Anda di halaman 1dari 13

PROJECT PROPOSAL

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT


PESISIR KABUPATEN PANDEGLANG
PROVINSI BANTEN
BUDIDAYA
RUMPUT LAUT
BAB I
PENDAHULUAN

Luas perairan Indonesia diperkirakan mencapai 11 juta hektar atau 2/3 bagian
berupa laut sebagai kawasan yang akan memberikan harapan baru bagi masyarakat
pesisir khususnya bagi pengembangan komoditas unggulan nasional, diantaranya
budidaya rumput laut.

Rumput laut sebagai komoditas perdagangan internasional karena komoditas


ini telah diekspor ke beberapa negara dan memiliki nilai ekonomis dan prospek cukup
cerah.

Usaha budidaya rumput laut merupakan salah satu usaha budidaya yang paling
mudah untuk dilakukan. Dengan modal yang tidak terlalu besar, beberapa keluarga
masyarakat pesisir dapat melakukan usaha budidaya rumput laut di sekitar perairan
mereka. Terlebih lagi pada mayoritas daerah pesisir Kawasan Selatan Indonesia
khususnya di Povinsi Banten, pada perairan yang berada di luar jalur transportasi umum
dan tradisional, mempunyai kondisi yang sangat memungkinkan untuk melakukan
usaha budidaya rumput laut. Dengan persyaratan kondisi oceanografi pada kisaran yang
normal termasuk kecepatan arus dan gelombang serta tinggi pasang surut dan
konsentrasi kandungan unsur hara perairan yang normal sangat memungkinkan
pengembangan usaha ini terus dilakukan. Saat ini pola budidaya rumput laut yang
diterapkan masyarakat pesisir umumnya telah beralih dari system rakit ke system long
line yang lebih memberikan harapan peningkatan produksi yang lebih besar.

Jenis rumput laut yang dibudidayakan masyarakat Indonesia antara lain:


Euchema dan Gracilaria, yang dikembangkan menjadi beberapa jenis produk,
bermanfaat sebagai bahan pengental dan pemadat, misalnya untuk pembuatan bir, susu,
pasta gigi, cream, dessert gels, dan lain sebagainya.

Mengingat tingginya permintaan komoditas rumput laut cukup baik bagi pasar
lokal maupun ekspor, maka penduduk pesisir terdorong untuk melakukan
pengembangan budidaya rumput laut. Sedangkan potensi sumber daya budidayat laut
cukup besar diwilayah perairan nusantara dan biaya produksi relatif cukup murah.

1
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT (EUCHEUMA)

Rumput laut Eucheuma di Indonesia umumnya tumbuh di perairan yang


mempunyai rataan terumbuh karang. Ia melekat pada substrat karang mati atau kulit
kerang ataupun batu gamping di daerah intertidal dan subtidal. Tumbuh tersebar hamper
di seluruh perairan Indonesia. Sebaran Eucheuma dapat dilihat pada table dan peta di
bawah ini.

Sebaran Eucheuma di perairan Indonesia (Atmadja & Sulistijo 1983)


Jenis Rumput Laut Sebaran Perairan
Eucheuma Spinosum Kep. Riau, Selat Sunda, Kep. Seribu (Jawa Barat),
Sumbawa (NTB), Ngele-Ngele, Sanana (NTT),
Wakatobi dan Muna (Sulawesi Tenggara), Kep. Banggai
dan Togian, P. Dua dan P. Tiga (Sulawesi Tengah),
Seram Timur, Kep. Kei dan Kep. Aru (Maluku)
Eucheuma edule Kep. Seribu (Jawa Barat), Bali, Seram Timur (Maluku),
P. Dua dan P. Tiga (Sulawesi Tengah), Wakatobi dan P.
Muna (Sulawesi Tenggara), Tolimau, Kep. Kei
(Maluku).
Eucheuma serra Bali
Eucheuma cottonii Kep. Banggai, Togian, P. Dua dan P. Tiga (Sulawesi
Tengah), P. Seram Timur, Selat Alas Sumbawa.
Eucheuma crassum Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Kep. Aru (Maluku
Tenggara)
Eucheuma Amoldhii Bali, Seram Timur (Maluku)
Eucheuma leewenii Nusa Kambangan (Jawa Tengah)
Eucheuma crustaeforme Kep. Sangir (Sulawesi Utara)
Eucheuma horizontal P. Selayar (Sulawesi Selatan)
Eucheuma adhaerens P. Ternate (Maluku Utara)
Eucheuma vermiculare Kep. Seribu (DKI Jakarta)
Eucheuma dichotomum Kep. Seribu (DKI Jakarta), Kep. Kei, Elat (Maluku)
Eucheuma cervicome Seram Timur (Maluku)
Eucheuma striatum Kep. Seribu (DKI Jakarta)
Eucheuma simplex Seram Timur (Maluku)
Eucheuma Spp. Seram Timur (Maluku)
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan

2
BAB III
SISTEM BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Eucheuma cottoni merupakan salah satu jenis rumput laut merah dan berubah nama
menjadi Kappaphycus alvarezii karena keraginan yang dihasilkan termasuk fraksi
kappa-karaginan. Umumnya Eucheuma tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu.
Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu
harian yang kecil dan substrat batu karang mati.

PERSYARATAN BUDIDAYA
Lingkungan yang cocok untuk budidaya Eucheuma adalah :
- Substrat stabil, terlindung dari ombak yang kuat dan umumnya di daerah terumbu
karang
- Kedalaman air pada surut terendah 1 - 30 cm.
- Perairan dilalui arus tetap dari laut lepas sepanjang pantai.
- Kecepatan arus antara 20 - 40 m/menit.
- Jauh dari muara sungai, tidak mengandung lumpur dan airnya jernih.
- Suhu air berkisar 27 - 28oC, salinitas berkisar 30 - 37 ppt dan pH 6,5 - 8,5.

TEKNIK BUDIDAYA
Metode Budidaya
Beberapa metode budidaya rumput laut jenis ini adalah :
• Metode Lepas Dasar
digunakan pada dasar perairan berpasir atau berlumpur pasir, sehingga
memudahkan menancapkan patok/tiang pancang.
• Metode Rakit Apung
dilakukan pada perairan berkarang, karena pergerakan air didominasi ombak,
sehingga penanamannya dengan menggunakan rakit bambu/kayu.
• Metode Long Line
, menggunakan tali panjang 50 - 100 m yang dibentangkan, dan pada kedua
ujungnya diberi jangkar serta pelampung besar. Setiap 25 m diberi pelampung
utama terbuat dari drum plastik.

3
Proses Pengikatan dan Peletakkan Rumput Laut
Pilih bibit rumput laut yang baik dengan ciri-ciri :
• Bercabang banyak dan rimbun
• Tidak terdapat bercak
• Tidak terkelupas
• Warna cerah
• Umur 25 - 35 hari
• Sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi dan jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan.

Pada saat pengangkutan bibit tetap terendam didalam air laut dengan
menggunakan kotak styrofoam atau karton berlapis plastik.lalu Bibit disusun berlapis
dan berselang-seling antara pangkal tallus dan ujung tallus dan antara lapisan dibatasi
dengan kain yang sudah dibasahi air laut. Hindari bibit agar tidak terkena minyak,
kehujanan maupun kekeringan. selanjutnya Bibit diikat dengan tali raffia pada tali
penggantung.
Penanaman bisa langsung dikerjakan dengan cara merentangkan tali Ris yang
telah berisi ikatan tanaman. Pada tali Ris utama, posisi tanaman sekitar 30 cm didasar
perairan. Patok dari kayu berdiameter sekitar 5 cm panjang 1 m dan runcing pada ujung
bawahnya. Jarak antara patok untuk merentangkan tali Ris sekitar 2,5 m. Setiap patok
yang berjajar dihubungkan dengan tali Ris Polyethylen (PE) berdiameter 8 mm. Adapun
jarak ideal antara tali rentang sekitar 20 - 25 cm.

