Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKOLOGI

DAMPAK EL NINO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


HASIL TANAMAN PADI SAWAH DI PERSAWAHAN DI KOTA
SERANG
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Ekologi Pertanian

Disusun Oleh :
Fatimah Solekhatul Imamah (4442230039)
Dela Rahmalia M. (4442230043)
Davina Aulia Nugraha (4442230051)
Qurrotu Aeni Fadillah (4442230058)
Anggia Salsabila Fauziah (4442230068)
Muhammad Fadhil Ginastiar (4442230069)

Kelompok : 6
Kelas : 1-B

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia serta
nikmat atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Dampak El Nino terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi
Sawah di Persawahan di Kota Serang” dengan tepat waktu.
Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Ir.
Kartina AM, M.P. selaku dosen pengampu mata kuliah ekologi pertanian, Ibu Erni,
S.P selaku POPT Serang dan Bapak Uloh selaku ketua kelompok tani yang telah
membantu penyusun dalam pelaksanaan kunjungan ke Desa Sukawarna.
Makalah yang berjudul “Dampak El Nino terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Padi Sawah di Persawahan di Kota Serang” disusun oleh kami kelompok
6 (enam) untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Pertanian. Lewat proses
panjang kami pun yang beranggotakan enam orang mampu menyelesaikan tugas
ini. Penyusun juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun
agar makalah ini dapat lebih disempurnakan.

Serang, Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 2
2.1 Pengertian El Nino ................................................................................... 2
2.2 Dampak El Nino Terhadap Pertanian.................................................... 2
2.3 Peran Pemerintah Terhadap Peristiwa El Nino .................................... 3
BAB III ................................................................................................................... 6
METODE PENELITIAN ..................................................................................... 6
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................... 6
3.2 Metode Penelitian..................................................................................... 6
BAB IV ................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .................................................................................................... 7
4.1 Faktor Penyebab yang Mempengaruhi Penurunan Hasil Panen ........ 7
4.2 Dampak El Nino terhadap Tanaman Padi............................................. 7
4.3 Upaya Para Petani dan Pemerintah dalam Mengatasinya .................. 8
BAB V ................................................................................................................... 10
PENUTUP ............................................................................................................ 10
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10
5.2 Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata iklim berasal dari bahasa Yunani yaitu klima. Iklim adalah cuaca rata-rata
dalam jangka panjang. Sementara pengertian iklim menurut ahli adalah keadaan
yang mencirikan atmosfer pada suatu daerah dalam jangka waktu yang cukup
panjang. Berbeda dengan iklim, cuaca memiliki pengertian yang berbeda. Menurut
ahli, cuaca adalah keadaan fisis atmosfer pada suatu tempat dan waktu tertentu. Dari
seluruh pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pada suatu area, iklim bersifat
tetap dan dapat bertahan hingga puluhan tahun, sedangkan cuaca bersifat berubah-
ubah setiap hari bahkan setiap jam (Latifah, 2015).
Kekeringan adalah berkurangnya curah hujan yang cukup besar dan
berlangsung lama yang dapat mempengaruhi kehidupan tanaman dan hewan pada
suatu daerah dan akan menyebabkan berkurangnya cadangan air untuk keperluan
hidup sehari-hari maupun kehidupan tanaman (Cahyadi, 2017).
Kekeringan tersebut karena adanya pemanasan suhu muka laut di atas kondisi
normalnya (El Nino). El Nino merupakan salah satu gejala alam yang dapat
mempengaruhi iklim secara global. El Nino biasa diartikan sebagai fenomena alam
dengan meningkatnya suhu muka laut atau SST (Sea Surface Temperature) disekitar
pasifik tengah dan timur sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya. Pada tahun-tahun
normal, suhu udara di muka laut utara dan timur laut Asutralia bernilai ≥28°C
sedangkan suhu muka laut di samudera pasifik sekitar Amerika Selatan bernilai
±20°C (Tonghukut 2011).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pengamatan kali ini adalah untuk mengetahui dampak El
Nino bagi tanaman padi dengan mewawancarai kelompok tani yang berada di desa
Sukawarna kecamatan Serang.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian El Nino


El Nino diartikan sebagai fenomena adanya perbedaan positif antara suhu muka
laut yang teramati dibandingkan keadaan normalnya di wilayah Samudera Pasifik
ekuatorial. El Nino merupakan fenomena lautan-atmosfer skala global (Philander,
1990 dalam Septicorini, E. P. 2009). Kondisi demikian terjadi secara berulang
dalam setiap periode 3-8 tahun dan biasanya berkaitan dengan indeks osilasi selatan
yang bernilai negatif.
Pada saat El Nino, nilai suhu permukaan laut (SST) 27ᵒC -28ᵒC dengan rata-rata
27,71ᵒC sedangkan untuk intensitas curah hujannya yaitu 1,0mm/hr-2,0mm/hr
dengan rata-rata 1,63mm/hr. Kondisi cuaca ekstrim seperti fenomena El-Nino,
berdasarkan nilai ONI (Oceanic Nino Index) pada daerah Nino 3.4 di Samudera
Pasifik, akibat pemanasan global yang terus terjadi sampai saat ini telah berdampak
hingga skala lokal seperti ketersediaan air di suatu wilayah, termasuk pada lahan
pertanian.
Salah satu dampak langsung fenomena El Nino terhadap sistem pertanian adalah
berkurangnya ketersediaan air pada lahan pertanian. Menurut Nabilah et al. (2017),
pergeseran musim yang terjadi di wilayah Indonesia karena fenomena El Nino
berpengaruh besar terhadap produksi pangan dan komoditas pertanian yang lain.

2.2 Dampak El Nino Terhadap Pertanian


Informasi iklim/cuaca suatu wilayah sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi
potensi dan daya dukung wilayah untuk penetapan strategi dan arah kebijakan
pembangunan berbagai sektor. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa akhir-
akhir ini semakin sering terjadi iklim ekstrim baik dari sisi intensitas maupun
frekuensinya. Sementara itu, terdapat kemungkinan terjadinya perubahan pola
iklim dunia akibat pemanasan global yang cenderung terus berlangsung
(Kaimuddin, 2000; Boer et al., 2003, Laimeheriwa, 2014). Menurut IPCC (2001),
sekian dari beberapa dampak negatif yang ditimbulkan akibat kejadian iklim
ekstrim dan perubahan iklim tersebut yakni menurunnya produksi potensial

2
pertanian akibat kenaikan suhu, berkurangnya ketersediaan air wilayah akibat
kekeringan, meluasnya wilayah beresiko banjir dan longsor, serta kenaikan muka
air laut.
Secara umum, fenomena El Nino (kekeringan) di wilayah Indonesia telah
berdampak terhadap penurunan produksi pertanian khususnya tanaman pangan
akibat berkurangnya ketersediaan air tanah. Utami et al. (2011) menyatakan bahwa
anomali iklim El Nino dapat menurunkan produksi tanaman pangan tetapi tidak
berpengaruh secara ekonomi terhadap penawaran padi dan jagung di Pulau Jawa.
Hasil penelitian Osok et al. (2017) dan Nangimah et al. (2018) pada wilayah
dengan pola hujan moonson di Maluku menunjukkan bahwa fenomena El Nino
berdampak pada penurunan kadar air tanah (defisit air) tahunan dari kondisi
normalnya sebesar 172% di Daerah Waeapo Pulau Buru hingga 244% di Pulau
Wamar, Kabupaten Kepulauan Aru. Di samping itu, realitas di lapangan
menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun belakangan ini kekeringan akibat
fenomena El Nino telah berdampak pada pendeknya musim tanam, gagal tanam,
gagal panen, serta kekeringan yang berkepanjangan hingga kebakaran lahan pada
sebagian besar lokasi di Maluku dan wilayah Indonesia pada umumnya.

2.3 Peran Pemerintah Terhadap Peristiwa El Nino


El Nino adalah fenomena perubahan iklim secara global yang diakibatkan
oleh memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi
pada 2-7 tahun dan bertahan hingga 12-15 bulan. Ciri-ciri terjadi El Nino adalah
meningkatnya suhu muka laut di kawasan Pasifik secara berkala dan meningkatnya
perbedaan tekanan udara antara Darwin dan Tahiti (Taufiq & Marnita, 2013).
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2007), perubahan iklim merupakan
perubahan pada kondisi fisik atmosfer bumi, yaitu suhu dan distribusi curah hujan.
Perubahan tersebut membawa pengaruh luas terhadap berbagai sektor kehidupan
manusia. Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat
multidimensional, mulai dari sumber daya, infrastruktur pertanian, sistem produksi
pertanian, aspek ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan petani dan
masyarakat pada umumnya (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011).
Pengaruh tersebut dibedakan atas dua indikator, yaitu kerentanan dan dampak.

3
Secara harfiah, kerentanan (vulnerable) terhadap perubahan iklim adalah kondisi
yang mengurangi kemampuan (manusia, tanaman, dan ternak) beradaptasi dan/atau
menjalankan fungsi fisiologis atau biologis, perkembangan atau fenologi,
pertumbuhan dan produksi serta reproduksi secara optimal (wajar) akibat cekaman
perubahan iklim. Dampak perubahan iklim adalah gangguan atau kondisi kerugian
dan keuntungan, baik secara fisik maupun sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh
cekaman perubahan iklim (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011).
Perubahan iklim memiliki dampak bagi kehidupan manusia, khususnya dalam
sector pertaanian, karena hasil produksi pertanian sangat bergantung pada keadaan
iklim (Suprihati, 2015). Penurunan hasil produksi tersebut akan berpengaruh pada
tingkat kerentanan petani dimana harga jual menjadi rendah sehingga pendapatan
petani berkurang, bahkan apabila terjadi iklim ekstrim petani dapat mengalami
gagal panen dan menderita kerugian (Bakti, 2013).

Dengan adanya perubahan iklim ini diperlukan upaya pengelolaan yang


benar. Pengelolaan perubahan iklim ini membutuhkan tata kepemerintahan yang
baik (good governance) dari pemerintah. Yang dimana good gavernance
dipengaruhi oleh faktor organisasi, kebijakan dan stakeholder tekait. Tata kelola
kepemerintahan yang baik dapat mendukung manajemen perubahan iklim. Untuk
meningkatkan tata kepemerintahaan yang baik (kapasitas kota) dalam
melaksanakan manajemen perubahan klim, dianalisis melalaui faktorfaktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi. Aspek yang penting dalam pengelolaan
lingkungan adalah dengan melibatkan seluruh masyarakat dalam seluruh aspek
kegiatan pengelolaan lingkungan tersebut. Masyarakat menjadi aktor utama yang
terlibat secara langsung dalam pengelolaan lingkungan tersebut. Penyusunan
Rencana Aksi Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK)
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.61 tahun 2011 dilakukan dengan pendekatan
partisipatif pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pihak terkait untuk menyusun
Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) dalam
upaya pencapaian target penurunan emisi GRK di seluruh wilayah Indonesia
(Bapennas, 2011 dalam Rahayu, 2016) Dikutip dari Kementerian Lingkungan
Hidup (2012) UU Nomor 19 pasal 1 yaitu program kampung iklim yang selanjutnya
disebut Proklim adalah program berlingkup nasional yang dikelola oleh

4
Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong masyarakat untuk
melakukan peningkatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan
penurunan emisi gas rumah kaca serta memberikan penghargaan terhadap upaya-
upaya adaptasi dan mitigasi program kampung iklim (ProKlim) sebagai upaya
tindak lanjut RAN-GRK dan RAD-GRK merupakan program berbasis masyarakat
dengan lingkup nasional yang dikembangkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) perubahan iklim yang telah dilaksanakan di tingkat lokal
sesuai dengan kondisi wilayah.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Kunjungan pengamatan dampak El-Nino pada tanaman padi ini dilakukan pada
hari Senin 9 Okober 2023 dan bertempat di Desa Sukawana, Kecamatan Serang,
Kota Serang, Provinsi Banten.

3.2 Metode Penelitian


Metode yang digunakan adalah melakukan kunjungan langsung dan
mewawancari narasmber dengan bantuan petugas POPT daerah serang.

6
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Faktor Penyebab yang Mempengaruhi Penurunan Hasil Panen


Faktor tersebut adalah faktor yang disebabkan oleh permasalahan lingkungan
yang terjadi atau faktor abiotik. El-Nino ini mengakibatkan terjadinya kekeringan
yang juga berdampak pada pasokan air dari irigasi sawah di desa sukawana.
“Tercatat pasokan air dari irigasi sawah yang normalnya memiliki debit air 50
liter/detik, pada bulan lalu lebih tepatnya bulan september berkurang menjadi 35
liter/detik (uloh, komunikasi pribadi, 9 Oktober 2023)”. Tentunya pasokan air
tersebut tidak cukup bagi tanaman padi pada lahan seluas kurang lebih 30 hektar.
Para petani juga tidak hanya mengandalkan irigasi saja, dimana terdapat sumur
yang juga menjadi pemasok air bagi tanaman padi di wilayah tersebut. Hal ini
tentunya menjadi solusi yang baik bagi para petani tetapi pada kenyataannya sumur
tersebut tidak digunakan lagi oleh para petani karena dalam pemakaiannya sumur
tersebut memakan banyak biaya terutama pada pembiayaan listrik yang mencapai
Rp. 60 juta per bulan.
Kurangnya kadar air pada tanah menyebabkan tanah mengalami kekeringan
parah dimana tanah tidak bisa di olah kembali atau butuh waktu lama untuk
mengembalikan kesuburan tanah bagi penanaman padi kembali. Ketersediaan air
yang cukup merupakan syarat utama dalam mendukung pertumbuhan dan
perkembangan dari padi sawah secara optimal (Lantika, 2016).

4.2 Dampak El Nino terhadap Tanaman Padi


Dampak El-Nino tahun ini di Desa Sukawana pada tanaman padi cukup parah.
Dimana sekitar kurang lebih 8 hektar dari kurang lebih 30 hektar lahan sawah
terkena dampak kekeringan. Tanaman padi yang terkena dampak kekeringan
tersebut tidak dapat dipanen atau mengalami gagal panen, dimana tanaman padi
tersebut mati sebelum mencapai umur dewasa. Hal ini ditandai dengan bulir padi
belum ada atau hanya terdapat kulitnya saja.
Rata-rata masa tanam padi sampai masa panen membutuhkan 110 hari saja,
tetapi di desa sukawana saat kami melakukan pengamatan langsung umur tanaman

7
padi sudah mencapai 5 bulan yang berarti sudah di tanam sejak bulan juni 2023
lalu. Hal ini disebabkan para petani tidak memanen semua tanaman padi yang tidak
bisa tertolong akibat kekeringan. Para petani belum kembali memulai masa tanam
kedua yang seharusnya dilakukan pada bulan oktober 2023 ini. Mereka tidak bisa
mulai masa tanam karena tanah yang terdampak kekeringan belum bisa di olah
kembali dan kemungkinan turun hujan belum bisa dipastikan.
Dimana kerugiannya bisa membuat pasokan beras berkurang. Padahal
kebutuhan dan permintaan beras akan meningkat seiring dengan pertumbuhan
jumlah penduduk. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan produksi padi. Provinsi Banten sebagai salah satu produsen padi di
Indonesia harus mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
peningkatan produksi padi. Fluktuasi produksi padi yang tidak stabil merupakan
salah satu masalah dalam menjaga kestabilan stok pangan. Masalah yang tidak
dapat dihindarkan dalam produksi padi yaitu terdapat pengaruh iklim seperti
fenomena salah satunya iala El Nino. Kejadian El Nino merupakan fenomena iklim
diikuti dengan penurunan curah hujan dan peningkatan suhu udara. El Nino yang
digambarkan dengan kekeringan mempunyai pengaruh yang signifikan pada
tingkat kepercayaan 5% (Hidayati et al, 2015).

4.3 Upaya Para Petani dan Pemerintah dalam Mengatasinya


Para petani di Desa sukawana sejak 2021 dalam upayanya meningkatkan hasil
panen adalah dengan tanam serempak, yaitu untuk menghindari serangan hama dan
penyakit wereng. Para petani juga sudah mulai menggurangi penggunaan pupuk
kimia dan memperbanyak penggunaan pupuk organik yang mereka buat sendiri
sehingga para petani juga bisa lebih hemat. Selain upaya dari para petani
pemerintah juga memberi bantuah berupa sumur pada tahun 2019 dengan
kedalaman 40 meter untuk mengatasi kekeringan yang terjadi.
Dampak anomali iklim terhadap produksi padi di Banten dapat menyebabkan
kekeringan yang menurunkan produksi padi. Oleh karena itu, upaya adaptasi dan
mitigasi harus dilakukan. Meskipun berdasarkan pemodelan, dampak iklim ekstrim
yang menurunkan hasil panen padi baru terjadi pada tahun 2002. Namun demikian,
perlu dilakukan prediksi, adaptasi dan mitigasi kejadian iklim ekstrim.

8
Dalam jangka pendek, risiko akibat iklim ekstrem dapat diatasi dengan
meningkatkan manajemen risiko dan institusi untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca, seperti penggunaan VUB rendah emisi, meningkatkan kemungkinan
penggunaan informasi iklim untuk menyesuaikan model tanaman yang baik
(Andersson - Sköld et al. ., 2015). Untuk mengurangi dampak negatif El Niño
terhadap produksi pangan, langkah-langkah mitigasi harus dilakukan, seperti sistem
manajemen risiko yang inovatif (Baudoin et al., 2017), sistem deteksi peringatan
dini untuk memitigasi risiko iklim (Ewbank et al., 2019; Li et al., 2020; Macherera
dan Chimbari, 2016), dan menyesuaikan irigasi dan waktu tanam (Ismail dan Chan,
2019). Pemerintah harus mendorong petani untuk meningkatkan pengetahuan
mereka tentang dampak iklim ekstrem dan langkah-langkah mitigasinya, serta
mendorong partisipasi dalam Program Asuransi Beras (AUTP) untuk melindungi
budidaya padi dari kerusakan akibat dampak iklim ekstrem.

9
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan
hasil panen padi di desa sukawana diantaranya adalah pasokan air dari irigasi ke
lahan sawah kurang dan menyebabkan tanah mengalami kekeringan sehingga tanah
sulit untuk di olah kembali untuk musim tanam, selain pasokan air biaya listrik
untuk sumur sebagai pengairan sawah terlalu mahal yaitu Rp. 60 juta per bulan.
Dampaknya petani mengalami kerugian yang tadinya panen 2 kali setahun menjadi
1 kali saja, petani juga merugi karena musim panen kali ini 8 hektar lahan sawah
tidak bisa di panen. Untuk itu para petani dan pemerintah melakukan beberapa
upaya diantarannya dengan cara tanam serempak, penggunaan pestisida organik
dan membangun sumur pada 2019 untuk mengatasi kekeringan.

5.2 Saran
Untuk saran agar menanyai atau mewawancarai narasumbr lebih dalam sesuai
dengan apa yang ingin diketahui. Selain itu sebaiknya sebelum melakukan
kunjungan alangkah baiknya mencari tahu apa topik yang ingin diketahui agar lebih
mempermudah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Andersson-Sköld, Y., Thorsson, S., Rayner, D., Lindberg, F., Janhäll, S., Jonsson,
A., Moback, U., Bergman, R., Granberg, M., 2015. An integrated
method for assessing climate-related risks and adaptation
alternatives in urban areas. Climate Risk Management 7, 31–50.
https://doi.org/10.1016/j.crm.2015.01.003
Bakti, Cipta Hari., Sobirin, Indra Tito Latief. 2013. Kerentanan Wilayah terhadap
Penyimpangan Curah Hujan pada musim kemarau dikabupaten
Temanggung. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan alam:
Universitas indonesia
Bappenas, 2016. Pedoman Kaji Ulang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAD GRK). Jakarta : Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Baudoin, M.-A., Vogel, C., Nortje, K., Naik, M., 2017. Living with drought in
South Africa: lessons learnt from the recent El Niño drought period.
International Journal of Disaster Risk Reduction 23, 128–137.
https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2017.05.005
Cahyadi, A., Dipayana, G. A., & Nurjani, E. (2017). ANALISIS TREND
KEJADIAN KEKERINGAN DI SEBAGIAN WILAYAH
PROPINSI DI YOGYAKARTA DAN DAMPAK El-Nino
TERHADAPNYA.
Ewbank, R., Perez, C., Cornish, H., Worku, M., Woldetsadik, S., 2019. Building
resilience to El Niño-related drought: experiences in early warning
and early action from Nicaragua and Ethiopia. Disasters 43, S345–
S367. https://doi.org/10.1111/disa.12340
Hidayati, I.N., Suryanto, 2015. Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produksi
Pertanian dan Strategi Adaptasi pada Lahan Rawan Kekeringan.
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan 16, 42–52.
Irawan, Bambang. 2006. “Fenomena Anomali Iklim El Nino dan La Nina:
Kecenderungan Jangka Panjang dan Pengaruhnya Terhadap Produksi
Pangan.” Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 24.1, hal. 28-45

11
Kementerian Pertanian. (2011). Pedoman Umum Adaptasi Perubahan Iklim Sektor
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian

Laimeheriwa, et al. Analisis Fenomena El Nino dan Dampaknya Terhadap Neraca


Air Lahan di Pulau Ambon. 2019. Jurnal Budidaya Pertanian. Vol.
15(2): 111-118
Lantika, J. D. (2016). Pengaruh Kandungan Air Tanah Tersedia Pada Tanaman
Padi Varietas PP-3 dan Pandan Wangi Selama Fase Pertumbuhan
Awal Terhadap Data Tumbuh Benih Padi (Oryza sativa L).
Latifah, N.L. 2015. Fisika Bangunan 1. Jakarta : Penebar Swadaya
Macherera, M., Chimbari, M.J., 2016. A review of studies on community based
early warning systems. Jàmbá: journal of disaster risk studies 8.
Nabilah, et al. 2017. ANALISIS PENGARUH FENOMENA EL NINO DAN LA
NINA TERHADAP CURAH HUJAN TAHUN 1998-2016
MENGGUNAKAN INDIKATOR ONI (OCEANIC NINO INDEX)
(Studi Kasus: Provinsi Jawa Barat). Jurnal Geodesi Undip. Vol.
6(4): 2337-845X
Sarachik, E.S. dan Cane, M.A., 2010, The El Niño Southern Oscillation.
Phenomenon, Cambridge University Press, Cambridge
Suprihati, S., Yuliawati, Y., Soetjipto, H., & Wahyono, T. (2015). Persepsi Petani
Dan Adaptasi Budidaya Tembakau-Sayuran Atas Fenomena
Perubahan Iklim Di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten
Boyolali (Farmers Perception and Adaptation Of Tobacco-vegetables
Cultivation Toward Climate Change Phenomena at Tlogolele VI.
Jurnal Manusia dan Lingkungan, 22 (3),326-332.
Taufiq & Marnita. 2013. IPBA (Imu Pengetahuan Bumi danAntariksa). Universitas
Almuslim
Tongkukut, S. H. J. (2011). El-Nino dan pengaruhnya terhadap curah hujan di
Manado Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Sains, 11(1), 102-108.

12
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3.


Sawah Tidak Sawah Terselamatkan Dokumentasi Anggota
Terselamatkan Dari El Dari El Nino Bersama Ketua
Nino Kelompok Tani

13

Anda mungkin juga menyukai