Anda di halaman 1dari 13

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Rumah Jurnal Online - Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya

EMARA - Indonesian Journal of Architecture


Vol 1 Nomor 1 - Agustus 2015
ISSN 2460-7878

PARAMETER HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGIS PADA DAERAH


ALIRAN SUNGAI (DAS) SEBAGAI LANDASAN DALAM
PERENCANAAN RUANG
Rahmad Junaidi
Fakultas Sains dan Teknologi UINSA Surabaya junaichi@yahoo.co.id

Abstrak
Indonesia mulai merasakan dampak pemanasan global (global warming) yang telah dibuktikan dengan
terjadinya perubahan musim, di mana musim kemarau menjadi lebih panjang serta bencana alam yang terjadi.
Hal tersebut seiring dengan banyaknya Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia dengan kondisi kritis.
Beberapa bencana yang terjadi di Indonesia telah memberikan dorongan perencanaan ruang yang
memperhatikan kaidah-kaidah konservasi, baik konservasi tanah maupun konservasi air yang bertujuan agar
terwujudnya keseimbangan lingkungan, sehingga pertumbuhannya tidak menyebabkan bencana. Tujuan dari
kajian ini yaitu mendapatkan prosedur penataan ruang berdasar parameter hidrologi dan hidrogeologis suatu
DAS.Pengetahuan tentang hubungan siklus hidrologi dalam suatu DAS dijadikan sebagai landasan dalam
perencanaan ruang. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam merancang pola
perencanaan ruang serta dapat dijadikan sistem pendukung dalam pengambilan keputusan (decision support
systems) untuk perencanaan RTRW yang mengacu pada konservasi tanah dan air.

Keywords: DAS, siklus hidrologi, penataan ruang

1. Pendahuluan
dengan intensitas curah hujan tertinggi selama 30
Indonesia mulai merasakan dampak pemanasan
tahun terakhir di Indonesia. Dampak lainnya yaitu
global (global warming) yang telah dibuktikan
hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di
dengan berbagai perubahan iklim maupun bencana
Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti
alam yang terjadi.Adapun dampak perubahan iklim
pemutihan karang seluas 30% atau sebanyak 90-95%
yaitu terjadinya perubahan musim di mana musim
karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu
kemarau menjadi lebih panjang sehingga
air laut. Hal ini menandakan perubahan iklim yang
menyebabkan gagal panen, krisis air dan kebakaran
disebabkan pemanasan global
hutan. Selain itu, terjadinya curah hujan yang sangat
Pemanasan global atau Global Warming adalah
tinggi sehingga menyebabkan banjir dan tanah
adanya proses peningkatan suhu rata- rata atmosfer,
longsor. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
laut, dan daratan bumi. Suhu rata- rata global
menyebutkan, Februari 2007 merupakan periode
pada permukaan bumi telah
16 Rahmad Junaidi: Parameter Hidrologi dan Hidrogeologis pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) Sebagai Landasan Dalam Perencanaan Ruang

meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) karena penebangan komersial, kebakaran hutan, dan
selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental pembukaan hutan untuk aktivitas usaha tani (Jawa
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan Pos, Selasa 4 September 2007 : hal 14). Selain itu,
bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata- rata laju degradasi hutan setiap tahun mencapai 2,83 juta
global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan hektar. Dari total 120,5 juta hektar wilayah hutan,
besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas- sekitar 59 juta hektarnya dalam keadaan kritis.
gas rumah kaca (GRK) akibat aktivitas manusia Rusaknya hutan akan berpengaruh pada
melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah pemanasan global yang mengakibatkan perubahan
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan iklim (Jawa Pos, Selasa 4 September 2007 : hal 14).
akademik, termasuk semua akademi sains nasional Kementerian Pekerjaan Umum (Kementerian PU)
dari negara-negara G8. mengindikasikan adanya 62 DAS (Daerah Aliran
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Sungai) kritis. Sumbangan Kementerian PU dalam
aktivitas manusia merupakan penyebab utama rangka reservasi hutan yang rusak mencapai sekitar 43
terjadinya perubahan iklim. Selain itu pertambahan juta hektar hutan, 23 juta hektar diantaranya berada di
populasi penduduk dan pesatnya pertumbuhan areal ke 62 DAS yang kritis tersebut. Prioritas
teknologi dan industri ternyata juga memberikan reboisasi akan dilakukan di DAS yang kritis, seperti
kontribusi besar pada pertambahan GRK. Akibat jenis di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, NTB dan
aktivitas yang berbeda-beda, maka GRK yang NTT (Agriceli, 2004).
dikontribusikan oleh setiap negara ke atmosfer pun Hutan merupakan salah satu bagian dari DAS
memiliki porsi yang berbeda. yang berfungsi sebagai pelindung mata air dan
Di Indonesia sendiri GRK yang berasal dari sebagai daerah tangkapan air. Beberapa penyebab
aktivitas manusia dapat dibedakan atas beberapa hal, rusaknya hutan adalah penebangan komersial,
yaitu (1) kerusakan hutan termasuk perubahan tata kebakaran hutan, dan pembukaan hutan untuk
guna lahan, (2) pemanfaatan energi fosil, (3) pertanian aktivitas usaha tani. Kerusakan hutan yang terjadi
dan peternakan, serta (4) sampah. Hutan yang merupakan awal penyebab terjadinya suatu bencana
semakin rusak, baik karena kejadian alam maupun alam, yaitu bencana banjir, longsor, kekeringan, serta
penebangan liar, juga menambah jumlah GRK yang pemanasan global yang berujung pada perubahan
dilepaskan ke atmosfer secara signifikan serta fungsi iklim.
hutan sebagai penyerap emisi GRK. Kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan hutan
Organisasi lingkungan dunia Green Peace seperti halnya aturan tentang larangan eksploitasi
menyebutkan, pada tahun 2007 sekitar 72 % hutan hutan, UU tentang pokok-pokok pengelolaan
Indonesia rusak serta setengah wilayah hutan yang lingkungan dan peraturan pemerintah tentang
masih ada dalam kondisi terancam pengelolaan hutan lindung yang mengatur tata cara
penebangan dan keharusan menanam kembali
pohon yang
EMARA - Indonesian Journal of Architecture
Vol 1 Nomor 1 – Agustus 2015 17

ditebang, telah diberlakukan untuk mengatasi dan 2.2. Filosofi Dasar Tataruang berdasarkan
mencegah bencana-bencana alam agar tidak terjadi. Parameter Hidrologi dan Hidrogeologis
Namun beberapa aturan menjadi sia-sia jika Indonesia merupakan negara air, yang secara
dihadapkan pada persaingan antar manusia yang kontinyu terjadi musim hujan selama lebih kurang
berebut sejengkal ruang untuk dapat bertahan hidup. enam bulan yang memberikan curah hujan cukup
Beberapa penyebab meningkatnya konsentrasi besar. Kondisi alam tersebut, haruslah mendapat
gas rumah kaca (GRK) akibat aktivitas manusia perhatian secara cermat, karena merupakan salah satu
berdampak pada perubahan iklim yaitu terjadinya faktor yang mendasar dalam menata suatu kawasan.
perubahan musim di mana musim kemarau menjadi Sebagai negara yang masih dan terus akan
lebih panjang daripada musim hujan. Hal tersebut berkembang, pembangunan sarana fisik mutlak
secara langsung berdampak terhadap siklus hidrologi dilakukan untuk menjamin kesejahteraan sosial
yang kemudian menyebabkan bencana hidrologis penduduknya. Pembangunan yang dilakukan berarti
khususnya Provinsi Jawa Timur secara berturut- turut. juga akan mengalih-fungsikan penggunaan lahan.
Ketika Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, dan Lahan yang dulunya merupakan daerah terbuka
Gresik mulai pulih setelah dihantam luapan Sungai maupun daerah resapan air, berubah menjadi daerah
Bengawan Solo, maka berikutnya Kabupaten yang tertutup perkerasan dan bersifat kedap air.
Situbondo yang diterjang air bah dari luapan Sungai Perubahan penggunaan lahan seperti ini
Sampeyan. menyebabkan pada musim penghujan, air hujan tidak
Berdasarkan uraian tersebut di atas, perlu dapat lagi meresap ke dalam tanah, sehingga
dilakukan suatu perencanaan ruang yang menimbulkan limpasan di permukaan (surface run
memperhatikan parameter hidrologi dan off) yang kemudian menjadi genangan atau banjir dan
hidrogeologis yang bertujuan agar terjadi erosi atau longsor. Kondisi seperti ini akan
keseimbangan lingkungan, sehingga mempengaruhi juga kelestarian dari air tanah
pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah tidak (groundwater), karena air hujan yang meresap ke
menyebabkan bencana, seperti banjir dan longsor dalam tanah merupakan imbuhan airtanah secara
yang dapat merugikan wilayah itu sendiri. alami (natural recharge).
UU No. 26 Tahun 2007, penataan ruang meliputi
2. Kajian Pustaka proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang yang
2.1. Penelitian Terdahulu
berkualitas (yang efisien dan efektif) serta
1. Studi Perencanaan Fungsi Kawasan dan Arahan
pengendaliannya, penataan ruang merupakan upaya
Konservasi Lahan dan Tanah di DAS Brantas
yang bertujuan untuk mensejahterakan dan
Bagian Hulu dengan Menggunakan SIG Oleh
memberikan rasa aman dan nyaman pada masyarakat
Rahmad Junaidi, 2006.
serta mempertahankan dan meningkatkan konservasi
2. Model Tata Ruang Wilayah Berbasis
alam atau kelestarian lingkungan. Hasil perencanaan
Hidrogeologi Oleh Mohammad Bisri dkk, 2009.
ruang yang baik
18 Rahmad Junaidi: Parameter Hidrologi dan Hidrogeologis pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) Sebagai Landasan Dalam Perencanaan Ruang