Perawatan dan Pemeliharaan


Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perawatan selama masa pemeliharaan adalah
sebagai berikut :
-  Bersihkan tallus dari tumbuhan liar dan lumpur yang menempel, sehingga tidak
menghalangi tanaman dari sinar matahari.
-  Bersihkan tali penggantung dari sampah atau tumbuhan liar.
-  Periksa keutuhan tali gantungan, perbaiki jika ada yang putus atau kencangkan jika
tali agak kendor atau ganti dengan tali yang baru.
-  Periksa tanaman dari gangguan penyakit.

4
-  Hama lain rumput lain yang harus diwaspadai antara lain larva bulu babi, teripang,
ikan-ikan herbivora seperti baronang.

Pemanenan dan Pengeringan


Waktu pemanenan tergantung dari tujuannya. Untuk mendapatkan bibit,
pemanenan dilakukan pada umur 25 - 35 hari, dan untuk produksi dengan kualitas
tinggi yang kandungan keraginannya banyak, panen dilakukan pada umur 45 hari.
Pemanenan dilakukan dengan mengangkat seluruh tanaman beserta tali
penggantungnya. Pelepasan tanaman dari tali dilakukan di darat dengan cara memotong
tali.

Setelah panen dilakukan, segera dikeringkan langsung dengan menjemur.


Rumput laut dijemur dengan menggantungkan atau diletakkan pada para-para sehingga
tidak tercampur pasir, tanah dan benda lainnya. Sambil penjemuran dilakukan
pembersihan dari kotoran dengan mengambil benda-benda asing seperti batu, sampah
dan lainnya. Jika cuaca cerah, penjemuran cukup 3 - 4 hari yang ditandai dengan warna
ungu keputihan dilapisi kristal garam.

Nilai Ekonomis
Rumput laut Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan
internasional sebagai penghasil ekstrak keraginan, sehingga memiliki nilai ekspor yang
sangat baik. Kadar keraginan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54 - 73 %
tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya.

5
Kegunaan Produk Rumput Laut Dalam Industri Pangan dan Non Pangan

Industrial Grade Farmasi Grade Food Grade


1. Karet sintetis 1. Bahan pembuat gigi 1. Minuman ringan
2. Bahan campuran kertas 2. Pelembab 2. Produk coklat
3. Komp. Textile 3. Tablet 3. Makanan beku
4. Pakan ternak 4. Shampoo 4. Ice cream
5. Finishing kulit 5. Shaving cream 5. Pudding
6. Bahan cat 6. Pasta gigi 6. Tepung roti
7. Pengeboran 7. Lotion 7. Kerupuk
8. Ragam produk inovatif 8. Pengental sirup
9. Produk jamu
10. Saus tomat
Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan

6
BAB IV
ASPEK HUKUM DAN PERIZINAN

4.1. Aspek Hukum


Dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut ada beberapa aspek hukum
yang perlu diperhatikan seperti penentuan lokasi budidaya, daya dukung perairan yang
berkaitan dengan jumlah unit usaha serta pengembangan kawasan dan kelembagaan.
Secara umum hal-hal tersebuts udah tertuang pada Pedoman Umum Budidaya Rumput
Laut.

4.2. Perizinan Usaha


Perizinan usaha budidaya rumput laut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
31. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.
02/MEN/2004 tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan, berikut ini adalah criteria
pembudidaya rumput laut yang tidak diwajibkan memiliki Ijin Usaha Perikanan (IUP),
yaitu:
 Usaha budidaya rumput laut dengan menggunakan metode lepas dasar tidak
lebih dari 8 (delapan) unit (1 unit berukuran 100 x 5 m2).
 Usaha budidaya rumput laut dengan menggunakan metode rakit apung tidak
lebih dari 20 (dua puluh) unit (1 unit = 20 rakit, 1 rakit berukuran 5 x 2,5 m2).
 Usaha budidaya rumput laut dengan menggunakan metode long line tidak lebih
dari 2 (dua) unit (1 unit berukuran 1 ha).
*) Walaupun tidak wajib untuk memiliki IUP tetap wajib untuk mencatatkan usahanya
tersebut pada pihak yang membidangi kelautan dan perikanan, missal Dinas Perikanan
setempat.

4.3. Kemitraan
Di tahun 2009, Departemen Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan Pedoman
Umum Pola Kemitraan. Essensial dari Pedoman umum tersebut adalah sebagai panduan
bagi selurh pelaku usaha / stakeholders di bidang pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan tentang kemitraan yang dapat diterapkan dengan saling berbagi dalam hal
biaya, resiko dan manfaat dengan menggabungkan kompetensi yang dimiliki masing-

7
masing berazaskan kesetaraan, saling membutuhkan, saling memperkuat, saling
menguntungkan.

4.4. Landasan Hukum


a. UU No. 31/2004 tentang Perikanan;
b. UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
c. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
d. UU No. 5/1984 tentang Perindustrian yang mengamanatkan bahwa “Kerjasama
Kemitraan antara Industri Besar dan Menengah dengan Industri Kecil”;
e. UU No. 1/1987 tentang Kamar Dagang dan Industri Pasal 3; Pasal 7; Butir D, E
dan F;
f. UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian;
g. UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
h. PP No. 44/1997 tentang Kemitraan
i. PP No. 32/1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil
j. Kepres No. 99 tentang Bidang/ Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha
Kecil dan Bidang/Jenis Usaha yang terbuka Untuk Usaha Menengah atau Usaha
Besar dengan Syarat Kemitraan.
k. Keputusan Menteri BUMN No. KEP-236/MBU/2003 tentang Program
Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

8
BAB V
ESTIMASI USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT SISTEM LONG LINE,
SELUAS 1 HEKTAR PER MUSIM TANAM (1 SIKLUS)

5.1. Investasi
Vol
No Uraian Harga Sat. Jumlah
Jml Sat
1 Tali rentang PE 4 mm 20 kg 80.000 1600.000
2 Tali PE 6 mm 10 kg 40.000 400.000
3 Tali Jangkar PE 10 mm 50 kg 40.000 2.000.000
4 Bambu pancang dan tiang 70 bh 20.000 1.400.000
5 Styrofoam bulat diameter 50 cm 16 bh 200.000 3.200.000
6 Botol aqua 500 ml 1000 bh 1.000 1.000.000
7 Waring pencegah hama 6 bh 1.500.000 9.000.000
8 Timbangan gantung 1 bh 500.000 500.000
9 Peralatan kerja 1 pkt 500.000 500.000
10 Para-para penjemuran 2 unit 1.500.000 3.000.000
        22.600.000

5.2. Biaya Produksi


Vol
No Uraian Harga Sat. Jumlah
Jml Sat
1 Biaya Penanaman 7 hari kerja 10 OH 100.000 7000.000
2 Biaya pemasangan konstruksi 10 OH 100.000 3000.000
4 Biaya Transportasi 1 paket 1.000.000 1.000.000
100
5 Bibit 0 kg 12.000 1.000.000
6 Tali PE 1 mm 208 ball 60.000 12.480.000
        24.480.000

9
5.3. Pendapatan
Vol
No Uraian Harga Sat. Jumlah
Jml Sat
1 Panen Bibit 5600 kg 2.500 14.000.000
2 Panen Kering (Produksi) 6400 kg 15.000 96.000.000
  Hasil Panen     110.000.000
3 Biaya Produksi     32.067.500
  Laba Usaha     77.932.500

5.4. Kelayakan Usaha

1. R/C Ratio 3.43


2. Payback period 0.71
3. Return of Investment (ROI) 227
4. B/C 2.43

10
BAB VI

PENUTUP

Demikianlah rancangan proposal produksi Refine karagenan ini kami buat,


semoga dengan penjelasan dan penjabaran didalam proposal ini mendapatkan
sambutan yang positif dan menarik dengan dilihat dari prospek pasar yang masih
terbuka luas.dan menjanjikan, Selain itu mampu membantu mewujudkan stabilitas
ekonomi daerah dan nasional menuju kehidupan masyarakat yang sejahtera.

Ketua satgas HNSI Kab.Pandeglang Sekretaris

UJANG.S KOESNA ADEN MAULANA

11 Refine Caragenan

Anda mungkin juga menyukai