Anda di halaman 1dari 49

PERMASALAHAN PRODUKSI &

PEM ASARAN PADI DI


INDONESIA
SKALA USAHATANI
SEMPIT
DISPARITAS PRODUKSI
& KONSUMSI TINGKAT KEHILANGAN
HASIL TINGGI
MASALAH PRODUKSI
MINIMNYA FASILITAS
& PEMASARAN
PASCAPANEN PADI DI INDONESIA KUALITAS GABAH DAN
BERAS RENDAH
BIAYA PENGOLAHAN
& PEMASARAN BLM EFISIEN
RENDAHNYA TINGKAT
RENDEMEN
LEMAHNYA PERMODALAN
DAN KELEMBAGAAN
PERMASALAHAN PRODUKSI
PADI DI INDONESIA
• Disparitas produksi dan konsumsi padi yang
cukup besar
• Skala usahatani padi yang relatif sempit
serta terpencar sehingga megakibatkan
sulit dan tidak efisien dalam penanganan
penyediaan sarana produksi, pengolahan
dan pemasarannya.
• Tingkat kehilangan hasil yang masih cukup
tinggi (20%) pada saat panen dan
perontokan.
PERMASALAHAN PRODUKSI
PADI DI INDONESIA
• Kualitas gabah dan beras yang diproduksi
petani dan diolah pengusaha penggilingan
padi masih relatif rendah, terutama
berkaitan dengan fisik, rasa, penampakan,
dan kemasan.
• Masih rendahnya tingkat rendemen dan
kualitas beras yang diakibatkan oleh kondisi
alat/mesin pengolahan padi yang masih
tradisional dan belum memenuhi standar
sebagai prosesor yang baik.
PERMASALAHAN PRODUKSI
PADI DI INDONESIA
f. Lemahnya permodalan dan kelembagaan di
tingkat petani, sehingga posisi tawar petani
menjadi lemah
g. Belum efisiennya biaya pengolahan dan
pemasaran padi/beras, sehingga
menurunkan daya saing
h. Minimnya ketersediaan fasilitas pasca panen
terutama dryer dan power tresher. (di
Thailand, 90% mengunakan dryer,
sedangkan di Indonesia sebaliknya)
Aspek
Agronomi
Faktor-Faktor Agronomi yang
Mempengaruhi Kualitas Gabah/Beras

• Karakteristik suatu komoditas tidak terlepas


dari berbagai yang mempengaruhinya,
faktor yang sangat dominan adalah tanah
dan iklim, di samping faktor internal
(varietas), yang kesemuanya termasuk
kedalam aspek agronomi.
• Pengetahuan tentang tanaman, iklim dan
tanah sangat diperlukan karena ketiga faktor
tersebut dapat mempengaruhi karakteristik
mutu hasil.
Iklim (intensitas cahaya,
temperatur dan air):
 Unsur iklim tersebut sangat berpengaruh terhadap
proses metabolisme tanaman, sehingga pada
akhirnya dapat mempengaruhi hasil dan kualitas
tanaman.
 Perubahan temperatur udara sangat berperan
terhadap aktivasi energi maupun inaktivasi enzim.
 Temperatur yang terlalu tinggi akan meningkatkan
penggunaan energi hasil fotosintesis, sehingga
hasil netto yang disimpan sebagai cadangan
makanan pada berbagai organ tanaman menurun.
 Intensitas cahaya yang tinggi meningkatkan
vitamin C, B1 dan kandungan beta karotin pada
beberapa tanaman.
Faktor-Faktor Agronomi yang
Mempengaruhi Kualitas Gabah/Beras

1. Varietas :
 tingkat hampa
 tingkat kerontokan
 Keserempakan panen
2. Kesuburan:
 tingkat hampa
 Plastisitas
 Kerontokan
 Bernas gabah
3. Iklim :
 Tingkat hampa
 Tingkat kerontokan
4. Hama penyakit
 Tingkat hampa
 Tingkat kerontokan
 Penampian gabah