akan menghasilkan pemanfaatan ruang yang yang sangat mengganggu aktifitas penduduk. Hujan
berkualitas dan akan mempermudah dalam usaha dengan waktu yang tidak terlalu lama telah
pengendaliannya. menyebabkan genangan-genangan air, bahkan dengan
Perencanaan ruang pada hakekatnya adalah intensitas hujan yang tinggi menyebabkan banjir dan
menata ruang secara terpadu dan menyeluruh, longsor yang sangat merugikan kehidupan ekonomi.
menyangkut semua aspek geografi, biologi, fisik, Seperti dijelaskan oleh Chow et al., (1988),
ekonomi dan sosial yang harus ditelaah, dianalisis dan bahwa urbanisasi akan membawa pengaruh terhadap
dirumuskan menjadi satu kesatuan dari berbagai perubahan tata ruang dari suatu daerah dan
kegiatan pemanfaatan ruang.Perencanaan ruang tidak berdampak nyata terhadap sumberdaya air. Pada
sekedar memunculkan segi estetika semata, lebih dari kondisi daerah dalam masa transisi atau sedang
itu adalah untuk menciptakan keserasian dengan mengalami pertumbuhan, Chow et al., (1988)
lingkungan alamiahnya.Oleh karena itu, dalam menyebutkan, bahwa akan terjadi penurunan
perencanaan ruang landasan yang digunakan haruslah masuknya air ke dalam tanah (infiltrasi) atau secara
mengacu pada hakekat dan tujuan akhir dari luas dapat dikatakan sebagai penurunan konservasi
perencanaan ruang itu sendiri.Keselarasan tanah dan air dan meningkatnya limpasan permukaan
perkembangan wilayahyang tidak mengganggu (banjir) dan longsor. Selanjutnya, pada tahap daerah
lingkungan, merupakan salah satu tujuan dan menjadi yang sudah mulai berkembang, maka akan
tolok ukur keberhasilan sebuah perencanaan ruang. menyebabkan penurunan yang lebih besar terhadap
Dengan kata lain, bahwa sebuah perencanaan ruang infiltrasi atau konservasi air dan peningkatan limpasan
memerlukan suatu parameter kontrol atau evaluasi permukaan (banjir) serta erosi (longsor), juga
sebagai dasar penentuan keberhasilannya, dan yang terjadinya penurunan muka air tanah.
berfungsi sebagai parameter evaluasi tersebut adalah
2.2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS)
hidrologi dan hidrogeologis.
Menurut Asdak (1995), DAS adalah daerah yang
Konservasi tanah dan air yang berarti usaha-
dibatasi oleh punggung-punggung gunung, sehingga
usaha dalam perlindungan sumberdaya tanah dan air,
air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
dialirkan melalui sungai-sungai kecil menuju sungai
perencanaan ruang. Terabaikannya analisis kuantitatif
utama. Sosrodarsono & Takeda (1993) menyatakan
mengenai konservasi tanah dan air dalam perencanaan
bahwa DAS adalah daerah tempat presipitasi yang
ruang, menyebabkan ketidakserasian antara
akan terpusat ke sungai, dan dibatasi oleh garis batas
pembangunan yang dilakukan dengan lingkungan
daerah- daerah aliran yang berdampingan. Luas
alamiah di sekitarnya.Konstruksi yang indah secara
daerah aliran diperkirakan dengan mengukur daerah
fisik dengan bangunan- bangunan yang menjulang
tersebut pada peta topografi. DAS merupakan daerah
dan tertata rapi, terasa kurang bermakna jika terjadi
tempat semua air di daerah tersebut
genangan
EMARA - Indonesian Journal of Architecture
Vol 1 Nomor 1 – Agustus 2015 19

akan mengalir ke dalam suatu sungai tertentu. Daerah kesatuan wilayah tata air yang merupakan suatu
ini umumnya dibatasi oleh batas topografi, yang ekosistem alam yang keadaan, tindakan dan pengaruh
berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. yang berlaku pada salah satu unsur akan
Batas tersebut tidak ditetapkan berdasarkan air bawah mempengaruhi yang lain, haruslah dipandang sebagai
tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah suatu kesatuan yang utuh (Soemarwoto, 1978). Ini
sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian. berarti, pengembangan suatu DAS yang dilakukan
Nama DAS ditandai oleh nama sungai yang dengan mengubah komponen tertentu dari DAS
bersangkutan dan dibatasi oleh titik kontrol (outlet), tersebut, haruslah dilakukan dengan menyimak secara
yang umumnya merupakan stasiun hidrometri atau teliti segenap aspek DAS tersebut sebagai satu
lokasi bangunan air (Harto, 1993). Dalam kesatuan, dan dengan tidak melupakan akibat
keterkaitannya dengan ekologi lingkungan, maka kerusakan yang mungkin timbul pada DAS tersebut.
DAS dapat dinyatakan sebagai suatu kesatuan Dengan demikian, DAS merupakan suatu
ekosistem, sehingga setiap tindakan atau pengaruh kesatuan tata air yang saling terkait ke dalam dirinya
yang berlaku pada salah satu unsur ekosistem atau sendiri (interrelated in itself). Perubahan pada salah
bagian wilayah DAS akan mempengaruhi kumpulan satu komponen tersebut, akan mengakibatkan
ekosistem DAS secara keseluruhan. gangguan pada seluruh kerja sistem tersebut.
Dengan demikian, DAS sebagai suatu

Gambar1. Daerah Aliran Sungai (DAS)


Sumber : www.gocolumbiamo.com/PublicWorks/StormWater/StormwaterUtility-Knowyourwatershed.php
2.2.2. Siklus Hidrologi (interception). Air hujan yang dapat mencapai
Asdak (1995), menjelaskan bahwa ketersediaan permukaan tanah, sebagian akan masuk (terserap) ke
air, khususnya airtanah, tidak terlepas dari proses dalam tanah (infiltration). Air hujan yang tidak
berlangsungnya daur hidrologi yang merupakan suatu terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara
siklus air yang terjadi di bumi (Gambar 2). Dalam dalam cekungan- cekungan permukaan tanah
daur hidrologi, energi panas matahari menyebabkan (surface detention), untuk kemudian mengalir di
terjadinya proses evaporasi di laut atau badan air atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah
lainnya. Uap air tersebut akan terbawa oleh angin (surface runoff) yang selanjutnya masuk ke sungai.
melintasi daratan yang bergunung-gunung maupun Air yang terinfiltrasi akan tertahan di dalam
datar dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan, tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan
maka sebagian dari uap air tersebut akan turun membentuk kelembaban tanah. Apabila tingkat
menjadi hujan. Sebelum mencapai permukaan tanah, kelembaban tanah telah cukup jenuh, maka air hujan
air hujan akan tertahan oleh tajuk vegetasi. Sebagian yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara
dari air hujan akan tersimpan di permukaan tajuk atau lateral (horisontal), untuk selanjutnya pada tempat
daun, sebagian lainnya akan jatuh ke atas permukaan tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah (sub
tanah melalui sela-sela daun atau mengalir ke bawah surface run off) dan akhirnya mengalir ke sungai.
melalui permukaan batang pohon. Alternatif lainnya, air hujan yang masuk ke dalam
tanah akan bergerak vertikal menuju lapisan tanah
yang

Gambar2. Siklus Hidrologi


Sumber : www.gocolumbiamo.com/PublicWorks/StormWater/StormwaterUtility-

Sebagian kecil air hujan tidak akan pernah lebih dalam dan menjadi bagian dari air tanah
sampai ke permukaan tanah, melainkan terevaporasi (groundwater). Air tanah tersebut, terutama pada
kembali ke atmosfir (dari tajuk) selama dan musim kemarau, akan mengalir perlahan ke sungai,
setelah berlangsungnya hujan danau atau tempat penampungan air
18 Rahmad Junaidi: Parameter Hidrologi dan Hidrogeologis pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) Sebagai Landasan Dalam Perencanaan Ruang

alamiah lainnya. secara fisik bisa berubah sesuai kehendak politik pengelola
2.2.3. Konservasi Air negara.
Konservasi air adalah upaya untuk memasukkan
air ke dalam tanah dalam rangka pengisian air tanah, 3. Metode
baik secara alami (natural recharge) atau secara Metode yang dipergunakan adalah studi literatur
buatan (artificial recharge). Pengertian masuknya air dan studi kasus. Studi literatur yaitu dengan
ke dalam tanah identik dengan pengertian infiltrasi. mengumpulkan beberapa teori mengenai hidrologi
Oleh karena itu, tujuan konservasi air adalah mencari dan hidrogeologi pada Daerah Aliran Sungai
besarnya laju infiltrasi pada suatu daerah dalam (DAS).Studi kasus dilakukan dengan memberikan
rangka pengisian air tanah. Apabila kegiatan contoh hasil gambaran parameter hidrologi dan
konservasi air berjalan dengan baik, maka limpasan hidrogeologis suatu DAS dalam bentuk spasial (peta).
permukaan atau genangan air sedikit sekali terjadi. Perencanaan ruang dilakukan dengan beberapa
Sebaliknya, apabila konservasi air tidak berjalan tahapan yakni 1) Menganalisis penggunaan lahan
dengan baik, maka akan timbul limpasan permukaan yang ada pada daerah penelitian, 2) Menganalisis
atau genangan air bahkan banjir. kelas kemampuan lahan dan arahan fungsi kawasan,
3) Menganalisis konservasi air, 4) Menyusun tata
2.2.4. Konservasi Tanah
ruang, 5) Mengkalibrasi dan verifikasi tata ruang
Konservasi tanah adalah usaha-usaha untuk
dengan RTRW yang ada.
memanfaatkan dan menjaga serta melindungi sumber
Metode pengumpulan data pendekatan metode
daya tanah, atau suatu tindakan pengembangan dan
survei, yaitu perolehan data dilakukan dengan cara
proteksi terhadap sumber daya tanah. Dengan
langsung dikumpulkan dari sumber pertama atau
demikian, hal yang sangat penting dalam
pengukuran langsung di lapangan (data primer) dan
memanfaatkan sumber daya tanah adalah analisis
dari instansi terkait atau secara tidak langsung (data
kemampuan tanah atau lahan tersebut. Berdasarkan
sekunder). Jenis data yang dikumpulkan pada
analisis kelas kemampuan lahan atau tanah inilah
dasarnya terdiri dari data ruang dan data non ruang
arahan guna lahan dapat diketahui, sehingga
yang menggambarkan karakteristik DAS. Data primer
konservasi tanah dapat dijadikan sebagai salah satu
yang dibutuhkan adalah data sifat fisik tanah (sampel
azas atau landasan dalam penataan ruang.
tanah). Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan
2.2.5. Syarat Batas Penataan Ruang adalah: 1) data curah hujan & klimatologi, 2) jenis
Syarat batas perencanaan ruang berdasarkan tanah, 3) peta topografi (kontur), 4) peta penggunaan
parameter hidrologi dan hidrogeologis adalah lahan & Citra Satelit, 5) Peta Rencana Tataruang
menggunakan batas Daerah Aliran Sungai Wilayah (RTRW), dan 6) Peta Daerah Aliran Sungai,
(DAS).Berbeda dengan batas tataruang yang telah ada dan 7) Peta Hidrogeologi dan Geologi.
selama ini, yaitu menggunakan batas wilayah
administrasi yang
Gambar 3. Alir Penataan Ruang dengan Parameter Hidrologi dan Hidrogeologis
• Kawasan Lindung; Kawasan yang memiliki jalur
4. Pembahasan
pengaman aliran sungai, sekurang- kurangnya
4.1. Penggunaan Lahan Eksisting
100 m di kiri-kanan alur sungai dan juga
Penggunaan lahan suatu wilayah merupakan
merupakan kawasan pelindung mata air, yaitu
faktor yang sangat menentukan keterbelanjutan suatu
200 m dari pusat mata air.
wilayah.Pengaturan penggunaan lahan yang baik
• Kawasan Penyangga; Keadaan fisik kawasan
dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang
memungkinkan untuk dilakukan budidaya
berkaitan dengan permasalahan wilayah seperti
pertanian secara ekonomis dan tidak merugikan
bencana alam, keseimbangan ekologi, dan sebagainya.
dari segi ekologi/lingkungan hidup.
4.2. Kelas Kemampuan Lahan dan Arahan
• Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan; Kawasan
Fungsi Kawasan (Konservasi Tanah)
yang sesuai untuk dikembangkan usaha tani
Kemampuan lahan dapat diartikan sebagai
tanaman tahunan (tanaman perkebunan, tanaman
kemampuan suatu lahan untuk digunakan sebagai
industri), selain itu areal tersebut harus
usaha pertanian yang paling intensif, termasuk
memenuhi kriteria umum untuk kawasan
penentuan tindakan pengelolaannya, tanpa
penyangga.
menyebabkan lahan menjadi rusak.Lahan sebagai
• Kawasan budidaya Tanaman Semusim /
wadah untuk melakukan pengelolaan memiliki faktor
Permukiman; Kawasan yang sesuai untuk
pembatas yang berbeda-beda sesuai dengan
dikembangkan usaha tani tanaman semusim serta
karakteristiknya.Pada penentuan kemampuan lahan,
terletak di tanah milik, tanah adat, dan tanah
sifat dan faktor pembatas yang dipakai adalah sifat-
negara.
sifat yang menentukan dan mempengaruhi mudah
tidaknya suatu tanah menjadi rusak jika lahan tersebut 4.3. Konservasi Air
dijadikan suatu usaha pertanian. Pengertian masuknya air ke dalam tanah identik
dengan pengertian infiltrasi.Oleh karena itu, tujuan
Analisis kemampuan lahan dimaksudkan untuk konservasi air adalah mencari besarnya laju infiltrasi
memilih kawasan-kawasan yang harus dilindungi pada suatu daerah dalam rangka pengisian
dan/atau kawasan mana yang bisa digunakan untuk airtanah.Untuk pembuatan peta konservasi air
budidaya. Penilaian kemampuan suatu lahan menggunakan Model Kineros.
dilakukan dengan cara mengklasifikasi atau 4.4. Penataan Ruang dengan Parameter
mengelompokkan sifat-sifat dari lahan tersebut, Hidrologi dan Hidrogeologis
khususnya faktor pembatas lahan (kualitas lahan). Penataan ruangmenggunakan teknologi Sistem
Klasifikasi kemampuan lahan dibagi dalam tiga Informasi Geografi (SIG). Dalam penataan ruang
tingkatan, yaitu: a) kelas kemampuan penggunaan tersebut parameter-parameter sebagai fungsi dari
lahan, b) sub kelas kemampuan penggunaan lahan dan tataruang ditampilkan dalam bentuk data spasial dan
3) satuan pengelolaan kemampuan penggunaan lahan. atribut dengan menggunakan analisis spasial tumpang
Menurut Asdak, 1995 kriteria yang harus susun (overlay) yang merupakan proses
dipenuhi oleh ketiga kawasan yaitu : penggabungan dua buah peta untuk membentuk
EMARA - Indonesian Journal of Architecture
Vol 1 Nomor 1 – Agustus 2015 21

peta baru. Peta konservasi air memiliki nilai 5. Kesimpulan


infiltrasi dengan kala ulang 2 tahun. Dari pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
4.5. Kalibrasi dan Verifikasi penataan ruang berdasarkan parameter hidrologi dan
Kalibrasi dan verifikasi dilakukan dengan cara hidrogeologis pada DAS sebagai berikut:
membandingkan hasil penataan ruang dengan 1. Parameter hidrologi dan hidrogeologis merupakan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah kondisi hidrologi dan hidrogeologis suatu DAS,
ada. dimana setiap wilayah baik itu negara, provinsi,
kota maupun kabupaten berada didalam DAS.

Penggunaan Lahan Kelas Kemampuan Arahan Fungsi


Lahan Kawasan

Tataruang Berdasarkan

Parameter Hidrologi
dan Hidrogeologis

RTRW yang Ada Konservasi Air


Gambar4. Skema Analisa Spasial Tumpang Susun (Overlay) Penataan Ruang dengan Parameter Hidrologi dan Hidrogeologis
22 Rahmad Junaidi: Parameter Hidrologi dan Hidrogeologis pada
Daerah Aliran Sungai (DAS) Sebagai Landasan Dalam
Perencanaan Ruang

DAS merupakan suatu wilayah daratan yang Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
menampung, menyimpan dan mengalirkan air Aliran Sungai.Gadjah Mada University
hujan ke laut atau danau melalui satu sungai Press.Yogyakarta.
utama (single outlet). Kondisi hidrologi dan Bisri, Mohammad, Sudarto, Tunjung W. S., Rahmad
hidrogeologis meliputi curah hujan, klimatologi, Junaidi. 2009. Model Tataruang Berbasis
limpasan permukaan, infiltrasi, erosi, cekungan Hidrogeologi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing
airtanah, kondisi batuan (geologi) dan kondisi Perguruan Tinggi Dipa Universitas Brawijaya.
jenis tanah. Beberapa variabel tersebut terangkum Malang.
dalam konservasi tanah (kelas kemampuan lahan Chow, Ven Te., David R. Maidment, Larry W. Mays.
dan arahan fungsi kawasan) serta konservasi air. 1988. Applied Hydrology. New York.
2. Prosedur penataan ruang dengan bantuan sistem Harto, Sri Br. 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia
informasi geografi (SIG). Dalam penyusunan Pustaka Utama. Jakarta.
model tersebut variabel-variabel sebagai fungsi Junaidi, Rahmad. 2006. Studi Perencanaan Fungsi
dari tataruang ditampilkan dalam bentuk data Kawasan dan Arahan Konservasi Lahan dan
spasial dan atribut. Tanah dengan Menggunakan Sistem Informasi
3. Penyusunan arah pemanfaatan ruang Geografis (SIG).Skripsi tidak Diterbitkan.
menggunakan analisis spasial tumpang susun Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik
(overlay) yang merupakan proses penggabungan Universitas Brawijaya. Malang.
dua buah peta atau lebih untuk membentuk peta Linsley, R.K.Jr., M.A. Kohler, J.L.H. Paulhus dan
baru. Y. Hermawan (penerjemah). 1996. Hidrologi
untuk Insinyur. Edisi ketiga. Penerbit Erlangga.
6. Daftar Pustaka
Jakarta.
Agriceli. 2004. Puluhan Daerah Aliran Sungai
Seyhan, E. 1990.Dasar-dasar Hidrologi.Gadjah Mada
Kritis. Tempo interaktif.
University Press.Yogyakarta.
http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2
Soemarto, C. D. 1995. Hidrologi Teknik.
004/07/09/brk,20040709-32,id.html. [8
Erlangga. Jakarta.
Oktober 2004].
Sosrodarsono, Suyono. 2003. Hidrologi Untuk
Anonim, 1998. “Pedoman Penyusunan Rencana
Pengairan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan
Suresh, R. 1993. Soil and Water Conservation
Konservasi Tanah DAS”, Jakarta : Departemen
Engineering.Nem Chand Jain, Standard Publisher
Kehutanan (Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi
Distributors. Nai Sarak. Delhi.
Lahan).
Sutan Haji, Tunggul & Sri Legowo. 2001.
Aronoff. 1989. Geographic Information System – A
Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Management Perspective. WDL Publications.
untuk Model Hidrologi Sebar Keruangan. Malang
Ottawa.
: Proseding Pit HATHI XVIII Malang.
EMARA - Indonesian Journal of Architecture
Vol 1 Nomor 1 – Agustus 2015 23

Tarboton, David. 2000. Distributed Modeling in


Hydrology using Digital Data and Geographic
Information System. Utah State University.
http://www.engineering.usu.edu.dtarb
Harian Umum Jawa Pos, Edisi : Selasa 4 September
2007.

Anda mungkin juga menyukai