Anda di halaman 1dari 51

TEKNIK REPLANTING SUKSES BAGI PEKEBUN RAKYAT

Medan, 10 September 2020

INDONESIAN OIL PALM RESEARCH INSTITUTE


Eka Listia, SP.MSc.
Peneliti Ilmu Tanah dan Agronomi
Pusat Penelitian Kelapa Sawit
HP: 08126213344
Email : ekalistia.iopri@gmail.com
Kapan Saat Melakukan
Peremajaan...???
Terdapat beberapa
pertimbangan dalam
menentukan saat
pekebun harus
melakukan
peremajaan
Pertimbangan dalam
Replanting
1. Umur tanaman sudah tua > 25
tahun
2. Produktivitas rendah  tidak
ekonomis (<10 ton TBS/ha/th)
3. Bahan tanaman tidak unggul
(illegitim)
4. Kesulitan panen (tinggi
tanaman >12 meter)
5. Kerapatan tanaman rendah
( <80 phn/ha)
Populasi Tanaman Rendah
Akibat Serangan Ganoderma
Kesulitan Panen
• Tanaman yang sudah tua
umumnya memiliki tinggi
yang dapat menyulitkan
pemanenan
• Tinggi tanaman >12 meter
• Efektivitas panen rendah
3. Penggunaan benih illegitim
• Pertumbuhan kurang jagur
• Tanaman sudah berumur tua
• Bahan tanaman atau bibit tidak unggul
(illegitim)
• Produksi kurang dari 10 ton TBS/ha/tahun
BAHAN TANAMAN

BAHAN TANAMAN MEMILIKI PERANAN


YANG SANGAT BESAR DI DALAM
KEBERHASILAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

•NILAI BAHAN TANAMAN SEBAGAI FAKTOR PRODUKSI HANYA


3 - 8% DARI TOTAL BIAYA INVESTASI
•NILAI YANG “SEDIKIT” INI DAPAT MENDATANGKAN DAMPAK
YANG SANGAT BESAR DALAM JANGKA WAKTU + 25 THN DAN
MENDATANGKAN DAMPAK NEGATIF BILA TIDAK DIKELOLA
DENGAN BAIK
FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN BAHAN TANAMAN PALSU

• Kurang informasi tentang bahan


tanaman yang baik dan benar
• Jauhnya produsen benih unggul ke
sentra perkebunan rakyat
• Harga bahan tanaman palsu yang jauh
lebih murah
• Prosedur pembelian yang dianggap
konsumen terlalu merepotkan
Kelapa sawit dura
minyak sedikit,
produksinya rendah

Kelapa sawit
pisifera tidak
berbuah
10
Karakteristik Varietas PPKS
TEKNIK REPLANTING

1. Tumbang Serempak
Kelebihan
• Pengolahan lahan dilakukan
intensif.
• Mengurangi serangan
Ganoderma & Oryctes
Kekurangan
• Pendapatan terputus
selama masa TBM
TEKNIK REPLANTING
Kelebihan
2. Underplanting
• Pendapatan berkurang secara
bertahap
• cocok diterapkan di daerah
rawan konflik / sengketa lahan.
Kekurangan
• Pengolahan lahan kurang
intensif.
• Rawan serangan
Ganoderma & Oryctes
• Tanaman TBM
pertumbuhan tidak optimal
akibat kekurangan cahaya
Serangan Oryctes rynocheros
TEKNIK REPLANTING
3. Tumbang Bertahap
Kelebihan
• Pendapatan berkurang
secara bertahap
Kekurangan
• Kurang ekonomis untuk
luasan areal kecil.
• Tanaman TBM
pertumbuhan tidak optimal
akibat kekurangan cahaya
TEKNIK REPLANTING Kelebihan
• Petani dapat memperoleh
4. Intercropping/Tumpang sari pendapatan alternatif selama
TBM.
• Pertumbuhan tanaman muda
tidak terganggu.
• Sisa – sisa tanaman sela dapat
menjadi sumber pupuk
organik bagi tanaman sawit
muda.

Kekurangan
• Pengolahan tanah harus intensif.
• Perlu pemilihan komoditas yang
dapat terserap pasar setempat.
Sistem peremajaan cocok untuk petani?
• Sistem yang dianggap sesuai dan direkomendasikan
adalah sistem tumbang serempak yang dikombinasi
dengan sistem tumpang sari tanaman pangan.
• Tumpang sari dilakukan saat TBM1 dan TBM2 dengan
persentase luas
– 60-75% areal TBM 1
– 45-50% areal TBM 2
• Ini dilakukan untuk memperoleh keragaan tanaman baru
yang baik dan kelangsungan pendapatan petani selama
TBM.
Photo by Iput Pradiko
2m

2m
5,8 m
Luas tanam efektif 60-75 %
BUDIDAYA KEDELAI DI ANTARA BARISAN
TANAMAN KELAPA SAWIT TBM
INTERCROPPING DENGAN KELAPA SAWIT
Pertimbangan memilih tanaman sela :
• Tidak menjadi kompetitif terhadap tanaman kelapa sawit.
• Sistem perakaran berbeda dengan kelapa sawit, sehingga tidak
bersaing dalam penyerapan hara dan air.
• Populasi kelapa sawit tidak berkurang karena penanaman tanaman
sela.
• Bukan merupakan tanaman yang memiliki peluang terserang hama
dan penyakitnya sama dengan kelapa sawit.
• Pengelolaan budidayanya tidak rumit (sederhana), bernilai ekonomis
dan menguntungkan.
• Memiliki permintaan pasar yang baik, terutama pada pasar wilayah
lokal.
• Jika memungkinkan, tanaman dapat meningkatkan kesuburan tanah
dan memiliki efek alelopati positif terhadap kelapa sawit.
Tanaman semusim yg dapat menjadi tanaman sela

lahan/tanah Iklim
(R/C
Tanaman Umur(hari) Ketinggian Penanaman
pH Tekstur CH (mm/thn) ratio)
(m dpl) Msm hujan

Padi gogo 100 - 125 < 1.500 5,5-8,0 Liat - Lempung 1500-2.000 Awal 2,5

Jagung 60 - 70 1.000-1.800 5,5 -7,0 Lempung 500-700*) Awal/ akhir 2,1


Kedelai 75-100 < 650 6,0-6,5 Liat-Lempung 100-400**) Awal 1,7
Kacang
90-120 50-500 6,0-6,5 Lempung-berpasir 800-1.300 Awal 1,3
tanah
Cabai 90 - 120 < 1.300 5,5-6,8 Lempung 600-1.250 Akhir 1,6
Pisang 360 < 300 Liat 1.500-2.500 Awal 2,0
Nanas 360-720 100-800 4,5-6,5 Lempung berpasir 1.000-1.500 Awal 1,6
Jahe ≥ 300 300 - 900 6,8-7,4 Lempung 2.500-4.000 Awal 3,0

Ubi jalar 100 - 120 < 500 5,5-7,5 Lempung berpasir 750-1.500 Akhir 1,2
*) dari berbagai sumber
TAHAPAN PELAKSANAAN PEREMAJAAN

Mempertimbangkan:
Non Endemik
Ganoderma
PEREMAJAAN PADA AREAL NON GANODERMA

I. Penyusunan Rencana Peremajaan

• Pemetaan dan pendataan blok-blok yang akan


diremajakan
• Waktu mulai kegiatan  disesuaikan dengan masa
tanam
• Waktu pemesanan bibit disesuaikan
• Lokasi pembibitan
• Persiapan sarana/prasarana
• Waktu penanaman disesuaikan musim hujan
Benih tidak layak ditanam
II. Persiapan Lahan
1. Pengolahan Tanah
• Pengolahan tanah perlu dilakukan untuk
memperbaiki sifat fisik tanah dan mempersiapkan
media tanam yang baik bagi tanaman.
• Pengolahan tanah terdiri atas dua tahap:
 Tahap I dilakukan pembajakan pertama (bajak I)
sedalam 30 cm, dibiarkan terkena panas matahari
selama 2 - 3 minggu, kemudian dicincang dengan
garu pertama (I).
 Tahap II dilakukan pembajakan kedua (bajak II)
pada dua minggu kemudian dengan arah yang
menyilang bajak I, disusul garu dua (II) setelah 2
minggu
2. Menumbang dan mencacah batang (chipping)
• Pancang rumpukan
• Penumbangan dilakukan searah jalur tanam
• Pencacahan pohon dan disusun pada bekas jalan panen 
disebar satu lapis
• Pencacahan dengan dimensi tebal 5-20 cm dengan sudut
potongan 45-60o
• Pencacahan dimaksudkan untuk mempercepat proses
dekomposisi/pembusukan
Pola penumbangan dan penyusunan pohon dalam rumpukan
Pencacahan
3. Rehabilitasi infrastruktur (jalan, parit jalan, sarana
tata air, bangunan konservasi)
• Merehabilitasi bangunan pengawetan tanah/air pada areal
datar/rendahan (parit drainase, tapak timbun)
• Areal dengan kemiringan lereng 16-25%  tapak
kuda/tapak individu
• Teknik pengawetan tanah pada kemiringan lereng 26-30%
 teras kontur
4. Rehabilitasi Infrastruktur (Lahan Gambut/ Pasang Surut)
• Rehabilitasi parit tata air ( mencegah genangan air,
menurunkan muka air tanah 40-60cm, ruang perkaran dan
mencegah pencucian pupuk)
• Perbaikan jembatan, gorong-gorong, titi panen, jalan
produksi, dan jalan koleksi --- sarana transportasi)
5. Pengendalian gulma
• Menggunakan herbisida sistemik (Glyphosate Sistemik)
• Tahap I: tingkat kematian gulma ± 90%
• Tahap II: memusnahkan gulma-gulma yang tidak mati pada
penyemprotan Tahap I
• Interval penyemprotan Tahap I ke Tahap II: 21 hari
6. Penanaman kacangan penutup tanah
• Bermanfaat untuk menekan serangan hama penyakit (Oryctes
Rhynocheros), berfungsi untuk konservasi tanah dan air, serta
sumber bahan organik.
• Pada tahap ini, petani dapat memilih apakah akan menanam
kacangan penutup tanah atau tanaman sela (tanaman
semusim).
• Jenis kacangan antara lain Pueraria javanica, Centrosema
pubescens, Calopogonium caeruleum, dan Mucuna bracteata
III. Penanaman Kelapa Sawit
1. Pola tanam
• Pola penanaman menggunakan pola segitiga sama sisi dengan
jarak antar tanaman tergantung pada kondisi lahan, bahan
tanaman dan iklim
2. Penanaman kelapa sawit
 Memancang dan melubang (60 cm x 60 cm x 40 cm)
 Lubang tanam dibuat satu minggu sebelum tanam
 Tanah top soil dipisahkan dengan sub soil
 Berikan pupuk RP sebanyak 500-750 g pada lubang
tanam satu minggu sebelum tanam  merangsang
perakaran tanaman
 Polibag dirobek dan dilepas sebelum bibit dimasukkan
ke dalam lubang tanam.
 Penanaman umumnya disesuaikan dengan musim
hujan, sehingga tanaman yang baru ditanam bisa
segera memperoleh air untuk pertumbuhannya
3. Konsolidasi tanaman
• Penyisipan pada tanaman yang mati, rusak, tumbang,
terserang hama dan abnormal (1 bulan setelah tanam)
• Untuk mempermudah penyisipan (distribusi bibit) maka di
buat ‘patok pancang’ pada titik tanam dilokasi penyisipan
• Selama masa TBM, dilakukan inventarisasi sebanyak 2x (per
semester)
• Menegakkan kembali dan memadatkan tanah pada
tanaman yang miring/doyong
• Menyediakan stock bibit untuk penyisipan sebanyak 5% dari
total bibit yang di tanam, dengan tata cara sebagai berikut:
• Lubang tanam digali kembali dengan ukuran 60 x 60 x 40cm
• Bibit disiram dahulu sebelum dikirim ke lapangan
• Cara penanaman sama dengan penanaman baru
Perlu disisip
4. Pemeliharaan TBM  kultur teknis terbaik
 Kastrasi mulai umur 9 – 24 bulan (1 kali/bulan)

Tujuan Kastrasi:
- merangsang pertumbuhan vegetatif
- mendapatkan tandan dengan berat seragam
- memperoleh kondisi tanaman yang sehat
PEREMAJAAN PADA AREAL ENDEMIK
GANODERMA
Perlakuan khusus pada Areal Endemik Ganoderma
1. Olah tanah dan sanitasi akar – batang
a. Pengolahan tanah sebelum penumbangan pohon melalui
pembajakan tanah (Bajak 1) dengan traktor dari Utara –
Selatan dan Barat ke Timur
b. Penumbangan pohon dan pengangkatan bonggol dan akar
ke permukaan tanah.
c. Batang kelapa sawit di cincang dengan alat berat (chiping),
sedangkan bonggol dibuang dari areal peremajaan
d. Pengutipan akar dilakukan dengan cara membersihkan akar
yang tercecer dari bonggol yang telah diangkat dari tanah
e. Pengolahan tanah kedua, dilakukan dengan cara menggaru
(garu 1). Arah Utara-Selatan dan Timur –Barat, dilanjutkan
dengan pengutipan akar yang banyak tercecer di
permukaan tanah.
Sanitasi Sumber Inokulum
Perlakuan khusus pada Areal Endemik Ganoderma
2. Sistem lubang tanam besar
a. Pembuatan lubang dilakukan
setelah akar dibersihkan pada
areal penanaman.
b. Membuat lubang tanam besar
(3x3x0.8 m) dengan besar
lubang tanam berukuran
0,6x0,6x0,6 m.
c.Aplikasi tandan kosong sawit sebanyak 400 kg/ lubang dan
Trichoderma (Marfu) 400 gram/ lubang.
Manfaat: memperbaiki struktur tanah lapisan atas
(generasi tanam kedua).

d. Sistem lubang tanam


besar, dilakukan pada
daerah tidak
tergenang atau
bukan areal
rendahan

Anda mungkin juga menyukai