Latar Belakang
Sagu merupakan tanaman sumber karbohidrat yang sangat menjanjikan,
namun pemanfaatannya masih cenderung minim. Beberapa daerah di Indonesia
terkhusus daerah timur banyak yang teleh memanfaatkan sagu dalam kehidupan
sehari-harinya, baik berupa bahan pangan , obat-obatan tradisional, maupun
kerajinan tangan lainnya. Sagu yang dapat diolah tentunya harus melalui proses
pemanenan dan pengolahan dalam pascapanennya. Tanaman sagu yang dapat
dipanen harus memenuhi kriteria dapat dipanen, di antaranya tanaman sagu yang
siap panen biasanya memiliki pelepah daun yang memendek di bagian atasnya.
Proses pemanenan juga terdiri dari banyak metode. Penentuan tanaman yang siap
panen, penebangan, pemotongan batang, pemerasan, sampai pengemasan
merupakan beberapa tahapan pemanenan sampai ke pascapanen yang perlu
diperhatikan.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana
teknis pelaksanaan proses pemanenan dan pasca panen sagu.
METODE
Metode yang dipakai dalam pelaksanaan praktikum in yaitu dengan
literatur, deskriptif, serta analisis. Praktikan memanfaatkan literatur seperti buku,
jurnal, video, maupun bahan perkuliahan untuk melaksanakan pembelajaran
tentang taksasi hasil tebu dan evaluasi taksasi tebu. Studi literatur yang dilakukan
praktikan bertujuan mencari informasi terkait proses panen dan pasca panen sagu.
Data dan informasi yang didapatkan dilaporkan dalam bentuk word.
PEMBAHASAN
Jurnal 1 Asmuruf et al. 2018
Budidaya dan Pemanfaatan Sagu (Metroxylon Sp.) oleh Sub-Etnis Ayamaru
di Kampung Sembaro Distrik Ayamaru Selatan.
Tanaman sagu yang tumbuh di daerah tersebut cenderung tumbuh dengan
sendirinya, atau tanpa campur tangan manusia untu menanamnya. Hal ini
disebabkan pada daerah tersebut, minat masyarakat untuk membudidayakan sagu
sangat minim. Penyebab lainnya ialah karena proses pemanenan yang memakan
waktu yang lama serta proses yang melelahkan. Pusia ideal sagu untuk ditebang
ialah berumur 13 – 15 thun, namun masyarakat Kampung Sembaro memanen
sagu sata umur 7 – 12 tahun. Hal ini dilakukan saat persediaan makanan pokok
telah habis ataupun kebutuhan lainnya harus dipenuhi. Sebelum memanen,
biasnaya masyarakat kampung tersebut mengamati beberapa hal, diantaranya pada
tanaman terdapat pelepah daun yang memendek, daun menguning, dan
berbunga/berbuah.
Berikut langkah pemanenan yang dilakukan :
1. Pembersihan areal pohon sagu siap panen
Areal sekitar tanaman sagu yang akan dipanen sebelumnya akan
dibersihkan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
proses pemanenan. Peralatan yang biasa digunakan untuk proses
pembersihan ini berupa parang, arit dan lainnya.
2. Pembersihan air untuk pemerasan empulur
Kegiatan pemerasan sari sagu biasanya menggunakan saran berupa
sungai atau aliran air lain di sekitar perkebunan sagu tersebut, oleh karena
itu pembersihan aliran air harus dilakukan untuk mendapatkan hasil sagu
yang bersih.
3. Penebangan
Masyarakat biasanya dalam menentukan arah rebah pohon dengan
teknik turun menurun, yakni dengan membuat takik rebah atau takik balas.
Peralatan yang digunakan untuk proses penebangan ialah berupa kapak,
dan nantinya sagu yang akan didaatkan selanjutnya dikumpulkan.
6. Penokokan
Setelah proses pembelahan dan pengupasan batang dilakukan,
proses ekstraksi sagu dilaksanakan dengan teknik penokokan dengan alat
berupa penokok. Proses ini dilakukan secara manual dengan bahan
penokok terbuat dari bahankayu berbentuk “L” dengan bagian cangkulnya
masuk ke dalam. Penokokan dilakukan dengan cara posisi duduk di atas
belahan sagu secara berulang kali sehingga empulurnya terpotong
atuhancur. Di bagian kanan dan kiri batang akan disediakan plastik sebagai
penampung sagu yang halus untuk memisahkan dari serat kasar batang.
7. Pemerasan
Pemerasan dilakukan dengan mencampurkan sagu hasil penokokan
tadi dengan air, kemudian diremas – remas serta ditapis untuk
memisahkan hasil aci sagu. Kegiatan pemerasan dilakukan dengan
mengambil empulur sebanyak 4 – 6 kali genggaman tangan lalu
dimasukkan ke dalam tempat pemerasan. Hasil pemerasan pertama
merupakan campuran air dengan sagu, sehingga perlu dilakukan
didiamkan selama selama 30 menit hingga 2 jam agar aci dapat
mengendap pada bagian bawah wadah pemerasan.
8. Pengemasan (Packing)
Pengemasan dilakukan dengan pemindahan hasil endapan sagu tadi
ke dalam karung beras berukuran 15 kg. Dahulunya masyarakat
menggunakan bambu sebagai wadah, namun proses pembuatan wadah
pengemasan berbahan bambu menghabiskan waktu yang lama sehingga
masyarakat mulai menggunakan karung beras sebagai wadah pengemasan
sagu.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuruf F, Wanma JF, Rumatora A. 2018. Budidaya dan pemanfaatan sagu
(Metroxylon Sp.) oleh sub-etnis ayamaru di Kampung Sembaro distrik
Ayamaru Selatan. Jurnal Kehutanan Papuasia. 4(2): 114–127.
Miskiyah, Widaningrum, Herawati H. 2006. Studi penerapan HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point) pada Proses Pengolahan Mi Sagu. Jurnal
Standarisasi. 8(1): 27-34.