung pertama ditambahkan 1 mL NaNO2 5%
4) 5 mL larutan HCl 10% dimasukkan ke dalam tabung reaksi kedua yang lain
sebagai pembanding.
5) Tabung kedua didinginkan di dalam air es.
6) Ditambahkan 1 mL larutan NaNO2 5% kedalam tabung kedua.
7) Tabung 1 dan 2 dibandingkan dan dicatat hasilnya. b. Kasein
1) 2 mL larutan kasein dari percobaan pertama didinginkan dalam air es.
2) 2 mL larutan NaNO2 5% ditambahkan ke dalam larutan kasein dan dicatat
perubahan yang terjadi.

3. Uji biuret.
a. Urea
1) 0,5 gram urea dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Urea dipanaskan perlahan-lahan sampai urea meleleh dan terbentuk gas.
3) Bau gas dicatat dan diuji dengan kertas lakmus basah pada mulut tabung
reaksi.
4) Pemanasan dilanjutkan sampai pembentukan gas berhenti dan sisanya padat.
5) Zat padat didinginkan dan dilarutkan dalam 3mL air panas.
6) Larutan disaring dan pada filtrat ditambahkan 2 mL larutan NaOH 10% 7)
Larutan ditambahkna 3 tetes larutan CuSO4 2%. 8) Larutan diaduk dan diamati
perubahan warnanya. b. Urea (pembanding).
1) 0,5 gram urea dimasukkan dalam tabung reaksi lain sebagai pembanding.
2) Urea dilarutkan dengan 3 ml air dan ditambahkan 2 mL larutan NaOH 10%.
3) 3 tetes CuSO4 2% d tambahkan ke dalam tabung reaksi.
4) Larutan diaduk dan diamati perubahan warnanya. c. Kasein.
1) 2 mL larutan kasein yang dibuat pada percobaan pertama dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
2) 2 mL air suling ditambahkan ke dalam larutan kasein.
3) 3 tetes larutan CuSO4 2% ditambahkan ke dalam larutan kasein.
3) Larutan diaduk dan diamati hasilnya.

4. Uji Xanthoproteat
a. 0.1 gram kasein dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. 2 mL HNO3 pekat ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan dipanaskan
perlahan-lahan.
c. Larutan dipanaskan perlahan.
d. Campuran reaksi didinginkan dan dinetralkan dengan hati-hati dengan larutan
NaOH 10%
e. Larutan diuji keasamannya dengan kertas lakmus
f. Perubahan warna yang terjadi di catat
5. Hidrolisis Protein
a. 0,5 gram kasein dimasukkan ke dalam labu bundar 500 ml
b. 25 ml HCl 20 % dan 3 butir batu didih ditambahkan ke dalam labu.
c. Larutan direfluks.
Tabung I.
a. 5 mL larutan hasil refluks dimasukkan ke dalam tabung I.
b. Larutan didinginkan dalam air es.
Tabung II
a. 5 ml larutan hasil refluks dimasukkan ke dalam tabung II.
b. 3 mL NaOH 10% ditambahkan ke dalam larutan.
c. 4 tetes CuSO4 2% ditambahkan ke dalam larutan.
Hasilnya dibandingkan dengan tabung I.

F. Hasil Pengamatan

1. Kelarutan dan Sifat Amfoterik


No Perlakuan Hasil
a. Tabung 1
0,1 gram glisin + 2ml air + uji lakmus Berwarna bening, lakmus biru
jadi merah(asam)
Tabung 2
0,1 gram tirosin + 2ml air + uji lakmus Berwarna keruh, lakmus biru
tetap biru(basa)
Tabung 3
0,1 gram aspartate + 2ml air uji lakmus Lakmus merah tetap
merah(asam) + bening
b. 0,1 gram tirosin + 2ml air + 1ml NaOH Terbentuk 2 lapisan, lapisan
10% putih bening dibawah dan
kuning di atas
0,1 gram tirosin + 2ml air + 1ml NaOH Lakmus merah menjadi biru
c. 10% + uji lakmus

0,1 gram kasein + 5ml air + 2ml NaOH Terbentuk dua lapisan, kuning
10% diatas bening dibawah tidak
ada endapan
2. Reaksi dengan Asam Nitrit
No Perlakuan Hasil
a. Tabung 1
0,1 gram glisin + 5ml Hcl 10% Tidak berwarna
(didinginkan dalam air es)
0,1 gram glisisn + 5ml HCl 10% Bening, ada gelembung lebih
(didinginkan + NaNO2 5% 1ml banyak
Tabung 2
HCl 10% 5ml (didinginkan dalam air Tidak berwarna
es)
HCL 10% 5ml (didinginkan dalam air Bening, sedikit gelembung
es) + NaNO2 5% 1ml
b. Kasein (hasil 1.C) 2ml dinginkan dalam Bening bawah, kuning diatas
air es
Kasein (hasil 1.C) 2ml dinginkan dalam 2 lapisan bening dibawah,
kuning diatas
air es + 2ml NaNO2 5%

3. Uji Biuret
No Perlakuan Hasil
a. Tabung 1
0,5 gram urea + dibakar (dipanaskan) + Meleleh, berbau menyengat
dibaui + diberi uji lakmus dan lakmus biru tetap bir(basa)
Lelehan urea dipanaskan hingga padat + Lelehan menjadi padatan
gas habis (ristal) berwarna kuning
Kristal urea + 3ml air suling panas Larutan berwarna kunig warna
larutan urea + NaOH 10% 2ml + CuSO4 merah bata, terdapat endapan
3 tetes
Tabung 2
0,5 gram urea + 3ml air suling Larutan urea (bening)
0,5 gram urea + 3ml air suling + 2ml Bening (larutan sempurna)
NaOH 10%
0,5 gram urea +3ml air suling 3 tetes Warna coklat kehijauan
CuSO4 (terdapat endapan)
b. 2ml kasein (hasil 1.C) + 2ml air sling + Larutan berwarna biru bening
2 tetes CuSO4

4. Uji Xanthoproteat
No Perlakuan Hasil
1. 0,1 gram kasein + 2ml asam nitrat pekat Kunign pekat + bergelembung
0,1 gram kasein + 2ml asam nitrat pekat Bergelembung + warna kuning
+ dipanaskan perlahan
0,1 gram kasein 2ml asam nitrat pekat + Warna 2 lapis, diatas kuning
dipanaskan dinginkan + NaOH 10% + dibawah bening +
uji lakmus
bergelembung + lakmus merah
jadi biru

5. Hidrolisis Protein
No Perlakuan Hasil
1. 05 gram kasein + 20ml HCl 20% Larutan berwarna kuning pekat
0,5 gram kasein +20ml HCl 20% Larutan berwarna kuning +
+ direfluks panas
Tabung 1
Filtrate refluks 5ml +didinginkan Berwarna bening + dingin
Tabung 2
Filtrate refluks 5ml + NaOH 3ml + 4 Bening bergelembung kecil +
tetets CuSO4 panas

G. Pembahasan
Protein adalah polimer alam yang terbentuk dari unit-unit asam amino yang
berikatan satu dengan lainnya melalui ikatan peptide. Oleh karena itu, pada
hidrolisis poretin akan menghasilkan asam-asam amino. Asam amino adalah
senyawa yang mengandung dua gugus fungsi yang belainan, yakni gugus amin
(NH2) dan gugus karboksil (-COOH), struktur asam amino yaitu dipolar maka
asam amino mudah larut dalam air. larutannya dalam air hampir netral, kecuali
jika gugus R mengandung gugus a min atau karboksil yang lain, sehingga
larutannya msing-masing bersifat asam atau basa. Walaupun gugus asam amino
dan karboksil didalam protein sudah membentuk ikatan peptide, protein juuga
dpat bersifat sebagai asam atau basa (amfoter). Prinsip dasar percobaan adalah
Asam Amino dan Protein yaitu mengidentifikasi asam amino dan protein dalam
suatu larutan dengan reagen tertentu.
1. Kelarutan dan Sifat Amfoterik
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan dan sifat amfoter asam
amino dan protein. Kelarutan yaitu kemampuan suatu zat mimia untuk larut dalam
suatu pelarut, kelarutan juga dapat dinyatakan dakam jumlah maksimum zat
terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada suatu kesetimbangan. Sifat amfoter
yaitu suatu sifat senyawa yang dapat bereaksi sebagai asam atau basa. Asam
amino yang ingin diuji dalam percobaan ini adalah Kristal glisin, L-tirosin dan
Laspartat.
Kelarutan dapat dilihat dengan melarutkan sampel kedalam air suling. Uji
positifnya yaitu larut sempurna dalam larutan, kemudian larutan diuji keasamaan
dengan menggunakan kertas lakmus dimana jika larutan bersifat asam maka
kertas lakmus biru menjadi merah namun jika larutan bersifat basa maka kertas
lakmus biru tetap berwarna biru.
Percobaan pengujian glisin ditambahkan dengan aquades menghasilkan
larutan yang bening sehingga hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa gllisin
dpat larut sempurna dalma air. hal ini terjadi karena glisin termasuk asam amino
paling sederhana sehingga mudah larut dalam air. dapat dilihat dari struktur glisin,
memiliki panjang baris R atau jumlah atom C yang sedikit yang menyebabkan
glisin larut dalam air. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa asam amino memiliki sedikit kelarutan yang rendah
pada titik isoelektrik. Selanjutnya pengujian keasaman dengan kertas lakmus
menunjukkan kertas lakmus biru berubah menjadi warna merah yang menndakan
larutan tersebut bersifat asam. Sedangkan tirosin dan aspartate bersifat netral.,
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori dimana teori mengatakan bahwa asam
amino mengandung ion karboksilat (-CO2) atau ion ammonium (-NH3+) dalam
molekul sehingga asam amino bersifat amfoter. Masing-masing menghasillkan
kation atau anion.
Pengujian L-tirosin dilarutkan dengan air, menunjukkan bahwa L-tirosin ini
berwarna keruh atau tidak larut dalam air Hal ini dikarenakan L-tirosin memiliki
gugus benzene yang mengakibatkan struktur L-tirosin menjadi stabil dengan
adanya resonasi sehingga senyawa ini tidak larut dalam air. L-tirosin diuji
keasamannya dengan kertas lakmus menghasilkan
lakmus merah menjadi biru berarti larutan bersifat
basah, hal ini tidak sesuai dengan teri bahwa molekul
asam amino mengandung radikal bebas adan radikal
amino bebas. Radikal karboksil segera melepaskan
proton yang ditangkap oleh gugus amino sehingga netralisasi intramolekl
membentuk ion bipolar atau ion zwitter.
Pengujian L-aspartat menghasilkan warna bening yang berarti aspartate larut
dalam air hal ini tidak sesuai dengan teori karena asam R aspartate mengandung C
sehingga aspartate terlarut dalam air. dalam teori
dikatakan bahwa asam amino dapat larut dalam pelarut
polar, tapi tidak dengan pelarut non-polar. Lalu pada
pengujian keasaman menggunakan lakmus, hasilnya
yaitu lakmus merah tetap merah yang berarti larutan
bersifat asam, hal ini berarti asam amino yang bereaksi dengan air maka rantai
karboksil pada rantai sampingnya akan melepaskan proton ke air sehingga
terbentuk 2 muatan negatif dan 1 muatan positif. Dalam teori dikatakan bahwa
asam amno merupakan asam amino dengan rantai sampngnya mengandung gugus
karboksil.
Pengujiannya berikutnya yaitu untuk mengetahui sifat amfoterik suatu asam
amino. L-tirosin ditambahkan dengan aquades menghasilkan dua lapisan, lapisan
atas kuning dan lapisan bawah putih bening. Lalu ditambahkan NaOH10% ,
fungsi NaOH 10% disini untuk memberi suasana basa kemudian dilakukan
pengujian keasman dengan lakmus, didapatkan kertas lakmus berwarna biru tidak
berubah. Hal ini karena dalam lingkungan basa yang berarti OH-, ion OH- akan
menarik proton dari ion zwitter unutk membentuk basa. Dengan demikian ion
zwitter dalam suasana basa adalah ion. Hal ini sesuai dengan teori dimana
Ltirosin dapat bereaksi dengan basa.
Pengujian selanjutnya kasein yang ditambahkan NaOH 10%. Dimana NaOH
10% berfungsi ebagai pemberi suasana basa dalam larutan dan juga berfungsi
untuk melarutkan kasein dan membenuk koloid. Dimana kelarutan proein dalam
berbagai pelarut berbeda. Kemudian larutan diaduk,
pengadukan berfungsi untuk menghomogenkan dan
mempercepat pencampuran. Hal ini seusai dengan teori
bahwa protein mempunyai sifat koloid dan protein
koloid dikenal dengan emulsoid atau koloid hidrofilik
karena terdapat banyak sekali protein. Banyak radikal hidrofilik, seperti radikal
amino, radikal hidroksil dan radikal karboksil bebas.
2. Reaksi dengan Asam Nitrit
Tujuan percobaan ini untuk menguji gugus amina yang dikarakterisasi dengan
adanya gelembung gas N2. Pada percobaan glisin ditambahkan dengan HCl 10%
menghasilkan larutan tak berwarna atau bening. Fungsi penambahan HCl 10%
ialah sebagai donor H+ yang berikatan dengan NaNO2 sebagai reseptop ion NO-2
yang nantinya akan membentuk HNO2. Kemudian didinginkan yang bertujuan
untuk memercepat reaksi. kemudian ditambahkan NaNO2 menghasilkan larutan
berwarna bening dan terdapat gelembung yang banyak. Terbentuknya gelembung
dalam larutan menndakan bahwa pelepasan gugus amina bebas dari glisin. Dlam
larutan asam, asam amino berbentuk kation; satu proton dari larutan menempel
pada pasangan eektron bebas pada atom nitrogen digugus –NH2.

Pada larutan pembanding dimana larutan ini tanpa glisin, hasil yang
diperoleh yaitu berwarna bening atau tidak berwarna, dan setelah oenambahan
NaNO2 terdapat gelembung tapi tidak banyak, hal ini disebabkan karena NaNO2
berfungsi untuk melepaskan gugus amina bebas menjadi asam amino.

HCl + NaNO 2 HNO2 + NaCl


pada pengujian berikutnya kasein hasil dari percobaan 1. Kasein didinginkan
dalam air es. Menghasilkan dua lpaisan yaitu berwarna kuning diatas dan
bening dibawah dan setelah penambahan NaNO2 5% tidak terdapat gelembung
hal ini dikarenakan tidak ada kelompok amina bebas. reaksi ksein terhadap
NaNO2 5% menghasilkan dua lapisan, lapisan atas berwarna kuning dan lapisan
bawah berwarna bening.

Tidak terapat gelembung karena gugus amina bebas dalam kasein hal ini
dikarenakan kasein merupakan protein yang tersusun dari poli tirosin yang gugus
aminnya berikatan dengan gugus karboksil melalui ikatan peptide sehingga gugus
amina tersebut tidak bebas dan tidak dapat bereaksi dengan HNO2 membentuk gas
N2.
3. Uji Biuret
Pengujian in bertujuan untuk membuktikan adanya ikatan peptide pada suatu
protein. Uji positif dalam percobaan ini adalah larutan berwarna ungu. Awalnya
urea dipanaskan untuk menghasilkan gas NH3 tengik, uap yang terbentuk diuji
dengan kertas lakmus, menghasilkan kertas lakmus merah menjadi biru dan kertas
lakmus biru tetap biru, hal ini menujukkan bahwa urea bersifat basa. Pemanasan
kemudian dilanjutkan sampai padat dan gasnya berhenti. Kemudian padatan yang
terbentuk dilarutkan dengan air suling panas agar urea larut kembali, kemudian
larutan disaring dan ditambahkan NaOH 10% untuk mencegah endapan Cu(OH) 2
yang memutus bonpeptida pada biuret dan CuSO4 sebagai donor Cu2+ sehingga
dihasilkan larutan berwarna merah bata dan terdapat endapan.

Untuk perbandingan urea dilarutkan dengan aquades ditambahkan NaOH


10% menghasilkan larutan berwarna bening dan larut secara sempurna dan CuSO4
menghasilkan larutan berwarna hijau dengan endapan coklat. Hal ini menandakan
bahwa tidak terdapat iktan peptide karena urea tidak dipanaskann sehingga tidak
membentuk biuret.

Percobaan kasein yang dilarutkan dengan air dan ditambahkan CuSO 4


berwarna biru bening Hal ini sesuai dengan teori bahwa protein yang
tersusun dari asam amino dihubungkan membentuk urutan linier melalui
ikatan peptida antara gugus amino satu asam amino dengan gugus karboksil
asam amino sebelumnya.
4. Uji Xanthoproteat
Pengujian ini bertujuan untuk menguji keberadaan gugus aromatic pada
protein. Uji positifnya yaitu larutan berwarna kuning. Percobaan yaitu
mereaksikan kasein dengan asam nitrat pekat menghasilkan larutan
berwarna kuning pekat dan bergelembung.

Fungsi dari asam nitrat pekat (HNO3) yaitu bereaksi dengan cincin bencena
pada kasein membenuk nitro dengan proses nitrasi benzene. Larutan dipanaskan
secara perlahan untuk mempercepat reaksi dan diperoleh larutan berwarna kuning
dan tetap terdapat gelembung, larutna kemudian didinginkan dan dinetralkan
dengan NaOH menghasilkan dua lapisan yaitu atas berwarna kuning atasnya
erwarna bening. Fungsi penambahan NaOH yaitu untuk memberikan suasana basa
pada larutan agar larutan dapat terionisasi dengan sempurna hal ini sesuai dengan
teori bahwa bila ditambahkan asam nitrat pekat akan muncul gelembung. Dan
pada pemanasan larutan akan menguning.

5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam


Tujuan pengujian ini untuk memutuskan ikatan peptia menjadi monomer
penyusunnya. Uji positifnya yaitu larutan berwarna coklat. Kasein kemudian
dihidrolisis dengan HCl menghasilkan larutan tercampur secara homogeny dan
menghasilkan larutan berwarna kuning pekat. Kemudian larutan direfluks
menghasilkan larutan berwarna kuning dan larutan terasa panas.

Denaturasi protein ialah proses perubahan konfigurasi tiga dimensi


molekul protein tanpa menyebabkan kerusakan ikatan peptide. Hasil pemanasan
yang diperoleh dibagi dua,pada filtrat 1 larutan didinginkan dan menghasilkan
larutan berwarna bening dan terasa dingin, dan pada filtra 2 ditambahkan
NaOH dan CuSO4 menghasilkan larutan berwarna bening dan terasa panas.

Fungsi penambahan CuSO 4 untuk menguraikan protein menjadi asam amino


penusunnya sehingga iaktan peptide serta donor Cu2+ terputus. Terbentuknya
larutan tak berwarna menunjukkan bahwa kasein tidak terhidrolsis menjadi asam
amino, karena masih mengandung ikatan peptide. Hal ini tidak sesuai dengan
teori dimana dijelaskan bahwa proses hidrolisis akan memecah protein menjadi
asam amino penyusunnya sehingga tidak ditemukan ikatan peptida lagi. Dan
akibat lainnya ialah kurangnya lama pemanasan yang dilakukan sehingga
kurangnya praktek yang cermat saat melakukan percobaan.

I. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dapat disimpulkan bahwa ;
a. ikatan peptide, tindakan yang terbentuk ketika atom karbon dalam gugus
karboksil berbagi elektron dengan atom nitrogen dalam gugus amina lain. Ikatan
peptide dapat dibuktikan dengan uji biuret yang ditandai dengan perubahan warna
b. uji xanthoproteat menunjukkan adanya cincin aromatic pada protein dan asam
amino yang ditandai dengan perubahan warna, jika biuret menunjukkan adanya
ikatan peptide maka dapat ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi ungu.
c. kelarutan adalah jumlah maksimum zat kimia tertentu yang dapat larut dalam
pelarut dan membentuk larutan homogen. Amfoter adalah sifat senyawa yang
dapat bertindak sebagai asam dan basa
2. Saran
Diharapkan praktikan selanjutnya menguasai prosedur kerja dan teliti saat
melakukan percobaan agar pengujian atau percobaan yang dilakukan sesuai
dengan teori yang didapat, agar dapat mencegah atau meminimalkan kesalahan
dan hasil yang diperoleh setelah pengujian positif.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Asadatun, Evi Maya Sari, dan Mala Nurilmala. (2017). Profil Asam
Amino dan Senyawa Bioaktif Kuda laut Hippocampus Comes. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 612&614.
Ariatmi Nugrhani Ratri, Diah Rustanti, Fatma Sari, Haryadi Wibowo dan Ika
Kurniaty. (2019). Hidrolytic Process of Proteins in Moringa Oleifera Seeds
in Varied Concentrations of Sodium Hydroxide and Hydrochloric Acid.
Departement of CHemical Engineering, 152.
Denisw R. Ferrier, PhD. (2014). Biokimia. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara .
Dr. Ir. Sri Wahjuni., M.kes. (2013). Mteabolisme Kesehatan. Denpasar - Bali:
jiwa atmaja.
Dwi Wahyudiati, M.Pd. (2017). Biokimia. Mataram: Leppim Mataram.
Amin Ismail dan Emmy Hainida Khairul Ikram. (2014). Effect of Cooking
Practices (Boiling and Frying) on the Protein and Amino Acid Contents of
Four Selected Fishes. Nutrition & Food Science, 56.
Nurhayati Tati, Nurhayati Tati,dan sri Purwaningsih. (2017). Kandungan Asam
Amino, Asam Lemak dan Mineral Cacing Laut dari Sulawesi Tenggara.
jurnal ipb, 40.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Berikan rumus molekul glisin, asam aspartat, tirosin dan jelaskan keasaman,
kebasaan dan kenetralan larutannya dalam air.
Jawab:
a. Rumus molekul glisin : CH2 – COOH

NH2

Glisin merupakan asam amino netral karena tidak memiliki gugus amino
maupun gugus karboksil pada rantai sampingnya (R) atau pada strukturnya. Glisin
larut dalam air menghasilkan larutan yang netral karena mengandung 1 gugus
amin dan 1 gugus karboksilat.
b. Rumus molekulnya L- aspatrat : COOH – CH2 – CH – COOH
NH2

Asam L – aspartat merupakan asam amino asam karena memiliki gugus karboksil
pada rantai sampingnya. Gugus karbiksil ini akan melepas proton ke dalam air
sehingga terbentuk ion aspartat (suatu anion).
HOOC – CH2 – CH – COO- + -OOC – CH – COO- + H3O

+NH3 +NH3

Asam aspartat ion aspartat

Dalam air, L-aspartat larut menghasilkan larutan yang bersifat asam karena
aspartat mengandung 2 gugus karboksilat dan 1 gugus amina.

c. Rumus molekul Tirosin : OH – CH2 – CH – COOH


NH2

Tirosin merupakan asam amino netral karena tidak memiliki gugus amin dan
karboksilat pada rantai sampingnya (R)

2. Tuliskan persamaan reaksi yang ata menjelaskan apa yang terjadi bila larutan
alkali perlahan-lahan diasamkan.
Jawab :
Reaksi yang dapat dijelaskan bila larutan alkali perlahan-lahan diasamkan yaitu :
a. Larutan alkali basa
NaOH + HCl NaCl + H2O
Pada reaksi ini, larutan alkalis basa menghasilkan garam dan air. b.
Larutan alkali asam

2 KCl + H2SO4  K2SO4 + HCl

Pada reaksi ini, larutan alkali asam menghasilkan garam dan asam.
3. Jelaskan perbedaan sifat kasein dengan hasil hidrolisisnya terhadap asam nitrit
dan terhadap uji biuret.
Jawab :
Perbedaan sifat kasein dengan hasil hidrolisisnya terhadap asam nitrit dan
terhadap iji Biuret
1. Terhadap asam nitrit: terjadi hidrolisis ikatan peptida dari polimer
protein. Hidrolisis ini menghasilkan monomer asam amino dimana ikatan peptida
tidak lagi terbentuk hingga terdapat gugus amin bebas pada kasein tersebut.

2. Terhadap uji biuret: kasein masih berada dalam bentuk protein karena
terdapat gugus peptida (COO – NH ) dan merupakan reaksi warna yang umum
untuk peptida yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu. Reaksi warna ini
terjadi karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dengan N dari molekul
peptida.

Anda mungkin juga menyukai