Anda di halaman 1dari 15

PAPER

PENYIMPANAN RUMPUT LAUT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Penanganan Hasil Perikanan

Disusun Oleh :

Kelompok 2/Perikanan PSDKU

Tia Jauhar Nafisah 230310200005

Nursyahidatul Qurani M 230310200006

Alifanursin Mahdan Atsarak 230310200007

Mohammad Hassan Assidiq 230310200008

Yolanda Putri Hariyana 230310200009

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANAN PSDKU

PANGANDARAN

2021
A. Deskripsi Rumput Laut
Rumput laut merupakan makroalga yang dapat dikonsumsi karena mempunyai kandungan
nutrien yang melimpah, senyawa bioaktif, rasa umami dan keuntungan ekologis. Hal tersebut
menjadikan rumput laut semakin popular di negara barat. Rumput laut yang dapat dimakan
terdiri dari jenis Rhodophyta, Chlorophyta dan Phaeophyta. Ketiga jenis rumput laut tersebut
memiliki morfologi, tekstur, rasa dan kandungan nutrien yang berbeda.

Hasil penelitian Nayar dan Bott pada tahun 2014, budidaya rumput laut terbesar secara global
terdapat di Negara China, Korea Selatan dan Jepang. Rumput laut coklat (brown seaweeds)
mengalami kenaikan secara cepat di Negara Eropa dan Amerika. Budidaya rumput laut semakin
meningkat, namun demikian pengetahuan tentang pengolahan serta penanganan rumput laut
segar untuk penyimpanan yang lama belum banyak diketahui.

Telah dilaporkan pada Journal of Applied Phycology oleh Schiener, et al. (2015) dan Sappati
(2019) bahwa rumput laut segar memiliki kandungan 750-900 g/kg moisture, Aw (~0,90 - 0,95),
dan memiliki umur simpan yang pendek jika didinginkan. Pada kondisi segar rumput laut
memiliki umur simpan yang pendek, sehingga harus dikeringkan untuk memperpanjang umur
simpan. Namun, metode pengeringan membutuhkan peralatan pendukung dan menghasilkan
produk yang tidak cocok untuk keperluan produk rumput laut segar diberbagai hidangan
B. Cara Pemanenan Rumput Laut
Panen Adalah Sebuah kegiatan yang dilakukan untuk pemungutan atau pemetikan hasil
pertanian, Perhutanan, Perikanan ataupun non Perikanan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
Pemanenan bertujuan untuk mengumpulkan komoditas pada kondisi matangnya komoditas yang
baik, dengan menghasilkan kerusakan dan kehilangan hasil yang cukup rendah sehingga
menghasilkan pengambilan hasil panen agar efektif dan efisien khusus nya pada Rumput Laut.

Adapun cara- cara melakukan Pemanenan yang baik menurut "KEPUTUSAN MENTERI
KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/KEPMEN-KP/2019
TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBUDIDAYAAN RUMPUT LAUT" antara lain sebagai
berikut:

1. panen dilakukan setelah rumput laut sudah berusia 45 - 50 Hari


2. Pemanenan Rumput Laut dengan cara dilepaskannya rumput laut dari tali ris dengan cara
dibuka dari ikatan ataupun dipotongnya tali dengan alat yang tajam(gunting/pisau) agar
terjaganya kualitas dari bibi
3. Rumput Laut yang sudah dipanen minimal berukuran 500 gram.
4. Rumput Laut dipanen dilakukan dengan cara tali ris dibawa ke darat lalu dilepaskannya
rumput laut dari tali ris dengan dibuka ikatannya sebelum/sesudah dijemur
5. Pemanenan rumput laut yang baik dilakukan saat pagi dan sore hari, dengan cepat dan
agar higienis untuk pencegahan kemunduran mutu rumput laut.
6. hasil dari pemanenan rumput laut harus dijaga supaya tidak terkena air tawar, BBM,
deterjen,kotoran ternak, dan kontaminasi yang lain
7. Setelah itu pemberlakuan pembersihan pada rumput laut dari kotoran yang dibawa
8. hasil pemanenan dilakukan dengan cara tidak merusak thallus pada kondisi masih segar
dan juga basah.

