Anda di halaman 1dari 10

PERLINDUNGAN TANAMAN PERTANIAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS PENGANTAR ILMU PERTANIAN

TAHUN 2015-2016

DISUSUN OLEH :

1. AHMAD RAMANDHANI S (15.141.0002)


2. FERIANTO (15.141.0020)
3. ADELINA NOVIARETA (15.141.0025)
4. NELI OKTA SARI (15.141.0027)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS PANCA MARGA KABUPATEN PROBOLINGGO


JALAN YOS SUDARSO PABEAN DRINGU KABUPATEN PROBOLINGGO
TLP.0335 422715 Fax.0335 427923 KABUPATEN PROBOLINGGO
KABUPATEN PROBOLINGGO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perlindungan
Tanaman Pertanian”.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ida Sugeng
Suyani Sp.Mp selaku dosen yang telah memberikan tugas dan bimbingan dalam
menyelesaikan tugas makalah ini dan juga k e p a d a p a r a p i h a k y a n g
t e l a h membantu terlaksana dan terselesaikannya pengerjaan tugas makalah
ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala bagi semua pihak
yang telah membantu proses pengerjaan laporan praktikum ini. Amin.

Seandainya terdapat kesalahan dan kekurangan mohon


dimaklumi. Kami berharap akan kritik dan saran yang membangun
agar kelak di kemudian hari dapat memperbaiki segala bentuk
kekurangan dan kesalahan tersebut. Akhir kata kami ucapkan terima kasih
dan semoga makalah ini bermanfaat.

Kabupaten Probolinggo , 3 oktober 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................1
1.3 TUJUAN...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2
2.1 Penyebab dan kerugian kehilangan hasil di lapangan..........................2
2.2 Proses pengamanan produksi pangan...................................................3
2.3 Tujuan dan cara pengendalian hama terpadu.......................................3

BAB III PENUTUP..............................................................................................5


3.1 KESIMPULAN....................................................................................5
3.2 SARAN.................................................................................................5

BAB IV DAFTAR PUSTAKA.............................................................................6


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Secara umum perlindungan tanaman mencakup tiga gatra antara lain


perlindungan terhadap gangguan hama, gangguan penyebab penyakit dan
gangguan gulma. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengembangkan
suatu sistem perlindungan hama baik yang sifatnya mekanis atau fisik, kimiawi,
dan biologis.

Tidak semua gangguan dapat diatasi dengan usaha mekanis atau fisik,
demikian pula dengan pendekatan kimiawi. Bahkan perlindungan tanaman
menggunakan senyawa kimia menimbulkan persoalan baru yang tidak mudah
diatasi yaitu pencemaran lingkungan dan timbulnya resistensi hama dan
penyakit terhadap bahan kimia yang digunakan.

Kita tidak mengetahui secara pasti kapan insektisida mulai digunakan orang,
yang pasti bahwa bahan yang tergolong insektisida (dalam arti fungsinya) yang
digunakan pertama kali oleh manusia primitif ialah lumpur dan debu.

1.2 RUMUSAN MASLAH

1. Apa penyebab dan kerugian kehilangan hasil di lapangan ?


2. Bagaimana proses pengamanan produksi pangan ?
3. Apa tujuan dan cara pengendalian hama tepadu ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui penyebab dan kerugian kehilangan hasil di


lapangan.
2. Untuk mengetahui proses pengamanan produksi pangan.
3. Untuk mengetahui tujuan dan cara pengendalian hama terpadu.
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Penyebab dan kerugian kehilangan hasil di lapangan

Hasil pertanian di lapangan tidak semulus apa yang di lakukan seiring


dengan proses pertumbuhan dan hasil dalam kurung waktu tertentu
memungkinkan adanya gangguan baik di sebabkan oleh faktor abiotik alam dan
faktor biotik.
Faktor abiotik seperti adanya musim kering berkepanjangan,
berkurangnya lapisan ozon mengakibatkan ribuan bahkan jutaan hektar
pertanaman padi kering dan tidak dapat dipanen. Bencana banjir sering melanda
ribuan bahkan jutaan hektar pertanaman, yang mengakibatkan tanaman puso.
Angin puyuh sering mengakibatkan tanaman roboh, patah, defoliasi, aborsi
bunga atau buah, dan kerusakan lain pada tanaman. Logam berat yang berasal
dari limbah industri sering mengganggu pertumbuhan tanaman. Bencana alam
gunung berapi, seperti lava (panas atau dingin), awan panas, dan hujan abu
dapat menurunkan produksi tanaman atau bahkan memusnahkan tanaman
pertanian.
Faktor biotik adalah gangguan dari organisme pengganggu tanaman
(OPT), yang terdiri atas hama, penyakit, dan gulma. Gangguan adalah setiap
perubahan pertanaman yang mengarah kepada pengurangan kuantitas dan
kualitas dari hasil yang diharapkan. Pengurangan kuantitas dan kualitas
berdampak pada kerugian ekonomik.

Contoh pada tanaman padi.

1. Kehilangan Hasil Pada Saat Panen

Pemanenan yang dilakukan sebelum umur optimal menyebabkan kualitas


gabah yang kurang baik karena tingginya persentase butir hijau pada gabah,
sedangkan panen yang dilakukan setelah lewat masak akan menyebabkan
jumlah gabah yang hilang karena rontok pada saat pemotongan akan besar
(Setyono et al, 1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan gabah
pada saat pemanenan berkisar antara 2,15 – 3,07%. Kehilangan hasil pada saat
panen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya umur panen, kadar air
panen, alat dan cara panen, serta perilaku tenaga pemanen tersebut. Perbedaan
daerah akan menyebabkan perbedaan cara dan sistem panen.
2. Kehilangan Hasil Pada Saat Penumpukan Sementara

Penumpukan sementara padi biasa dilakukan setelah pemotongan padi


untuk menunggu kesempatan melakukan pengumpulan dan penumpukan.
Dalam satu tumpukan biasanya terdiri dari 5–10 rumpun, tergantung besarnya
cakupan tangan masing-masing tenaga pemanen. Penumpukan padi tersebut
diletakkan diatas hamparanbekas potongan padi. Tenaga pemanen melakukan
penumpukan dengan sangat tergesa-gesa dan tanpa alas untuk mendapatkan
jumlah panen yang sebanyak banyaknya, sehingga menimbulkan potensi
kehilangan hasil yang cukup besar.

3. Kehilangan Hasil Pada Saat Penumpukan.

Kegiatan pengumpulan padi dilakukan agar dalam melakukan perontokan


tenaga pemanen tidak berpindah pindah tetapi pada satu tempat yang sudah
dipilih. Kehilangan terjadi karena gabah akan tercecer pada lokasi disekitar
perontokan gabah, umumnya dalam melakukan kegiatan ini tidak ada seorang
pun yang melakukan dengan menggunakan wadah/alas untuk menumpuk hasil
panen.

2.2 Proses pengamanan produksi pangan

Keamanan pangan, masalah dan dampak penyimpangan mutu, serta


kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan sistem mutu
industri pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, industri
dan konsumen, yang saat ini sudah harus memulai mengantisipasinya dengan
implementasi sistem mutu pangan. Karena di era pasar bebas ini industri pangan
Indonesia mau tidak mau sudah harus mampu bersaing dengan derasnya arus
masuk produk industri pangan negara lain yang telah mapan dalam sistem
mutunya. Salah satu sasaran pengembangan di bidang pangan adalah
terjaminnya pangan yang dicirikan oleh terbebasnya masyarakat dari jenis
pangan yang berbahaya bagi kesehatan.

2.3 Tujuan dan cara pengendalian hama terpadu

PHT merupakan suatu metodologi yang mengandung prinsip-prinsip


dasar yang menjadi pegangan para pengguna/petani untuk menciptakan kondisi
yang optimal bagi lingkungan tanaman sehingga hama tidak menjadi masalah.
PHT berusaha mensinergikan antara komponen pengendalian yang sesuai untuk
lingkungan tertentu sehingga hasil pengelolaan menjadi lebih baik. PHT
merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang didasarkan pada dasar
pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agro-
ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Sasaran teknologi
PHT yaitu :
1) produksi pertanian mantap tinggi,
2) Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat,
3) Populasi OPT dan kerusakan tanaman tidak merugikan dan
4) Pengurangan resiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan
pestisida yang berlebihan.

Tujuan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah :

a.Menjamin kemantapan swasembada pangan.

b.Menumbuhkan Kreativitas, dinamika dan kepemimpinan petani.

c.Terselenggaranya dukungan yang kuat atas upaya para petani dalam


menyebarluaskan penerapan PHT sehingga dapat tercipta pembangunan
pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Langkah-langkah pokok yang harus di kejakan dalam pengembangan PHT :

• Langkah 1. Mengenal Status Hama yang Dikelola

• Langkah 2. Mempelajari Komponen Saling Tindak dalam Ekosistem

• Langkah 3. Penetapan dan Pengembangan Ambang Ekonomi

• Langkah 4. Pengembangan Sistem Pengamatan dan Monitoring Hama

• Langkah 5. Pengembangan Model Deskriptif dan Peramalan Hama

• Langkah 6. Pengembangan Srategi Pengelolaan Hama

Adapun cara pengendalian OPT, yaitu cara fisik, mekanis, hayati dan kultur
teknik, yaitu :

1.Secara fisik pengendalian OPT dapat di lakukan dengan menyiram


tanaman untuk menurunkan temperatur, menanam pohon pelindung,
merendam benih atau bibit dalam air hangat yang sesuai untuk
mematikan OPT, serta menambahkan pupuk kandang pada media tanam.
2.Secara mekanis dapat berupa mencabut gulma dengan tangan atau
menggarunya dengan alat, memotong bagian tanaman yang sudah terkena
penyakit, dan mengambil ulat atau serangga lain yang terlihat pada
bagian tanaman.

3.Pengendalian hayati atau biokontrol di lakukan dengan cara


pengendalian gulma di sekitar serangga atau patogen gulma tersebut,
selain itu dapat juga dengan cara mengendalikan penyakit dengan agen
biokontrol, misalnya dengan Tricoderma danGliocladium.

4.Secara kultur teknik pengendalian OPT yang di lakukan antara lain


bergiliran tanaman, penggunaan varietas resistem, pengaturan jarak
tanam, dan penanaman berbagai jenis tanaman di suatu lahan (multiple
cropping).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari penjelasan-penjelasan yang diuraikan di atas maka dapat


disimpulkan bahwa perlindungan tanaman merupakan upaya upaya melindungi
tanaman dari organisme pengganggu tanaman sejak di lapangan (kebun/lahan
pertanian lainnya) sampai pasca panen.

3.2 SARAN

Dengan adanya berbagai persoalan-persoalan menyangkut tingkat


keberadaan suatu tanaman yang cenderung terserang oleh OPT yang dapat
merugikan para petani atau bahkan, para wirauasaha yang berkecimpung di
dalam bidang pertanian maka penulis menyarankan untuk kiranya melakukan
tindakan perlindungan tanaman untuk menjaga kuantitas dan kualiatas mutu
hasil tanaman.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto Panut, 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit


Kanisius. Yogyakarta

Dr. ir. Baehaki,SE. Insektisida Pengendalian Hama Tanaman. Penerbit


Angkasa. Bandung

Dr. Adianto, 1982. Biologi Pertanian Pupuk Kandang, Pupuk Organik Nabati,
Dan Insektisida. Penerbit Alumni. Bandung

Sastroutomo Soetikno S, 1992. Pestisida Dasar-Dasar dan Dampak


Penggunaannya. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Yuwono Triwibowo, 2006. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University


press, Yogyakarta

http://aranthasclubhomevision.blogspot.com/2010/02/pengertian-dan-peranan-
perlindungan.htm

http://mohammadk08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/pengertian-dan-peranan-
perlindungan-tanaman/

Anda mungkin juga menyukai