Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENGELOLAAN PERKEBUNAN

KELAPA SAWIT TERHADAP PRODUKTIVITAS


TANDAN BUAH SEGAR (TBS)

Kelompok 1
Kelas H
Naufal Wibowo 150510160003
Ifa Nur Alfiah 150510110069
Endah Nurlaela 150510160075
Hilman Purnama 150510160215
• Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang dapat
menghasilkan minyak nabati.
• Pengolahan terhadap buah sawit akan diperoleh produk utama
berupa CPO (Crude Palm Oil), PKO (Palm Kernel Oil) dan produk
lainnya berupa cangkang, serabut, pelepah dan tandan kosong.
Hasil akhir yang diinginkan
oleh perkebunan kelapa sawit
adalah produksi tandan buah
segar (TBS) dan kualitasnya
bagus. Untuk mendapatkan
hasil yang bagus, ada beberapa
faktor yag mempengaruhinya
yaitu :
Pemilihan Lahan

• Sekitar 60% lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia berada di lahan kering.
• Sebagian besar, lahan yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit didominasi
oleh jenis tanah Typic Haplosaprist dan Terric Haplosaprist.
• Dengan curah hujan yang baik 2000-2500 mm/tahun dengan bulan kering kurang
dari 1 bulan per tahun.
• Kelapa sawit tumbuh pada ketinggian 0-400 m di atas permukaan laut.
• Suhu berkisar 27ͦ C untuk pertumbuhan kelapa sawit.
• Peningkatan defisit air 50 mm / tahun secara bersamaan menyebabkan penurunan
produksi minyak sawit rata-rata 2,15 ton / ha / tahun. Penurunan defisit air 100 mm
/ tahun akan meningkatkan produksi minyak 3,23 ton / ha / tahun.
Bahan Tanam
• Pemilihan benih sangat
berpengaruh dalam produksi
buah kelapa sawit yang
diinginkan selain tenaga kerja,
pupuk urea, dan herbisida.
• Selain pilihan bibit dan tepat
sesuai, jarak tanam
mempengaruhi produktivitas
buah kelapa sawit, karena jarak
tanam yang dekat kemungkinan
terinfeksi BSR (Basal Stem Root)
atau Busuk Pangkal Batang
sehingga akan menjadi lebih luas
dan lebih sulit untuk dilakukan
pemberantasan/eradikasi
Pengelolaan Teknis
• Pengelolaan pemupukan yang
baik adalah kunci mendapatkan
produktivitas dan efisiensi tinggi
di perkebunan kelapa sawit.

• pengendalian gulma dan tikus dapat manfaat penyiangan sekaligus mengurangi


kerugian produksi akibat tikus. Jika tanaman penutup tanah dan gulma tidak
terkontrol, berbagai hama akan membuat habitat di bawah tanaman penutup
tanah dan gulma, terutama tikus.

• Untuk membasmi hama tidak boleh dilakukan setelah terinfeksi, dan


pencegahan hama lebih baik dilakukan daripada menyingkirkannya, yaitu dengan
menerapkan imidacloprid pada pohon kelapa sawit masih muda.
Pengelolaan
Penelitian menunjukkan bahwa distribusi jumlah hasil tandan buah
segar tergantung pada ukuran lahan, usia pohon dan pemeliharaan.
Semakin besar ukuran perkebunan, semakin tinggi jumlah panen.
Secara umum, perkebunan yang dikelola dengan baik menghasilkan
lebih banyak buah.
Metode yang digunakan untuk memonitoring lingkungan dan tandan
buah segar (TBS) yaitu seperangkat warna permukaan buah dengan
metode fotografimetri.
Lingkungan
• Kebijakan negara di Indonesia semakin meningkatkan untuk
mempertahankan biofuel dengan mendukung investasi perkebunan
skala besar dan memprioritaskan pengembangan biofuel.
• Perkebunan kelapa sawit memiliki dampak negatif bagi lingkungan
Perkebunan kelapa sawit indonesia dijalankan tanpa
mengindahkan kelestarian lingkungan karena hampir dari setengah
luasan kebun sawit di Indonesia dilakukan dengan membuka hutan
hujan yang di dalamnya terdapat ribuan spesies unik tropik
sehingga mengancam kelestarian spesies-spesies tersebut.
• Perkebunan kelapa sawit mengurangi kemampuan hutan
mengkonversi CO2 sehingga perkebunan kelapa sawit mendorong
global warming lebih cepat.
Kesimpulan
Indikator yang digunakan dalam pengelolaan perkebunan adalah
pemilihan lahan, bahan tanam, pengelolaan teknis, pengelolaan saat
panen, dan lingkungan. Jika dilakukan pengelolaan dengan baik dan
rekomendasi mekanisme yang tepat akan meningkatkan produktivitas
tandan buah segar (TBS), efisiensi kerja dan pembiayaan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Daftar pustaka
Setyamidjaja, D., 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan.

Kanisius, Yogyakarta

Paramananthan, 2012, Best practices for suistainable oil palm best practices workshop 2012,

Sandakan, Sabah.

Wigena.I.G.P, Sudrajat, Santun R.P.S and Siregar,H (2009), Karakteristik tanah dan iklim

serta kesesuaiannya untuk kebun kelapa sawit plasma di Sei Pagar, Kabupaten

Kampar, Jurnal tanah dan iklim, no.30.ISSN.1410-7244.

Murtilaksono.K, darmosarkoro.W, S.Sutarta, H.H.Siregar, Y.Hidayat, 2009, Upaya

peningkatan produksi kelapa sawit melalui penerapan teknik konservasi tanah dan air,

Jurnal tanah tropik, vol.14.no.2.2009. 135-142. ISSN 0852-257x.

Anda mungkin juga menyukai