C. Seleksi hasil panen rumput laut basah


Jenis dari rumput laut bisa dibedakan secara umum berupa rumput yang segar dan juga rumput
yang kering.Harus dapat ditinjau bahwasannya pada beberapa bagian pembudidaya proses
pemanenan rumput laut dilakukan dengan metode pemanenan total, setelah mencapai umur 45
hari pemanenan rumput laut setelah itu dilaksanakan seleksi pemisahan thallus yang masih
muda untuk dijadikan bibit untuk kembali ditanam.
Adapun cara-cara yang harus diperhatikan untuk menghasilkan Seleksi hasil pemanenan rumput
laut antara lain sebagai berikut:

● Pemisahan antara rumput laut yang sudah siap jemur/panen dengan thallus yang akan
dijadikan bibit rumput laut.
● Usia rumput laut yang sudah siap untuk pemanenan dengan bibit dapat ditinjau dari
tampilannya thallus rumput laut. Thallus yang masih muda lebih cenderung dari tampilan
warnanya yang lebih cerah ataupun transparan dan jika dipatahkan akan langsung patah
dengan mudah.
● Pisahkan rumput laut yang berbeda jenis Agar tidak tercampur dengan rumput laut
lainnya
● Memisahkan rumput laut dari terjadinya menempelnya dari beberapa jenis lain yang
diluar bukan jenis rumput laut.
● Hasil panenan dari rumput laut terlebih dahulu harus bersih dilakukan cuci dengan air
laut sebelum nya sebelum dilakukan penjemuran

D. Standar mutu hasil panen


Penyeleksian proses pemanenan dari rumput laut basah agar adanya penjaminan dari mutu
rumput laut supaya adanya kesesuaian standar dengan apa yang ditargetkan oleh pihak industri
pengolahan.

Adapun Acuan standarisasi hasil panen rumput laut menurut "Kepmen-KP nomor 1 Tahun 2019
" antara lain sebagai berikut :
1. Usia rumput laut yang sudah siap untuk panen yang harus dipenuhi adalah usia 45-50
hari.Umur panen yang telah memenuhi standarisasi yaitu gel strength dan kandungan
karaginan dari rumput laut.
2. Rumput laut tidak terjadinya patah pada batangnya maupun thallus disebabkan dari
perlakuannya pada saat pemanenan yang tidak sesuai.hal tersebut akan berdampak pada
gel strength rumput laut itu sendiri
3. Rumput laut dapat bersih dari menempelnya ganggang dan juga kotoran supaya thallus
dan batang yang normal.
4. Mempunyai ciri khas yang baunya alamiah

E. Metode penanganan

A. Menyiapkan Peralatan Pengering

Dari tahapan-tahapan untuk proses pengeringan maupun penjemuran dari rumput laut atau
Eucheuma cottoni bisa dilakukan dengan tiga metode, sebagai berikut :

1. Penjemuran dengan menggunakan alas di atas permukaan tanah

2. Penjemuran dengan menggunakan metode proses para-para jemur

3. Penjemuran dengan menggunakan metode gantung

Pada peralatan yang dibutuhkan harus dengan metode-metode yang akan dipakai nantinya.
Tahapan awal biasanya sebelum dilakukannya proses pengeringan dengan menggunakan metode
yang akan dipakai. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukannya sarana peralatan dalam
membuat fasilitas pengeringan sebagai berikut :
1. Penjemuran dengan menggunakan alas diatas permukaan tanah.

Hal yang dibutuhkan adalah alas plastic seperti terpal atau bisa menggunakan lantai semen
yang merupakan sarana dalam penyebaran rumput laut dalam proses penjemuran untuk
ukurannya disesuaikan dengan luasnya lahan.

2. Penjemuran dengan menggunakan metode para-para jemur

Hal yang dibutuhkan adalah tiang bambu, penjemuran dengan menggunakan metode
para-para adalah menggunakan tiang bambu yang dianyam, dan untuk anyamannya tidak terlalu
besar, atau dapat menggunakan jenis jaring yaitu jarringpoli ethylene yang ukuran lubangnya
hanya 2 cm yang nantinya dipakai sebagai alas, paku, gergaji, golok, tali, dan tutup terpal. Untuk
ukuran para-para disesuaikan dengan luas lahannya. Umumnya adalah ukuran 1-1,5 meter
dengan panjangnya yaitu 10-25 meter.
3. Penjemuran dengan menggunakan metode gantung

Hal yang dibutuhkan adalah bambu, kayu, dan tali polyethlen. Untuk kebutuhan lainnya
seperti jumlah dan Panjang gantungan yang disesuaikan pada kapasitas produksi dan lahannya.
Bamboo berfungsi untuk menggantungkan rumput laut bersama dengan tali ris Ketika
penjemuran, dan untuk kayu dipakai sebagai penyangga gantungan, tali PE dipakai untuk
mengikat kayu maupun bamboo.

Untuk mencakup dalam segi aspek peralatan pengering maka diperlukannya keterampilan
yang dimana bisa dalam inventarisasi yang menunjang kebutuhan sarana/peralatan pengering
sesuai dengan metode yang akan dipakai Ketika mendesain tempat penjemuran dengan
berdasarkan metode yang telah ditentukan. Pada dasarnya keterampilan ini dapat dikatakan
mudah karena adanya acuan gambar yang dapat membantu untuk sarana dari penjemuran dengan
melihat metode yang akan dilaksanakan.
B. Pengetahuan Dalam proses melakukan Pengeringan

Proses pengeringan yang tepat adalah paa saaat cuaca cerah atau terik cahaya matahari yang
optimal dengan itu dapat menjadi kualitas pada produk rumput laut kering akan dalam keadaan
baik. Sedangan untuk proses pengeringan Ketika cuaca mendung ataupun hujan ajan
mengakibatkan fermentasi yang dimana akan menurunkan dari segi kualitas maupun mutu
rumput laut kering.

Pemberlakuan dalam tahap sebelum pengeringan harus melihat permintaan pasar dengan tu
kita tahu bahwa pembeli akan menginginkan criteria seperti apa, misalkan kering asin
(keringsalan), kering tawar (pencucian dengan air tawar), dan hasil dari fermentasi (umumnya
untuk warna berwarna putih). Adapun beberapa tahapan Langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk memenuhi kriteria tersebut, sebagai berikut :

· Permintaan kering tawar, Ketika rumput laut telah di panen akan direndam dan akan
dicuci dengan air tawar yang bertujuan untuk menghilangkan bau amis pada rumput
laut, yang kemudian akan dikeringkan dengan kadar air yang sesuai dengan
permintaan

· Permintaan rumput laut hasil fermentasi, adalah rumput laut yang telah dipanen akan
dijemur kemudian akan ditutuo oleh plastic transparan dan nantinya akan merubah
warna tampilan pada rumput laut berbeda menjadi warna putih.
· Permintaan kering asalan, rumput laut yang telah dipanen akan dikeringkan hingga
kadar air pada rumput laut sekitar 35-38% (kering karet), untuk jenis pengeringannya
menggunakan metode para-para jemur yang kemudian digantung. Karena untuk
memperoleh kadar air yang hanya mencapai 35-38% (kering karet) memerlukan
intensitas cahaya matahari yang optimal dengan memakan waktu sekitar 2 hari,
kemudian tanda dari telah siap rumput lautnya adalah rumput laut akan ditempeli
kristal garam berwarna putih atau Ketika digenggam akan terasa seperti karet

1. Metode pengeringan rumput laut

Metode pengeringan ada tiga seperti pada penjelasan di awal sebagai berikut

a. Pengeringan dengan menggunakan alas, terpal plastic ataupun bisa dengan lantai semen

b. Pengeringan dengan menggunakan para-para jemur

c. Pengeringan dengan menggunakan metode gantung.

Banyaknya variasi untuk teknik pengeringan dikarenakan oleh beberapa faktor seperti pada
sumber daya manusianya yang memiliki pemahaman tersendiri untuk mutu atau kualitas rumput
laut, ada pun faktor alam seperti lahan dan biaya. Berdasarkan hal tersebut berikut adalah
pembahasan terkait prosedur pada masing-masing metode sebagai berikut :

a) Pengeringan dengan menggunakan alas

Pengeringan dengan menggunakan alas adalah salah satu metode yang penjemurannya
langsung pada permukaan tanah dengan melakukan penjemuran rumput laut di atas alas langsung
di atas permukaan tanah. Sebagai alas dapat digunakan terpal plastic maupun lantai jemurdari
semen dengan luas disesuaikan dengan biaya, kapasitas hasil panen maupun luasan lahan untuk
penjemuran

Selain keefektifan Adapun kelemahan yang dimiliki dari teknik penjemuran yang rumput
lautnya disebut dengan menggunakan alas sebagai berikut :
a. Pada proses pengeringan adalah kemungkinan terbesarnya ialah akan tercampur dengan
debu ataupun kotoran pada saat melakukan pengeringan.

b. Pada proses pengeringan adalah untuk ukuran tingkat kekeringannya yang tidak merata
dikarenakan tidak mendapatkan sirkulasi udara, rumput laut akan berkeringat jika
dikeringkan di atas terpal plastic, yang menyebabkan waktu pengeringan kurang efektif.

b) Pengeringan dengan para-para jemur

Metoda penjemuran ini rumput laut tidak disebar di atas alas langsung di permukaan
tanah, namun dengan menggunakan bilahan bambu yang diberi alas jaring polietilen atau
anyaman bambu dengan rongga. Pada penjemuran dengan menggunakan para-para alas diletakan
dengan menggunakan tiang bambu sehingga tidak langsung menyentuh permukaan tanah
sebagaimana pada metode pertama yang sudah dijelaskan di atas. Jumlah dan ukuran unit
para-para jemur disesuaikan dengan biaya, kapasitas hasil panen dan kapasitas lahan.

Metode penjemuran ini juga dapat dipasang tidak hanya di darat namun bisa dilakukan di
laut, yaitu dengan menancapkan bambu sebagai penyangga alas di dasar perairan. Biasanya
Pemasangan para-para jemur di laut dilakukan dekat rumah jaga.

Walaupun dari aspek biaya penggunaan metode ini cukup mahal, namun metoda ini lebih
baik dibanding metode penjemuran di atas alas terpal. Sehingga rata-rata para pembudidaya
banyak yang memilih metoda dengan para-para jemur. Adapun Keuntungan metode pengeringan
dengan menggunakan para-para jemur antara lain :

1. Tingkat kekeringan yang merata dengan kadar air yang diinginkan, hal ini karena
memungkinkan adanya sirkulasi udara melewati rongga pada alas jemur. Kondisi ini
memungkinkanwaktu pengeringan lebih efisien.
2. Kemungkinan rumput laut bercampur kotoran minim

c) Pengeringan metode gantung

Pengeringan metode gantung atau menjemur rumput laut dengan cara digantung akan
jauh lebih efektif dibanding dengan dua metode penjemuran diatas. Karena sejauh ini metode
gantung pembudidaya rumput laut terutama di daerah Nusa Tenggara Timur. Teknik penjemuran
yang dilakukan dengan tali ris kemudian pada tiang bambu yang dipasang secara horizontal.
Oleh karena itu cara tersebut dinilai efektif karena tidak banyak benturan fisik atau kerusakan
pada fisik rumput laut apalagi pematahan thallus. Pada metode ini rumput laut akan diambil
menyebabkan rusak atau luka pada fisik rumput laut yang nantinya disertai keluarnya getah atau
gel pada bagiannya yang akan mengakibatkan rendahnya kadar rumput laut yang kering. Adapun
keuntungan dari metode penjemuran atau pengeringan dengan metode gantung sebagai berikut :

· Metode ini akan jauh lebih murah, dan dianggap resiko kadar kotornya yang rendah, dan
dengan cara digantung kadar garam akan menempel itu minim, karena kadar air yang
mengandung garam tersebut akan menetes atau jatuh ke bawah pada saat dijemur.

· Metode ini memiliki Tingkat kekeringan lebih merata dan untuk waktu akan jauh lebih
efisien.

· Metode ini akan menghasilkan rumput laut yang kering dan utuh. Tetapi, pada metode ini tali
ris akan di double dengan tali ris lagi sebagai pengganti untuk penanaman lagi.

2. Pengontrolan Kualitas selama Proses Pengeringan

Pengontrolan berguna untuk menjaga sekaligus mempertahankan kualitas selama proses


pengeringan rumput laut. Standar kelayakan rumput laut adalah pada kadar air dan tingkat kotor.
Dilihat dari beberapa kasus pembudidaya yang ada, mereka jarang sekali bahkan kurang
memperhatikan dari segi control kualitas pada saat pengeringan atau penjemuran yang
mengakibatkan mutu dari rumput laut kering yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar industri
yang diinginkan. Hal tersebut yang mengakibatkan produk rumput laut kering ini menjadi sepi
peminat atau menurun.

Pada proses pengontrolan Kontrol kualitas bisa dilakukan melalui pembersihan kotoran,
kemudian pembalikan, dan juga melindung rumput laut yang dijemur dari tingkat kelembaban
yang tinggi dan segala hal kontaminasi yang bisa saja terjadi. Dengan itu memerlukan waktu
pengeringan sekitar 3-4 hari untuk hasil yang optimal disertai dengan cahaya matahari yang
tingkat intensitasnya baik. Untuk ciri-ciri dari tingkat sudah keringnya rumput laut ditandai
dengan ungu agak keputih-putihan yang dilapisi oleh garam. Oleh karena itu, Adapun hal-hal
yang perlu dihindari Ketika melakukan pengeringan rumput laut, sebagai berikut :
1. Tahap pertama adalah dengan menghindari penjemuran rumput laut dijalan atau di bahu jalan
yang akan menyebabkan secara langsung tercemar oleh debu atau asap kendaraan, yang akan
mengakibatkan rumput laut akan secara tidak langsung terkontaminasi oleh logam berat.

2. Tahap kedua yang harus dihindari adalah penjemuran di atas pasir, rumput, atau tanah,
atau media lain yang nantinya dapat menurunkan mutu atau tingkat kualitas pada rumput
laut. Pada beberapa studi kasus pembudidaya rumput laut menjemur atau
mengeringkannya di pinggir pantai yang dimana dapat mengakibatkan kerugian pada
pihak pasarnya maupun industri karena mutu yang rendah sehingga posisi tawar harga
pada produk juga menjadi rendah.
3. Tahap ketiga yang harus dihindari adalah penggaraman. Akibat dari penggaraman
biasanya akan berpengaruh terhadap perolehan ekstrak yang akan mempergelap warna
yang nantinya akan menurunkan mutu rumput Sebagai informasi bahwa hasil rumput laut
dengan penggaraman (di bacem) dapat dibedakan dengan yang tanpa dibacem. Biasanya
rumput laut hasil penggaraman jika disimpan beberapa hari akan mengeluarkan air dan
garam yang berlebihan (tingkat kekeringan tidak normal).

Dalam pola keterampilan sama seperti pembahasan pada materi pengetahuan


sebelumnya. Dalam hal ini pembudidaya harus terampil karena pengeringan dan penentuan
metode penjemuran, pada proses pengeringan yang harus menjamin mutu dan kualitas pada
rumput laut dan juga pembudidaya harus mampu mengontrol sehingga nantinya memperlakukan
rumput laut agar selalu terjaga kualitas rumput laut.

3. Tahapan atau proses dari metode pengeringan berdasarkan metode penjemuran antara
lain :

a. Pengeringan dengan alas terpal plastic atau alas lantai semen


1. Tahap pertama adalah menyiapkan kebutuhan peralatan penjemuran seperti alas
jemur baik plastic maupun lantai semen
2. Tahap kedua adalah membersihkan area jemur yang kemungkinan berasal dari
kotoran yang menempel
3. Tahap ketiga adalah rumput laut hasil panen terlebih dahulu dicuci untuk
menghilangkan kotoran yang menempel. Umumnya pencucian dengan
menggunakan air laut.
4. Tahap terakhir adalah menyebar rumput laut pada alas jemur dengan jalan
mengatur ketebalan rumput laut agar tingkat kekeringan merata
b. Pengeringan di atas para-para jemur
1. Tahap pertama mempersiapkan sarana para-para yang dibutuhkan dengan jumlah dan
ukuran sesuai kapasitas hasil panen
2. Tahap kedua sebelumnya bersihkan para-para dari kotoran yang menempel
3. Tahap ketiga rumput laut hasil panen sebelumnya dicuci air laut untuk menghindari
kotoran yang menempel
4. Tahap terakhir yaitu letakkan rumput laut diatas para-para dengan mengatur ketebalan
secara rata

c. Pengeringan dengan metode gantung

1. Tahap pertama adalah siapkan sarana penjemuran metode gantung ini dengan
ukuran atau jumlah unit yang disesuaikan dengan pertimbangan biaya, kapasitas
hasil panen ataupun kapasitas pada lahannya. Dengan itu maka harus banyak
kontruksi rumah untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak.
2. Tahap kedua setelah pemanenan, seharusnya mencuci rumput laut dan tali ris
dengan air laut untuk meminimalisir kotoran yang menempel
3. Tahap ketiga adalah penjemuran dengan mengikat atau menggantung rumput laut
bersama tali ris pada tiang jemuran, atau menggantung tali ris dan rumput laut
pada paku/pasak yang dipasang pada tiang bambu/kayu horizontal
4. Tahap terakhir adalah untuk mengatur jarak antara ikatan rumput laut pada tiang
jemuran agar tingkat kekeringan merata.

Berdasarkan pengontrolan pada saat pengeringan, dapat disimpulkan beberapa hal yang
bisa dilakukan untuk menjaga kualitas pada saat proses pengeringan, sebagai berikut:

1. Dengan melakukan pembersihan/sortasi dari kemungkinan penempelan kotoran pada saat


proses pengeringan atau penjemuran
2. Dengan melakukan pembalikan secara kontinyu guna menjamin tingkat kekeringan
merata sesuai tingkat kadar air yang diinginkan dari pihak industry.
3. Dengan menjaga kelembaban agar tetap stabil, kelembaban tinggi terjadi pada saat
musim hujan. Rumput laut pada saat malam hari ditutup plastic untuk menghindari
pengaruh embun, atau disimpan sementara pada gudang yang kelembabannya rendah
sebelum dijemur kembali.
4. Dengan melindungi rumput laut dari kontaminasi bahan kimia atau logam berat.

F. Spesifikasi syarat mutu hasil olahan rumput laut

G. Teknik pengepakan penyimpanan


Pengepakan rumput laut merupakan proses lanjutan dari tahap sebelumnya yang
bertujuan agar ketahanan mutu rumput laut terjaga serta pengepakan dapat mempermudah dalam
proses penyimpanan, pemberian label, dan transportasi. Teknik pengepakan dilakukan dengan
menggunakan alat bantu sederhana (manual hydrolic press) sehingga proses pengepakan akan
lebih cepat dan optimal. Adapun alat bantu seperti beton yang memiliki diameter 15-20 mm yang
berfungsi untuk pegangan saat pengisian rumput laut, rumput laut akan dimasukkan kedalam
plastik lalu akan ditahan oleh beton. Kegiatan pemadatan saat melakukan pengepakan bertujuan
agar pemakaian ruangan dapat dikurangi sehingga tidak mempersempit ruangan selama
penyimpanan di gudang.

Teknik pemadatan akan menambah bobot rumput laut 3-4 kali per karung dibandingkan
dengan yang tanpa pemadatan sehingga bisa menghemat ruangan sampai 3-4 kali. Kadar air
paling efektif untuk pengepakan rumput laut yaitu 30-37%. Jika melebihi 37% maka akan terjadi
kerusakan dan kualitas rumput laut akan menurun. Jika kadar air rumput laut di bawah standar
maka rumput laut akan menjadi kering dan perlu dilakukan (rework) atau mengolah kembali.

Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan saat melakukan proses pengepakan,
diantaranya yaitu:
● Pengemasan: saat melakukan proses pengemasan perlu diperhatikan kebersihan di lokasi
pengemasan baik kebersihan kemasan, alat-alat bantu pengepakan, dang kebersihan dari
karyawan atau orang yang menangani proses pengemasan ini.
● Ukuran: Ukurang pengepakan atau packing perlu disesuaikan dengan minat ataupun
permintaan dari konsumen atau pembeli (50 kg, 70 kg, atau 100 kg per bal)
● Penomoran packing: saat melakukan bal harus diberi tanda nomor bal dan lot, yang
artinya satu lot yaitu jumlah dari 100 bal yang dihasilkan saat hari itu juga pada proses
pengepakan.
● Hindari benda asing: perlu diperhatikan pada tingkat kebersihan ruangan dan jangan
sampai benda-benda asing masuk ke dalam pengepakan.

Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan penyimpanan, diantaranya yaitu:
● Tempat penyimpanan: saat melakukan penyimpanan harus berada di tempat yang tidak
lembab harus ditempat yang kering serta berada di ruangan yang sirkulasi udaranya baik
● Pemberian alas: pada bagian dasar atau bagian lantai perlu diberi alas dari papan yang
bisa menghindar sentuhan langsung antara rumput laut dengan lantai dan menghindari
kelembaban..
Penyimpanan yang tidak baik akan meningkatkan kadar air bahkan hingga 50-55%.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan kebusukan pada rumput laut dan tidak mampu bertahan
lama saat penyimpanan. Hal ini dapat dilakukan perbaikan dengan cara menjemur ulang rumput
laut dan dipadatkan kembali, lalu disimpan ditempat yang sesuai dengan syarat penyimpanan.
Jika rumput Laut sudah kering dapat di press manual menggunakan tangan atau menggunakan
mesin press dengan berat karung 30-40 kg/karung.

H. hasil olahan rumput laut


1. Nori
2. Jelly rumput laut
3. Keripik
4. Agar
I. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

[BSN]. Badan Standardisasi Nasional. (2015). SNI 2690-2015 Tentang Rumput Laut
Kering. Jakarta: BSN.
Fatmawati, F., Jasman, J., & Aqmal, A. (2020). Pelatihan penanganan pascapanen rumput
laut. In Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat (Vol. 2019, No. 9).
DO NE, SWWI, AM PA IGN, WWF, Khaldun, MHI, Noya, E., & Surya, R. Bmp
gracilaria budidaya rumput laut.
Pade, S. W., & Bulotio, N. F. (2019). NUTRIFIKASI DAUN KELOR (Moringa oleifera) DENGAN
VARIETAS UMUR DAUN BERBEDA TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU NORI
RUMPUT LAUT (Gracilaria spp). Journal Of Agritech Science (JASc), 3(2), 128-133.
Cocon S.pi "Modul Praktis Panen Dan Pasca Panen Rumput Laut (Eucheuma cottoni) Data
diunggah pada May 12, 2012"
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1/KEPMEN-KP/2019 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBUDIDAYAAN RUMPUT LAUT

Anda mungkin juga menyukai