Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI

PERTANIAN KHUSUSNYA TANAMAN PADI DI WILAYAH PEDESAAN


SYAHRUL RAMADANI
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Makassar, Kampus UNM
Parangtambung, Jl. Daeng Tata, Makassar. 020-5534-5552. geografi@unm.ac.id.

Abstrak

Pangan adalah sesuatu yang hakiki dan menjadi hak setiap warga negara untuk memperolehnya.
Ketersediaan pangan sebaiknya cukup jumlahnya, bermutu baik, dan harganya terjangkau. Salah satu
komponen pangan adalah karbohidrat yang merupakan sumber utama energi bagi tubuh. Pangan
diartikan sebagai segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun
yang tidak diolah. Perubahan iklim mempunyai pengaruh terhadap tanaman padi, karena tanaman
padi tadah hujan mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap unsur iklim terutama suhu, curah
hujan, kelembaban dan penyinaran matahari. sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan analisis
pengaruh perubahan iklim terhadap produktifitas dan pilihan adaptasi petani padi tadah hujan di
Kabupaten Sinjai. Faktor ketersediaan air sangat penting bagi aktivitas sektor pertanian dimana
pertumbuhan tanaman pangan sangat bergantung terhadap kondisi ketersediaan air. Variabilitas hujan
di Indonesia yang cukup beragam akibat posisi geografis dan bentuk topografi membuat ketersedian
air di setiap wilayah pastinya berbeda termasuk Kecamatan sinjai barat yang sebagian besar
wilayahnya adalah perairan dan terletak di sekitar ekuator dengan pola hujan ekuatorial cukup
unik.Perubahan iklim global akan mempengaruhi banyak hal, termasuk empat unsur iklim dan
komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu: (1) naiknya suhu udara yang juga
berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, (2) berubahnya
pola curah hujan, (3) makin meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti
El- Nino dan La-Nina, dan (4) naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara.

PENDAHULUAN
Perubahan iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia
yang mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menentu. Perubahan iklim tejadi kerena
adanya perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara
terus menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun . Perubahan
Iklim juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil sebagai contoh curah hujan yang
tidak menentu, sering terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, arah angin yang berubah
drastis. Perubahan iklim global akan mempengaruhi banyak hal, termasuk empat unsur iklim
dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu: (1) naiknya suhu
udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika
atmosfer, (2) berubahnya pola curah hujan, (3) makin meningkatnya intensitas kejadian iklim
ekstrim (anomali iklim) seperti El- Nino dan La-Nina, dan (4) naiknya permukaan air laut
akibat pencairan gunung es di kutub utara.(Muslim, 2013).

Pangan adalah sesuatu yang hakiki dan menjadi hak setiap warga negara untuk
memperolehnya. Ketersediaan pangan sebaiknya cukup jumlahnya, bermutu baik, dan
harganya terjangkau. Salah satu komponen pangan adalah karbohidrat yang merupakan
sumber utama energi bagi tubuh. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang bersumber
dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan
diperuntukkan bagi konsumsi manusia sebagai makanan atau minuman, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan pembuatan makanan dan minuman. Subsektor Upaya
peningkatan produksi tanaman pangan dihadapkan kepada berbagai kendala dan masalah
kekeringan dan banjir yang tidak jarang mengancam produksi dibeberapa daerah, penurunan
produktivitas lahan pada sebagian areal tanaman, hama penyakit tanaman yang terus
berkembang dan tingkat kehilangan hasil pada saat dan setelah panen yang masih tinggi
merupakan masalah yang perlu dipecahkan.(Citra Dewi S, 2020)

Salah satu sektor yang terpengaruh adanya perubahan iklim adalah sektor pertanian. Besarnya
dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian bergantung pada tingkat dan laju
pertanian, hama wereng dapat menyebar- kan virus atau penyakit kerdil yang dapat membuat
petani mengalami kerugian bahkan gagal panen. Selain itu, ada beberapa jenis hama yang
muncul akibat adanya perubahan iklim dan menyerang tanaman padi yaitu tikus. Oleh sebab
itu, pengetahuan, pengalaman dan pemaha- man petani terhadap perubahan iklim sangat
dibutuhkan agar petani mampu beradaptasi dengan perubahan iklim yang sewaktu-waktu
dapat terjadi untuk mencegah dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut.
(Nuraisah & Budi Kusumo, 2019)

Padi merupakan komoditi pangan utama yang memiliki peran strategis. Perbaikan sistem
pengelolaan, diharapkan mampu memecahkan masalah-masalah pengelolaan padi.
Konkritnya, yang dibutuhkan dalam pengelolaan padi saat ini adalah sistem tanam padi yang
mengacu pada lingkungan tumbuh yang optimal dan berkelanjutan, dengan penggunaan air,
pupuk dan bibit yang efisien. Permasalahan yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman
adalah iklim yang saat ini tidak beraturan. Kondisi ini mengakibatkan produksi pertanian
yang diperoleh kurang memuaskan bahkan gagal dikarenakan tidak adanya pemahaman yang
baik para petani dalam mempelajari karakteristik iklim dan perubahan cuaca yang ekstrim
akibat dari pemanasan global. Dalam skala waktu tertentu perubahan iklim akan membentuk
pola atau siklus tertentu pula, baik harian, musiman, tahunan, maupun siklus beberapa tahun.
Aktivitas manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala
global maupun skala local.(Tanjung, 2018)

Desa Arabika merupakan desa yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Sinjai Barat,
Kabupaten Sinjai; termasuk ke dalam dataran tinggi, dengan ketinggian 800-1100 meter di
atas permukaan laut dengan kemiringan 0-15%, dan memiliki suhu berkisar antara 19-24ºC.

Perubahan iklim (climate change) merupakan hal yang tidak dapat dihindari akibat
pemanasan global (global warming) dan diyakini akan berdampak luas terhadap berbagai
aspek kehidupan, termasuk sektor pertanian. Perubahan pola curah hujan, peningkatan
frekuensi kejadian iklim ekstrem, serta kenaikan suhu udara dan permukaan air laut
merupakan dampak serius dari perubahan iklim yangdihadapi Indonesia.(Citra Dewi S, 2020)

Perubahan iklim terkait sektor pertanian adalah kerusakan (degradasi),infrastruktur pertanian,


penurunan produksi dan produktivitas tanaman pangan, yang bisa mengakibatkan ancaman
kerentanan dan kerawanan pangan bahkan kemiskinan.

Kabupaten Sinjai merupakan salah satu kabupaten yang merupakan sentra pangan di
Sulawesi Selatan yang sistem pertanaman khususnya padi sawah masih mengandalkan iklim
dan cuaca. Berdasarkan hasil analisis klasifikasi Oldeman di Kabupaten Sinjai menunjukkan
bahwa wilayah tipe iklim A, dan B direkomendasikan untuk melakukan penanaman bahan
pangan seperti padi sepanjang tahun seperti wilayah sinjai bagian barat, sedangkan pada
wilayah tipe C, D dan E hanya direkomendasikan melakukan penanaman pada periode
musim hujan dikarenakan ketersediaan air pada musim kemarau tidak memenuhi untuk
melakukan penanaman seperti wilayah sinjai bagian tengah,timur,utara dan borong.(Mulkan
Iskandar Nasution, 2018)

Adanya fenomena perubahan iklim menambah tantangan sistem pertanian tanaman pangan,
khususnya padi di Indonesia. Pengaruh perubahan iklim bersifat multidimensi pada sektor
pertanian, mulai dari sumber daya, infrastruktur pertanian, dan sistem produksi pertanian.
Pengaruh tersebut dibedakan dengan 2 (dua) indikator, yakni kerentanan dan dampak.
Kerentanan merupakan kondisi yang mengurangi kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan iklim. (Perba, 2019).

Penelitian tentang iklim telah di lakukan oleh.(Muslim, 2013); (Citra Dewi S, 2020); .
(Nuraisah & Budi Kusumo, 2019); (Tanjung, 2018); (Mulkan Iskandar Nasution, 2018); .
(Perba, 2019).berdasarkan penelitian tersebut masih kurang yang meneliti tentang”
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI PERTANIAN
KHUSUSNYA TANAMAN PADI DI WILAYAH PEDESAAN”

Rumusan Masalah

Meskipun pengelolaan sawah sudah di lakukan secara maksimal tetapi hasilnya masih kurang
maksimal sehingga cara pengetahuan dan sikap petani dalam menghadapi perubahan iklim di
Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten sinjai.

Manfaat Penelitian

untuk mengantisipasi curah hujan berlebih dengan cara mengatur waktu tanaman dan
mengatur jalannya air yang lebih baik pada pembudidayaan padi sawah, dan juga bisa
menjadi bahan acuan bagi petani.

Tujuan Penelitian

1.Mengevaluasi variabel iklim yang paling besar pengaruhnya terhadap perubahan iklim yang
terjadi di Kabupaten Sinjai.
2. Menganalisis pengaruh perubahan iklim terhadap produktivitas padi di Kabupaten Sinjai.

3. Mengevaluasi pilihan adaptasi yang dilakukan petani padi terhadap perubahan iklim di
Kabupaten Sinjai.

Metode

Perubahan iklim mempunyai pengaruh terhadap tanaman padi, karena tanaman padi tadah
hujan mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap unsur iklim terutama suhu, curah
hujan, kelembaban dan penyinaran matahari. sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan
analisis pengaruh perubahan iklim terhadap produktifitas dan pilihan adaptasi petani padi
tadah hujan di Kabupaten Sinjai. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis variabel iklim
yang paling besar pengaruhnya terhadap perubahan iklim yang terjadi, menganalisis
pengaruh perubahan iklim terhadap produktifitas dan mengevaluasi pilihan adaptasi petani
padi tadah hujan terhadap perubahan iklim di Kabupaten Sinjai. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah kuantitif dan kualitatif deskriptif dengan sumber data primer dari
Stasiun Klimatologi Deli Serdang, Dinas Pertanian Kabupaten Sinjai dan BPS, sedangkan
data sekuder dari hasil kuisoner.Analisis data menggunakan persamaan linier berganda yang
telah memenuhi syarat uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya trend
kenaikan terhadap suhu, curah hujan, kelembaban dan penyinaran matahari sehingga
berpegaruh signifikan terhadap produktifitas di Kabupaten Sinjai. (Siregar et al., 2020)

Hasil dan Pembahasan

Kecamatan Sinjai Barat merupakan daerah pertanian dan perkebunan yang cukup luas
di Kabupaten Sinjai sekitar 13,53km2 atau 16,53% dari luas wilayah kabupaten Salah satu
upaya dalam meningkatkan produktifitas padi sawah adalah melaksanakan

penerapan teknologi melalui penerapan panca usahatani padi sawah merupakan suatu usaha
dalam proses produksi padi sawah meliputi:

Penggunaan bibit unggul Benih adalah biji yang dihasilkan melalui cara-cara khusus dengan
tujuan untuk ditanam

kembali. Dari cara pengadaannya, benih dibagi dalam dua golongan yaitu,

a. Benih bersertifikat adalah benih yang diproses pengadaannya melalui sistem sertifikasi
yang mendapat pengawasan, pemeriksaan dari instansi yang berwenang dan memenuhi
persyaratan baku yang telah ditetapkan,
b. Benih tidak bersertifikat adalah benih yang diproses produksinya tidak melalui sistem
tetapi memenuhi persyaratan baku minimum mutu benih. Berdasarkan rekomendasi BPP
kecamatan sekernan penggunaan bibit unggul meliputi: penggunaan bibit unggul, sumber
bibit, pergantian bibit, penggunaan benih perhektarnya, anjuran pengairan dan penyiangan
serta melakukan penyulaman.

c. Pengolahan tanah Dalam sistem budidaya padi sawah, pengolahan tanah merupakan hal
yang mutlak harus dilakukan dan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman. Pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan struktur lumpur kedalam 15-20 cm,
sehingga perakaran tanaman padi dapat berkembang secara baik. Pada umumnya tenaga
untuk pengolahan tanah adalah hewan dan penggunaan benih perhektarnya, anjuran
pengairan dan penyiangan serta melakukan penyulaman meliputi: cara mengolah tanah,
kedalaman pengolahan tanah, perlakuan terhadap tanah yang diolah, pembuatn bedengan
pertanaman, ukuran bedengan, jarak tanam dan pembuatan selokan.

d. Pemupukan Pupuk adalah bahan yang memberikan zat hara pada tanaman. Usaha
pemberian pupuk bertujuan untuk menambahkan persediaan hara yang dibutuhkan tanaman.
Pemakaian pupuk yang sesuai anjuran akan meningkatkan produksi. Untuk mendapat hasil
dan mutu yang baik, pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan beberapa hal yaitu
kemampuan daya dukung tanah, musim dan keadaan tanah. Pemupukan berimbang harus
berpedoman pada tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara. Berdasarkan
rekomendasi BPP Kecamatan Sekernan pemupukan meliputi: pemupukan dipertanaman,
takaran pupuk, frekuensi pemupukan, jadwal pemupukan dan cara pemupukan.

e. Pengairan Dalam budidaya padi sawah kebutuhan air merupakan hal yang mutlak bagi
keberhasilan tanaman. Pemberian air tidak semata-mata memberi air kepada tanaman tetapi
harus diperhatikan waktu dan cara yang tepat. Pemberian air pada tanaman padi sawah dapat
dilakukan dengan berbagai cara tergantung sumber air dan jumlah air yang tersedia, namun
adapun cara yang dilakukan harus mengacu pada kebutuhan tanaman. Berdasarkan
rekomendasi BPP Kecamatan Sekernan pengairan meliputi: melakukan pengairan, cara
pengairan dan anjuran pengairan.

f. Perlindungan tanaman Pada dasarnya perlindungan tanaman tidak menaikan produksi akan
tetapi menjaga turunnya produksi akibat hama dan penyakit. Usaha yang dilakukan antara
lain diperlukan jasad pengganggu pada musim tanam sebelumnya, jenis pestisida dan
pelaksanaan pengendalian. Kegiatan bertujuan untuk menjaga turunnya produksi akibat hama
dan penyakit. Berdasarkan rekomendasi BPP Kecamatan Sekernan perlindungan tanaman
meliputi: perlakuan pengendalian hama pengganggu pada musim tanam yang bersangkutan.
(Afika. Nur, 2019).

Faktor ketersediaan air sangat penting bagi aktivitas sektor pertanian dimana pertumbuhan
tanaman pangan sangat bergantung terhadap kondisi ketersediaan air. Variabilitas hujan di
Indonesia yang cukup beragam akibat posisi geografis dan bentuk topografi membuat
ketersedian air di setiap wilayah pastinya berbeda termasuk Kecamatan sinjai barat yang
sebagian besar wilayahnya adalah perairan dan terletak di sekitar ekuator dengan pola hujan
ekuatorial cukup unik.(Siregar et al., 2020)

This research aims to: 1) To determine the behavior of rice cultivatio before and after climate
change in Sungai Pinang Village, 2) Calculate the comparison of the income of rice farmers
before and after climate change in Sungai Pinang Village, 3) To find out how rice farmers
adapt in the face of climate change in the village of Sungai Pinang. The research method used
is the Survey method, while the sampling method used for this study is Simple Random
Sampling with a total sample of 30 samples. The data collected in this study consisted of
primary data and secondary data. This research was conducted on January - February in
Sungai Pinang Banyuasin Vilage. The results of this research show that: 1) There differences
of behavior indicate that the knowledge, attitudes and skills of farmers in swamp rice
cultivation before the climate change and after climate. 2) The income earned by the sample
farmers in Sungai Pinang Village in 2013 was Rp. 16,558,261, while in 2018 that is equal to
Rp. 21,372,277. 3) Adaptation strategies used by rice farmers are, economic adaptation by
borrowing money in gapoktan, ecological adaptation by using technology and replacing
seedlings, social adaptation by utilizing social networks with social institutions, technological
adaptation, by making drainage. (Perba, 2019).

Aspek sosial ekonomi masyarakat/petani juga mendorong terjadinya alih fungsi lahan
pertanian, terutama lahan sawah ke penggunaan lain di luar pertanian. Keterbatasan
kemampuan anak dan bahkan cucu petani yang sudah berkeluarga guna
mendapatkan/membeli lahan untuk tempat tinggal mereka menyebabkan lahan sawah yang
diwariskan kepada mereka digunakan untuk membangun rumah atau dijual kepada pihak
yang bukan petani sehingga penggunaannya beralih ke penggunaan di luar pertanian.(Yayan
Hadiyan, Muhammad Farid, Kestri Ariyanti, 2014).
sektor pertanian merupakan pekerjaan utama masyarakat. Berbagai macam sayuran, sebagai
pilihan pertanian musiman, sedangkan perkebunan tanaman keras yang banyak dijumpai
tanaman cengkeh. (Informasi & Goals, 2007)

Kabupaten Sinjai beriklim Sub Tropis. Curah hujan rata-rata 2.772 sampai 4.847 millimeter
dengan 120 Deep rain pertahun. Musim Hujan dimulai Februari s/d Juli dan musim panas
mulai Agusutus s/d Oktober serta kelembaban mulai November s/d Januari. Sinjai berada
pada ketinggian antara 25 sampai 1.000 meter diatas permukaan laut(Reichenbach et al.,
2019).

Perubahan iklim menunjukkan bahwa daerah yang cocok untuk menanam kopi arabika akan
berkurang secara drastis di masa depan. Kopi arabika sebagai spesies yang peka terhadap
iklim, mendukung data dan kesimpulan bahwa perkebunan yang ada akan terkena dampak
negatif oleh perubahan iklim.(Damaseena, 2019).

Dalam bidang pertanian, perubahan iklim yang terjadi hingga saat ini dan terus akan berlanjut
berdampak langsung terhadap ketersediaan air tanah dan berdampak lanjut terhadap luas
tanam, luas panen dan produksi pertanian, serta banjir/longsor/genangan. Di samping itu,
dampak lain dari perubahan iklim adalah terhadap perkembangan organisme pengganggu
tanaman; dimana suhu yang semakin tinggi akan memicu perkembangan beberapa hama dan
penyakit tanaman(Wokanubun et al., 2020).

Upaya lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan budidaya pertanian
tanaman pangan dengan baik sehingga produksi tetap terjamin yang dapat memenuhi
kebutuhan pangan seluruh rakyat Indonesia yang merupakan antisipasi dan adaptasi terhadap
perubahan ikIim yang terjadi adalah dengan mengenali perubahan iklim itu sendiri. Misalnya,
bila para penyuluh pertanian dan petani telah mendapatkan atau merasakan tel:iadinya tanda-
tanda perubahan iklim, maka para penyuluh pertanian dan petani mengupayakan merubah
pelaksanaan budidaya pertanian tanaman pangan yang selama ini dilakukan menjadi
pelnksanaan yang dapat lebih mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim
sehingga proses budidaya tanaman pangan dapat terlaksana dengan baik(Rapat et al., n.d.)

Perubahan iklim merupakan salah satu

faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi pertanian selain luas lahan
pertanian di Provinsi Kalimantan Utara. Pada komoditas pertanian tanaman pangan
khususnya padi dan palawija faktor iklim sangat menentukan. Faktor lain seperti manajemen
pengelolaan lahan, tingkat kesuburan dan kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian, modal
dari petani, teknologi, bibit, pengairan, pemupukan, dan luas panen juga akan mempengaruhi
produksi pertanian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Harini dan Nurjani
(2015) perubahan iklim telah mengakibatkan penurunan produksi pertanian di Daerah
Istimewa Yogyakarta, lebih dari 70 persen produksi komoditas jagung, ketela, ubi kayu
terpengaruh perubahan iklim sehingga produksi mengalami penurunan(Harini et al., 2019)

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Padi menjadi bahan
makananpokok bagi sebagian besar masyarakat, bahkan seluruh penduduk Indonesia. Oleh
sebab itu padi memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia dan secara tidak
langsung dapat mempengaruhi harga bahan konsumsi lainnya. Kebutuhan masyarakat akan
padi sebagai makanan pokok dari taahun ke tahun semakin meningkat, meski banyak sekali
alternatif pilihan pokok pengganti padi yang mengandung karbohidrat(Jambi, 1997).

Pendugaan dampak perubahan iklim terhadap produksi beras di Sulawesi Utara untuk
skenario ke depan dapat menggunakan model simulasi. Model simulasi digunakan untuk
men- jelaskan proses dalam suatu sistem pertanaman pada berbagai tingkat kompleksitas dan
bersifat fleksibel di dalam sintesis informasi karena dapat menerangkan keluaran sistem atas
masukan sistem yang berupa faktor-faktor lingkungan dan penerapan teknik
budidaya(Hosang et al., 2012).Ancaman terhadap ketahanan pangan nasional dewasa ini yang
paling fenomenal adalah semakin menyempit dan menyusutnya lahan pertanian, khususnya
padi. Penyusutan areal tanam, terutama penurunan luas lahan pertanian padi akibat konversi
lahan untuk kepentingan sektor non-pertanian, serta kecilnya margin usaha tani yang
berkonsekuensi pada rendahnya motivasi petani untuk meningkatkan produksi, kesemuanya
itu berpengaruh terhadap rentannya ketahanan pangan.(Nurpita et al., 2018).perubahan masa
tanam musim gadu (kering) petani jawa barat ditandai dengan kenaikan persentase jumlah
petani yang melakukan masa tanam pada bulan Mei sampai Agustus, kemudian, jerjadi
penurunan tajam persentase jumlah petani yang menanam pada bulan April 2009 dalam
selang 10 tahun. (Rasmikayati & Djuwendah, 2015)

Populasi yang paling berisiko adalah mereka yang bergantung pada pertanian dan

sumber daya alam, dengan mata pencaharian yang sangat rentan terhadap dampak perubahan
iklim, dan yang memiliki kapasitas yang sangat terbatas untuk merespons. Di daerah dengan
tingkat kerawanan dan ketidaksetaraan pangan yang tinggi, peningkatan frekuensi kekeringan
terutama akan berdampak pada rumah tangga yang lebih rentan dan mungkin secara tidak
proporsional mempengaruhi perempuan, mengingat kerentanan mereka dan akses yang
terbatas ke sumber daya.(Puspita Sari & Sari, 2022)

Peningkatan penyinaran matahari cenderung akan meningkatkan produksi padi sawah,


walaupun tidak secara nyata.Nilai koefisien korelasi (R) diperoleh sebesar 0,259. Hal ini
berarti adanya hubungan positif antara penyinaran matahari dengan produksi padi
sawah(Khodijah, 2015).Perubahan iklim yang terjadi saat ini, sangat berdampak pada
produksi pangan antara lain komoditas padi, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah
antisipasi masalah ketersediaanberas untuk memenuhi kebutuhan beras penduduk di masa
yang akan datang.(Hosang et al., 2012).Lahan sawah adalah suatu tipe penggunaan lahan,
yang untuk pengolahannya memerlukan genangan air. Sawah selalu mempunyai permukaan
yang datar atau didatarkan (dibuat teras), dan dibatasi oleh pematang untuk menahan air
genangan. Berdasarkan sumber air yang digunakan dan keadaan genangannya, sawah dapat
dibedakan menjadi sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah lebak, dan sawah pasang surut.
Sawah irigasi adalah sawah yang sumber airnya berasal dari tempat lain melalui saluran-
saluran yang sengaja dibuat.(Hamsa et al., 2013)

Kesimpulan

Perubahan iklim global akan mempengaruhi banyak hal, termasuk empat unsur iklim dan
komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu: (1) naiknya suhu udara
yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika
atmosfer, (2) berubahnya pola curah hujan, (3) makin meningkatnya intensitas kejadian iklim
ekstrim (anomali iklim) seperti El- Nino dan La-Nina, dan (4) naiknya permukaan air laut
akibat pencairan gunung es di kutub utara.
Daftar Pustaka
Afika. Nur. (2019). DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI DAN
PENDAPATAN USAHATANI KUBIS DI KABUPATEN ENREKANG (Studi Kasus :
Desa Tongko Kecamatan Baroko).
Citra Dewi S, R. S. dan F. S. (2020). PERANAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN
DALAM MENGANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKTIFITAS
TANAMAN PADI SAWAH DI KECAMATAN SEKERNAN KABUPATEN MUARO
JAMBI. 76–83.
Damaseena, cindera R. (2019). Tesis: Mitigasi Dan Adaptasi Petani Kopi Arabika Lereng
Pegunungan Ijen Dalam Menghadapi Perubahan Iklim. In Skripsi.
Hamsa, A., Studi, P., Pertanian, K., Pertanian, J. T., Pertanian, F., & Hasanuddin, U. (2013).
Identifikasi Luas Lahan Baku Sawah Di.
Harini, R., Ariani, R. D., Supriyati, S., & Satriagasa, M. C. (2019). Analisis Luas Lahan
Pertanian Terhadap Produksi Padi Di Kalimantan Utara. Jurnal Kawistara, 9(1), 15.
https://doi.org/10.22146/kawistara.38755
Hosang, P. R., Tatuh, J., & Rogi, J. E. X. (2012). Analisis Dampak Perubahan Iklim
Terhadap Produksi Beras Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013 – 2030. Eugenia, 18(3).
https://doi.org/10.35791/eug.18.3.2012.4101
Informasi, F. T., & Goals, M. D. (2007). INFORMASI.
Jambi, M. (1997). 2770-Article Text-5510-1-10-20160309. 76–83.
Khodijah. (2015). Hubungan Antara Perubahan Iklim Dan Produksi Tanaman Padi Di Lahan
Rawa Sumatera Selatan. Enviagro, Jurnal Pertanian Dan Lingkungan, 8(2), 83–91.
http://kalsel.litbang.
Mulkan Iskandar Nasution, M. N. (2018). Oldeman Di Kabupaten Langkat. JISTech, 3(2), 1–
19.
Muslim, C. (2013). Mitigasi Perubahan Iklim dalam Mempertahankan Produktivitas Tanah
Padi Sawah ( Studi kasus di Kabupaten Indramayu ). Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan, 13(3), 211–222.
Nuraisah, G., & Budi Kusumo, R. A. (2019). Dampak Perubahan Iklim Terhadap Usahatani
Padi Di Desa Wanguk Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu. MIMBAR
AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 5(1), 60.
https://doi.org/10.25157/ma.v5i1.1639
Nurpita, A., Wihastuti, L., & Andjani, I. Y. (2018). Dampak Alih Fungsi Lahan Terhadap
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tani di Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progro.
Jurnal Gama Societa, 1(1), 103. https://doi.org/10.22146/jgs.34055
Perba, I. W. (2019). THE IMPACT OF CLIMATE CHANGE TO CULTIVATION BEHAVIOR
AND ADAPTATION OF SWAMP SWELLED RICE FARMERS IN SUNGAI PINANG
BANYUASIN VILLAGE Ines Wishaka Perba.
Puspita Sari, H., & Sari, S. K. (2022). Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Padi.
Science and Research Journal of Mai Wandeu, 2(1), 87–94.
https://journal.wandeu.org/index.php/srjmw
Rapat, D. A. N., Dekan, T., Hypogaea, T. K. S., Pmk, K., Tailing, D. A. N., Penambangan,
P., & Bangka, T. (n.d.). PROSIDI G. III, 978–979.
Rasmikayati, E., & Djuwendah, E. (2015). DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP
PERILAKU DAN PENDAPATAN PETANI (The Impact of Climate Change to
Farmers’ Behavior and Revenue). Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 22(3), 372.
https://doi.org/10.22146/jml.18764
Reichenbach, A., Bringmann, A., Reader, E. E., Pournaras, C. J., Rungger-Brändle, E., Riva,
C. E., Hardarson, S. H., Stefansson, E., Yard, W. N., Newman, E. A., & Holmes, D.
(2019). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関す
る共分散構造分析 Title. Progress in Retinal and Eye Research, 561(3), S2–S3.
Siregar, D. C., Anugrah, R. A., & Kusumah, B. W. (2020). Kajian Curah Hujan Untuk
Pemuktahiran Tipe Iklim Oldeman Di Wilayah Kepulauan Riau. Jurnal Pertanian
Presisi (Journal of Precision Agriculture), 4(2), 88–99.
https://doi.org/10.35760/jpp.2020.v4i2.2869
Tanjung, Y. N. A. (2018). ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP
PRODUKTIVITAS DAN PILIHAN ADAPTASI PETANI PADI TADAH HUJAN DI
KABUPATEN LANGKAT. 1–62.
Wokanubun, A., Ririhena, R. E., & Wattimena, A. Y. (2020). Potensi Dampak Perubahan
Iklim Terhadap Produksi Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) dan Pendapatan Petani
di Desa Wain, Kecamatan Kei Kecil Timur, Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal
Budidaya Pertanian, 16(2), 206–214. https://doi.org/10.30598/jbdp.2020.16.2.206
Yayan Hadiyan, Muhammad Farid, Kestri Ariyanti, S. (2014). Prosiding Seminar Nasional :
Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari.
Pengembangan Ilmu Dan Teknologi Kayu Mendukung Implementasi Program
Perubahan Iklim, 9(November), 978–979.

Anda mungkin juga menyukai