PENDAHULUAN
Perikanan adalah Salah satu sektor sumberdaya alam yang sangat potensial untuk
Indonesia. Dengan berhasilnya subsector perikanan budidaya dalam kurun waktu lima
tahun terakhir (2013-2017) menunjukan kinerja positif. Kinerja positif tersebut dapat di
lihat dari volume produksi rumput laut nasional yang tumbuh rata-rata 11,8 % pertahun,
dimana angka sementara tahun 2017 produksi rumput laut nasional tercatat sebesar 10,8
juta ton yang kemudian memacu Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk terus
memperkuat pengembangan berbagai komoditas budidaya seperti ikan dan rumput laut.
Salah satu komoditas perikanan budidaya yang menjadi focus kkp untuk di kembangkan
adalah komoditi rumput laut. langkah ini di ambil guna memastikan rumput laut
Sulawesi selatan memiliki wilayah wilayah perairan yang cukup luas dengan
panjang kurang lebih 2500 km memberikan peluang untuk di manfaatkan untuk budidaya
rumput laut. Untuk meningkatkan potensi tersebut pemerintah daerah Sulawesi selatan
Rumput laut adalah salah satu komoditas ekspor yang salah satunya merupakan
sumber perekonomian bagi sebuah Negara dan budidayanya sebagai pendapatan bagi
pembudidaya yang menyerap beberapa pekerja. Sebagai wilayah penghasil rumput laut
oleh pembudidaya rumput laut. Usaha budidaya rumput laut di Indonesia di rintis sejak
tahun 1980-an dalam upaya untuk merubah pola piker masyarakat Indonesia dari
kebiasaan penduduk pesisir seperti penangkapan ikan dengan trawl atau cantrang yang
dapat merusak ekosistem di dalam perairan dan teknik menangkap ikan dengan Bom
maupun bius.
(1) produk yang di hasilkan memiliki kegunaan yang beragam, (2) tersedianya lahan
untuk budidaya yang luas dan (3) mudahnya teknologi yang di perlukan (ditjenkan ,
2004)
budidaya rumput laut tersebut di lakukan biasanya dengan cara polikultural dengan ikan
bandeng dan udang windu, ikan bandeng dapat memakan klekap atau lumut yang menjadi
pesaing rumput laut Glacilaria sp. Sementara itu rumput laut Glacilaria sp.
Menghasilkan oksigen untuk respirasi atau pernafasan ikan bandeng dan udang.
pada tahun 2015 menargetkan produksi perikanan budidaya sebersar 17,9 juta ton sperti
pada komoditi ikan sekitar 7,6 juta ton pertahun dan rumput laut basah sekitar 10,3 juta
ton pertahun. Dengan target produksi angka tersebut bahwa komoditi rumput laut basah
berkontribusi lebih besar di banding pada komoditi ikan, hal demikian karna Indonesia
sendiri merupakan salah satu eksportir terbesar rumput laut di kawasan Asia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tempatkan media tanam beserta bibit rumput laut di dalam air dengan
kedalaman 10 – 15 cm agar rumput laut tidak mengapung dipermukaan dan
tanaman diupayakan tetap berada pada kedalaman 10-15 cm di bawah permukaan
air.
2.6.1 Suhu
Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
mempelajari gejala-gejala fisika air laut pada perairan yang dapat mempengaruhi
kehidupan hewan dan tumbuhan pada suatu perairan. Kemampuan adaptasi rumput
laut Gracilaria sp. terhadap suhu bervariasi, tergantung dimana rumput laut
tersebut hidup sehingga dimungkinkan akan tumbuh subur pada daerah yang sesuai
dengan suhu pertumbuhannya. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut
Gracilaria verrucosa adalah berkisar antara 20-28°C (Zatnika, 2009).
2.6.2 Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
rumput laut. Kondisi salinitas yang baik untuk pertumbuhan rumput laut yaitu
berkisar antara 15-34 ppt (Zatnika, 2009). Dahuri (2002) menjelaskan bahwa secara
umum salinitas permukaan perairan Indonesia rata-rata berkisar antara 32–34 ppt.
Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suplai air tawar
ke air laut, curah hujan, musim, topografi, pasang surut dan evaporasi (Nybakken,
2000).
2.6.3 Derajat Keasaman (ph)
Pemilihan lokasi untuk budidaya Gracilaria sp, harus memperhatikan
faktor biologis, fisika dan kimiawi. Salah satu faktor kimiawi tersebut adalah pH.
Pertumbuhan rumput laut memerlukan ph air laut optimal yang berkisar antara 6-9
(Zatnika, 2009). Sehingga variasi ph yang tidak terlalu besar tidak akan menjadi
masalah bagi pertumbuhan rumput laut.
2.6.5 Kecerahan
2.6.6 Kedalaman
Kedalaman perairan yang baik untuk budidaya rumput laut yaitu 30 - 60 cm
pada waktu surut terendah, kondisi ini untuk menghindari rumput laut mengalami
2.6.7 Arus
Arus merupakan perpindahan massa air dari satu tempat ke tempat lain yang
disebabkan oleh berbagai faktor seperti gradien tekanan, hembusan angin,
perbedaan densitas, atau pasang surut. Arus yang relatif kuat di sebagian besar
perairan di dunia diakibatkan oleh angin dan pasang surut. Kisaran arus yang alami
untuk pertumbuhan rumput laut antara 0.2 – 0.4 m/det. Dengan kondisi seperti ini,
akan mempermudah penggantian dan penyerapan hara yang diperlukan oleh
tanaman, tetapi tidak sampai merusak tanaman (Anggadiredja et al., 2006).