Faktor-faktor agronomi tersebut juga pada


akhirnya berpengaruh terhadap kualitas
gabah/beras lebih lanjut, mulai dari penampilan
gabah/beras, rasa, aroma, kandungan gizi, dll.
Solusi untuk hasil terbaik?
Seluruh komponen yang terkait dengan produksi padi
(berkaitan dengan aspek agronomi) harus:
• Paham thdp kondisi tanah dan sifat2nya
• Menanam varietas yang sesuai/spesifik lokasi,
sebagai upaya adaptasi thdp lingkungan
• Paham terhadap kebutuhan asupan nutrisi bagi
tanaman padi spesifik lokasi
• Paham thd aspek pemeliharaan tanaman
• Paham terhadap waktu panen, kriteria panen
dan teknologi pascapanen padi
Istilah-istilah
• Gabah Kering Giling (GKG) :
adalah gabah yang mengandung kadar
air maksimal 14%, kotoran/hampa
maksimal 3%, butir hijau/mengapur
maksimal 5%, butir kuning/rusak
maksimal 3% dan butir merah maksimal
3%.
• Ini adalah definisi yang dipakai BULOG.
Istilah-istilah
• Gabah Kering Panen (GKP)
adalah gabah yang mengandung kadar air lebih
besar dari 18% tetapi lebih kecil atau sama
dengan 25% (18%<KA<25%), hampa/kotoran
lebih besar dari 6% tetapi lebih kecil atau sama
dengan 10% (6%<HK<10%), butir
hijau/mengapur lebih besar dari 7% tetapi lebih
kecil atau sama dengan 10% (7%<HKp<10%),
butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir
merah maksimal 3%.
• Ini adalah batasan teknis dari BULOG.
Istilah-istilah
• Gabah Kering Simpan (GKS)
adalah gabah yang mengandung kadar air
lebih besar dari 14% tetapi lebih kecil atau
sama dengan 18% (14%<KA<18%),
kotoran/hampa lebih besar dari 3% tetapi
lebih kecil atau sama dengan 6%
(3%<HK<6%), butir hijau/mengapur lebih
besar dari 5% tetapi lebih kecil atau sama
dengan 7% (5%<HKp<7%), butir
kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah
maksimal 3%.
• Ini adalah definisi dari BULOG.
Pengantar
Penanganan
Pascapanen
TEKNOLOGI PENANGANAN
PASCA PANEN.

DEFENISI-DEFENISI :

Pengertian pascapanen:
 Tahapan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan
(pemanenan) hasil sampai siap untuk dipasarkan.
Penanganan pascapanen:
 Tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada
tahapan pascapanen agar hasil pertanian siap
dan aman digunakan oleh konsumen dan atau
diolah lebih lanjut oleh industri.
Penanganan pascapanen hasil
pertanian meliputi:
Semua kegiatan perlakuan dan pengolahan
langsung terhadap hasil pertanian yang
karena sifatnya harus segera ditangani
untuk meningkatkan mutu hasil pertanian
agar mempunyai daya simpan dan daya
guna lebih tinggi
Pasca Panen Padi??

• Pascapanen padi meliputi

pemanenan, pengolahan,
perontokan, transportasi,
perawatan, penyimpanan,
pengeringan, standardisasi mutu dan;
penggilingan, penanganan limbah.
Tujuan Penanganan Pascapanen

• Untuk menekan tingkat kerusakan hasil


panen komoditas pertanian dengan
meningkatkan daya simpan dan daya
guna komoditas pertanian .
Masalah
Utama
Penangan Pascapanen Padi
1. Kehilangan hasil yang cukup tinggi
2. Mutu hasil yang rendah:
 Tingginya kadar kotoran
 Tingginya kadar gabah hampa,
 Butir mengapur mengakibatkan
rendahnya rendemen beras giling
yang diperoleh
Pemanenan
A. Umur panen
 Ada beberapa cara untuk menentukan
umur panen padi, yaitu berdasarkan:
1. Umur tanaman menurut diskripsi varietas,
2. Kadar air gabah,
3. Metode optimalisasi yaitu hari setelah
berbunga rata, dan
4. Kenampakan malai
Umur panen

