Anda di halaman 1dari 19

Dampak Perubahan Iklim Bagi Lahan Pertanian

Qatrin Nada
20160520222
Ekologi pemerintahan (C)

Program Ilmu Pemerintahan


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstrak

Perubahan iklim pada saat ini bukanlah hal yang baru lagi bagi manusia di bumi ini, perubahan
iklim hal yang tidak dapat untuk dihindari lagi karena pemanasan global dan bisa jadi akan
menyebabkan dampak yang sangat meluas bagi kehidupan manusia terutama bagi sektor
pertanian. Perubahan yang terjadi pada curah hujan, peningkatan dari terjadinya iklim yang
ekstrim, dan juga kenaikan suhu di udara serta naiknya permukaan air laut ialah contoh dari
terjadinya perubahan iklim yang serius yang terjadi di Indonesia pada saat ini. Dalam bidang
pertanian merupakan hal yang sangatserius dari terjadinya perubahan iklim. Dari tingkatan
global sektor pertanian menyumbang sebesar 14% dari jumlah emisi yang ada, sedangkan dari
tingkatan nasional tingkatan emisi sebesar 12% atau setara dengan 51,20 juta ton CO2, dari total
emisi sebesar 436,90 juta ton CO2, bila emisi dari kebakaran hutan, degradasi hutan dan dari
drainase lahan gamput yang tidak di perhitungkan. Dan jika dari ketiga aktivitas tersebut ikutr di
gabungkan, kontri busi dari sekktor pertanian hanya sebenar 8% saja. Walaupun sumbangan dari
pertanian terbilang kecil, namun dampak yang akan dirasakan sangat signifikan. Perubahan iklim
yang ekstrim seperti terjadinya bencana banjir dan kekeringan dimana-mana akan menyebabkan
dampak buruk bagi tanaman, dan tanaman yang mengalami pusa akan semakin meluas.
Peningkatan air laut akan menyebkan lahan yang ada di pesisir pantai akan menciut dan
menyebabkan kerusakan pada tanaman. Dampak dari perubahan iklim yang bisa dibilang
semakin hari semakin besar memeperlukan upaya aktif untuk mengantisipasi dari kejadian yang
tidak diinginkan, misalnya dengan melakukan dengan strategi adaptasi dan juga mitigasi.
Teknologi dari mitigasi bertujuan untuk mengurangi emisi dari gas dan juga dari efek rumah
kaca. Adapun ari lahan pertanian dengan cara menggunakan varietas rendah akan emisi serta
teknologi pengelolaan air dan juga lahan. Adapun dari teknologi adaptasi ialah, yang dapat
diterapkan melalui penyesuaian pada waktu tanam. Penggunaan dari variertas unggul yang tahan
terhadap kekeringan apabila nanti terjadi, rendaman dan salinitas, dan juga pengembangan dari
teknologi pengelolaan air.

Kata kunci: perubahan iklim, pertanian, adaptasi, mitigasi, emisi


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Negara Indonesia pada sejatinya memiliki begitu banyak keanekaragaman hayati yang
telah didukung oleh keadaan dan kondisi geografis yang berupa dataran tinggi dan juga dataran
rendah. Sinar yang berasal dari matahari yang begitu banyak, curah hujan yang hampir merata di
berbagai daearah Indonesia hampir setiap tahunnya, dan juga Indonesia memiliki
keanekaragaman tanah yang terhampar sangat luas yang sangat memungkinkan untuk
pengembangan budidaya aneka ragam tanaman asli dari daerah tanah tropis. Dan juga
komoditasi introduksi dari daerah subtropis yang sebelumnya telah beradaptasi dengan iklim
yang tropis. Swasembada amat penting, mengingat hampir seluruh masyarakat di Indonesia
makan makanan pokok berasal dari beras dan juga cenderung makanan pokok yang tunggal di
beberapa daerah di Indonesia. Namun upaya untuk berswasembada pada bahan pokok beras
dihadapkan kepada beberapa kendala yang sering terjadi, salah satunya ialah perubahan iklim.
Dampak dari perubahan iklim yang paling ekstrim yaitu kekeringan menempatai posisi
pertama pada kejadian gagal panen. Kondisi ini pun menjadi berimplikasi terhadap penurunan
produksi dan juga kesejahteraan bagi para petani. Selain berefek kepada penurunan produksi
bagi bahan pangan, perubahan iklim juga memiliki pengaruh lainnya, seperti pengaruh tidak
langsung yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas tanaman pangan dengan adanya
peningkatan dari serangan hama dan datangnya penyakit bagi tanaman tersebut. Pada musim
penghujan tiba, biasanya perkembangan penyakit pada tanaman bermunculan seperti penyakit
yang datang pada tanaman padi yaitu kresek dan blas, penyakit pada tanaman cabai yaitu
antranoksa, dan penyakit-penyakit lain sebagainya. Perubahan iklim terhadap dan produksi
pertanian memiliki hubungan yang sangat erat. Hubungan dari perubahan iklim dan juga
produksi pertanian biasanya bersifat multidimensional, mulai dari infrastruktur pertanian, sumber
daya alam, serta sitem produksi, dan juga ketahanan pangan, kesejahteraan bagi para petani dan
juga masyarakat pada umumnya.
Penentuan tahun terjadinya peruahan iklim berkiblat pada nilai Southem Oscillation
Index (SOI). Secara meteorologis, kejadian dari El Nino dan La Nina ditunjukkan oleh SOI dari
samudra pasifik (Agung Budi 2015) . Nilai SOI sangat bervariasi menurut dari bulan atau
melalui periode waktu yang lebih singkat. Akibat dari perubahan tekanan udara yang berbeda.
Peristiewa dari La Nina yang ditandai dengan adanya nilai SOI di atas angka 8, sedangkan untuk
peristiwa El Nino ditandai dengan nilai SOI di bawah dari angka -8. Nilai SOI yang cenderung
ekstrem tidak tidak selalu menimpulkan efek serius terhadap curah hujan dan ketersediaan air
bagi para petani. Jika terjadi nilai ekstrem dari SOI hanya akan berlangsung dalam waktu yang
relatif lebih singkat. Misalnya terjadi selama waktu satu minggu. Namun lain halnya jika SOI
ekstrem terjadi lebih dari waktu satu minggu, atau sampai pada kurun waktu berbulan-bulan
dapat dipastikan hal ini dapat menghambat dalam kegiatan pertanian. Jika hujan jarang trun dan
juga curah hujan berkurang hal ini tentu kabar buruk bagi para petani. Hal ini akan berdampak
bagi kelangsungan produksi pertanian nantinya. Perubahan iklim yang ekstream menyebabkan
buruknya hasil panen bagi para petani, hal ini juga bisa menimbulkan beberapa kasus kegagalan
panen bagi para petani. Adanya perubahan iklim ditimbulkan dari berbagai macam faktor yang
terjadi, bisa dari ulah tangan manusia sendiri ataupun berasal dari alam itu sendiri. Didalam
paper ini akan membahas beberapa faktor dan juga penyebab dari perubahan iklim yang
berdampak pada keberlangsungan lahan pertanian.

B. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang masalah diatas dapat ditarik rumusan masalah dari paper ini
adalah:
1. Apa itu perubahan iklim?
2. Dampak apa yang diberikan dari perubahan iklim?

C. Literature Review
Didalam paper ini penulis menggunakan 15 literature review yang berbeda-beda. Berikut
ini akan dipaparkan teori dari literature sebagai acuan dalam penulisan paper ini.

Nama penulis dan Judul Teori dari jurnal


Elza Surmaini, Eleonora Runtunuwu, Irsal Pertanian, terutama subsektor tanaman
Las, upaya sector pertanian dalam pangan, paling rentan terhadap perubahan
menghadapi perubahan iklim iklim terkait tiga faktor utama, yaitu
biofisik, genetik, dan manajemen. Hal ini
karena tanaman pangan umumnya
merupakan tanaman semusim yang relatif
sensitif terhadap cekaman, terutama
Pertanian, terutama subsektor tanaman
pangan, paling rentan terhadap perubahan
iklim terkait tiga faktor utama, yaitu
biofisik, genetik, dan manajemen. Hal ini
karena tanaman pangan umumnya
merupakan tanaman semusim yang relatif
sensitif terhadap cekaman, terutama
kelebihan dan kekurangan air. Elza
Surmaini,Eleorona dan Irsal (2016)
D.J. P. P. Perjanjian Paris dan Nationally Dida Migfar (2016) Risiko dampak
Determined Contribution. perubahan iklim akan berkaitan dengan
adaptasi yang harus dilakukan. Terjadinya
peningkatan permukaan air laut akan
berdampak pada masyarakat pesisir dan
daerah dataran rendah di seluruh dunia
dengan timbulnya fenomena banjir, erosi
pantai dan perendaman, serta hilangnya
pulau-pulau kecil. Hal ini terutama akan
sangat berpengaruh terhadap negara
kepulauan.
Kurniatun Hairiah, Subekti Rahayu , Didik pemanasan global dapat diartikan sebagai
Suprayogo dan Cahyo Prayogo, Perubahan peningkatan suhu rata-rata permukaan
iklim: sebab dan dampaknya terhadap bumi dari tahun ke tahun (2016)
kehidupan.
Maftu’ah, Annisa, dan Noor, Teknologi Maftu’ah (2016) Optimalisasi pemanfaatan
Pengelolaan Lahan Rawa untuk Tanaman lahan rawa perlu dilakukan untuk
Pangan dan Hortikultura dalam Konteks mewujudkan rawa sebagai lumbung
Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim pangan. Namun dalam pengoptimalisai
pemanfaatan lahan rawa sering kali
dihadapkan pada berbagai masalah. Anatar
lain: kondisi infrastruktur masih minim,
biofisik lahan pada umumnya tidak/kurang
subur, social ekonomi masyarakat, serta
dampak lingkungan.
Muhammad Syukur, Adaptasi Sosial Petani Muhammad Syukur (2016) Pengaruh
Tadah Hujan Terhadap Perubahan Iklim perubahan iklim terhadap sector pertanian
(Studi Kasus Pada Petani Tadah Hujan di bersifat multidimensional, mulai dari
Kecamatan Sibulue, Kabupaten Bone sumber daya, infrastruktur pertanian, dan
sistem produksi pertanian, hingga aspek
ketahan dan kemandirian pangan, serta
kesejahteraan petani dan masyarakat pada
umumnya. Pengaruh tersebut dibedakan
menjadi dua indicator, yaitu kerentanan
(vulnerable) dan dampak (impact).

D. Kerangka Dasar Teori


1. Iklim
a. Definisi Iklim
Definisi dari iklim dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah keadaan hawa
(suhu, kelembaban, awan, hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka
waktu agak lama (30 tahun) di suatu daerah. Iklim juga diartikan sebagai kondisi rata-rata
cuaca berdasarakn dari waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau di planet lain.
Studi tentang iklim dipelajari dalam klimatologi.

b. Lahan
Definisi lahan dalam KBBI ialah tanah terbuka, tanah garapan. Lahan biasanya di artikan
sebagai lahan terbuka yang bisa digunakan untuk menanam tumbuhan ataupun digunakan
membangun bangunan dan lain sebagainya. Lahan mencakup semua sumber daya alam
yang ada yang dapat dimanfaatkan di bawah, atas, pada permukaan suatu bidang
geografis. Lahan biasanya dalam bahasa sehari-hari disebut sebagai tanah.
c. Pertanian
Tani atau sering disebut dengan sebutan pertanian merupakan sebuah mata pencaharian
dalam bentuk bercocok tanam, mata pencaharian dalam bentuk mengusahakan tanah
dengan berbagai macam bentuk dan hasil yang akan di dapat nantinya. Pertanian pada
umumnya menggunakan lahan untuk proses terbentuknya hasil dari apa yang akan
ditanam.

E. Definisi Konsepsional
Konsep dalah suatu istilah untuk menggambarkan suatu hal yang akan secara dalam yang
meliputi keadaan atau suatu kelompok serta individu yang nantinya akan menjadi sebuah
pusat penelitian ilmu sosial dan lainnya. Adapun konsep yang terdapat pada paper ini adalah:
a. Iklim adalah suatu sistesis dari kejadian suatu cuaca selama jangka waktu yang
panajang atau dalam jangka waktu yang lama, yang secara statistik cukup untuk
digunakan untuk menunjukkan suatu nilai statistic yang berbeda dengan sebuah
keadaan disetiap saatnya.
b. Lahan
Lahan diartikan sebagai suatu wilayah yang ada di permukaan bumi ini, yang pada
dasarnya mencakup semua komponen biosfer. Dan juga termasuk kepada permukaan
daratan dengan benda-benda padat, cair dan juga gas. Lahan juga diartikan sebagai
lingkuang fisik.

F. Definisi Oprasional
Adapun indikator dari perubahan iklim ialah, pemanasan global, efek rumah kaca,
pembakaran hutan, pembebasan lahan dan polusi udara.dalam penulisan paper ini kelima
indikator ini digunakan untuk pencapaian hal yang maksimal. Berikut ini gambaran dari
definisi operasional yang ada dalam paper ini:
Perubahan iklim
a. Pemanasan global
Hal ini bisa terjadi karena naiknya suhu di permukaan bumi yang menyebabkan
berbagai dampak pada bumi
.
b. Efek rumah kaca
Hal ini terjadi karena banyaknya pembangunan bangunan dengan bahan kaca yang
menyebabkan menipisnya lapisan ozon
c. Pembakan hutan
Banyak oknum yang tidak bertanggung jawab yang melakukan pembakaran hutan
untuk kepentingan pribadi, seperti untuk membangun sebuah perusahaan
d. Pembebasan lahan
Dengan melakukan pembebasan lahan dengan cara menebang hutan akan berdampak
buruk bagi kehidupan di bumi ini.
e. Polusi udara
Dengan meningkatnya jumlah kendaraan maka polusi udara juga akan terus
meingkat, di tambah lagi dengan kebiasaan masyarakat untuk membakar sampah.

G. Metode Penelitian
Metode dalam penulisan paper ini menggunakan metode kualitatif.
PEMBAHASAN
1. Dasar Ilmiah Perubahan Iklim
Uraian secara ilmiah terkait dengan perubahan iklim yang sudah diakaui secara resmi di
tingkatan internasional yang sudah dibentuk oleh Intergovermental Panel on Climate Change
(IPCC). Didalam IPCC menyusun laporan yang disampaikan mslalui kajian (Assessment
Reports) yang komprehensif setiap liama tahun yang bercerita sekitaran tentang ilmu ilmiah,
teknis serta aspek social-ekonomi, penyebab, potensi serta dampak dan juga strategi bagaimana
menghadapi dari perubahan iklim. IPCC juga menyajikan laporan khusus yang juga mengkasi
tentang isu-isu tertentu dan juga laporan metodologi, yang memberikan sebuah panduan praktis
untuk menghitung jumlah gas rumah kaca. Laporan dari IPCC menguraikan bukti yang telah ada
bahwa perubahan iklim memang benar ada dan terbukti sudah terjadi. Suhu di bumi telah
mengalami peningkatan sekitar 0,8°C selama dalam abad terakhir ini. Selama kurang lebih tiga
dekade terakhir ini terjadi secara berturut kondisi bumi kita lebih hangat dari pada keadaan
kondisi bumi pada dekade sebelumnya. Jika kita membandingkan kondisi bumi pada periode
pra-.industri pada tahun 1750-an, kenaikan suhu global pada sekarang ini mengalami kenaikan
setara dengan 2.5-4.7°C. hal utama dari proses pemanasan global ini ialah disebabkan oleh
masuknya energy panas ke lautan (sekitar 90% dari total pemanasan). Dan terdapat bukti bahwa
lautan terus mengalami peningkatan panas selama periode ini.
Disamping penomena peningkatan subhu bumi, terjadi juga peningkatan dari frekuensi
gelombang panas juga peningkatan dari intensitas curah hujan di berbagai wilayah di dunia.
Terdapat bukti-bukti kuat bahwa kondisi suhu semakin ekstrim, termasuk hari-hari yang kita
jalani sekarang ini semakin hari semakin panas dan juga gelombang panas menjadi hal yang
umum sejak tahun 1950. Tren kekeringan yang menghampiri secara global sukar untuk di
identifikasikan. Namun di beberapa daerah sudah jelas menunjukan kekeringan yang mereka
alami dan bahkan lebih parah dan juga lebih sering. Badai tropis yang berskala 4 dan 5 diprediksi
akan mengalami peningkatan frekuensi secara global. Jika kita melihat lautan sekarang sudah
mengalami pengasaman, hal ini dikarenakan lautan banyak menyerap karbon dioksida. Tinggi
dari permukaan air laut global sudah mengalami peningkatan dengan jumlah sebesar 20 cm, ini
bermula sejak awal abad lalu dan terus saja mengalami percepatan yang tidak terduga. Selama
periode 1901-2010, rata-rata dari permukaan air laut mengalami kenaikan sebesar 0.19 m. Dan
permukaan air laut mengalami kenaikan lebih cepat lagi pada periode 1993-2010. Laporan yang
disamapaikan oleh para ahli secara khusus menyatakan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir, di beberapa daerah yang ada di Indonesia mengalami kekurangan curah hujan tahunan.
Padahal kenaikan rata-rata dari air laut pada tahun 1901-2010 hanya sekitar 0.19 mm/ tahun
menjadi 3,2mm/ tahunnya pada periode sekitar tahun 1993-2010.

2. Dampak Perubahan Iklim


Perubahan iklim terlah berdampak bagi kehidupan ekosistem dan juga kehidupan
manusia di seluruh bagian benua dan juga samuder. Perubahan iklim dapat menyebabkan resiko
yang sangat besar bagi kesehatan manusia, pembangunan dari segi ekonomi dan juga keamanan
bagi pangan. Adapun tindakan untuk mengurangi emisi sangatlah penting dan juga untuk
mendesak masyarakat dilakukan agar menghindari dari penomena perubahan iklim. Adaptasi
pun sangat penting untuk dilakukan disini agar bisa menghadapi perubahan iklim. Adapun
tingkatan adaptasi yang dilakukan disini tergantung dengan keberhasilan dari kegiatan mitigasi.
Masyarakat dapat beradaptasi dengan melakukan persiapan untuk menghadapi beberpa resiko
dari perubahan iklim, akan tetapi hal ini saja tentu tidaklah cukup. Oleh sebab itu kita harus bisa
mengurangi efek dari rumah kaca agar membatasi dampak yang terjadi nantinya.
Adapun resiko dari dampak perubahan iklim pada saat ini akan berkaitan dengan adaptasi
yang harus dilakukan sebelumnya. Peningkatan air permukaan laut akan berdampak bagi
masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan juga bagi masyarakat yang tinggal di daerah
dataran rendah di seluruh muka bumi dengan datangnya bencana banjir, erosi dari pantai dan
juga perendaman, serta menghilangnya pulau-pulau kecil akibat dari pemanasan global tersebut.
Hal ini pun pasti akan sangat berpengaruh bagi Negara berkepulauan. Perubahan iklim juga akan
menimbulkan efek lainnya seperti pergeseran rentan geografis dan pola migrasi spesies laut dan
juga dataran. Beberapa dari spesies tersebut akan mengalami kepunahan. Pemanasan dan
pengasaman air laut akan menggangu kehidupan ekosistem di dalam laut, terutama pada
ekosistem yang berada di daerah kutup dan ekosistem yang ada di terumbu karang. Indonesia
yang dikenal dengan sebutan megabiodiversity country mempunyai ekosistem yang ada di
daratan dan juga lautan yang begitu lengkap. Adaptasi yang berbasis ekosistem ini menjadi salah
satu upaya untuk pengendalian dari perubahan iklim prioritas.
Biasanya perubahan iklim akan menyebabkan sebuah resiko yang signifikan, namun
dengan adanya manajemen resiko yang baik maka dampak terburuk dari perubahan iklim dapat
di hindari. Kombinasi antara mitigasi dan juga adaptasi akan mengurangi dari skala resiko
nantinya. Namun ada beberapa resiko yang tidak dapat untuk dihindari kedatangannya, seperti
banjir, kekeringan yang sangat ekstrim, badai, dan juga pemanasan. Dalam hal ini menunjukkan
bahwa kita memang rentan terhadap kejadian cuaca dan iklim. Tindakan yang dibentuk serta
resiko yang kita ambil akan menentukan resiko apa yang nantinya kan kita hadapi kedepannya.
Tindakan dini lebih memungkinkan dan juga cenderung mempunyai banyak waktu untuk
melakukan adaptasi dengan dampak yang kemungkinan nantinya akan terjadi. Akan tetapi kita
juga memiliki batasan-batasan untuk beradaptasi sebelumnya, beberapa resiko nantinya mungkin
akan terjadi dan kita tidak bisa hanya mengandalkan dalam hal beradaptasi terus menerus. Semua
masyarakat yang ada di Indonesia baik yang tinggal di kota ataupun mereka yang tinggal di
daerah pedesaan akan mengalami dampak dari perubahan iklim.sehingga kita perlu
merencanakan serta adaptasi untuk membatasi resiko yang akan terjadi di waktu yang akan
datang. Salah satu kajian iklim yang pernah dilakukan di daerah Indonesia yaitu kajian resiko
dan juga kasian adaptasi, yang bertepatan di daerah Tarakan, Sumatera Selatan dan juga di Kota
Malang (Batu) yang dilaksanakan oleh kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2012.
Berdasarkan hasil dari kajian tersebut menyatakan bahwa untu daerah Tarakan mengalami
kenaikan Suhu sebesar 0,63°C selama 25 tahun terakhir, untuk Provinsi Sumatera Selatan sendiri
mengalami kenaikan suhu juga sebesar 0,31°C di Palembang dan 0,67°C di rata-rata seluruh
daerah Sumatera Selatan. Sedangkan untuk daerah Kota Malang sendiri tren untuk kenaikan
suhu mencapai angka 0,69°C. Namun pada dasarnya angka yang tertera tersebut memiliki
kemungkinan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada, perubahan lokal seperti adanya
efek dari pulau panas dari daerah perkotaan serta dari pergeseran iklim regional itu sendiri.
Kenaikan air laut atau yang biasa dikenal dengan sebutan sea level rise (SLR) terkait
dengan perubahan iklim berlangsung dengan dua mekanisme utama, yaitu dengan ekspansi
terkenal karena dia menghambat dan mengalami pengembangan volume air laut, serta
mencapirnya gletser dan es yang mengakibatkan tertutupnya daratan yang ada di Antartika serta
yang ada di Greenland. Selain dari itu, siklus hidrologi yang ada di daratan mengakibatkan
adanya keanekaragaman iklim serta diikuti dengan timbulnya faktor antropogenik yang
berdampak pula pada naik dan turunya limpasan, hal inipun sangat berpengaruh terhadap
berubahnya permukaan air laut. Berkaitan dengan efek dari perubahan iklim di Indonesia,
Indonesia merupakan salah satu Negara yang rentan terhdapat dampak perubahan iklim. Dengan
jumlah pulau yang ada sekitar 17.000 pulau, sebagian besarnya ibu kota provinsi serta hamper
dari 65% masyarakat Indonesia tinggal di daerah pesisir, wilayah Indonesia sangat rentan
terhadap dampak dari perubahan iklim, terkhusus yang disebabkan oleh naiknya permukaan dari
air laut dan terjadinya penggenagan akibat dari banjir di wilayah pesisir. Kenaikan dari
permukaan air laut, selain menimbulkan dampak langsung yaitu berkurangnya wilayah akibat
dari tenggelamnya daratan, juga menyebabkan rusaknya ekosistem daerah pesisir akibat dari
gelombang pasang, adapun efek tidak langsungnya yaitu berubahnya hilangnya serta berubahnya
mata pencaharian masyarakat sekitar, terkhusus kepada masyarakat yang tinggal di daerah tepi
pantai, berkurangnya daerah persawahan dataran rendah di wilayah pesisir pantai yang nantinya
akan berpengaruh kepada ketahanan pangan masyarakat setempat, gangguan yang timbul
akibatnya susahnya transportasi antar pulau, dan juga rusak atau hilangnya objek wisata yang ada
di daerah pantai dan pulau. Selain itu dampak lain dari perubahan iklim ialah mengakibatkan
penurunan dari ketersediaan air, berubahnya produksi tanaman, serta bisa mengakibatkan
hilangnya keberadaan dari keanekaragaman hayati yang merupakan aset yang tidak ternilai
harganya yang sudah dimiliki oleh Indoensia. Perubahan iklim juga akan mengakibatkan dampak
pada kesehatan, kematian, pola dari migrasi, ketahanan pangan, dan juga ekosistem alami serta
kesejahteraan ekonomi, baik itu di tingkatan lokal ataupun yang ada di tingkatan nasional.

3. Adaptasi dari Perubahan Iklim


Perahan iklim sejatinya menjadi sebuah ancaman bagi seluruh umat manusia d muka
bumi ini begitu juga dalam hal pembagunan, tidak terkecuali kepada masyarakat Indonesia. Yang
pastinya akan berdampak kepada ketersediaan kebutuhan oleh masyarakat, yang mencakup
kepada produksi dan distribusi bahan pangan, ketersediaan airdan juga energi. Untuk
mengurangi tingkatan kerentanan terhadap dampak dari perubahan iklim pada saat ini, perlu
dilakukan sebuah upaya guna untuk memperkokoh kapasitas dari adaptasi tersebut secara
menyeluruh dengan cara pembangunan ketahanan social, ekonomi, diversifikasi dari mata
pencaharian bagi masyarakat yang sekiranya tidak sensitive terhadap timbulnya perubahan iklim.
Memperbaiki tata ruang serta managemen dari ekosistem. Sebagaimana yang telah tertulis dalam
Undang-Undang no.32 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, rencana dari
Pengelolaan Lingkungan Hidup ini harus memuat rencana dari adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim. Selain dari pada itu kajian tentang tingkat kerentaan dan juga tingkatan dari kapasitas
adaptsi dari perubahn iklim adalah salah satu upaya yang sangat perlu untuk diperhatikan dalam
membentuk kajian lingkungan hidup yang strategis guna untuk memastikan bahwa dari prinsip
pembangunan berkelanjutan yang berkaitan dengan iklim telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan kebijakan, serta rencana dan juga program.
Program serta aksi adapatasi yang diterapkan dan juga di laksanakan di Indonesia harus
memperhatikan tingkatan serta memperhatikan juga resiko terkait dengan iklim dan juga
ancaman yang kemungkinan akan kita hadapi nantinya serta pola dari kecenderungan ataupun
pola dari perubahan tingkat resiko serta ancaman dimasa yang akan datang nantinya. Program
serta aksi adaptasi yang sifatnya akan segera datang, diarahkan kepada daerah yang tingkatan
resiko iklim dan juga pada masa depan resikonya masih terbilang tinggi atau cenderung akan
mengalami peningkatan. Adapun dengan yang sifatnya terbilang untuk jangka panjang akan
diarahkan kepada wilayah yang saat ini dibilang rendah dan juga dimasa depan bisa dibilang
rendah juga ataupun akan mengalami peningkatan. Tahan-tahp antisipatif perlu dilakukan untuk
meningkatkan ketahanan dari dalam diri masyarakat yang berkaitan dengan dampak perubahan
iklim perlu untuk dikedepankan. Sehingga untuk pembangunan yang sedang dilakukan ataupun
yang akan dibangun dapat terjamin proses keberlanjutannya. Untuk daerah Indonesia, kegiatan
aksi adaptasinya dilakukan dengan cara integritas dengan program pembangunan, terutama
kepada daerah yang teridentifikasi rentan terhadapat dampak dari perubahan iklim tersebut.

4. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sektor Pertanian


Dalam bidang pertanian terutama pada subsektor tanaman terkhusus pada bidang pangan
palingan rentan terhadap efek dari perubahan iklim terkait terhadap tiga faktor utama, yaitu
terhadap faktor bio fisik, manajemen dan juga faktor genetik. Hal ini dikarenakan tanaman
pangan ialah tanaman yang merupakan tanaman semusim yang keadaanya relative sangat sensitif
terhadap gangguan, terutama terhadap kekurangan serta kelebihan air. Kerentaan ini sangat
berhubungan kepada sistem pengunaan yang berasal dari lahan dan pengunaan tanah, teknologi
pada pengelolaan tanah, pola pada tanaman, air dan juga tanaman, dan juga terhadap varietas
tanaman. Ada tiga faktor utama yang berkaitan dengan perubahan iklim global, yaitu, 1) terjadi
perubahan terhadap pola hujan 2)meningkatnya kejadian iklim yang ekstrim ( banjir, longsor,
dan kekeringan) 3) terjadinya peningkatan susu udara dan juga peningkatan permukaan air laut.
Perubahan pada pola hujan sudah terjadi di Indonesia sejak beberapa dekade belakangan
ini, seperti mundurnya musim hujan di beberapa lokasi di beberapa wilayah Indonesia, dan
mengalami kemajuan musim hujan di beberapa wilayah lainnya. Perubahan pada pola hujan ini
pun mengakibatkan menurunya ketersdian air di waduk-waduk, terutama pada wilayah pulau
Jawa. Contohnya seperti, selama sekitar 10 tahun terakhir rata-rata dari volume alirain air di
daerah DAS Citarum yang masuk kedalam waduk mengalami penurunan dari 5,70 miliar
m3/tahunnya menjadi 4,90 miliar m3 /tahun. Kondisi tersebut mengalami implikasi terhadap
menerunnya kemampuan waduk Jatiluhur yang menaliri sawah-sawah di Pantura Jawa. Kondisi
yang lainnya juga di jumpai pada waduk yang berada di Jawa Tengah, yang bertepatan pada
Gajah Mungkur dan Kedung Ombo. Dengan kondisi perubahan terhadap curah hujan tersebut,
dan jika para petani tetap mempertahankan pola bertanamannya seperti biasanya, maka pristiwa
seperti gagal panen akan sering terjadi. Dengan terjadinya penurunan curah hujan dan juga
ketersediaan air di waduk, maka para petani juga harus mengubah pola bertanam, dari padi
menjadi tanaman non-padi. Hasil berdasarkan kepada analisis ideks perubahan iklim, yaitu suatu
indeks yang bertugas untuk mengukur kejadian menyimpang terhadap iklim di masa yang akan
datang nantinya dibandingkan dengan apa yang telah terjadi pada saat ini, yang telah dilakukan
oleh baetting et al (2007) yang mengindikasikan bahwa nilai dari penyimpangan iklim yang ada
di Indonesia akan mengalami peningkatan pada masa yang akan datang dengan jumlah angka
sebesar 7 dan 8. Dari nilai tersebut menyatakan bahwa Indonesia akan mengalami peningkatan
sebuah frekuensi kejadian iklim yang eksterim seperti kejadian bencana banjir dan juga bencana
kekeringan pada masa yang akan mendatang. Dampak dari bencana banjir dan juga kekeringan
pada sawah ialah hal yang sangat merugikan bagi para petani dan juga masyarakat, karena hal itu
akan mengganggu ketahanan pangan masyarakat. Jika hal ini terus terjadi maka sumber pangan
masyarakat akan terganggu. Selain itu dampak dari naiknya permukaan air laut akan menggagu
sector pertanian yang berada di daerah pesisir, dampaknya berupa penciutan lahan pertanian di
daerah pesisir.

5. Upaya untuk Menghadapi Perubahan Iklim


Dampak dari perubahan iklim yang semakin hari semakin besar terjadi, merupakan
sebuah tantangan besar bagi manusia terutama bagi sektor pertanian. Peranan aktif dari berbagai
kalangan sangatlah penting adanya untuk kondisi seperti ini, yaitu dengan cara mengantisipasi
dampak dari perubahan iklim tersebut, bisa dilakukan dengan cara melakukan mitigasi dan juga
dengan adaptasi. Upaya dari antisipasi ini bertujuan untuk mempersiapkan strategi dari mitigasi
dan juga dari adaptasi. Beberapa pengkajian dari dampak perubahan iklim sudah pernah
dilakukan, yang pertama, sumber daya pertanian terhadap pola curah hujan dan juga musim yang
berkaitan dengan sistem hidrologi dan juga dari sumber daya air, yang kedua terhadap
infrastruktur saran dan juga prasarana lahan pertanian, yang ketiga ialah system produksi
pertanian, dan yang keempat adalah aspek dari social-ekonomi dan juga budaya. Teknologi dari
adaptasi bertujuan untuk melakukan penyesuaian diri terhadap dampak perubahan iklim yang
terjadi serta mengurangi dari resiko gagalnya produksi pertanian. Teknologi dari adaptasi
meliputi dari penyesuaian waktu pada saat menanam tanaman, dan juga penggunaan dari pupuk
unggul yang tahan terhadap kondisi kekeringan apa bila terjadi, salintis serta rendaman. Dan juga
terhadap pengembangan teknologi pengelolaan air. Dengan melakukan beberapa dari upaya yang
telah dilakukan sebelumnya, maka akan ada kemungkinan untuk mempertahankan hasil yang
bagus dari hasil panen para petani. Dengan mengikuti langkah-langkah sedemikain yang telah
dipaparkan resiko terjadinya kegagalan panen cenderung kecil.
Penutup

Kesimpulan
Perubahan iklim yang terjadi pada saat ini bukan lah sebuah isu ataupun sebuah hal yang
jarang untuk dibicarakan. Tetapi sudah menjadi hal yang nyata adanya dan juga hal yang lumrah,
maka dari itu diperlukan untuk melakukan sebuah tindakan yang nyata secara bersama pada
tingkatan global, regional maupun pada tingkatan nasional. Dalam menyikapi perubahan iklim
tentunya kita sebagai manusia harus bisa menangani masalah ini untuk kepentingan generasi kita
yang akan mendatang. Selain itu kementerian pertanian telah menysusun strategi untuk
menyikapi dari fenomena perubahan iklim ini dengan memaparkan tiga aspek utama yaitu, aspek
dari mitigasi, aspek dari antisipasi dan juga aspek dari adaptasi. Strategi dari aspek antisipasi
dilakukan dengan cara melakukan pengkajian kepada perubahan iklim yang terjadin, hal ini
dilakukan agar mengetahui dampak negatif apa yang terjadi terhadap sektor pertanian. Adaptasi
ini pun merupakan sebuah tindadakan penyesuaian sistem alam dan juga sosial guna untuk
menghadapi dampak negatif yang timbul terhadap perubahan iklim. Upaya tersebut akan sangat
berpengaruh dan juga bermanfaat dan juga bisa dibilang lebih efektif apabila laju dari perubahan
iklim tidak melebih dari kemampuan upaya dari adapts tersebut. Oleh sebab itu, kita perlu
mengimbanginya dengan upaya mitigasi, yaitu dengan cara mengurangi sumber maupun
peningkatan dari penyerapan efek rumah kaca. Karena efek dari rumah kaca pun sangat
berpengaruh terhadap terjadinya pemanasan global pada masa ini dan berdampak buruk nantinya
bagi kehidupan mendatang. Tentunya kita sebagai generasi bangsa harus mempertahankan
keanekaragaman hayati dan menjaga sumber daya yang ada pada saat ini agar generasi yang
akan datang dapat menikmatinya juga.
Daftar pustaka

Surmaini, E., lahan Pertanian, B. B. L. S., Runtunuwu, E., & Las, I. (2015). Upaya sektor
pertanian dalam menghadapi perubahan iklim.
Iklim, D. J. P. P. (2016). Perubahan Iklim, Perjanjian Paris dan Nationally Determined
Contribution
Hairiah, K., Rahayu, S., Suprayogo, D., & Prayogo, C. (2016). Perubahan iklim: sebab dan
dampaknya terhadap kehidupan. Bahan Ajar, 1, 3.
Maftu’ah, E., Annisa, W., & Noor, M. (2016). Teknologi Pengelolaan Lahan Rawa untuk
Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Konteks Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim. Jurnal
Sumberdaya Lahan, 10(2).
Muhammad, S. (2016). Adaptasi Sosial Petani Tadah Hujan Terhadap Perubahan Iklim (Studi
Kasus Pada Petani Tadah Hujan di Kecamatan Sibulue, Kabupaten
Bone). PREDESTINASI, 9(2), 100-114.
Susilokarti, D., Arif, S. S., Susanto, S., & Sutiarso, L. (2015). Identifikasi Perubahan Iklim
Berdasarkan Data Curah Hujan di Wilayah Selatan Jatiluhur Kabupaten Subang, Jawa
Barat. Agritech, 35(1), 98-105.
Santoso, A. B., Tiga, C. S. R., & Ambon, M. (2016). Pengaruh perubahan iklim terhadap
produksi tanaman pangan di Provinsi Maluku.
Sudarma, I. M., & As-syakur, A. R. (2018). DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP
SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI. SOCA (SOCIO-ECONOMIC OF
AGRICULTURRE AND AGRIBUSINESS), 87-98.
Hidayati, I. N., & Suryanto, S. (2015). Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Pertanian
Dan Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan Kekeringan. Jurnal Ekonomi & Studi
Pembangunan, 16(1), 42-52.
Salim, E. (2018). Legislasi dan Perubahan Iklim. Jurnal Legislasi Indonesia, 6(1), 1-14.
WIRATAMA, Y. P., & Kusumasari, B. (2016). Strategi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
di Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada)
Cahyaningtyas, A., Azizah, N., & Herlina, N. (2019). Evaluasi dampak Perubahan Iklim
Terhadap Produktivitas Padi (Oryza sativa L.) Di Kabupaten Gresik. Jurnal Produksi
Tanaman, 6(9).
Supriadi, H. (2015). Budidaya tanaman kopi untuk adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim. Perspektif, 13(1), 35-48.
Rahman, A. (2016). Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kerentanan Penghidupan Petani dan
Pertumbuhan Sektor Pertanian Di Kabupaten Sukoharjo (Doctoral dissertation, Universitas
Sebelas Maret).
Ruminta, R., Handoko, H., & Nurmala, T. (2018). Indikasi perubahan iklim dan dampaknya
terhadap produksi padi di Indonesia (studi kasus: Sumatera Selatan dan Malang Raya). Jurnal
Agro, 5(1), 48-60.
Widyati, E. (2011). Kajian optimasi pengelolaan lahan gambut dan isu perubahan iklim. Tekno
Hutan Tanaman, 4(2), 57-68.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai