Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

PROBLEMATIKA AGROEKOSISTEM

Review Jurnal
Perubahan Iklim Terhadap Agroekosistem

Oleh :
Sufiyanti Puji Lestari (20180210133)

Rofiq Agiel Prastya (20180210137)

Alfiah Almaas Syifa Herdya (20180210151)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
Review Jurnal Mengenai Pengaruh Climate Change Terhadap Agroekosistem

Berawal dari rentannya pertanian di Indonesia karena adanya perubahan iklim di Indonesia
yang membuat sektor pertanian tak dapat memberikan hasil produksi atau kualitas hasil pertanian
yang maksimal. Beberapa kategori perubahan iklim dapat menurunkan hasil produksi pertanian
seperti suhu ekstrim, hujan hingga panas, kekeringan, dan badai. Iklim sendiri sangat erat
hubungannya dengan perubahan cuaca dan pemanasan global, dimana keduanya sangat
berpengaruh terhadap menurunnya produksi pertanian antara 5-20%. Perubahan iklim
mempengaruhi sistem pertanian atau agroekosistem tergantung dari berbagai faktor, antara lain
jenis tanaman yang diusahakan, skala operasi, orientasi pertanian terhadap tujuan komersial atau
subsistensi, kualitas basis sumber daya alam, dan variabel manusia atau manajer pertanian.

Keragaman pola iklim, sistem pertanian, kondisi sosial, ekonomi, politik dan lingkungan
maka bahaya, kerentanan, dan risiko perubahan iklim akan berbeda dari satu tempat ke tempat
lainnya. Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change pada tahun 2001 dalam jurnal
Hidayati dan Suryanto (2015) menyimpulkan bahwa temperature udara global telah meningkat 0,6
derajat Celcius sejak 1861. Berdasarkan diskusi Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) pula menyimpulkan bahwa perubahan iklim bukan merupakan proses alami tapi juga
merupakan intervensi dari aktivitas manusia dimuka bumi (IPPC, 2007). Hal itu disebabkan
adanya pemanasan dari aktivitas manusia yang menambah gas-gas kaca ke atmosfer.

Pemanasan global dan perubahan iklim terjadi akibat aktivitas manusia misalnya
pemanfaatan bahan bakar fosil, kegiatan pertanian dan peternakan atau dikarenakan konversi lahan
yang tidak terkendali. Adanya peningkatan emisi dan konsentrasi gas rumah kaca (grk)
mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim,
yaitu perubahan pada unsur unsur iklim seperti naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya
penguapan di udara, berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya akan
mengubah pola iklim dunia. Pemanasan global inilah yang dapat mempengaruhi pola prespitasi,
evaporasi, water run off, kelembaban tanah, dan variasi iklim yang sangat fluktuatif secara
keseluruhan dapat mengancam keberhasil produksi pangan.

Peningkatan emisi dan konsentrasi gas rumah kaca pun dapat mengakibatkan terjadinya
penaikan permukaan air laut akibat proses pemuaian dan pencairan es di wilayah kutub yang
mampu mendorong terjadinya perubahan iklim diantaranya EL Nino dan La Nina yang merupakan
dua peristiwa alam ekstrim. Fenomena EL Nino dan La Nina sangat berpengaruh bagi kondisi
cuaca/iklim di wilayah Indonesia dengan kondisi geografis terletak di wilayah kepulauan yang
dipengaruhi oleh sirkulasi antara Benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Atlantik
(Munaf, 2008). Fenomena EL Nino adalah fenomena naiknya suhu di Samudera Pasifik hingga
mencapai 31 oC sehingga akan membawa kekeringan yang luar biasa di Indonesia. Dan
menimbulkan dampak negative antara lain terjadinya kenaikan frekuensi dan luas kebakaran
hutan, kegagalan panen dan penurunan ketersediaan air. Fenomena La Nina adalah merupakan
kebalikan dari EL Nino, yaitu gejala menurunnya suhu permukaan Samudera Pasifik yang
membawa angin serta awan hujan ke Australia dan Asia Bagian Selatan, termasuk Indonesia yang
menyebabkan curah hujan tinggi disertai dengan angin topan dan berdampak pada terjadinya
bencana banjir dan longsor besar (Munaf, 2008).
Penurunan intensitas hujan juga merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim yang
ada di bumi. Intensitas hujan inilah yang menjadikan alasan terbesar dari penurunan hasil panen
pada lahan kering. Penurunan hasil ini lah yang menyebabkan penurunan pendapatan para petani,
sekiranya hal itu masih merupakan dampak jangka pendek dari penurunan intensitas hujan,
sedangkan dampak jangka panjangnya adalah berakhirnya profesi petani lahan kering (off farm
employment). Boer dan Meinke (2002) mengemukakan bahwa di daerah monsoon seperti Jawa,
Indonesia Timur dan Sumatera bagian Selatan, pada musim-musim tertentu berpengaruh kuat
terhadap Intensitas hujan, perubahan penutupan awan yang mempengaruhi radiasi, suhu,
penguapan dan kelembaban udara yang semuanya akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Pergeseran musim hujanpun dapat menyebabkan bergesernya musim tanam dan panen komoditi
pangan (padi, palawija dan sayuran). Sedangkan Variabilitas iklim menyebabkan fluktuasi curah
hujan yang tidak dapat diprediksi dan cenderung tidak menentu, sehingga sering menimbulkan
kejadian kekeringan maupun banjir. Dampak buruk variabilitas iklim akan mempengaruhi
kehidupan petani dan menyebabkan kerusakan pada lahan pertanian yang berakibat pada gagal
panen dan penurunan produksi pertanian.

Kasus-Kasus Yang Terjadi

1. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Padi Di Desa Jatirunggo

Beberapa indikator adanya perubahan iklim menurut warga Desa Jatirunggo adalah
adanya pergeseran musim hujan dan kemarau, peningkatan suhu udara, angin bertambah
kencang, dan terjadinya kemarau panjang. Sebagian petani di Desa Jatirunggo menyatakan
bahwa perubahan iklim berdampak buruk bagi ketersediaan air dan cenderung menurunkan
hasil kualitas hasil panen, sedangkan sebagiannya lagi menyatakan bahwa perubahan iklim
menyebabkan kegagalan panen ditandai dengan menurunnya hasil produksi/panen.
Sementara pada studi kasus Nurhayanti dan Nugroho (2016), tertera bahwa dampak yang
terlihat dari perubahan iklim sendiri yaitu terjadinya lahan puso akibat banjir dan
kekeringan, dimana dampak tersebut sangat berpengaruh pada lahan padi yang
menyebabkan lahan padi tersebut semakin berkurang dan selanjutkan dapat mengurangi
hasil produksi padi.

Luas lahan tanaman padi yang terkena banjir dan kekeringan berturut-turut mencapai
333.000 ha dan 319.500 ( Kementrian Pertanian, 2012 dalam Nurhayanti dan Nugroho,
2016). Menurut Nurhayanti dan Nugroho (2016) menjelaskan bahwa tiap sentra padi akan
menghasilkan produktivitas yang berbeda tergantung dari variable iklim di setiap daerah.
Misalnya Jawa Barat yang menghasilkan produktivitas padi lebih tinggi daripada daerah
yang lain meskipun iklim di daerah Jawa Barat tidak menentu, suhu udara yang lebih
rendah baik untuk ukuran suhu rata-rata, suhu maksimum, dan suhu minimum. Sementara
peningkatan curah hujan relative berfluktuatif. Hasil yang didapatkan dari simulasi yang
dilakukan dengan mengetahui suhu maksimum dan suhu minimum yang baik untuk
produktivitas padi di setiap sentra padi yaitu kenaikan suhu maksimum dan curah hujan
yang terus menerus akan menambah penurunan produktivitas padi yang semakin besar.

2. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Padi Di Desa Kalianyar Dan Desa
Krangkeng
Berdasarkan penelitian Purboningtyas dkk (2018) menyatakan Jumlah penurunan
produksi padi yang ditanggung oleh rumah tangga petani di desa Kalianyar dan desa
Krangkeng bervariasi. Pada tahun 2016 sebagian besar petani dapat menanam padi
sebanyak dua kali, hal ini dikarenakan pada tahun tersebut mengalami hujan sepanjang
tahun. Berbeda dengan tahun 2017, di kedua desa mengalami kekeringan sehingga pasokan
air irigasi maupun air hujan tidak dapat memenuhi kebutuhan pertanian. Hanya sebagian
dari petani di Desa Krangkeng dapat menanam padi dua kali dalam setahun, terutama untuk
areal persawahan yang mendapat pasokan air irigasi dan dekat dengan embung. Penurunan
produksi padi dan kehilangan penghasilan merupakan salah satu indikator yang dapat
menggambarkan kerentanan rumah tangga petani akibat variabilitas iklim.

3. Pengaruh Perubahan Curah Hujan Terhadap Tanaman Kacang Hijau Di Kabupaten Pati
Menurut Suberjo (2009), perubahan cuaca dan pemanasan global dapat
menurunkan produksi pertanian antara 5-20 persen. Berdasarkan penelitian Shodiq (2010)
menyatakan bahwa perubahan volume curah hujan mempengaruhi peningkatan
produktivitas kacang hijau. Jika volume curah hujan mengalami peningkatan maka akan
berdampak terhadap peningkatan produktivitas demikian juga sebaliknya. Prosentase laju
peningkatan atau penurunan produktivitas kacang hijau dalam penelitian yang dilakukan
berbeda, bergantung pada besar kecilnya laju peningkatan atau penurunan volume curah
hujan. Jika volume curah hujan kurang dari 100 mm/bulan mengakibatkan penurunan
produktivitas antara 0,42% sampai dengan 20,29%. Hal tersebut membuktikan bahwa
perubahan iklim berupa curah hujan yang tak menentu dapat mempengaruhi produktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian(Balitbangtan). 2011. Pedoman Umum Adaptasi


Perubahan Iklim Sektor Pertanian. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.

Boer, R and Meinke, H. 2002. Plant Growth and the SOI in Will It Rain? The effect of the
Southern Oscillatioon and El Nino in Indonesia. Australia : Department of Primary
Industries Queensland, Brisbane Australia.

Hidayati, Nurul Ida., Suryanto. 2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Pertanian Dan
Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan Kekeringan. Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan. Vol 16 (1). Hal 42-52.
IPCC, 2007. Climate Change 2007-Impacts, Adaptation and Vulnerability. Contribution of
Working Group II to the Fourth Assessment Report of the IPCC. New York : Cambridge
University Press.

Kementrian Pertanian. 2 0 1 2 . Pengembangan Asuransi Usaha Tani Padi untuk Antisipasi


Perubahan Iklim. Warta Penelitian dan Pengembangan 34(2) : 16-18.

Munif, Abdul. 2008. HUBUNGAN PERUBAHAN IKLIM DAN PERKEMBANGAN HAMA


DAN PENYAKIT. seminar dan Musyawarah Nasional XII, Himpunan Mahasiswa
Perlindungan Tanaman Indonesia(HMPTI) .

Nurhayanti, Yanti.,Nugroho, Moko. 2016. Sensivitas Produksi Padi Terhadap Perubahan Iklim Di
Indonesia Tahun 1974-2015. Jurnal Agro Ekonomi. Vol 27 (2).

Purboningtyas, T. P., Dharmawan, A. H., & Putri, E. I. 2018. DAMPAK VARIABILITAS IKLIM
TERHADAP STRUKTUR NAFKAH. Jurnal Sosiologi Pedesaan , Vol 6 No 3: hal 189-
197.

Ruminta. 2016. Analisis Penurunan Produksi Tanaman Padi Akibat Perubahan Iklim Di
Kabupaten Bandung Jawa Barat. Jurnal Kurtival. Vol 15(1).

Shodiq Eko Ariyanto. 2010. Kajian Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas Kacang
Hijau (Phaseolus radiatus L.) Di Lahan Kering. Kudus: Universitas Muria Kudus.

Suberjo, 2009. Adaptasi Pertanian dalam Pemanasan Global. Yogyakarta : Dosen Fakultas
Pertanian UGM Yogyakarta dan Mahasiswa Doktoral The University of Tokyo.

Utami, Jamhari, dan Suhatmini Hardyastuti. (2011). El Nino, La Nina dan Penawaran Pangan di
Jawa, Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 12: 2, hlm. 257-271.
Yasin I, Ma’shum M. 2006. Dampak Variabilitas Iklim Musiman Pada Produksi Padi Sawah
Tadah Hujan Di Pulau Lombok. J. Agromet Indonesia 20 (2) : 38 – 47.

Anda mungkin juga menyukai