Anda di halaman 1dari 20

A.

JUDUL PERCOBAAN
Ekstraksi kafein

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenal ekstraksi kontinyu dengan perantaraan panas

C. LANDASAN TEORI
Kafein adalah alkaloid yang tergolong dalam keluarga xanthine bersama sama
senyawa teofilin dan teobromin, yang bersifat sebagai perangsang sistem saraf

pusat. Kafein banyak terdapat dalam teh, kopi dan coklat, mempunyai rumus
C8H10O2N4. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa teh lebih memiliki kandungan
kafein yang lebih banyak dibandingkan degan kopi. Struktur kafein adalah
sebagai berikut:

Kafein
(Tim Dosen, 2012: 15).
Xantin merupakan turunan alamiah dari purina. Senyawa xantin yang
banyak digunakan adalah kafein, teobromin, dan teofilin. Senyawa xantin
merupakan basa lemah dengan pKb antara 13 sampai 14. Teofilin dan
Teobromin merupakan asam lemah dengan pKa 8,9 dan 9,9. Kafein tidak
memiliki sifat asam karena tidak mempunyai atom hydrogen yang dapat
dilepaskan sehingga kafein merupakan basa yang sangat lemah dan garamnya
mudah terurai oleh air karenanya kafein dapat disari dari larutan asam atau
basa (lebih mudah dari larutan basa) dengan kloroform. Tetapi kafein mudah
terurai oleh basa kuat, sehingga larutan dalam basa harus segera disari
(Sudjadi dkk, 2016: 156).
Ekstraksi merupakan salah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan
atau menarik satu atau lebih komponen atau senyawa-senyawa (analit) dari
suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu yang sesuai. Ekstraksi
dari sampel padatan dapat dilakukan jika analit yang diinginkan dapat larut
dalam pelarut pengekstraksi. Mekanisme ekstraksi dimulai dengan adopsi
pelarut oleh permukaan sampel, diikuti difusi pelarut ke dalam sampel dan
pelarutan analit oleh pelarut (intraksi analit dengan pelarut) Selanjutnya
terjadi difusi analit-pelarut ke permukaan sampel dan desorpsi analit-pelarut
ke permukaan sampel berlangsung sangat cepat ketika terjadi kontak antara
sampel dengan pelarut (Leba, 2017: 1-2).
Ekstraksi kontinyu digunakan apabila perbandingan distribusi relative
kecil sehingga umtik pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap
ekstraksi. Efisiensi yang tinggi pada ekstraksi kontinu tergantung pada
vikositas fase dan factor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan
tercapainya kesetimbangan. Volume setengah ekstraksi adalah volume
pengekstraksi pelarut yang diperlukan untuk menurunkan zat terekstraksi
menjadi setengah kalinya (Khopkar, 2010: 107).
Kerja kafein sebagai stimulan telah dihambat oleh senyawa kimia lain
dalam kopi yakni asam klorogenik. Asam klorogenik juga termasuk golongan
fenol yang terdapat dalam makanan, senyawa ini adalah senyawa organik
aromatic yang tidak sepenuhnya buruk . Sama seperti kafein, asam klorogenik
adalah antioksidan. Martin juga mempelajari kemungkinan penggunaan
bentuk sintesis dari senyawa kimia tersebut di bidang terapi. Jika martin
berhasil, senyawa ini mungkin adalah penyebab menurunnya kemampuan
kafein dalam kopi (Weinberg dkk, 2002: 183).
Sampel daun teh industri dibeli di toko yang terletak di kota Campinas di
negara bagian São Paulo. Sampel dianalisis berasal dari 3 batch jenis teh
(mate, putih, hitam) dan hijau) dari 3 merek yang berbeda, total 36 sampel the
(daun) serta infusnya masing-masing. Untuk preparasi sampel infus, 0,75 g
daun teh adalah ditimbang dan ditambahkan 100 mL air mendidih. Penerima
tetap tertutup selama 3 menit dan selanjutnya campuran disaring. Metode
didasarkan pada yang dijelaskan oleh Alves & Bragagnolo (2002). Sampel
dihomogenkan dan 0,5 g teh (daun) atau 5,0 mL infus dipindahkan ke labu
Erlenmeyer dan 1 g magnesium oksida dan 50 mL air ditambahkan.
Campuran dipanaskan di atas hot plate selama 15 menit dengan agitasi.
Setelah dipanaskan, campuran itu didinginkan dalam penangas air pada suhu
kamar, disaring dalam filter kertas dalam labu takar 100 mL dan volume
selesai dengan air. Larutan disaring dengan filter 0,45 m untuk selanjutnya
analisis kromatografi (Tfouni, dkk, 2018: 662).
Penelitian analisis kandungan kafein ini dilakukan dengan uji
laboratorium menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Juli tahun 2019 di Laboratorium Kimia Akademi