Waktu (umur) panen berdasarkan umur


tanaman sesuai dengan diskripsi varietas
dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya varietas, iklim, dan tinggi
tempat, sehingga umur panennya berbeda
berkisar antara 5-10 hari.
Berdasarkan kadar air, padi yang dipanen
pada kadar air 21-26% memberikan hasil
produksi optimum dan menghasilkan beras
bermutu baik
Umur panen
Dengan metode optimalisasi, padi dipanen
pada saat malai berumur 30 – 35 hari setelah
berbunga rata (HSB) sehingga dihasilkan
gabah dan beras bermutu tinggi
Penentuan saat panen yang umum
dilaksanakan petani adalah didasarkan
kenampakan malai, yaitu 90 – 95 % gabah
dari malai tampak kuning
Alat Panen dan Cara Panen
Alat panen yang sering digunakan dalam
pemanenan padi:
(1) ani –ani, (2) sabit biasa dan (3) sabit
bergerigi
Cara panen padi tergantung kepada alat
perontok yang digunakan .
Ani-ani umumnya digunakan petani untuk
memanen padi lokal yang tahan rontok dan
tanaman padi berposter tinggi dengan cara
memotong pada tangkainya.
Cara panen padi varietas unggul baru
dengan sabit dapat dilakukan dengan cara
potong atas, potong tengah atau potong
bawah tergantung cara perontokannya.
Cara panen dengan potong bawah,
umumnya dilakukan bila perontokannya
dengan cara dibanting/digebot atau
menggunakan pedal thresher .
Panen padi dengan cara potong atas atau
potong tengah bila dilakukan perontokannya
menggunakan mesin perontok
Perontokan
• Berdasarkan alat perontok padi, cara
perontokan dapat dikelompokkan
menjadi beberapa cara, antara lain
iles/injak-injak,
pukul/gedig,
banting/gebot,
pedal thresher,
mesin perontok
Kelemahan cara gebot:
• Kapasitas perontokan dengan cara
gebot sangat bervariasi, tergantung
kepada kekuatan orang, yaitu berkisar
antara 41,8 kg/jam/orang
• banyak gabah yang tidak terontok
berkisar antara 6,4 % - 8,9 %

maka perlu menggunakan


alat atau mesin perontok.
Perlu mesin perontok:
• Penggunaan mesin perontok menyebabkan gabah tidak
terontok sangat rendah, yaitu < 1 %.
• Hasil pengujian empat mesin perontok padi Type TH-6
menunjukkan bahwa kapasitas mesin perontok tersebut
bervariasi antar 523 kg/jam/unit sampai 1.125
kg/jam/unit tergantung kepada spesifikasi atau pabrik
pembuatannya
• Penggunaan mesin perontok dalam perontokan padi,
selain dapat menekan kehilangan hasil juga dapat
meningkatkan kapasitas kerja.
Kehilangan Hasil
• Kehilangan hasil panen padi dipengaruhi
oleh (1) varietas, (2) kadar air gabah saat
panen, (3) alat panen, (4) cara panen, (5)
cara/alat perontokan, dan (6) sistem
pemanenan padi
• Sistem pemanenan padi menyangkut perilaku
pemanenan padi:
Sitem keroyokan (kehilangan hasil bisa
mencapai 18,9 %)
Sistem kelompok (kehilangan hasil 5,9 %)
Tabel 1. Pengaruh jumlah anggota setiap regu
pemanen terhadap kemampuan
pemanenan dan kehilangan hasil
Jumlah Kemampuan Kemampuan
Anggota pemanenan s/d pemanenan s/d Kehilangan
Kelompok pengumpulan Pengumpulan hasil (%)
(orang) (jam/kelompok/ha) (jam/orang/ha)
20 6,75 a 135,0 a 4,39 a

30 4,42 b 132,6 a 6,58 b

40 2,77 c 110,8 b 7,57 b

50 2,14 c 107,0 c 9,90 c

KK (%) 16,8 9,76 8,17

Sumber: Setyono , 1994.


Kehilangan Hasil
• Kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari
ketidaksempurnaan penanganan pasca panen
mencapai 20,51 persen, dimana:
 kehilangan saat pemanenan 9,52 persen,
 perontokan 4,78 persen,
 pengeringan 2,13 persen dan
 penggilingan 2,19 persen.
Angka ini jika dikonversikan terhadap produksi padi nasional
yang mencapai 54,34 juta ton setara lebih dari Rp15 triliun.
(BPPS, 2006)
Tabel 2. Kehilangan Hasil Padi/Gabah di
beberapa Propinsi tahun 2006.

Kehilangan Hasil
No. Propinsi
Padi (%)

1. Kalimantan Selatan 17 – 18%


2. Sumatera Utara 20 – 21%
3. Sumatera Barat 17,34%
4. Jawa Tengah 11,65%
5. Sulawesi Selatan 14,5%
STRATEGI MENEKAN
KEHILANGAN HASIL
• Perbaikan sistem pemanenan
 Perbaikan sistem pemanenan padi harus mencakup
aspek teknis, aspek sosial-ekonomi-budaya dan
kelembagaan tani setempat.
 Perbaikan tersebut harus menguntungkan semua pihak
yang terlibat, baik petani pemilik, buruh panen dan
pengusaha jasa panen dan jasa perontok.
 Diperlukan pendekatan yang menyeluruh terhadap
komponen-komponen sistem, agar dapat menemukan
sifat-sifat penting di dalam sistem, sehingga diperoleh
berbagai alternatif perbaikan keluaran sistem yang
dikehendaki
STRATEGI MENEKAN
KEHILANGAN HASIL
• Perumusan masalah dan tujuan
penanganan pascapanen
dimulai dengan analisis kebutuhan dari setiap
komponen di dalam sistem, sekaligus
mengungkapkan masalah-masalah yang
mungkin timbul akibat pertentangan kepentingan
dari setiap komponen yang ada di dalam sistem
penanganan pascapanen.
Tujuan perbaikan penanganan
pascapanen padi
1. Menekan kehilangan hasil, mulai dari tahap
pemanenan sampai dengan penggilingan.
2. Meningkatkan rendemen dan mutu beras giling
3. Menekan biaya penanganan pascapanen dari
pemanenan sampai dengan penggilingan.
4. Meningkatkan pendapatan petani pemilik dan buruh
panan/penderep.
5. Meningkatkan kelayakan ekonomi dan finansial jasa
alsintan pascapanen mulai panen sampai dengan
penggilingan.
6. Merekayasa sistem kelembagaan jasa pemanen
dan pascapanen yang efektif dan efisien.
STRATEGI MENEKAN
KEHILANGAN HASIL
• Intensifikasi sistem penanganan
pascapanen
 Pascapanen padi terdiri dari tahapan kegiatan yang dimulai
dari tahapan pengeringan dan penggilingan.
 Di dalam mencapai tujuan sistem, setiap tahap kegiatan
dipengaruhi oleh berbagai faktor atau input, baik dari segi
biofisik, sosial-ekonomi, budaya dan kelembagaan, yang
dalam beberapa hal merupakan faktor lingkungan yang
tidak dapat dipengaruhi oleh sistem tetapi sangat
mempengaruhi sistem. Faktor-faktor tersebut antara lain
iklim/curah hujan, pola tanam, topografi dan sosial-budaya,
ekonomi, kelembagaan serta kebijakan.
STRATEGI MENEKAN
KEHILANGAN HASIL
• Program perbaikan sistem penanganan
pascapanen
(1) pendekatan wilayah dan
(2) pendekatan teknologi.
 Pendekatan wilayah didasarkan atas pertimbangan persepsi
petani sebagai dominan, faktor sosial-budaya dan ekonomi
serta kelembagaan. Pendekatan wilayah lebih bersifat
"bottom up aproach" dengan memperhatikan tingkat inovasi
teknologi faktor sosial budaya, ekonomi dan kelembagaan
panen ditingkat petani termasuk buruh tani.
 Pendekatan teknologi merupakan "top down aproach" yang
lebih didasakan pada kriteria teknis seperti meningkatkan
kapasitas dan efesiensi kerja serta perbaikan teknologi alat
dan proses untuk meningkatkan rendemen dan mutu beras
serta menekan kehilangan hasil.
PEMASARAN GABAH/BERAS

