Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PANEN DAN PASCA PANEN PADI SAWAH

Oleh:
Golongan K/Kelompok 5
1 Panca Rahadi Mulyo (161510601073)
2 Yuanita Dwi Lailitil I. (161510601042)
3 Esti Mega Nur A. (161510601046)
4 Lailatul Kholilah (161510601051)
5 Firdaus Lazuardi (161510601082)
6 M. Dicky Yuska P. (161510601101)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian di Indonesia memiliki berbagai jenis komoditas yang cocok
ditanam di berbagai daerah, salah satunya adalah komoditas pangan yaitu padi.
Padi merupakan tanaman pangan utama selain sagu, jagung dan umbi-umbian.
Keunggulan dari tanaman padi adalah memiliki produktivitas yang tinggi, hal ini
sangat berpengaruh pada tingkat perekonomian di Indonesia karena tanaman padi
masuk dalam salah satu penyumbang terbesar perekonomian negara. Padi
termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang
biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali berproduksi,
dan setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman Padi merupakan salah
satu komoditas pertanian yang menghasilkan limbah berupa jerami. Kecocokan
iklim, tanah maupun lingkungan terhadap tanaman padi dimanfaatkan para petani
untuk membudidayakan tanaman tersebut. Kebutuhan beras yang terus meningkat
dalam masyarakat mempengaruhi produksi petani dalam pemenuhan permintaan
pasar dengan memaksimalkan kegiatan budidaya agar memperoleh hasil yang
tinggi.
Budidaya tanaman padi meliputi tahapan-tahapan yang saling berkaitan
satu sama lain. Tahapan tersebut perlu dilakukan sesuai dengan ketentuan dengan
tujuan memperoleh hasil produksi yang baik dan maksimal. Keberhasilan petani
dalam memproduksi beras yang berasal dari tanaman padi didukung oleh
beberapa aspek seperti memperhatikan cara penanaman yang benar, membasmi
hama dan penyakit yang mengganggu tanaman dan penggunaan teknologi yang
sesuai dengan kebutuhan di lapang, selain itu keberhasilan produksi tidak lepas
dari kegiatan panen dan penanganan pascapanen dari tanaman tersebut. Panen
berarti pemetikan hasil sawah atau ladang. Istilah tersebut umum dipakai dalam
kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan.
Pemanenan padi harus sesuai dengan ketentuan seperti ketentuan umur
padi yaitu berumur 110-115 hari setelah tanam dan padi yang siap panen biasanya
bisa dilihat dengan melakukan pengamatan. Pengamatan yang bisa dilakukan
yaitu pengamatan visual dan teoritis. Beberapa kesalahan yang sering terjadi
dalam kegiatan pemanenan adalah memanen padi sebelum waktunya, maka bulir
padi masih belum bernas dengan sempurna atau masih kopong. Apabila tanaman
padi di panen melebihi waktunya maka bulir-bulir padi akan berjatuhan sehingga
akan memengaruhi produktivitas padi tersebut baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Kegiatan panen padi juga harus memerhatikan tingkat kehilangan hasil
panen akibat kesalahan perlakuan pascapanen karena kehilangan hasil panen
sangat mempengaruhi pendapatan yang akan didapatkan petani sebagai pelaku
budidaya tanaman padi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kriteria panen, cara dan peralatan panen, serta penanganan pasca
panen tanaman padi?
2. Bagaimana cara menghitung potensi produksi tanaman padi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui kriteria panen, cara dan peralatan panen, serta penanganan pasca
panen tanaman padi?
2. Mengetahui cara menghitung potensi produksi tanaman padi?
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Samandawai (2007), kegiatan pemanenan padi dilakukan setelah


padi berumur kurang lebih 120 hari dari masa tanaman hingga panen padi yang
dilakukan oleh petani. Kegiatan pemanenan ini dilakukan bersamaan dengan
kegiatan menyabet atau perontokan padi dari batang-batang padi yang telah di
tebas. Menurut Subroto dkk. (2015), proses pemanenan dan penanganan padi
menjadi bersa perlu dicermati untuk dapat mempertahankan mutu sehingga dapat
memenuhi spesifikasi yang diminta oleh konsumen. Penanganan yang kurang
hati-hati akan berpengaruh terhadap mutu dan penampilan produk yang
berdampak pada pemasaran.
Pemanenan padi menggunakan alat panen cina (reaper chinese) memiliki
kekurangan dalam proses pemanenan. Kekurangan tersebut dialami oleh
pengguna alat atau petani yaitu petani harus membengkokkan tubuhnya saat
memanen padi. Alat panen ini memiliki gagang atau pegangan yang terlalu rendah
(dekat dengan tanah). Masalah ergonomi utama pada penggunaan alat ini yaitu
menimbulkan bahaya kesehatan bagi petani dalam jangka panjang (Zami et al,
2014).
Masalah yang sering dihadapi petani dalam penanganan pasca panen
adalah tingginya kehilangan hasil sekitar dan rendahnya mutu gabah dan beras
yang dihasilkan. Besarnya kehilangan padi dikarenakan penggunaan metode
pengeringan tradisional oleh petani dan makan oleh unggas dan burung. Salah
satu cara untuk meningkatkan jumlah produksi pangan yaitu mengurangi jumlah
kehilangan hasil dalam penanganan panen dan pasca panen baik secara kualitatif
maupun kuantitatif (Begum et al, 2012).
Pengeringan gabah di Indonesia masih dilakukan dengan cara yang relatif
sederhana, yaitu dengan dipanaskan pada terik matahari. Kegiatan tersebut kurang
efisien karena memerlukan waktu berhari-hari dan tempat yang luas. Pengeringan
yang baik memerlukan panas yang seragam dan laju pengeringan yang tidak
terlalu cepat, agar tidak terjadi keretakan dan kadar air menjadi lebih seragam.
Syarat ini sukar dipenuhi dengan penjemuran langsung dengan sinar matahari,
karena intensitas panas matahari sulit dikendalikan. waktu pengeringan juga
berpengaruh terhadap kadar air gabah secara linier. Semakin lama waktu
pengeringan maka semakin rendah kadar air gabah (Umbas dkk., 2014).
Kerugian ketika panen dikaitkan dengan metode panen, alat panen, waktu
panen, dan varietasnya. Sifat fisik, kondisi tanaman yaitu kematangan, dan
kondisi tanah juga mempengaruhi kerugian ketika panen padi. Pemanenan secara
langsung dapat menghasilkan kerugian panen kualitatif panen sebagai
konsekuensinya (Alizadeh and Allameh, 2013).
Hasil pertanian merupakan bahan yang dihasilkan dari budidaya suatu
tanaman yang diusahakan untuk dimanfaatkan dan diolah sesuai kebutuhan. Hasil
pertanian terutama komoditas pangan yaitu padi memiliki tingkat kerusakan yang
tinggi terutama adanya perlakuan yang salah dalam kegiatan pemanenan dan
pascapanen sehingga hal tersebut membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat
untuk mengurangi kerugian yang terjadi akibat kehilangan hasil yang dapat
merugikan petani. Penanganan panen dan pasca panen memiliki peranan penting
dalam peningkatan jumlah produksi padi hal ini karena hasil produksi dipengaruhi
oleh keberhasilan kegiatan panen yang dilakukan secara optimal. Panen
merupakan kegiatan akhir dari budidaya tanaman atau bercocok tanam, namun
panen juga merupakan kegiatan awal dari kegiatan pasca panen. Kegiatan pasca
panen meliputi pemanenan, perontokan, perawatan atau pengeringan,
pengangkutan, penggilingan, penyimpanan, standarisasi mutu, pengolahan, dan
penanganan limbah. Masalah utama dalam penanganan pascapanen padi adalah
tingginya kehilangan hasil serta gabah dan beras yang dihasilkan bermutu rendah
(Hasbi, 2012).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian acara Penanaman Padi
dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 April 2017 pukul 07.00 WIB sampai selesai dan
bertempat di Agrotechnopark Jubung, Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Alat tulis
2. Meteran
3. Alat panen padi
4. Ajir
5. Tali rafia
6. Karung sak

3.2.2 Bahan
1. Tanaman padi sawah siap panen

3.3. Pelaksanaan Praktikum


1. Mengunjungi areal tanaman padi yang siap panen.
2. Memilih beberapa contoh tanaman dan mengamati secara teliti ciri-ciri dan
buat gambar (foto tanaman) dan menulis beberapa kriteria yang bisa dijadikan
pedoman bahwa tanaman padi sudah siap dipanen.
3. Melakukan pemanenan padi dengan alat yang disediakan dan menulis nama
alat panen dan cara pemanenan yang dilaksanakan.
4. Melakukan perontokan padi dengan alat yang disediakan.
5. Mengukur luas petak dan menimbang hasil bersih padi perluas petak yang
dipanen.
6. Menghitung potensi produksi padi per hektar.

3.4 Variabel Praktikum


Variabel pengamatan yang dicari pada praktikum
Pengantar Teknologi Pertanian acara Panen dan Pasca Panen
Padi Sawah adalah tanaman padi yang siap untuk dipanen.

3.5 Analisis Data


Data yang diperoleh dalam praktikum selanjutnya akan dianalisis
menggunakan analisis statistik deskriptif.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
PEKERJAAN PANEN PADI
1 Penentuan Kriteria Panen Padi
1. 1. Tahap Pekerjaan:
a Memasang ajir pada lahan yang siap di panen dengan ukuran
1m2 dan dikelilingi dengan tali rafia
b Mengamati padi pada petakan yang telah dikelilingi tali rafia
mengenai kriterianya, yaitu: 90-95 % dari gabah tampak
kuning, malai berumur 30-35 hari setelah berbunga merata,
kadar air garam 22-26 % yang diukur dengan moisture tester,
umur padi antara 110-115 hari setelah tanam.
2. Hasil Pekerjaan:
a Padi yang telah di amati dan sesuai dengan kriteria panen,
maka padi tersebut siap untuk di panen.
b Terdapat padi yang siap untuk dipanen.
3 Keterangan:
Kriteria pemanenan perlu diperhatikan karena waktu panen yang tepat
akan menghasilkan jumlah produksi yang optimal.
2. Pelaksanaan Panen Padi
1 Tahap Pekerjaan:
Pemanenan padi dilakukan dengan menggunakan sabit, yaitu:
a Memegang tanaman padi menggunakan tangan kiri dan
memotong bagian bawah tanaman padi dengan sabit.
b Tanaman padi yang telah dipotong dimasukkan ke dalam
karung sak ukuran 50 kg.

2 Hasil Pekerjaan:
Tanaman padi terkumpul dan selanjutnya dilakukan perontokan.
Terdapat sekitar 9 tanaman rumpun tanaman padi pada lahan sampel.
3 Keterangan:
Pemanenan padi menggunakan sabit tidak efisien dan memerlukan
waktu yang lama tetapi pemangkasan menggunakan sabit lebih
merata.
3 Perontokan Padi Dengan Tangan
1 Tahapan Pekerjaan:
a Memasukkan padi ke dalam sak/karung.
b Memukul atau membanting karung agar gabah terpisah dari
tanaman padi.
c Gabah yang diperoleh dimasukkan ke dalam kresek merah
besar untuk selanjutnya ditimbang
2 Hasil Pekerjaan:
Berat gabah yang diperoleh pada proses perontokan menggunakan
tangan pada lahan sampel adalah 0,7 kg.
3 Penghitungan hasil padi per ukuran luas petak sampel:
Di ketahui :
Luas lahan sampel= 1 m2
Luas lahan sawah = 1 Ha = 10.000 m2
Hasil panen = 0,7 kg

Di jawab : Luas Lahan dalam Ha x Hasil Panen


Luas Lahan Sampel
= 10.000 m2 x 0,7 kg
5 m2
= 7.000 kg
= 7 ton/ha
4 Keterangan:
Produksi padi per satuan hektar adalah 7 ton/ha.
4 Perontokan Padi Dengan Mesin
1 Tahapan pekerjaan:
a Menyalakan mesin perontok padi
b Padi yang sudah di pangkas di ambil dan di masukkan ke
dalam mesin perontok padi, maka secara otomatis bulir-bulir
padi akan terpisah dengan tangkainya
2 Hasil pekerjaan:
a Perontokan padi lebih cepat dan efisien
b Hasil panen/ padi tidak ada yang tercecer.
c Hasil panen /gabah yang diperoleh lebih banyak.
d Dengan mesin perontok padi. Hasil bulir bulir padinya akan
terpisah dari batang dan kotoran.
3 Penghitungan hasil padi per ukuran luas petak sampel:
Tidak diketahui jumlah produksi menggunakan mesin perontok padi
4 Keterangan:
Menggunakan mesin perontok padi ini lebih efisien karena tidak
membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan waktunya cepat.
Kekurangan dari penggunaan mesin perontok padi ini adalah biaya
produksi yang dikeluarkan lebih besar daripada merontokkan padi
secara manual.

4.2 Pembahasan
Salah satu upaya yang sangat strategis dalam rangka mendukung
peningkatan produksi tanaman padi adalah penanganan pasca panen. Penanganan
pascapanen yang baik akan berpengaruh terhadap kualitas gabah konsumsi, benih,
dan beras. Tingginya kadar kotoran dan gabah hampa serta butir mengapur
disebabkan oleh rendahnya mutu gabah yang dapat mengakibatkan rendahnya
rendemen beras giling yang diperoleh. Dalam penanganan pasca panen padi, salah
satu permasalahan yang sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan
pemahaman petani terhadap penanganan pasca panen yang baik sehingga
mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu gabah
(Hasbi, 2012).
Tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen padi adalah penentuan
saat panen. Kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah atau beras yang rendah
disebabkan oleh ketidaktepatan dalam penentuan saat panen. Penentuan pasca
panen dapat dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.
Padi dapat di panen selama 135 145 hari dari waktu tanam, pada umur 30 35
hari setelah munculnya bunga dan 90 95% malai sudah menguning. Pengamatan
visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan
sawah. Berdasarkan kenampakan visual umur panen maksimal 90 sampai 95 %
bulir gabah pada padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang
dipanen pada kondisi tersebut akan mendapatkan hasil yang berkualitas baik
sehingga menghasilkan rendemen giling yang tinggi. Kriteria tanaman padi yang
dapat di panen adalah umur tanam telah mencapai umur yang tertera pada
deskripsi varietas, daun bendera dan 90 % bulir padi telah menguning dan malai
padi menunduk karena menopang bulir bulir yang bernas, serta bulir gabah
terasa keras bila di tekan. Apabila dikupas, tampak isi butir gabah berwarna putih
dan keras bila di gigit. Biasanya gabah tersebut memiliki kadar air 22 25 %.
Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat diskripsi varietas tanaman padi dan
mengukur kadar air biji padi (gabah) dengan moisture tester. Berdasarkan
deskripsi varietas padi, umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari
setelah padi berbunga merata atau antara 135 sampai 145 hari setelah tanam.
Berdasarkan kadar air, umur panen optimum di capai setelah kadar air gabah
mencapai 22 23 % pada musim kemarau dan antara 24 26 % pada musim
penghujan. Hal tersebut perlu diperhatikan pada saat pemanenan padi karena jika
tidak sesuai dapat mempengaruhi kualitas dan mutu hasil pemanenan.
Mungara dkk., (2013) mengatakan bahwa pemanenan di pengaruhi oleh
beberapa faktor seperti ketinggian tempat, musim tanam, pemeliharaan,
pemupukan, curah hujan, dan varietas tanaman. Padi bila ditanam lebih dari 4 kali
musim tanam memiliki hasil panen lebih tinggi. Musim tanam yang mundur akan
menyebabkan musim panen yang mundur juga. Tidak hanya itu, penggunaan
varietas yang unggul juga dapat meningkatkan produksi tanaman padi. Hal
tersebut dibuktikan dengan sebagian besar serangga dan penyakit dapat
dikendalikan melalui penggunaan varietas tanaman yang tepat
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah kami lakukan, pemanenan padi
harus dilakukan pada umur yang tepat. Pemanenan juga dilakukan dengan
menentukan kriteria panen padi yang tepat, misalnya padinya sudah mencapai
umur panen, padi telah menguning secara keseluruhan, malai padi sudah
menunduk dan bulir gabah sudah keras. Dalam kegiatan pemanenan, padi dipanen
atau dipetik dengan cara dipotong menggunakan alat manual. Alat manual yang
dipakai berupa sabit. Setelah padi selesai dipetik kemudian tanaman padi
memasuki tahap perontokan, teknik perontokan ada 2, yaitu perontokan dengan
menggunakan tangan dan perontokan menggunakan mesin. Kelebihan mesin
perontok ini dibandingkan dengan menggunakan tangan adalah kapasitas kerja
lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi. Penggunaan power thresher dalam
perontokan dapat menekan kehilangan hasil padi sekitar 3 %.
Padi yang dibudidayakan di Agroteknofak Jubung memiliki produktivitas
yang rendah. Padi di Agroteknopark Jubung ini produktivitasnya masih belum
maksimal karena masih banyaknya gabah padi yang tidak bernas. Dari sampel
yang kami teliti masih banyak gabah padi yang tidak bernas dan terserang oleh
berbagai gangguan baik itu virus, cendawan maupun jamur. Sehingga warna padi
memiliki bercak bercak hitam putih dan kulit padi sedikit mulai mengerut.
Bobot padi yang kami jadikan sampel pada saat praktikum memiliki berat sekitar
2
1x1 m 0,7 kg dengan potensi produksi panen sebesar 7000 kg/m 2 atau setara

dengan 7 ton/ha. Potensi produksi panen ini masih termasuk data kotor karena
padi masih banyak mengandung kadar air di dalam gabah tersebut. Hal itu
disebabkan padi belum melewati tahap pengeringan.
Hasil panen yang maksimal menjadi dambaan setiap petani. Beberapa
faktor yang menyebabkan waktu kegiatan panen lebih cepat dari waktu yang
seharusnya antara lain, seleksi bibit, penyemaian bibit, pengolahan lahan, dan juga
cara tanam, serta pemeliharaan. Untuk mendapatkan kualitas dan hasil panen yang
baik, bibit yang dipilih harus bibit yang berkualitas. Umur padi calon bibit di
ambil yang betul-betul sudah matang dan tua. Lahan tempat tanam sudah harus
dibereskan atau digarap sedemikian rupa sehingga nanti benih siap tanam tidak
terjadi kendala. Agar mendapatkan hasil yang lebih baik perlu menentukan
persemaian bibit. Cara tanam yang tepat dan juga pemeliharaan yang intensif
dapat memaksimalkan produksi panen serta dapat mempercepat waktu panen.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kualitas gabah konsumsi, benih, dan beras yang baik ditentukan oleh
penanganan pascapanen yang baik. Penanganan pasca panen tanaman padi
meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu penentuan saat panen, pemanenan,
penumpukan sementara di lahan sawah, pengumpulan padi di tempat perontokan,
penundaan perontokan, perontokan, pengangkutan gabah ke rumah petani,
pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan,
pengemasan dan penyimpanan. Tingginya susut (losses) baik secara kuantitatif
maupun kualitatif merupakan asalah utama yang dihadapi dalam penanganan
pasca panen tanaman padi.

5.2 Saran
Pelaksanaan praktikum Pengantar Teknologi Pertanian acara Panen dan
Pasca Panen Padi Sawah tidak dilakukan sepenuhnya seperti perontokan padi
menggunakan mesin jadi data yang diperoleh tidak lengkap. Praktikum sebaiknya
dijalankan sesuai dengan prosedur.
DAFTAR PUSTAKA

Alizadeh, M. R. and A. Allameh. 2013. Evaluating Rice Losses in Various


Harvesting Practices. Applied and Basic Sciences, 4(4): 894-901.

Begum, M. E. A., M. I. Hossain and E. Papanagiotou., 2012. Economic Analysis


of Post-harvest Losses in Food Grains for Strengthening Food Security in
Northern Regions of Bangladesh. Applied Research in Business
Administration & Economics, 1(6):56-65.

Hasbi. 2012. Perbaikan Teknologi Pascapanen Padi di Lahan Suboptimal. Lahan


Suboptimal, 1(2): 186-196.

Mangara, E., D. Inderawa dan R. Rogomulyo. 2013. Analisis pertumbuhan dan


Hasil Padi Sawah Pada sistem Pertanian Konvensional, Transisi Organik,
dan Organik. Vegetalika, 2(3): 1-12.

Samandawai, S. dan Sadikin. 2007. Konflik Keseharian di Pedesaan Jawa.


Bandung: Yayasan AKATIGA.

Subroto, A. M., L. Kawet dan J. Samarauw. 2015. Evaluasi Kinerja Supply Chain
Manajemen Pada Produksi Beras di Desa Panasen Kecamatan Kakas.
EMBA, 3(1): 653-662.

Umbas, G., F. P. Sappu and T. V. Y. Ulaan., 2014. Pemanfaatan Air


Panas Bumi untuk Alat Pengering Gabah di Bukit Kasih
Kanonang. Poros Teknik Mesin, 3(2):66-76.

Zami, M. A., M. A. Hossain, Md. A. Sayed, B. K. Biswa and M. A.


Hossain. Performance Evaluation of the BRRI Reaper and
Chinese Reaper Compared to Manual Harvesting of Rice
(Oryza sativa L.). The Agriculturists, 12(2): 142-150.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pemasangan ajir dan tali rafia pada lahan sampel

Gambar 2. Pemanenan padi sawah menggunakan sabit


Gambar 3. Perontokan padi dengan tangan

Gambar 4. Penimbangan hasil panen padi

Anda mungkin juga menyukai