Analisis Farmasi dan Makanan Banda Aceh serta di Laboratorium Penelitian
FMIPA Kimia Unsyiah. Populasi dalam penelitian ini adalah kopi gayo dan
kopi sareng seduhan warung kopi, sedangkan sampel diambil secara
purposive sampling yaitu kopi yang dibeli dari warung kopi dengan kriteria
jumlah pengunjung di atas 200 orang/ hari masing-masing 10 sampel. Alat
yang digunakan adalah beaker glass 100 mL, gelas ukur 200 mL, neraca
analitik, elemeyer 250 mL, labu ukur 100 mL, 25 mL, dan 10 mL, pipet
volum, corong, corong pisah dan spektrofotometer UV-Vis. Bahan yang
digunakan adalah kopi seduhan, baku kafein, CaCOз, kloroform dan aquades
(Elfariyanti dkk, 2020: 4).
Pembuatan larutan baku kafein dilakukan dengan penimbangan sebanyak
250 mg kafein, dimasukkan ke dalam gelas piala, dilarutkan dengan akuades
panas secukupnya, dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL. Kemudian
diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan. Dipipet
larutan standar kafein tadi sebanyak 2,5 mL, dimasukkan ke dalam labu takar
25 mL mL kemudian diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan
dihomogenkan. Penentuan Panjang Gelombang dideteksi absorbansi larutan
standar pada rentang panjang gelombang 250-300 nm dengan menggunakan
instrument spektrofotometer UV-Vis. Selanjutnya dibuat kurva standar yang
menghubungkan absorbansi dengan konsentrasi dari masing-masing larutan
standar (Maramis dkk, 2013: 123).
Secara budaya kafein dan adenosin sangat dekat. Selanjutnya, kafein
dapat berfungsi dengan cara yang sama di otak dan juga dapat memblokir
reseptor adenosin di sel-sel otak. Efek stimulan kafein sebagian besar
disebabkan oleh pemblokiran reseptor adenosin ini. Karena tanpa efek
antagonis ini, adenosin akan dapat berikatan dengan reseptor adenosin dan
akan memicu respon seluler yang pada akhirnya menyebabkan rasa kantuk.
Akibatnya, kafein untuk sementara mencegah atau mengurangi rasa kantuk
dan dengan demikian mempertahankan atau mengembalikan kewaspadaan
(Uddin dkk, 2017: 5).
Kelebihan asam urat dalam darah akan menyebabkan pengkristalan pada
persendian dan pembuluh kapiler darah, terutama yang dekat dengan
persendian. Akibatnya, jika persendian digerakkan akan terjadi gesekan
Kristal-kristal tersebut hingga menimbulkan rasa nyeri. Demikian juga jika
Kristal-kristal mengendap di pembuluh kapiler darah. Ketika bergerak,
Kristal-kristal asam urat juga akan tertekan ke dinding pembuluh darah
kapiler. Akibatnya timbul rasa nyeri. Penumpukan Kristal asam urat yang
kronis di persendian menyebabkan cairan getah bening yang berfungsi
sebagai pelicin tidak berfungsi. Akibatnya persendian tidak dapat digerakkan
ini sering terjadi pada manula akibat kelebihan asam (Winarto, 2002: 49).
Proses kondensasi dua senyawa heterosilik sederhana yaitu beberapa
senyawa heterosilik sederhana dapat berkondensasi dengan senyawa
heterosilik yang lain , membentuk senyawa heterolisilik baru yang lebih
kompleks. Purina atau imidazolopirimidina adalah kondensasi anatara lingkar
pirimidina dan lingkar imidazole. Banyak turunan purina terdapat dalam
tubuh, misalnya asam urat, xantin atau 2,6-dihidroksipurina dan hipoksantin
atau 2-hidroksipurina. Adenin atau 6-aminopurina dan guanine atau 2 amino-
6-oksipurina adalah turunan-turunan purina yang merupakan basa-basa
penyusun asam nukleat, pada DNA maupun RNA (Sumardjo, 2006: 128).
Asam urat merupakan suatu senyawa alkaloida turunan purin (xanthine).
Senyawa yang pertama kali ditemukan oleh Scheele pada tahun 1776 ini
merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen pada burung dan hewan
melata. Senyawa ini biasa ditemukan pada hasil eksresi dua jenis hewan
tersebut dan pad urine hewan pemakan daging. Asam urat merupakan Kristal
putih, tidak berbau dan berasa, mengalami dekomposisi dengan pemanasan
menjadi asam sianida (HCN), sangat sukar larut dalam air, serta larut dalam
gliserin dan alkali. Minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh dan
coklat akan menyebabkan peningkatan asam urat karena mengandung
alkaloida turunan purin (xantin). Jika kadar alkaloida dalam darah cukup
tinggi, sementara di dalamnya terdapat enzim xantin oxidase akibatnya kan
terbentuk asam urat (Winarto, 2002: 48-49).

D. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
a. Soxhlet dan perlengkapannya (1 set)
b. Statif dan klem (1 set)
c. Gelas kimia 250 mL (1 buah)
d. Neraca analitik (1 buah)
e. Spatula (1 buah)
f. Corong biasa (1 buah)
g. Labu bundar 250 mL (1 buah)
h. Cawan porselin (1 buah)
i. Hot plate (1 buah)
j. Penjepit tabung reaksi (1 buah)
k. Batang pengaduk (1 buah)
l. Labu isap (1 buah)
m. Pipet tetes (1 buah)
n. Corong pisah (1 buah)
o. Corong buchner (1 buah)
p. Gelas ukur 50 mL (1 buah)
q. Gelas ukur 10 mL (1 buah)
r. Botol semprot (1 buah)
s. Lap kasar (1 buah)
t. Lap halus (1 buah)
u. Stopwatch (1 buah)
2. Bahan
a. Etanol 95% (C2H5OH)
b. Sampel teh
c. Asam sulfat encer (H2SO4)
d. Kloroform (CHCl3)
e. Magnesium oksida (MgO)
f. Aquades (H2O)
g. Kertas saring
h. Benang
i. Kapas
j. Batu didih
k. Alumunium foil
l. Es batu
m. Vaseline

E. PROSEDUR KERJA

1. Sebanyak 15 gram teh ditimbang.


2. Sampel teh dibungkus dengan kertas saring dan diikat dengan benang.
3. Kemudian, dimasukkan ke dalam soxhlet.
4. Beberapa butir batu didih dimasukkan ke dalam labu bundar.
5. Soxhlet dipasang pada labu bundar dan ditambahkan etanol sampai setengah
labu bundar.
6. Kemudian larutan disirkulasi diatas hotplate air sebanyak 4 kali .
7. Hasil sirkulasi dipindahkan ke dalam cawan porselin.
8. Selanjutnya ditambahkan larutan MgO sebanyak 50 mL dan diaduk hingga
tercampur dengan baik.
9. Larutan diuapkan sampai kering hingga terbentuk powder.
10. Bubuk diekstraksi dengan 90 mL air panas.
11. Larutan disaring dengan corong biasa dan disedot selagi panas.
12. Larutan hasil ekstraksi dipindahkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan 15
mL H2SO4 encer
13. Larutan disatukan dan diuapkan hingga tersisa 1/3 mL dari volume awal,
14. kemudian disaring untuk memisahkan endapan.
15. Larutan dimasukkan kedalam corong pisah dan diekstraksi dengan 4 mL
kloroform lalu dikocok 5 menit dan diulangi sebanyak 2 kali.
16. Lapisan bawah larutan diambil, lapisan atas dibuang.
17. Lapisan diuapkan hingga mengkristal.
18. Kristal ditimbang.

F. HASIL PENGAMATAN

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1. Teh ditimbang 15 gram

Teh dibungkus dengan kertas


2. Teh diikat dengan benang
saring
Teh dimasukkan kedalam alat Teh yang telah diikat
3.
sokhlet dimasukkan ke soxhlet

4. Etanol ditambahkan ke soxhlet Volume menjadi 100 ml

Larutan berwarna coklat


Sirkulasi 1 : pada saat 9 menit
5. Dilakukan soxhletasi Sirkulasi 2 : pada saat 14 menit
Sirkulasi 3 : pada saat 20 menit
Sirkulasi 4 : pada saat 23 menit
No Perlakuan Hasil pengamatan

50 ml MgO ditambahkan ke
6 soxkhlet pada saat proses Larutan brwarna coklat
soxhletasi berlangsung

7. Diuapkan Sampai mendapatkan powder

Didapatkan larutan warna coklat


8. Tambahkan air panas 50 ml
kehitaman
Didapatkan larutan biner
9. Disaring
berwarna orange ke kuningan
Diekstraksi dengan 90 ml H2O Volume bertambah dan warna
10.
panas tetap orange
Tambahkan H2SO4 encer 15 ml +
11. uapkan sampai 1/3 volume awal Terdapat endapan warna putih
dan diaduk

12. Disaring Larutan warna kuning jernih

Diekstraksi dengan kloroform Terdapat 2 lapisan atas kuning


13.
menggunakan corong pisah lapisan bawah tak berwarna
Semua larutan menguap dan
14. Larutan diuapkan kembali
tidak terdapa kristal

G. ANALISIS DATA

Diketahui : Massa praktik = 0 gram


Massa teori = 15 gram
Ditanyakan : % Rendemen ?
Penyelesaian :
H. PEMBAHASAN

Kafein merupakan salah satu senyawa turunan xantin yang banyak terdapat
dalam teh, kopi dan coklat, mempunyai rumus C8H10O2N4. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa teh lebih memiliki kandungan kafein yang lebih banyak
dibandingkan degan kopi (Tim Dosen Kimia Organik II, 2021: 15).
Ekstraksi merupakan salah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan atau
menarik satu atau lebih komponen atau senyawa-senyawa (analit) dari suatu
sampel dengan menggunakan pelarut tertentu yang sesuai. Ekstraksi dari sampel
padatan dapat dilakukan jika analit yang diinginkan dapat larut dalam pelarut
pengekstraksi. Mekanisme ekstraksi dimulai dengan adsorpsi pelarut oleh
permukaan sampel, diikuti difusi pelarut ke dalam sampel dan
pelarutan analit oleh pelarut (intraksi analit dengan pelarut). Selanjutnya
terjadi difusi analit-pelarut ke permukaan sampel dan desorpsi analit-
pelarut ke permukaan sampel berlangsung sangat cepat ketika terjadi kontak
antara sampel dengan pelarut. Pelarut yang berkualitas berperan penting dalam
keberhasilan ekstraksi. (Leba, 2017: 1-2).
Ekstraksi bertujuan untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat
padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar
muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Hambali. 2014: 29).
Percobaan ekstraksi kafein bertujuan untukmengenal ekstraksi kontinyu
dengan perantaraan panas. Ekstrasi yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
ekstraksi padat cair yang bertujuan untuk mengekstraksi zat padat menggunakan
zat cair. Prinsip dasar dari percobaan ini yaitu ekstraksi kontinyu melalui
perantaraan panas, ekstraksi ini merupakan metode pemisahan zat dari
campurannya dan menggunakan pelarut yang sama digunakan secara berulang-
ulang. Adapun prinsip kerjanya yaitu penimbangan, pemanasan, penguapan,
pengembunan, penyaringan, pemisahan, dan pengujian titik leleh.
Proses ekstraksi pada percobaan ini menggunakan alat soxhlet. Adapun
prinsip kerja dari alat soxhlet yaitu pemisahan menggunakan pelarut selalu baru
dalam mengekstrak, sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan adanya pelarut
yang konstan dan dibantu dengan kondensor. Pada percobaan ini menggunakan
Teh. Pertama-tama teh ditimbang , fungsi dari penimbangan ini adalah untuk
mengetahui massa dari teh yang digunakan. Kertas saring digunakan sebagai
pembungkus karena kertas saring mempunyai dinding yang tipis dan berpori yang
dapat mempermudah pelarut untuk menyerap kafein yang terkandung di dalam
sampel. Sebelum itu, terlebih dahulu diberikan kapas pada bagian bawah kertas
saring dan di masukkan sampel the yang akan digunakan lalu ditumpuk lagi
dengan kapas. Kapas berfungsi agar sampel terekstrak dengan baik dan
emnghindari adanya debu (sampel berukuran kecil) yang ikut keluar dari kertas
saring. Teh yang telah dibungkus kemudian diikat dengan benang putih.
Digunakan benang putih karena benang putih tidak mengandung zat pewarna
yang dapat ikut terekstrak pada saat melakukan ekstraksi dalam waktu yang lama.
Untuk mengekstraksi, sampel teh dibungkus dengan kertas saring, dimana
kertas saring diisi dengan kapas terlebih dahulu kemudian diikat, fungsinya agar
ampas teh tidak keluar pada saat ekstraksi dilakukan, kemudian teh dimasukkan
kedalam soxhlet dan dilarutkan dengan etanol. Etanol digunakan sebagai pelarut
dalam ekstraksi kafein karena etanol merupakan pelarut universal yang memiliki
gugus OH- yang dapat mengikat senyawa polar dan gugus etil yang dapat
mengikat senyawa nonpolar, itulah sebabnya sehingga etanol dapar melarutkan
kafein dalam kopi yang bersifat nonpolar. Etanol juga dapat melewati dinding sel
tumbuhan yang dapat menarik kafein yang terkandung dalam kopi. Jika ditinjau
dari titik didihnya, etanol yang rendah yaitu sehingga mudah diuapkan. Kafein
merupakan senyawa alkaloid dimana alkaloid padat sukar larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik yang umum seperti kloroform, alkohol, benzena, dan
eter (Sumardjo, 2008: 447).