• Sistem pemasaran merupakan bagian yang


penting dari mata rantai barang sejak diproduksi
sampai ke tangan konsumen.
• Sistem pemasaran juga menentukan efisiensi
pasar suatu tataniaga barang termasuk pangan.
• Dalam pemasaran pangan terdapat berbagai
variasi tergantung panjangnya rantai
pemasaran.
Kondisi dahulu sampai saat ini??

• Rentannya posisi tawar petani dalam


menjual gabah dan beras!
• Petani lebih berperan sebagai penerima
harga!
• Harga lebih dominan ditentukan
dilakukan para pedagang gabah dan
beras!
SALURAN TATA NIAGA PADI
PETANI

KUD
PENEBAS PEDAGANG
PENGUMPUL

PEDAGANG PENAMPUNGAN (KILANG


/PENGGILINGAN)
DOLOG/
BULOG
PEDAGANG PASAR INDUK
BESAR (KOTA)

TOKO/KIOS
PENGECER
KONSUMEN
Ketidakstabilan Harga
• Dapat ditinjau dari dua sisi:
1. Ketidakstabilan antar musim (musim
panen dan paceklik)
2. Ketidakstabilan antar tahun, karena
pengaruh iklim seperti kekeringan atau
kebanjiran, dan fluktuasi harga beras di
pasar internasional (keduanya sulit
diramalkan)
Kesimpulan:
 Stabilitas harga melewati batas musim dan
tahun
Ketidakstabilan Harga
• Ketidakstabilan harga antar musim:
 Terkait erat dengan pola panen:
Panen Raya : Pebruari – Mei (60 – 65 % total produksi nas.)
Musim gadu pertama: Juni – Sept. (25 – 30 %)
Panen Sisanya : Oktober – Januari (5 – 15%).
Bila harga gabah dilepaskan sepenuhnya ke mekanisme pasar,
maka harga gabah akan:
 Jatuh pada musim panen raya
 Meningkat tajam pada musim paceklik (Oktober - Januari)
Ketidakstabilan Harga
• Berbagai instrumen kebijakan digunakan
untuk mengamankan harga gabah dan beras
 Kebijakan di tingkat usahatani:
 Subsidi harga output (jaminan harga dasar)
 Subsidi harga input (benih, pupuk, pestisida)
 Subsidi bunga kredit usahatani.
 Ditingkat pasar:
 Manajemen stok & monopoli impor oleh Bulog.
 KLBI untuk operasional pengadaan beras oleh Bulog
 Kredit pengadaan pangan bagi koperasi (KUD)
 Operasi pasar oleh Bulog.
Ketidakstabilan Harga
• Periode Pasar Bebas:
 Ternyata pola pemasaran gabah/beras tidak
berubah secara significant:
 Kebiasaan petani untuk menjual gabahnya secara
tebasan atau melalui pedagang pengumpul masih
tetap berlangsung.
 Kelembagaan pemasaran yang diharapkan lebih
efisien pada periode ini tidak terjadi.
 Jalur pemasaran gabah dan beras tetap panjang.
Kebijakan sekarang:
• Deptan:
• Pengaktifan Lumbung Padi/Beras
• Sistem Tunda Jual (LUEP)
• Bulog:
• Peran Bulog tetap berfungsi sebagai
penyangga:
harga di bawah HPP, Bulog Beli.
harga di atas HPP,Bulog Jual (operasi pasar)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai