Anda di halaman 1dari 9

Tugas 7 Meteorologi dan Klimatologi

Makalah
Pengaruh Perubahan Cuaca & Iklim Terhadap Pertanian
Indonesia

Disusun Oleh :

Nama : Nurlinda
NIM : 200110500008
Prodi : Geografi Sains

Jurusan Geografi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Makassar
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur atas kahadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai mana mestinya. Shalawat dan Salam tak lupa
pula kami kirimkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih saya hanturkan kepada Prof. Rosmini selaku dosen pengajar mata kuliah
Meteorologi dan Klimatologi.
Makalah ini di susun sebagai bentuk tugas pada mata kuliah Meteorologi dan Klimatologi.
Selain sebagai pemenuhan tugas, makalah ini kami susun juga sebagai referensi pembaca
mengenai “Pengaruh Perubahan Cuaca & Iklim Terhadap Pertanian Indonesia”
Saya sadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak terdapat kekuarangan-
kekurangan didalamnya, baik dalam hal penyajian materi ataupun tampilannya, sehingga kritik
dan saran dari pembaca makalah sangat diharapkandan kami berharap semoga makalah ini
dapat bermamfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum wr.wb

penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
1.3.Tujuan ...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengaruh Perubahan Cuaca & Iklim ........................................................................ 2
2.2. Strategi Adaptasi Menghadapi Perubahan Iklim ....................................................... 4
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 5
3.2. Saran ....................................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Iklim merupakan salah satu komponen ekosistim dan factor produksi yang sangat dinamik
dan sulit untuk dikendalikan. Bahkan, iklim/cuaca sering menjadi factor pembatas produksi
pertanian, karena sifatnya yang dinamis, beragam dan terbuka. Agar dapat berguna dalam
bidang pertanian, diperlukan pemahamannya yang lebih dalam terhadap karakteristik
iklim.Informasi iklim sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi potensi dan daya dukung
wilayah untuk penetapan srategi dan arah kebijakan pengembangan wilayah, seperti pola
tanam, (IP 200 padi-padi-palawija) dan IP 300 (padi-padi-padi), cara pengairan (intermiten),
pemwilayahan agroekologi dan komoditi. Pemwilayahan komoditi pertanian dapat disusun
berdasarkan agroklimat, karena masing-masing tanaman mempunyai syarat tumbuh tertentu
untuk dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Kesesuaian iklim yang diperlukan untuk
tanaman berproduksi maksimal, memungkinkan suatu wilayah untuk dapat dikembangkan
menjadi pusat produksi suatu komoditas pertanian.
Dalam pembangunan pertanian yang bertujuan untuk optimalisasi dan efesiensi
sumberdaya pertanian dibutuhkan suatu sistem pertanian preskriptif (preskriptif farming).
Sistem preskriptif adalah sistem usaha pertanian yang sesuai (produktivitas tinggi dan efisien)
dengan potensi sumberdaya, faktor sosial ekonomi dan kelembagaan (makarim, sirman dan
sarlan, 1999). Dalam sitem pertanian preskriptif dibutuhkan informasi yang lengkap dan handal
seluruh komponen dan sub komponen dalam system produksi, termasuk iklim ( Bell and
Doberman, 1997 dalam Surmaini, 2000). Berbeda dengan komponen produksi lain peluang
untuk memanipalisi factor iklim sangat kecil, sulit diduga tetapi sangat menentukan
produktivitas tanaman. Oleh sebab itu, informasi iklim sangat strategis dan menjadi
pertimbangan yang lebih dini dalam pengembangan pertanian preskriptif tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka makalah ini disusun dengan menitik beratkan pembahasan
pada pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana pengaruh cuaca & iklim terhadap pertanian di Indonesia?
b. Bagaimana strategi adaptasi untuk menghadapi perubahan iklim terhadap pertanian?

1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengaruh cuaca & iklim terhadap pertanian di Indonesia.
b. Mengetahui strategi adaptasi untuk menghadapi perubahan iklim terhadap pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengaruh Iklim & Cuaca Terhadap Pertanian


Perubahan iklim akibat pemanasan global berdampak pada berbagai aspek
kehidupan, termasuk sektor pertanian. Perubahan pola curah hujan, meningkatnya
frekuensi iklim ekstrim, dan kenaikan suhu udara adalah dampak serius yang dihadapi di
Indonesia. Pertanian merupakan salah satu sektor yang rentan terhadap perubahan
iklim. Hal ini berdampak pada produktivitas tanaman, baik tanaman pangan,
holtikultura maupun perkebunan.
Suhu atmosfer global sejak awal abad 19 telah mengalami perubahan dengan lebih
cepat dari sebelumnya. Hal tersebut akan berdampak pada perubahan suhu dan curah hujan,
sehingga menyebabkan perubahan iklim. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kondisi
iklim pada masa lampau pernah mengalami kondisi yang jauh lebih dingin atau panas
dibandingkan dengan sekarang (Goudie, A. 1994). Perubahan iklim di masa lampau terjadi
dalam waktu yang sangat lama akan tetapi perubahan iklim yang terjadi saat ini oleh
beberapa ahli dianggap menjadi lebih cepat sejak abad ke 19 (Dragoni, W. dan Sukhija,
B.S. 2008). Dampak yang ditimbulkan adalah terganggunya sistem sumberdaya air dan
segala aspek yang terkait dengannya (Polemio, M dan Casarano, D. 2008). Salah satu sektor
ekonomi yang terdampak adalah sektor pertanian. Penelitian yang dilakukan Van Kooten,
G.C.( 1992), akibat perubahan curah hujan dan suhu menyebabkan terganggunya kegiatan
pertanian.
Kenyataannya sektor pertanian hanya menyumbang kurang dari 2% pendapatan rata-
rata nasional negara maju dan bahkan hanya sekitar 2,9% total pemasukan negara-negara
di dunia namun sektor pertanian memegang peranan penting bagi kehidupan manusia
(Ackerman, 2013). Sebagai negara agraris, sampai saat ini sektor pertanian di Indonesia
masih menjadi lapangan kerja utama penduduk (lebih dari 50%). Perubahan iklim
menyebabkan fenomena El-Nino yaitu terjadinya penurunan curah hujan di bawah normal
(kekeringan). Selain itu fenomena La-Nina yang menyebabkan kenaikan curah hujan
ekstrim yang berakibat banjir (Effendy, 2001). Perubahan pola curah hujan akan
mengurangi ketersedian air untuk irigasi. Kemarau dan banjir akan menyebabkan
terjadinya gagal panen. Perubahan Iklim atau IPCC (2007), kenaikan suhu 2 derajat celcius
akan menurunkan produksi pertanian 30%, sedangkan suhu ratarata global naik 2-2,4
derajat Celcius. Berdasarkan kondisi tersebut maka tingkat produksi maupun produkstivitas
di sektor pertanian akan mengalami penurunan. Secara langsung akan berpengaruh
terhadap ketahanan pangan. Salah satu konsep terkait ketahanan pangan adalah
ketersediaan pangan. Jika produksi pertanian berkurang maka ketersediaan pangan bagi
penduduk juga akan berkurang. Pertumbuhan beberapa tanaman tertentu sangat bergantung
pada cuaca yang disebabkan faktor iklim. Cuaca sangat mempengaruhi respons fisiologis
tanaman disamping faktor genetik, teknik budidaya, dan kandungan hara tanah (Cui et al.,
2013). Menurut Cheserek et al. (2015) bahwa salah satu dampak utama perubahan iklim
adalah terjadinya kondisi cuaca yang ekstrim, misalnya kekeringan.
Hasil penelitian Peng et all. (2004), setiap kenaikan suhu minimal 1°C akan
menurunkan hasil tanaman padi sebesar 10%. Matthews et al. (1997) menunjukkan bahwa
kenaikan suhu 1°C akan menurunkan produksi 5-7%. Penurunan tersebut disebabkan
berkurangnya pembentukan sink, lebih pendeknya periode pertumbuhan, dan
meningkatnya respirasi (Matthews dan Wassman 2003). Kenaikan permukaan air laut juga
berdampak serius pada sektor pertanian. Dampak paling nyata adalah penciutan lahan
pertanian di pesisir pantai (Jawa, Bali, Sumatera Utara, Lampung, Nusa Tenggara Barat,
dan Kalimantan), kerusakan infrastruktur pertanian, dan peningkatan salinitas yang
merusak tanaman (Las 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2016) di Maluku menunjukkan bahwa kedelai
merupakan komoditas yang paling sensitif terhadap perubahan iklim karena memiliki
dampak penurunan produksi sebesar 10,7% pada kondisi El Nino dan sebesar 11,4 % pada
kondisi La Nina. Padi sawah yang umumnya diusahakan pada lahan basah, mengalami
pengaruh penurunan produksi 2,9% pada saat El Nino dan sebaliknya terjadi peningkatan
produksi 2,4% pada saat La Nina. Jagung mendapatkan pengaruh penurunan produksi 7,4%
pada saat El Nino dan peningkatan produksi 3,9% pada saat La Nina. Ubi jalar adalah
tanaman yang paling toleran terhadap perubahan iklim karena memperoleh dampak
peningkatan produksi 2,5% pada kondisi El Nino. Terkait dengan pemahaman petani
terhadap perubahan iklim, hasil penelitian Negara (2016) menunjukkan bahwa
pengetahuan petani stroberi tentang perubahan iklim di Desa Pancasari terkategori tinggi
(skor 3,81) ditinjau dari parameter pengertian perubahan iklim, sumber informasi
perubahan iklim, bentuk perubahan iklim yang dirasakan, dan dampak perubahan iklim
terhadap perkebunan stroberi. Terdapat hubungan positif tingkat pengetahuan petani
tentang perubahan iklim terhadap adaptasi budidaya stroberi di Desa Pancasari.
Dampak perubahan iklim terhadap pertanian tidak hanya berupa banjir dan
kekeringan, tetapi berdampak juga terhadap populasi hama yang merupakan bagian
dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Perkembangan hidup hama sangat
dipengaruhi oleh suhu, curah hujan, maupun kelembaban udara. Berdasarkan pelaporan
data OPT jenis penggerek batang pada Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura
provinsi Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak 14,517 hektar dan pada tahun 2018
sebanyak 12,713 hektar, faktor penyebabnya adalah iklim sebagai parameter dan
variabel penting dalam peramalan serangan hama dan penyakit tanaman khususnya
tanaman padi. Kondisi iklim saat ini membuat sejumlah lahan pertanian padi di 4
kecamatan di Kabupaten Bogor (Cibungbulang, Ciawi, Ciampea, dan Cibinong) diserang
hama ngengat atau penggerek batang padi putih, berbagai upaya yang dilakukan oleh Balai
Proteksi Tanaman Pangan & Holtikultura propinsi Jawa Barat, sub-wilayah Kab. Bogor
dalam mencegah serangan dan penyebaran hama telah dilakukan. Namun sampai saat
ini, prediksi hanya dilakukan berdasarkan pengalaman dari tahun ke tahun.
Pada sektor pertanian, dampak langsung dan tidak langsung perubahan iklim dapat
dipilah menjadi dua kategori yaitu :
1. Dampak biofisika antara lain mencakup:
a. Efek fisiologis pada tanaman, hutan, dan ternak (kuantitas dan kualitas),
b. Perubahan lahan, dan sumberdaya lahan dan air (kuantitas dan kualitas),
c. Meningkatnya gangguan gulma dan penyakit,
d. Pergeseran spasial dan temporal (a)-(c),
e. Peningkatan permukaan air laut dan salinitas,
f. Perubahan habitat biota laut, termasuk sumberdaya perikanan laut.
2. Dampak sosial ekonomi antara lain mencakup:
a. Turunnya produktivitas dan produksi,
b. Penurunan marginal GDP sektor pertanian,
c. Fluktuasi harga di pasar internasional,
d. Perubahan distribusi geografis rejim perdagangan,
e. Meningkatnya jumlah penduduk rawan pangan, dan migrasi dan civil unrest.

2.2. Srategi Adaptasi Menghadapi perubahan Iklim


Mengacu pada kinerja pertanian khususnya sub sektor pangan Indonesia saat ini,
Pemerintah perlu mengarusutamakan (mainstreaming) adaptasi terhadap perubahan iklim
dalam kebijakan pembangunan pertanian nasional. Pengintegrasian strategi adaptasi
tersebut dalam kerangka pembangunan pertanian membutuhkan pemahaman yang
komprehensif mengenai perubahan iklim dan implikasinya terhadap pertanian dalam arti
luas. Pada saat yang sama, untuk merumuskan program dan keperluan perencanaan juga
membutuhkan banyak sekali data dan informasi dari hasil-hasil penelitian dan kajian
empiris. Argumen dasarnya adalah: (i) permasalahan, situasi, dan kondisi petani pangan di
Indonesia sangat beragam, (ii) karakteristik kapasitas adaptasi lazimnya bersifat spesifik
lokal, dan (iii) lingkungan strategis yang dihadapi petani beragam dan dinamis.
Dampak perubahan iklim yang begitu besar merupakan tantangan bagi sektor pertanian.
Peran aktif berbagai pihak diperlukan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim
melalui upaya mitigasi dan adaptasi. Upaya antisipasi ditujukan untuk menyiapkan strategi
mitigasi dan adaptasi. Startegi antisipasi dilakukan dengan pengkajian terhadap perubahan
iklim untuk meminimalkan dampak negatifnya terhadap sektor pertanian.
Teknologi adaptasi bertujuan melakukan penyesuaian terhadap dampak dari perubahan
iklim untuk mengurangi risiko kegagalan produksi pertanian. Teknologi adaptasi meliputi
penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman, dan
salinitas, serta pengembangan teknologi pengelolaan air. Upaya tersebut akan bermanfaat
dan lebih efektif bila laju perubahan iklim tidak melebihi kemampuan upaya adaptasi. Oleh
karena itu, perlu diimbangi dengan upaya mitigasi, yaitu mengurangi sumber maupun
peningkatan rosot (penyerap) gas rumah kaca.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perubahan iklim akibat pemanasan global berdampak pada berbagai aspek
kehidupan, termasuk sektor pertanian. Perubahan pola curah hujan, meningkatnya
frekuensi iklim ekstrim, dan kenaikan suhu udara adalah dampak serius yang dihadapi di
Indonesia. Dampak perubahan iklim terhadap pertanian tidak hanya berupa banjir dan
kekeringan, tetapi berdampak juga terhadap populasi hama yang merupakan bagian
dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Perkembangan hidup hama sangat
dipengaruhi oleh suhu, curah hujan, maupun kelembaban udara. Berdasarkan pelaporan
data OPT jenis penggerek batang pada Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura
provinsi Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak 14,517 hektar dan pada tahun 2018
sebanyak 12,713 hektar, faktor penyebabnya adalah iklim sebagai parameter dan
variabel penting dalam peramalan serangan hama dan penyakit tanaman khususnya
tanaman padi.
Perubahan iklim tidak lagi sebagai isu, tetapi telah menjadi kenyataan yang
memerlukan tindakan nyata secara bersama pada tingkat global, regional maupun nasional.
Dalam menyikapi perubahan iklim, Kementerian Pertanian telah menyusun suatu strategi
yang meliputi tiga aspek, yaitu antisipasi, mitigasi, dan adaptasi.

3.2. Saran
Setelah mengetahui dampak akibat perubahan iklim, maka diperlukan kesadaran dari
berbagai pihak untuk meminimalisir faktor-faktor penyebab perubahan iklim. Pengaruh
yang ditimbulkan iklim terhadap produksi tanaman jelas akan merugikan berbagai pihak
terutama petani.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati,N,I., Suryanto. 2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Pertanian


Dan Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan Kekeringa. Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan. 16(1). 43
Sudarma,M,I., As-Syakur,R,A., 2018. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sektor
Pertanian Di Provinsi Bali. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 12(1).
88
Admin. 2012. Pengaruh Iklim Terhadap Pertanian. URL :
https://maluku.litbang.pertanian.go.id/?p=691# . Diakses 30 Maret

Anda mungkin juga menyukai