Proses ekstraksi telebih dahulu dilakukan dengan memasukkan beberapa


butir batu didih pada labu bundar. Fungsi batu didih yaitu untuk mencegah
terjadinya letupan-letupan pada saat proses pemanasan karena batu didih
mempunyai pori-pori yang besar yang dapat menyerap panas. Dalam
percobaan dilakukan 4 kali sirkulasi. Tujuan dilakukannya beberapa sirkulasi
agar dapat diperoleh ekstrak kafein dari kopi lebih banyak. Waktu yang
digunakan untuk terjadi silkulasi dari sirkulasi pertama sampai sirkulasi
keempat berturut–turut yaitu 9 menit, 14 menit, 20 menit, dan 23 menit. Pada
percobaan waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya satu kali sirkulasi berbeda-
beda hal ini disebabkan karena adanya pengaruh sifat koligatif larutan, dimana
semakin banyak zat terlarut maka semakin tinggi titik uapnya dan waktunya
juga semakin lama. Semakin sering terjadi sirkulasi maka akan semakin
banyak kafein yang dihasilkan. Sirkulasi ini terjadi karena pelarut etanol yang
berada pada labu bundar akan menguap akibat pemanasan. Alat soxhlet ini
dilengkapi dengan kondensor yang akan mendinginkan etanol yang menguap
dan akan turun kedalam soxlet dan lama-kelamaan akan turun jika penuh dan
terjadilah sirkulasi.

Gambar 1
Pemasangan alat soklet dengan labu
bundar.

Larutan yang diperoleh berupa larutan berwarna coklat. Larutan ini


kemudian didestilasi hingga 1/2 volume awalnya, dilakukan destilasi untuk
memisahkan kafein dengan pelarutnya yaitu etanol. Adapun prinsip dasar dari
destilasi yaitu suatu metode pemisahan larutan yang di dasarkan pada
perbedaan titik didih larutan dalam campuran. Prinsip kerjanya yaitu
pencampuran, pemanasan, penguapan, pendinginan dan pendinginan serta
penetesan destilat. Selanjutnya ditambahkan dengan suspensi Magnesium
oksida (MgO) yang dilarutkan dalam air menghasilkan suspensi coklat keruh.
Selanjutnya Larutan ditambahkan dengan suspensi MgO dalam air. MgO
disuspensi dengan air agar MgO dapat mengikat ion OH- sehingga membentuk
Mg(OH)2. Larutan hasil ekstraksi ditambahkan suspensi MgO yang bertujuan
untuk mengikat kafein, agar pada saat diuapkan kafein tidak ikut menguap.
Setelah itu larutan campuran di uapkan hingga membentuk powder.
Penguapan ini berfungsi untuk menghilangkan zat pelarut (etanol) yang
terdapat dalam ekstrak.

Gambar 2
Penyaringan sampel
Kafein

Bubuk yang mengandung kafein selanjutnya diekstraksi dengan


menggunakan air panas dan disaring. Dimana fungsi air panas pada percobaan
ini untuk mempercepat pelarut dan melepaskan senyawa–senyawa pengotor
yang masih ada. MgO memiliki sifat yang tahan terhadap panas karena
memiliki titik didih 3600˚C dan titik leleh 2852˚C. Itulah mengapa MgO
digunakan karena MgO dapat mengikat klorofil dan air agar kafein dapat
terlindungi pada saat pengeringan yang akan merusak strukturnya.Kemudian
diektraksi dengan air dalam keadaan panas karena kafein lebih mudah
terekstrak oleh air jika dalam keadaan panas. Kelarutan mengikat dalam air
panas yaitu 1:6 pada suhu 80˚C (Martono, 2015).
Setelah itu, larutan disaring dalam keadaan panas agar kafein tidak
mengendap. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong
buchner, karena partikel-partikel dari kafein yang sangat kecil dan
memerlukan waktu yang lama untuk menyaring dengan corong biasa dan
corong bucner tahan terhadap panas. Serta kertas whatman digunakan pada
saat penyaringan karena pori-pori yang terdapat pada kertas whatman
berukuran sangat kecil. Powder kafein kemudian diekstraksi dengan air panas
dengan tujuan untuk mengikat sisa- sisa air yang masih tersisa. Kemudian
ditambahkan dengan Asam Sulfat encer. Asam sulfat encer ini bertujuan untuk
menurunkan pH larutan sehingga tidak mengalami kerusakan, karna pada
suasana pH yang tinggi kafein sangat mudah mengalami kerusakan, sehingga
untuk memperoleh kafein yang baik ditambahkan asam sulfat encer. Selain
itu, penambahan asam sulfat encer didasarkan pada kafein yang mengandung
alkaloid yang merupakan basa organik. Hasil yang diperoleh larutan berwarna
kuning.
Larutan yang diperoleh kemudian kemudian dikisatkan sampai
sepertiga volume larutan semula. Tujuan pengkisatan yaitu agar
zat-zat dan air yang tercampur dalam kafein dapat menguap hasil
pengkisatan diperoleh larutan berwarna kuning dan terdapat endapan putih.
Selanjutnya larutan disaring dengan menggunakan kertas saring untuk
mendapatkan ekstrak yang kemudian didapatkan larutan berwarna kuning
jernih. Larutan ini kemudian diekstraksi di dalam corong pisah dengan
menambahkan kloroform sebanyak 3 kali. Lapisan bawahnya diambil (fase
kloroform) diuapkan. Kloroform tadi akan menguap, sehingga hanya ekstrak
kafein yang tertinggal (Anggarawa, dkk, 2016: 113).
Prinsip dasar dari corong pisah yaitu pemisahan larutan yang didasarkan
pada perbedaan massa jenis dan kepolaran larutan. Fungsi dari kloroform
untuk melarutkan kafein dalam air karena kelarutan kloroform lebih besar dari
pada air. Larutan yang berada dalam corong pisah dikocok agar terjadi
distribusi kafein dari air ke kloroform. Adapun pada saat pengocokan tutup
corong pisah sesekali dibuka untuk menurunkan tekanan gas yang ada didalam
corong sehingga apabila tekanan terlalu tinggi dalam corong pisah dapat
meyebabkan corong pisah meledak. Setelah dikocok larutan di diamkan
hingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas merupakan larutan air
sedangkan lapisan bawah kloroform. Larutan dalam corong pisah terbentuk
dua lapisan, lapisan atas adalah air yang berwarna coklat pekat dan lapisan
bawah adalah kloroform mengikat kafein yang berwarna kuning.
Terbentukanya dua lapisan Massa jenis kloroform lebih besar dari massa jenis
air yaitu massa jenis kloroform 1,4 gram/cm3 dan massa jenis air 1 gram/cm3
sehingga kloroform dapat melarutkan kafein berada pada lapisan bawah.

Gambar 3
Hasil akhir setelah
diuapkan

Selanjutnya hasil akhir diuapkan untuk mendapatkan kristal kafein. Pada


akhir percobaan tidak didapatkan kristal diduga disebabkan karena kelalaian
praktikan yang tidak menambahkan volume air panas dengan benar, yaitu sampel
yang diberikan perbandingannya tidak sesuai dengan sampel. Kemudian pada saat
penyaringan tidak tersaring dengan baik dikarenakan hanya menggunakan corong
biasa bukannya corong buchner.
Adapun mekanisme reaksi yang terjadi pada percobaan ini, yaitu:
1. Reaksi dengan etanol
O O CH3
N H3C
+N N
N

O N N N
O N
H + 2C2H5OH
OH CH3 OH
O O
OH OH
HO H3C
(xantosin) (etanol) (3,7-dimetil xantosin)
2. Reaksi dengan magnesium oksida
O CH3
H3C OH
N O
N H3C CH3
N
MgO N
OH
O N N
H2O
N
+ O + M g +

CH3 OH O N
H OH
O CH3 HO
OH

H3C
( 3 ,7 - d im e t il x a n t o s in ) ( k a fe in ) ( r ib o s a ) ( io n m a g n e s iu m )
NH
CH3
N
H3C
N
H
O O O O
N H3C CH3 H
N
H 2 O N
H3C
2+ Δ
Mg N N O
O O
H3C CH3 H3C H
N CH3
N CH3
N N

N N O O N N
H H
CH3 CH3
(kafein) (kafein)

2+
Mg O H
CH3 O O
H3C CH3
N H 2O H3C N
N H N

N Δ
O N N N
O
CH3 CH3
(Kafein) (Kafein)

3. Reaksi dengan kloroform


H
H +
C +
O O CH3
Cl Cl CH3
CH3 N + N
H3C H O Cl O

H N NH HN
N
+ C N H3C N
H3C N N CH3
N NH
Cl Cl CH3 H3C
O O

N N Cl O N CH3
O N
H3C O
CH3 (Kloroform)
(Kafein) (Kafein)

H
C O
+ + CH3
CH3
Cl +
Cl CH3
H3C N H
O
N
Cl
N
O
6 5 °C N
C
H3C
N
N
NH
H3C
HN

N
CH3
Δ + Cl Cl
N NH N
N N Cl
O
CH3 H3C
O
O
O N CH3
N CH3 (Kloroform)
H3C O

(Kafein) (Kafein)
I. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Kafein dapat diperoleh dengan cara mengekstraksi kontinyu dengan
perantaraan panas pada teh. Ekstraksi kontinyu melalui perantaraan panas
merupakan metode pemisahan zat atau substitusi dari campurannya dan pelarut
yang sama digunakan secara berulang-ulang sehingga pelarut selalu baru
dalam proses sokletasi. Pada percobaan ini, tidak diperoleh kristal kafein yang
harusnya ada pada sampel the yang kita gunakan. Sehingga dapat disimpulkan
percobaan dinyatakan gagal karena tidak diperoleh kristal kafein setelah
melakukan proses penguapan.

2. Saran
Praktikum diharapkan mahir dalam penggunaan alat seperti soxhlet dan
corong pisah karena alat ini digunakan dalam percobaan dan untuk praktikan
selanjutnya diharapkan agar lebih teliti dalam melakukan percobaan agar hasil
yang diperoleh sesuai dengan teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai