Bibit
# Bibit harus dipilih dari thallus yang muda, segar, keras,
tidak layu dan kenyal.
# Berat bibit pada awal penanaman + 100 gram per ikat.
# Bibit sebaiknya disimpan di tempat yang teduh dan
terlindung dari sinar matahari atau direndam di laut
dengan menggunakan kantong jaring.
a. Material
b. Prosedur
PENUTUP
Budidaya Eucheuma sp dengan metode tali panjang saat
ini merupakan metode yang paling baik dan efisien
dibandingkan dengan metode lain. Rata-rata laju
pertumbuhan rumput laut dengan metode ini di Propinsi
Nusa Tenggara Barat sekitar 4% sampai 6% perhari.
Petani/nelayan rumput laut di NTB yang menggunakan
metode ini dengan mempunyai areal budidaya sekitar 5
are tiap bulannya mendapat tambahan penghasilan Rp.
350.000,-.
Kontak person:
Wisnu Sujatmiko
Direktorat Kebijaksanaan Pengembangan & Penerapan
Teknologi II - BPPT
Gedung II BPPT Lt.15
Jl. MH. Thamrin No. 8, Jakarta 10340
Telp. (021) 316- 9418
Fax. (021) 316- 9516
Oleh:
Home Wisman Indra Angkasa, Heri Purwoto, Jana Anggadiredja
Tujuan
Anggota
Contact Us
Kegiatan
IPTEK
Informasi
Kuliah
Links
Rumput laut untuk bahan membuat agar gracilaria sp adalah
rumput laut yang termasuk pada kelas alga merah
(Rhodophyta) dengan nama daerah yang bermacam-macam,
seperti: sango-sango, rambu kasang, janggut dayung, dongi-
dongi, bulung embulung, agar-agar karang, agar-agar jahe,
bulung sangu dan lain-lain.
1. Tidak kawin
2. Kawin
Teknik Budidaya
Persyaratan umum
a. Keadaan Tambak
b. Kualitas Air
1. Salinitas air berkisar antara 12o/oo - 30o/oo dan yang ideal
sekitar 15o/oo - 25o/oo,
2. Suhu air berkisar antara 180C sampai 300C dan yang ideal
sekitar 200C sampai 250 C.
3. pH air dalam tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang
ideal sekitar 6,8 sampai 8,2.
4. Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity)
air masih cukup bagi tanaman untuk menerima sinar matahari.
c. Bibit
Cara Tanam
Pemupukan
Pemeliharaan/Perawatan
1.
Catatan:
Untuk pengeringan selama musim penghujan, dapat dilakukan
dengan mengangin-anginkan rumput laut di atas rak (dengan
ketebalan setitar 5 sampai 8 cm.) atau dengan cara diikat dalam
bentuk rumpun dan digantung di dalam gudang. Dapat pula
dilakukan dengan menggunakan alat pengering khusus, seperti
menggunakan penghembus udara panas.
3. Pengeringan diusahakan sampai pada kekeringan yang
cukup dengan kandungan air sekitar 12%, sehingga pada saat
penyimpanan, kandungan air pada rumput kembali menjadi
sekitar maksimal 18%. Apabila diremas dan terasa sakit pada
telapak tangan, artinya kekeringan rumput laut sudah cukup
baik. Rasio basah : kering pada umumnya sekitar 9 :1 atau 8 : 1.
Budidaya Campuran
1. Apabila di dalam tambak tumbuh banyak alga hijau seperti
Enteromorpha, Chaetomorpha, dll., dapat dilakukan budidaya
campuran atau mix-farming dengan ikan bandeng (milk-fish).
2. Masukkan sekitar 750 sampai 1000 ekor untuk setiap satu
hektar dengan ukuran besar ikan sekitar 100 g/ekor.
3. Budidaya campuran rumput laut gracilaria dengan ikan
bandeng, sudah merupakan usaha yang dikembangkan
sedemikian rupa, dengan tujuan tidak hanya untuk
menghilangkan alga hijau, akan tetapi sebagai upaya
meningkatkan efisiensi lahan dan meningkatkan pendapatan.
4. Apabila DGR mencapai 4 % ke atas, maka dapat ditebarkan
sekitar 1000 sampai 1500 ekor per hektar dengan ukuran besar
ikan sekitar 100 g/ekor.
