DI
S
U
S
U
N
OLEH:
PUTRI APRILIA
2205202010009
a. Latar Belakang
Perubahan iklim tidak dapat dihindari dan mempengaruhi setiap aspek kehidupan.
Perubahan dan anomali iklim mempengaruhi kapasitas dan dinamika produksi pertanian.
Perubahan iklim memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap ketahanan pangan,
yaitu perubahan musim hujan atau musim kemarau sangat mempengaruhi pola tanam dan
waktu tanam tahunan (biasanya tanaman pangan). Gejala pemanasan global yang terjadi
saat ini lebih disebabkan oleh ulah manusia (antropogenik). Ciri-ciri dari perubahan iklim
tidak hanya suhu yang meningkat, tetapi juga curah hujan yang menurun dan tidak
menentu. Suhu global meningkat menjadi 0,7 °C sejak Revolusi Industri tahun 1750, dan
para ahli di bidang iklim memprediksi menunjukkan bahwa kenaikan suhu 1 °C menjadi
1,5 °C tidak dapat dihindari.
Skenario iklim adalah metode penentuan proyeksi iklim masa depan dengan
memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi iklim. Dalam satu dekade dari
sekarang diperkirakan kawasan-kawasan tropis di dunia akan menghadapi dampak
perubahan iklim yang parah dan jauh lebih awal dibandingkan kawasan Arktik dan
lainnya. Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal
ilmiah Nature, yang terbit tanggal 9 Oktober 2013.
Selama ini, banyak studi yang dirilis hanya menyoroti penderitaan vegetasi dan
satwa sebagai akibat dari perubahan iklim ini. Untuk pertama kalinya, para peneliti
menaruh dampaknya terhadap manusia, apa yang akan terjadi jika kota-kota di dunia
mengalami iklim yang sangat ekstrem. Jika kondisi emisi karbon seperti saat ini, maka
diperkirakan Asia Tenggara akan menjadi wilayah yang pertamakali mengalami cuaca
ekstrem ini. Kota yang akan mengalami kondisi perubahan iklim paling awal di dunia
adalah Manokwari di Papua, dimana para ahli memperkirakan kota ini akan mencapai titik
terpanasnya di tahun 2020. Kota kedua yang akan mengalami perubahan cuaca paling
panas tercepat adalah Jakarta, yang diperkirakan akan mencapai suhu paling panas di tahun
2029 (Livescience, 2013). Selebihnya, rata-rata berbagai kota di Asia akan mengalami
cuaca paling panas di tahun 2040-an. Seperti yang diperkirakan terjadi dengan Beijing,
Cina dan Bangkok, Thailand (2046), Tokyo, Jepang (2041), dan Mumbai, India (2034).
Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 (tiga) subsistem,
yaitu subsistem penyediaan pangan, subsistem distribusi pangan, dan subsistem konsumsi
pangan. Ketiga subsistem tersebut memiliki aspek pendukung, yaitu aspek produksi dan
penyimpanan pangan untuk mendukung subsistem penyediaan pangan, aspek akses dan
harga pangan untuk mendukung subsistem distribusi pangan, dan aspek diversifikasi
konsumsi dan ketahanan pangan untuk mendukung subsistem penyediaan pangan dalam
mendukung subsistem konsumsi pangan. Perubahan iklim saat ini berdampak besar
terhadap produksi pangan, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah dalam menerapkan
strategi adaptasi untuk meminimalkan dampak negatif dari perubahan iklim.
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dampak dari pengaruh perubahan iklim terhadap produksi pertanian
global.
2. Mengetahui strategi adaptasi dalam menghadapi perubahan iklim.
d. Kegunaan
Kegunan dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana
dan rekomendasi, serta sebagai rujukan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Perubahan Iklim
Perubahan iklim ditunjukkan dengan adanya fenomena pergeseran dan ketidakpastian
curah hujan dan siklus cuaca. Ketidakpastian iklim ini biasa ditujunjukkan dengan
terjadinya hujan yang sangat deras dan dan kekeringan yang berkepanjangan saat musim
kemarau. Kondisi seperti ini dapat menimbulkn sejumlah dampak dan resiko bagi aktivitas
pertanian. Dampak yang sering terjadi dari ketidakpastian kondisi iklim ini adalah
menurunnya hasil produksi dan produktivitas pertanian, selain itu lahan pertanian akan
semakin tidak produktif sehingga menimbulkan resiko pada sistem penanaman. Dari
dampak negatif yang ditimbulkan akhirnya mempengaruhi bagaimana strategi adaptasi
yang dilakukan petani dalam menghadapinya (Putri et al, 2016).
Adanya perubahan dari nilai dan unsur-unsur cuaca dari hari ke hari dan bulan ke bulan
yang terjadi di suatu tempat dan wilayah dalan jangka waktu yang panjang dapat disebut
dengan sintesis atau kesimpulan dari adanya perubahan cuaca. Sintesis cuaca dapat
diartikan sebagai nilai statistik yang terdiri dari nilai rata-rata, nilai maksimum dan
minimum, serta frekuensi kejadian. Nilai statistik dari sifat cuaca yang terjadi pada suatu
tempat dan wilayah yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang disebut dengan kondisi
iklim pada suatu wilayah. Data cuaca terdiri dari data kontinu dan data diskontinu, data
kontinu cuaca terdiri dari kelembaban, suhu udara, kecepatan angin, dan tekanan udara.
Sedangkan data diskontinu cuaca yaitu terdiri dari penguapan, radiasi, presipitasi, dan
lama penyinaran matahari (Atmaja, 2017).
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), (2014) menyatakan bahwa perubahan iklim
dapat merupakan suatu keadaan perubahan pada iklim yang terjadi secara ekstrim,
sehingga muncul berbagai peristiwa alam seperti badai, kekeringan, dan banjir. Perubahan
dari kondisi iklim juga dapat menimbulkan peningkatan suhu pada permukaan air laut, hal
ini akan menimbulkan pengaruh negatif khusnya pada sektor pertanian karena terjadinya
pemanasan global. Dilihat secara teknis, fenomena perubahan iklim ini menimbulkan
kerentanan pada sektor pertanian, dimana dampak negatif akan mengubah sistem
penggunaan lahan dan sifat tanah, selain itu juga terjadinya perubahan pada pola tanam,
ketersediaan air, kondisi infrastruktur pertanian, dan varietas yang akan digunakan.
Dampak terhadap sosio ekonomi yang disebabkan oleh perubahan iklim menurut pendapat
Bassino, Gimet and Quefelec (2018), sebagai berikut:
1. Menurunnya produksi serta produktivitas pada sektor pertanian.
2. Gross Domestik Bruto pada sektor pertanian terjadi penurunan.
3. Kenaikan harga pangan di pasar dunia.
4. Terjadinya kerentanan pangan seiring meningkatnya jumlah penduduk.
Menurunnya jumlah produksi pangan dunia juga dipengaruhi oleh dampak negatif
perubahan iklim. Contohnya terjadi peningkatan area konversi lahan pangan bio-fuel,
sehingga akan berakibat pada kenaikan harga pangan. Jumlah alokasi area penanaman
untuk bahan pangan yang semakin menurun, maka akan terjadi kenaikan harga bahan
pangan. Kondisi iklim sangat berpengaruh pada peningkatan produktivitas pertanian. Hal
ini dikarenakan ketidakseimbangan nilai penawaran (supply) terhadap produk hasil
pertanian. Oleh karena itu, dalam perdagangan internasional, penurunan bahan pangan
sering menjadi masalah dalam mengatasi variasi penawaran. Ada tiga faktor yang
berpengaruh terhadap perdagangan internasional yang disebebkan oleh perubahan iklim,
diantaranya (Oonwichai et al, 2019):
1. Jumlah hasil produksi pertanian di dalam negeri.
2. Keseimbangan antara produk di dalam negeri dan diekspor.
3. Struktur produksi pertanian itu sendiri.
d. Penelitian Terdahulu
Dasmani, et al (2020), studi ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pilihan strategi adaptasi menuju perubahan iklim dan produksi tanaman pangan. Studi
yang digunakan data cross sectional dari 622 petani yang dipilih secara acak dari 18 Desa
di seluruh tiga zona agroekologi utama menggunakan kuesioner terstruktur. Pembelajaran
hipotesis bahwa karakteristik pertanian, variabel iklim dan cuaca ekstrim peristiwa tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pilihan petani dari berbagai strategi adaptasi.
tegies di tiga zona agro ekologi. Analisis yang digunakan adalah Model Logit
Multinomial, hasilnya menunjukkan bahwa pertanian irigasi, kegiatan yang menghasilkan
pendapatan, tanaman diversifikasi, penanaman pohon dan pergeseran tanggal tanam adalah
beberapa adaptasi strategi yang digunakan petani untuk beradaptasi dengan perubahan
cuaca dan hal-hal terkait lainnya faktor.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Belcaid dan Ahmad El Gini (2019), perubahan
iklim mempengaruhi produktivitas pertanian, terutama kondisi tumbuh tanaman. Dampak
ini dianggap sebagai penghambat utama terwujudnya Millenium Development Goal
pertama untuk mengurangi kerawanan pangan dan kemiskinan di negara-negara termiskin.
Berdasarkan pendekatan Diebold dan Yilmaz, kami menilai tingkat keterkaitan dan efek
variabilitas yang ditransmisikan di antara variabel-variabel di atas. Data frekuensi
pengambilan sampel tahunan dan mencakup periode 1980 hingga 2016. Temuan
menyoroti peningkatan substansial dalam variabilitas cuaca pada periode kritis, lebih
tepatnya variabilitas ekstrim dalam kondisi cuaca secara nyata disertai dengan peningkatan
yang signifikan dalam efek limpahan yang ditransmisikan ke pertanian di Maroko.
Khususnya, hasil mengkonfirmasi hubungan yang mendalam antara curah hujan dan
pertanian di Maroko. Bahkan, peningkatan curah hujan mungkin memiliki efek positif;
namun, ancaman kenaikan suhu dan pengurangan curah hujan meningkatkan risiko
kekeringan.
Liette and Barry (2016), Sub Sahara Afrika sangat rentan terhadap perubahan
iklim. Berbagai tekanan biofisik, politik, dan sosial ekonomi berinteraksi untuk
meningkatkan kerentanan kawasan dan membatasi kapasitas adaptasinya. Perubahan iklim
umumnya diakui sebagai masalah besar yang cenderung memiliki konsekuensi negatif
pada ketahanan pangan dan mata pencaharian di wilayah tersebut. Makalah ini mengulas
tiga badan beasiswa yang telah berkembang agak terpisah, namun secara inheren saling
berhubungan: dampak perubahan iklim, kerentanan dan adaptasi, keamanan pangan, dan
mata pencaharian berkelanjutan. Makalah ini mengembangkan konseptualisasi hubungan
di antara ketiga tema dan menunjukkan bagaimana kerentanan ketahanan pangan terkait
dengan berbagai tekanan dan kapasitas adaptif, mencerminkan akses ke aset. Ketahanan
pangan merupakan salah satu dari beberapa hasil mata pencaharian. Kerangka kerja
menunjukkan bagaimana beberapa paradigma penelitian terkait dengan masalah keamanan
pangan dan perubahan iklim dan memberikan panduan untuk investigasi empiris. Sebagai
kesimpulan, sementara ini memberikan informasi berharga tentang kemungkinan hasil di
masa depan dan tingkat produksi di bawah iklim yang berubah, ketahanan pangan juga
melibatkan masalah aksesibilitas dan pemanfaatan pangan. Ketahanan pangan adalah
bagian integral dari kesejahteraan manusia. Pendekatan mata pencaharian berkelanjutan
telah mengindikasikan bahwa ada faktor-faktor penting lain yang memengaruhi mata
pencaharian masyarakat, seperti pendapatan, kesehatan, dan aset.
Qumilailah et al (2015), penelitian ini mengkaji dapmpak dari fenomena perubahan
iklim terhadap terhadap tingkat risiko sumberdaya pertanian padi di Desa Ciasmara. Selain
itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pilihan jenis adaptasi serta faktor-faktor
yang mempengaruhi biaya adaptasi yang dikeluarkan oleh petani. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa tingkat resiko dari perubahan iklim yang dihadapi oleh petani petani
padi di Desa Ciasmara sangat tinggi. Sehingga pilihan jenis adaptasi yang dilakukan petani
di Desa Ciasmara adalah melakukan penambahan input produksi. Sedangkan faktor yang
dapat mempengaruhi biaya adaptasi petani adalah luas lahan dan pengalaman dalam
Bertani. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan biaya untuk usaha tani,
sedangkan penerimaan sangat rendah.
e. Kerangka Pemikiran
Perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap aktivitas produksi pertanian, hal ini
disebabkan karena perubahan iklim memberikan dampak yang buruk bagi pertanian.
Sehingga petani memerlukan strategi untuk mengatasi perubahan iklim. Adapun kerangka
pemikiran dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Perubahan iklim
Strategi Adaptasi
Objek dalam penelitian ini berfokus pada tindakan dan adaptasi terhadap perubahan
iklim. Ruang lingkup penelitian ini adalah memahami perubahan iklim serta
mengidentifikasi dampak dari pengaruh perubahan iklim terhadap produksi pertanian
global.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Jenis data
beserta sumbernya berasal dari Trade Map, FAO, ICCO, kementerian keuangan dan Badan
Pusat Statistik (BPS). Data yang digunakan berupa data deret waktu (time series) periode
tahunan, yaitu rentang tahun 2020. Selain itu, data juga diperoleh dari skripsi, buku teks,
jurnal, serta artikel internet yang berkaitan dengan penelitian ini.
d. Batasan Variabel
Adapun batasan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: Dampak perubahan iklim dan strategi adaptasi terhadap perubahan Iklim.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis data
deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu metode yang
bertujuan untuk membuat gambar atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif
yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut
serta penampilan dan hasilnya (Arikunto, 2006). Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif
dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif observasional. Penelitian digunakan
untuk melihat gambaran dari fenomena, deskripsi kegiatan dilakukan secara sistematis dan
lebih menekankan pada data factual dari pada penyimpulan (Nursalam, 2013).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Deskripsi Data
Pengertian dari deskripsi data yaitu upaya menampilkan data agar data tersebut
dapat dipaparkan secara baik dan diinterpretasikan secara mudah. Dalam penilitian ini data
yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series yang terhimpun dalam Badan
Meteorologi Inggris dan Global Food Security Index.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diperjelas melalui data yang berhasil
dikumpukan oleh penulis atau peneliti dibawah ini :
2. Ketahanan pangan
Terpenuhinya kebutuhan pokok berupa pangan bagi setiap individu akan
menentukan ketahanan pangan. Selain itu, keterjangkauan dan ketersediaan bahan pangan
yang dibutuhkan oleh rakyat sangat berpengauh besar terhadap kesejahteraan dan kualitas
sumber daya manusia. Hal itu berpengaruh pada kemampuan, kekuatan dan stabilitas
negara itu sendiri. Juga mempengaruhi tingkat kemajuan, daya saing dan kemampuan
negara untuk bersaing dengan negara lain di dunia. Maka dari itu negara harus memiliki
kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok dan pangan utama dari dalam
negeri. Jika pangan pokok dan pangan utama bergantung pada negara lain melalui impor
maka bisa membuat nasib negara tergadai pada negara lain. Ketergantungan pada impor
bisa membuka jalan pengaruh asing terhadap politik, kestabilan dan perekonomian serta
moneter, bahkan bisa menjadi penyebab terjadinya krisis. Akibatnya stabilitas, ketahanan
negara serta eksistensi negara sebagai negara yang independen, disini dipertaruhkan.
Pemerintah harus segera mencari jalan keluar dari ancaman kelaparan karena dunia
akan menghadapi kekurangan pangan. Solusinya bisa dengan jalan intensifikasi,
meningkatkan produktivitas dengan lahan yang ada. Sebagaimana diketahui, Tiongkok
yang penduduknya kurang dari 20 persen populasi dunia telah menimbun lebih dari
setengah jagung dunia dan biji-bijian lainnya.
Perusahaan pengolah makanan milik negara, COFCO Group, menjalankan salah
satu pangkalan penimbunan makanan terbesar di Tiongkok, di pelabuhan Dalian, di bagian
timur laut negara itu. Ini menyimpan kacang dan biji-bijian yang dikumpulkan dari dalam
dan luar negeri di 310 silo besar. Dari sana, komoditas didistribusikan ke seluruh Tiongkok
melalui kereta api dan kapal laut.
Bahkan Organisasi Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization/ FAO) jauh-
jauh hari sudah mengingatkan akan potensi krisis pangan dunia di masa pandemi Covid-
19. Persoalan pangan ini juga jadi perhatian serius Kementerian Pertahanan (Kemhan).
Kemhan ingin meningkatkan ketahanan pangan guna mengantisipasi munculnya dampak
terburuk dari pandemi.
Atmaja, 2017. Analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi tanaman pangan pada
lahan kering dan rancang bangun sistem informasinya. Jurnal Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Bogor, 2(2), pp.1–15.
Bassino, J.P., Gimet, C. and Quefelec, S., 2018. No Title. Econ. Bull., 1(1), pp.1–15
KLH, 2014. Perubahan iklim global. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.
Kusumastuti A. 2015. Modal sosial dan mekanisme adaptasi masyarakat pedesaan dalam
pengelolaan dan pembangunan infrastruktur. MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi.
20(1): 81-97.
Boer, R. 2018. Ancaman Perubahan Iklim Global terhadap Ketahanan Pangan Indonesia
(The Threats of Global Climate Change on Food Security in Indonesia). Jurnal
Agrimedia. Vol. 15. No. 2.
Dasmani, I., Darfor, K.N. and Karakara, A.A.-W., 2020. Farmers’ choice of adaptation
strategies towards weather variability: Empirical evidence from the three
agroecological zones in Ghana. Cogent Social Sciences, 6(1), pp.1–17
Oonwichai, S. and Shrestha, S., et al. ., 2019. Evaluation of climate change impacts and
adaptation strategies on rainfed rice production in Songkhram River Basin, Thailand.
Sci. Total Environ., 2(1), pp.189–201.
Pelly, Usman. 1998. Urbanisasi, dan Adaptasi ( Peranan Misi Budaya Minangkabau dan
Mandailing ). PT Pustaka LP3S. Jakarta.
Putri, E.I.K., Pandjaitan, N.K., Dharmawan, A.H. and Amalia2, R., 2016. Dampak
Variabilitas Iklim dan Mekanisme Adaptatif Masyarakat Petani di Kawasan Beriklim
Kring (Kasus Desa Boronubaen Dan Desa Tanbaen Timur Kabupaten Timor Tengah
Utara, Nusa Tenggara Timur). Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 1(2), pp.152–157
Robet. 2015. Climate Change and Food Sovereignty in Indonesia. Review Product and
Poverty. Jurnal Sosio Informa Vol. 1, No. 03. Hal: 294-296.
Qumilailah, Rodliah, Putri and Rizal, B., 2015. Dampak Variabilitas Cuaca Terhadap Jenis
Adaptasi Dan Pendapatan Usahatani Padi (Studi Kasus Desa Ciasmara Kecamatan
Pamijahan Kabupaten Bogor). Jurnal Klimatologi, 2(1), pp.1–15.
Ruminta & Handoko. (2016). Vurnerability Assessment of Climate Change on Agriculture
Sector in the South Sumatra Province, Indonesia. Asian Journal of Crop Science. Vol.
08. No. 2. Hal: 31–42.
Sugihardjo, 2017. Model adaptasi ekologi petani sebagai strategi pengelolaan usahatani
akibat perubahan iklim (kasus di daerah aliran sungai cemoro, Jawa Tengah,
Indonesia). Jurnal Ekologi, 1(1), pp.1–14
Tati N., Handoko, dan Ruminta. 2018. Indication of Climate Change and Its Impact on
Rice Production in Indonesia (Case Study: South Sumatera and Great Malang). Jurnal
Agro. Fakultas MIPA. Institut Pertanian Bogor. Vol. 05. No. 1. Hal:49-50.
Schneiders AA. 1960. Personal Adjustment and Mental Health. New York (US): Holt,
Rinehart and Winston Inc.