5. Panen ikan bandeng akan tergantung pada kebutuhan pasar
akan besarnya ikan bandeng.
Kontak Person:
Wisman I. Angkasa
Direktorat Pengkajian Ilmu Kehidupan-BPPT
Gd. II BPPT Lt. 15,
Jl. MH. Thamrin No. 8, Jakarta 10340
Telp. (021) 3169537
Fax. (021) 3169516
Hasil proses ekstraksi rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan atau sebagai
bahan tambahan untuk industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain.
Selain itu digunakan pula sebagai pupuk hijau dan komponen pakan ternak maupun ikan.
Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri,
maka semakin meningkat pula kebutuhan akan rumput laut Eucheuma sp sebagai bahan baku.
Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar dalam negeri cukup penting karena selama ini
industri pengolahan rumput laut sering mengeluh kekurangan bahan baku.
Budidaya rumput laut Eucheuma sp yang sudah biasa dilakukan oleh petani atau nelayan
adalah dengan menggunakan metode rakit apung (floating raft method) dan metode lepas
dasar (off bottom method), metode ini sangat tepat diterapkan pada areal perairan yang relatif
dangkal yang bisa bermasalah bila air laut surut.
Untuk mengurangi masalah tersebut diperkenalkan teknik budidaya metode tali panjang
(long line method). Pada prinsipnya metode ini hampir sama dengan metode rakit tetapi tidak
menggunakan bambu sebagai rakit, tetapi menggunakan tali plastik dan botol aqua bekas
sebagai pelampungnya. Metode ini dimasyarakatkan karena selain lebih ekonomis juga bisa
diterapkan di perairan yang agak dalam.
Petani atau nelayan di perairan NTB umumnya telah memakai metode tali panjang.
Dalam usaha budidaya rumput laut, perawatan tanaman adalah sangat penting, seperti
membersihkan tanaman dari kotoran yang melekat, atau memperbaiki konstruksi yang rusak.
PANEN
• Tanaman sudah dapat dipanen dengan cara panen total (full harvest) setelah berumur
45 – 60 hari sejak ditanam.
• Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara menggunakan alat
pengering (oven) atau secara alami dengan menjemur dengan sinar matahari.
• Pada waktu penyimpanan hindari kontaminasi dengan minyak atau air tawar.
• Abstract
• Dalam upaya meningkatkan penghasilan keluarga, para nelayan di kabupaten
Jeneponto, Sulawesi Selatan selain mencari ikan ke laut sebagai pekerjaan utama, juga
membudidayakan rumput laut di pesisir pantai. Budidaya rumput laut yang dilakukan
adalah dengan metode Lepas Dasar, karena lokasi yang digunakan adalah pada dasar
perairan berpasir atau berlumpur pasir, sehingga memudahkan menancapkan patok/tiang
pancang. Hasil dari rumput laut selain bisa diolah sebagai bahan industri makanan seperti
agar-agar, jelly food dan campuran makanan seperti burger dan lainnya, juga sebagai bahan
baku industri koemstika, farmasi, tekstil, kertas, keramik, fotografi, pupuk dan insektisida.
• Type of technology
• “ Sejak kami dibina oleh DST, usaha kami baik menangkap ikan maupun budidaya rumput
laut terus berkembang,” kata Da’I, salah seorang nelayan yang tergabung dalam Kelompok
Nelayan Mawar Berkembang.
• Budidaya rumput laut yang dilakukan selain dikerjakan para nelayan setelah pulang dari
mencari ikan, juga dikerjakan oleh istri para nelayan dengan upah Rp.1.000,- setiap satu
ikatan bibit rumput laut yang dibuatnya. Rata-rata mereka dapat mengerjakan 10 ikatan
setiap harinya, sehingga diperoleh penghasilan tambahan Rp.10.000,- per orang (Gambar
1).
• Perlu diketahui bahwa, Kelompok Nelayan Mawar Berkembang ini dibentuk tahun 2002
dengan anggota 40 orang. Pada tahun 2004 mendapat bantuan Mesin Tempel dari SPFS-
FAO sebanyak 30 buah yang sangat membantu dalam meningkatkan usaha penangkapan
ikan (Gambar 2). Melalui pembinaan yang intensif, mesin tempel tersebut kini sudah
berkembang menjadi 38 buah, sehingga 80 persen anggota kelompok menggunakan
perahu mesin ketika akan melaut. (Baca : Skema Perguliran Bola Salju yang diterapkan
Terhadap Bantuan SPFS (Mesin Motor Tempel) di Kelompok Tani Mawar Berkembang).
Pemilihan Lokasi
• Pemilihan lokasi budidaya rumput laut merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan.
Pilihlah lokasi pesisir pantai yang tidak tercemar sampah industri, limbah rumah tangga
dan lainnya yang dapat meningkatkan kekeruhan air, karena kondisi tersebut
dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas air laut, yang pada akhirnya akan menurunkan
daya dukung lingkungan terhadap perkembangan rumput laut yang dikembangkan.
•
• Selain itu, lokasi harus terhindar dari angin kencang dan gelombang besar, karena dapat
merusak rumput laut yang dibudidayakan. Mengingat makanan rumput laut berasal dari
aliran air yang melewati, gerakan air yang cukup harus diperhatikan, karena selain dapat
membawa nutrisi, juga dapat mencuci kotoran yang menempel, membantu pengudaraan,
dan mencegah fluktuasi suhu air yang besar,
• Suhu yang baik sekitar 20 – 28 oC, besarnya kecepatan arus antara 20 – 40 cm/detik dan
kecerahan perairan lebih dari 1 meter di atas permukaan air. Persyaratan tersebut sangat
penting diperhatikan, agar rumput laut masih mendapat panetrasi sinar matahari yang
sangat berguna untuk sumber energi dalam proses fotosintesis.
•
• Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi adalah, sebaiknya tidak
terlalu jauh dari tempat tinggal, supaya mudah melakukan pengawasan. Lokasi juga
harus ada sarana jalan untuk pengangkutan bahan, sarana budidaya bibit, tempat
penjemuran dan mudah dalam pemasaran hasil.
Metode Budidaya
• Dalam budidayakan rumput laut setidaknya ada tiga metode yang digunakan.
• Pertama, Metode Lepas Dasar. Metode ini digunakan pada dasar perairan berpasir atau
berlumpur pasir, sehingga memudahkan menancapkan patok/tiang pancang (Gambar 3)
• Kedua, Metode Rakit Apung. Metode ini cocok dilakukan pada perairan berkarang,
karena pergerakan air didominasi ombak, sehingga penanamannya dengan menggunakan
rakit bambu/kayu (Gambar 4)
• Ketiga, Metode Long Line. Metode ini menggunakan tali panjang 50 – 100 meter yang
dibentangkan, dan pada kedua ujungnya diberi jangkar serta pelampung besar. Setiap 25
meter diberi pelampung utama terbuat dari drum plastic (Gambar 5)
•
• Karena dasar perairan yang terdapat di desa Empowang Selatan (Jeneponto) berpasir,
maka metode Lepas Dasar adalah metode budidaya rumput laut yang dikembangkan
Kelompok Nelayan Mawar Berkembang. Adapun rumput laut yang dibudidayakan adalah
jenis Eucheuma cottonii.
•
• Pilih bibit rumput laut (Gambar 6) yang baik dengan ciri-ciri : bercabang banyak dan
rimbun, tidak terdapat bercak, tidak terkelupas, warna spesific cerah, umur 25 – 35 hari,
berat bibit 50 – 100 gram per rumpun. Bibit sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai
sekitar lokasi dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan.
• Saat mengangkut bibit dari pantai ke lokasi pengolahan, bibit tetap terendam di dalam air
laut atau dimasukkan ke dalam kotak karton berlapis plastik.
• Bibit disusun berlapis dan berselang seling yang dibatasi dengan lapisan kapas atau kain
yang sudah dibasahi air laut. Agar bibit tetap baik, simpan di dalam keranjang atau jaring
dengan ukuran mata jaring kecil dan harus dijaga agar tidak terkena minyak, kehujanan
maupun kekeringan.
• Sebelum dilakukan penanaman, lakukan pengikatan bibit pada tali Ris (Gambar 7)
• Penanaman bisa langsung dikerjakan dengan cara merentangkan tali Ris yang telah berisi
ikatan tanaman. Pada tali Ris utama, posisi tanaman sekitar 30 cm di atas dasar perairan
(perkirakan pada saat surut terendah masih tetap terendam air). Patok dari kayu
berdiameter sekitar 5 cm panjang 1 m dan runcing pada ujung bawahnya.
• Jarak antara patok untuk merentangkan tali Ris sekitar 2,5 m. Setiap patok yang berjajar
dihubungkan dengan tali Ris polyethylen (PE) berdiameter 8 mm. Adapun jarak ideal
antara tali rentang sekitar 20-25 cm (Gambar 8).
• Pemanenan
• Pemanenan rumput laut sangat tergantung dari tujuannya. Jika tujuan memanen untuk
mendapatkan bibit, pemanenan dilakukan pada umur 25 – 35 hari. Kalau ingin
mendapatkan kualitas tinggi dengan kandungan Karaginan banyak, panen dilakukan pada
umur 45 hari (umur ideal).
•
•
• Petama memotong sebagian tanaman. Cara ini bisa menghemat tali pengikat bibit,
namun perlu waktu lama. Disisi lain, sisa-sisa tanaman rumput laut yang tidak ikut dipanen
pertumbuhannya lambat, sehingga kualitasnya rendah.
• Kedua, mengangkat seluruh tanaman. Cara ini memerlukan waktu kerja yang singkat.
Pelepasan tanaman dari tali dilakukan di darat dengan cara memotong tali. Kelebihan cara
ini adalah, dapat melakukan penanaman kembali dari bibit-bibit rumput laut yang masih
muda dengan laju pertumbuhan tinggi.
Pasca Panen
• Mengingat mutu rumput laut kering (Gambar 9) bernilai lebih tinggi dibanding yang basah,
perlakuan pasca panen sangat menentukan harga rumput laut.
• Untuk itu, setelah panen dilakukan, segera dikeringkan langsung dibawah terik sinar
matahari dengan meletakkan rumput laut pada para-para atau dialas, sehingga tidak
tercampur pasir, tanah dan benda lainnya (Gambar 10)
• Sambil dilakukan penjemuran, lakukan sortasi dengan cara mengambil benda-benda asing
seperti batu, sampah dan lainnya. Jika cuaca baik, dalam waktu 3-4 hari rumput laut sudah
kering yang ditandai dengan warna ungu keputihan dilapisi kristal garam dan a lot untuk
dipatah.
•
• Untuk mendapatkan rumput laut berkualitas dan dihargai tinggi, lakukan pengayakan
untuk memisahkan pasir dan garam yang terdapat pada rumput laut.
•
• Pada saat sekarang ini, para petani nelayan hanya mengandalkan penjemuran atau
pengeringan rumput laut secara alami (Gambar 11). Agar nilai jual rumput laut bisa
dihargai tinggi, para kelompok tani sangat mengharapkan adanya bantuan mesin atau alat
jemur rumput laut. Dengan alat tersebut diharapkan penjemuran bisa optimal, sehingga
nilai jualnya tinggi.
• Dukungan lain yang tidak kalah penting adalah, adanya Koperasi atau kelembagaan yang
mau dan mampu menampung hasil rumput laut para nelayan, sehingga harga jualnya
tidak jatuh karena dibeli para tengkulak sebagaimana terjadi sekarang ini.
• Kesimpulan :
• Melalui usaha penangkapan ikan dan mengembangkan rumput laut dengan metode Lepas
Dasar, Kelompok Nelayan Mawar Berkembang mampu meningkatkan penghasilan dan
kesejahteraan keluarga. Perkembangan tersebut tentu akan lebih signifikan jika ada
bantuan teknologi sederhana untuk pengeringan rumput laut dan adanya Koperasi yang
dapat menampung sekaligus memasarkan hasil rumput laut dengan harga yang
menguntungkan.
• Source(s) Information
• -Dr. Ayi Kusmayadi
-Johan Purnama DVM, MSc
-Makmur Karessang, Jeneponto District Coordinator
-Sukirno, Field Technician (Agricultural Extension)
Budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan pendapatan petani/nelayan serta pemanfaatan lahan di pesisir pantai.
Teknologi yang sederhana, daya serap pasar yang tinggi dan biaya produksi yang rendah
merupakan kelebihan usaha budidaya rumput laut dibandingkan komoditas perikanan
lainnya.
Faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya rumput laut antara lain
pemilihan lokasi, penggunaan bibit, metode budidaya serta penanganan selama pemeliharaan.