Indonesia dikenal negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Sebagai negara dengan
luas wilayah laut lebih dari 70 %, salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber
hayati. Selain ikan, alternatif hasil laut yang bisa diolah adalah rumput laut (seaweed).
Rumput laut merupakan tumbuhan laut jenis alga, masyarakat Eropa mengenalnya dengan sebutan
seaweed. Tanaman ini adalah gangang multiseluler golongan divisi thallophyta. Berbeda dengan tanaman
sempurna pada umumnya, rumput laut tidak memiliki akar, batang dan daun. Jika kita amati jenis rumput
laut sangat beragam, mulai dari yang berbentuk bulat, pipih, tabung atau seperti ranting dahan bercabang-
cabang. Rumput laut biasanya hidup di dasar samudera yang dapat tertembus cahaya matahari. Seperti
layaknya tanaman darat pada umumnya, rumput laut juga memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain.
Warna inilah yang menggolongkan jenis rumput laut. Secara umum, rumput laut yang dapat dimakan
adalah jenis ganggang biru (cyanophyceae), ganggang hijau (chlorophyceae), ganggang merah
(rodophyceae) atau ganggang coklat (phaeophyceae).
Bila berbicara tentang rumput laut, yang dimaksudkan adalah dari jenis alga cokelat dan alga
merah ini. Alga cokelat hidup di perairan yang dingin, alga merah di daerah tropis. Rumput laut
merupakan bagian terbesar dari tanaman laut yang memegang peran cukup penting dalam fungsinya
sebagai bahan makanan dan obat-obatan. Secara garis besar, rumput laut dibedakan sebagai penghasil
agar, karaginan, furcelaran, dan alginat. Alga cokelat yang sering disebut kelp atau rockweed, merupakan
sumber alginat atau algin, yaitu salah satu jenis polisakarida yang terdiri dari unit-unit asam manurat dan
asam glukuronat. Sementara itu, alga merah merupakan sumber bagi karaginan, agar-agar, dan furcelaran.
Beberapa jenis rumput laut yang terdapat di Indonesia dan memiliki arti ekonomis penting adalah: •
Rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte), yaitu Gracilaria, Gelidium, Gelidiopsis, dan Hypnea, •
Rumput laut penghasil karaginan (Carragenophyte), yaitu Eucheuma spinosum, Eucheuma cottonii,
Eucheuma striatum, • Rumput laut penghasil algin, yaitu Sargasum, Macrocystis, dan Lessonia. Jenis
Eucheuma dan Gracilaria sudah dibudidayakan di Indonesia, terutama di Kepulauan Riau, Lampung,
Kepulauan Seribu (Jakarta), Bali, Lombok, Flores, Sumba, dan Sulawesi. Pembudidayaan dilakukan di
tempat-tempat yang kondisi arusnya relatif tenang, sehingga produktivitasnya dapat ditingkatkan.
Wilayah Indonesia yang 70 persen berupa laut dan terdapat 17.500 pulau, merupakan negara yang kaya
akan rumput laut. Rumput laut segar tidak dapat disimpan lama pada suhu ruang. Oleh karena itu, harus
diolah menjadi bentuk rumput laut kering, tepung agar, tepung alginat, atau tepung karaginan. Selama ini
ekspor rumput laut ke mancanegara umumnya dilakukan dalam bentuk rumput laut kering. Dengan
demikian, sudah saatnya Indonesia mendirikan industri pengolah rumput laut dan mengekspornya dalam
bentuk hasil olahan, seperti agar-agar, karaginan, alginat, dan lain-lain. Sedangkan, ganggang laut atau
makro algae adalah tumbuhan purba, yang tidak memiliki akar, daun dan batang sejati. Alga memiliki
berbagai bentuk, mulai dari bentuk benang hingga lembaran-lembaran.
Berikut adalah jenis-jenis rumput laut / alga. diantaranya alga merah, hijau, dan cokelat. dari
setiap jenis alga ada beberapa pengelompokanya yaitu :
Bila diproses lebih lanjut dapat menghasilkan lebih dari 500 jenis produk komersial.
Pemanfaatan rumput laut di Indonesia sendiri sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1920. Tercatat
ada 22 jenis rumput laut digunakan secara tradisional sebagai makanan, baik dibuat sayuran maupun
sebagai penganan dan obat-obatan.
Rumput laut banyak digunakan sebagai bahan baku industri. Contohnya yaitu alga cokelat, yang
digunakan untuk bahan baku es krim, pengolahan tekstil, pabrik farmasi, semir sepatu, dan pabrik cat.
Alga merah untuk bahan baku industri makanan, farmasi, penyamakan kulit, dan pembuatan bir.
Selain itu, rumput laut dapat juga digunakan sebagai bahan untuk pupuk tanaman, campuran
makanan ternak, dan juga bahan baku kosmetika.
Rumput laut diketahui kaya akan nutrisi esensial, seperti enzim, asam nukleat, asam amino,
mineral, trace elements, dan vitamin A,B,C,D,E dan K. Karena kandungan gizinya yang tinggi, rumput
laut mampu meningkatkan sistem kerja hormonal, limfatik, dan juga saraf. Selain itu, rumput laut juga
bisa meningkatkan fungsi pertahanan tubuh, memperbaiki sistem kerja jantung dan peredaran darah, serta
sistem pencernaan.
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati baik di darat maupun lautan. Di antara
sumberdaya hayati tsb, telah terbukti, misalnya, tebu, jagung, dan ketela sebagai tanaman yang mampu
menghasilkan bahan bakar sekelas premium, minyak buah jarak dari tanaman jarak sebagai pengganti
minyak tanah dan solar untuk sumberdaya hayati daratan. Selain itu, rumput laut yang merupakan
sumberdaya hayati di lautan, terbukti juga sebagai sumber energi terbarukan yang lebih kompetitif
dibandingkan komoditas lainnya (DKP, 4/11/2008).
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa rumput laut adalah bahan pangan berkhasiat, berikut
beberapa diantaranya:
Di Cina, rumput laut juga biasa digunakan untuk pengobatan kanker. Tingginya tingkat konsumsi
rumput laut mungkin berhubungan dengan rendahnya insiden kanker payudara pada wanita di negara
tersebut. Mungkin hal itu disebabkan oleh kandungan klorofil rumput laut yang bersifat antikarsinogenik.
Selain itu, karena kandungan vitamin C dan antioksidannya yang dapat melawan radikal bebas, rumput
laut bermanfaat untuk memperpanjang usia dan mencegah terjadinya penuaan dini.
Semua rumut laut kaya akan kandungan serat yang dapat mencegah kanker usus besar. Serat dapat
melancarkan pencernaan dengan membentuk zat seperti gelatin dalam usus halus dan meningkatkan kadar
air dalam fases. Konsumsi serat dapat membantu metabolisme lemak sehingga menurunkan kadar
kolestrol darah dan gula darah.
Antioksidan Klorofil pada gangang laut hijau dapat berfungsi sebagai antioksidan. Zat ini
membantu membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh.
Mencegah Kardiovaskular Para Ilmuwan Jepang mengungkap, ekstrak rumput laut dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Bagi pengidap stroke, mengkonsumsi rumput laut
juga sangat dianjurkan karena dapat menyerap kelebihan garam pada tubuh.
Makanan Diet Kandungan serat (dietary fiber) pada rumput laut sangat tinggi. Serat ini bersifat
mengenyangkan dan memperlancar proses metabolisme tubuh sehingga sangat baik dikonsumsi penderita
obesitas. Karbohidratnya juga sukar dicerna sehingga Anda akan merasa kenyang lebih lama tanpa takut
kegemukan.
Obat tradisional Rumput Laut dikenal juga sebagai obat tradisional untuk batuk, asma,
bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut, demam, rematik, bahkan dipercaya dapat meningkatkan daya
seksual. Kandungan yodiumnya diperlukan tubuh untuk mencegah penyakit gondok.
Alga biasanya di buat untuk produk-produk seperti :
1. Agar-agar
Agar diperoleh dari tanaman Agarophyt yang merupakan kelompok tanaman (alga) penghasil agar. Salah
satu contoh tanaman penghasil agar adalah Gracilaria sp. Agar-agar adalah produk kering tak berbentuk
(amorphous), mempunyai sifat seperti gelatin, dan merupakan hasil ekstraksi non-nitrogen dari kelompok
Agarophyte. Rumput laut jenis Gracilaria sp ini dapat diolah menjadi bentuk agar-agar dengan
mengekstraksinya kemudian dijendalkan, diiris, dipres lalu dikeringkan. Rumput laut sendiri di kenal
kaya nutrisi sehingga mempunyai banyak manfaat. Rumput laut tidak mengandung lemak essensial, tetapi
kaya selenium yang bersifat antioksidan, sehingga membantu tubuh mencegah penyerapan zat kimia
beracun, termasuk sampah radioaktif dan polusi.
Secara umum pembuatan agar meliputi beberapa proses sebagai berikut (Coppen dan Nambiar, 1991) :
1. Pencucian bahan baku (Gracilaria sp)
2. Perlakuan awal bahan dan perlakuan kimia
3. Ekstraksi
4. Filtrasi dan gelatinasi
5. Pemutihan dan pengeringan
Perlakuan awal
Rumput laut dicuci untuk menghilangkan material yang tidak diinginkan seperrti garam, pasir, batu atau
serpihan karang dan juga jenis rumput laut yang lain. Setelah dibersihkan dilanjutkan dengan perlakuan
kimia baik alkali maupun asam. Perlakuan alkali dilakukan untuk meningkatkan gel strength dengan
menggunakan NaOH. Setelah itu dicuci dan dibilas agar diperoleh pH 6-7. Sedangkan perlakuan asam
dilakukan untuk menghancurkan dinding sel sehingga tahap ekstraksi bisa lebih optimal. Pada tahap ini di
gunakan HCl. Setelah perlakuan asam remput laut dicuci dan dibilas dilanjutkan dengan ekstraksi
menggunakan air panas, dan untuk meningkatkan yield biasanya ditambahkan potassium.
Ekstraksi
Proses pemasakan menggunakan air 40 kali berat kering rumput laut berlangsung pada suhu 90 – 1000C
selama 1,5 – 3 jam dengan yield yang diperoleh biasanya antara 5 – 10% setelah disaring. Rendahnya
yield mengindikasikan jeleknya kualitas Gracilaria sp India. Rendahnya kualitas rumput laut ini bisa
disebabkan buruknya nutrient perairan budidaya maupun kesalahan pada proses pasca panen seperti
pengeringan.
Tahap ini berlangsung cepat 10-15 menit kemudian diletakkan pada saringan mess dan jemur dibawah
sinar matahari selama 2-3 hari panas normal. Bubuk agar diperoleh setelah kering.
Pencucian
Rumput laut (Gracilaria sp) dicuci dan dibersihkan dari kerang, batu, maupun rumput laut lain yang tak
sejenis. Diberi perlakuan alkali yang bertujuan untuk meningkatkan gel strength dengan menggunakan 2-
5% NaOH dan dipanaskan pada suhu 85-900C selama 1 jam. Lalu dicuci dan dibilas untuk mengurangi
residu alkali.
Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan pada suhu 95-1000C selama 2-4 jam. Proses ekstraksi ini sama antara bahan baku
Gracilaria sp maupun Gelidium sp.
Penyaringan
Ekstrak panas disaring dan dipisahkan residunya. Filtrate didinginkan sampai menjadi gel dan dibuat
lembaran dimana tiap lembaran mengandung kurang lebih 1% agar dan 99% air yang mengandung garam,
dan karbohidrat terlarut.
Gambar 1. penyaringan
Alginat adalah fikokoloid atau hidrokoloid yang diekstraksi dari Phaeophyceae (alga coklat).
Senyawa alginat merupakan suatu polimer linier yang terdiri dari dua satuan yang monomeric, ß -D -asam
manuronat dan a -L -asam guluronic. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh alginat dengan
rendemen dan viskositas tinggi dari rumput laut Rembang dan Jepara. Pada penelitian ini dilakukan
penentuan metode proses yang paling baik yang dapat menghasilkan rendemen dan viskositas yang tinggi
dari tiga metode yang digunakan, yaitu metode I (Bashford), metode II (praktis) dan metode III
(modifikasi). Selanjutnya untuk metode proses yang paling baik dilakukan optimasi kondisi operasi
0 0 0 0
dengan memvariasi suhu ekstraksi alginat, yaitu suhu 40 C, 50 C, 60 C, dan 70 C. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa metode modifikasi adalah metode yang paling baik. Selanjutnya dari metode
modifikasi dilakukan berbagai variabel suhu ekstraksi pada rumput laut Rembang dan Jepara. Dari hasil
0
percobaan ini didapatkan optimasi suhu ekstraksi pada metode III yaitu pada suhu ekstraksi 50 C dengan
rendemen 42,20 % dan viskositas sebesar 1,62 cp yang diperoleh dari rumput laut Rembang.
Di perairan Indonesia terdapat sekitar 28 spesies rumput laut coklat yang berasal dari enam genus
diantaranya yaitu Dyctyota, Padine, Hormophysa , Sargassum, Turbinaria dan Hydroclathrus. Spesies
rumput laut yang telah diidentifikasi yaitu Sargassum sp. sebanyak 14 spesies, Turbinaria sebanyak 4
spesies, Hormophysa baru teridentifikasi 1 spesies, Padina 4 spesies, Dyctyota 5 spesies dan
Hydroclathrus 1 spesies. Jenis-jenis rumput laut tersebut tersebar pada beberapa daerah di Indonesia.
Rumput laut penghasil alginat banyak ditemukan di pesisir pantai utara pulau Jawa, antara lain rumput
laut yang terdapat di pesisir pantai Rembang dan pesisir pantai Jepara. Umumnya rumput laut tumbuh
secara liar dan masih belum dimanfaatkan secara baik. Pemanfaatan rumput laut liar ini hanya sebatas
sebagai pupuk ataupun dibakar karena menggangu kondisi sekitar pesisir pantai.
Rumput laut coklat memiliki pigmen santotif yang memberikan warna coklat dan dapat
menghasilkan algin atau alginat, laminarin, selulosa, fikoidin dan manitol yang komposisinya sangat
tergantung pada jenis (spesies), masa perkembangan dan kondisi tempat tumbuhnya.
Rumput laut coklat yang potensial untuk digunakan sebagai sumber penghasil alginat diantaranya
adalah jenis Makrocystis, Turbinaria, Padina dan sargassum sp. Kandungan alginat pada rumput laut
coklat tergantung musim, tempat tumbuh, umur panen dan jenis rumput laut.
Dalam dunia industri dan perdagangan, algin dikenal dalam bentuk asam alginat atau alginat. Asam
alginat adalah suatu getah selaput (membrane mucilage), sedangkan adalah bentuk garam dari asam
alginat. Algin terdapat pada semua jenis alga coklat sebagai komponen penyusun dinding sel seperti hal
selulose dan pektin.
Secara kimia, Asam alginat adalah senyawa komplek yang termasuk karbohidrat koloidal hidrofilik
hasil polimerisasi D asam Mannuronat dengan rumus kimianya (C6H8O6)n dimana harga n diantara 80
sampai 83. Ada dua jenis monomer penyusun asam alginat yaitu asam D-mannuronat dan asam L-
guloronat.
Sifat-sifat alginat sebagian besar tergantung pada tingkat polimerisasi dan perbandingan komposisi
guluronat dan mannuronat dalam molekul. Asam alginat tidak larut dalam air dan mengendap pada pH <
3,5 sedangkan garam alginat dapat larut dalam air dingin atau air panas dan mampu membentuk larutan
yang stabil. Natrium Alginat tidak dapat larut dalam pelarut organik tetapi dapat mengendap dengan
alkohol. Alginat sangat stabil pada pH 5 – 10, sedangkan pada pH yang lebih tinggi viskositasnya sangat
kecil akibat adanya degradasi ß- eliminatif. Ikatan glikosidik antara asam mannuronat dan guluronat
kurang stabil terhadap hidrolisis asam dibandingkan ikatan dua
asam mannuronat atau dua asam guluronat. Kemampuan alginat membentuk gel terutama berkaitan
dengan proporsi L-guluronat (An Ullman’s 1998).
Asam alginat diproduksi dengan cara ekstraksi alga coklat (Phaeophyceae) dan banyak digunakan
sebagai bahan pembentuk gel dan pengental yang bersifat thermoreversibel dalam berbagai bidang
industri, juga dipakai sebagai suspending emulsifying, dan stabilizing agent. Senyawa Alginat yang
umum dikenal adalah Natrium Alginat.
penelitian ini bertujuan untuk melakukan berbagai metode proses pembuatan alginat yang
diharapkan dapat menghasilkan produk yang berkualitas dengan meningkatkan rendemen dan viskositas
alginat di Indonesia khususnya untuk Rumput laut Rembang dan Jepara, menyadari metode yang
digunakan belum memberikan hasil yang optimal maka dilakukan upaya modifikasi metode ekstraksi
guna meningkatkan nilai tambah dari rumput laut dan mengurangi impor akan hasil-hasil olahannya.
Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rumput laut jenis sargassum. Rumput laut ini
diperoleh dari perairan pantai Rembang dan Jepara propinsi Jawa Tengah. Adapun bahan kimia yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Na2CO3 sebagai solven pengekstrak, sebagai pemutih,
digunakan Ca(OCl)2, NaOCl, dan H2O2. Untuk pengendap digunakan Butanol, Isopropil Alkohol, dan
Etanol. Bahan-bahan lain yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah NaOH, Aquadest, CaCl2, HCl,
H2SO4 dan PH indikator.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah beaker glass, motor pengaduk,
gelas ukur, pemanas, kertas saring, kain saring, pengaduk, labu takar, termometer, neraca analitik, pH
meter. Peralatan analisa yang berupa oven, viskosimeter,
Rancangan Percobaan Pada penelitian ini proses pembuatan alginat dilakukan melalui beberapa
metode, yaitu metode bashford (I), metode praktis (II), dan metode modifikasi (III). Penelitian pembuatan
alginat untuk metode II pernah dilakukan oleh Alief Angga P. dkk dan penelitian pembuatan alginat untuk
metode III pernah dilakukan oleh Bambang Budi S. dkk. Perlakuan ketiga metode ini pada umumnya
sama melalui beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, ekstraksi, pemutihan, pengasaman dan konversi
asam alginat menjadi Natrium alginat. Pembuatan alginat dengan metode I, metode II dan metode III
disajikan dalam tabel 1.
Metode ekstraksi yang menghasilkan rendemen dan viskositas paling tinggi, dalam percobaan ini
menggunakan rumput laut dari Rembang, kemudian dioptimasi kondisi operasinya dengan memvariasi
0 0 0 0
suhu ekstraksi alginat (40 C, 50 C, 60 C, 70 C) masing-masing untuk rumput laut Rembang dan Jepara.
Karena pembuatan alginat memakan waktu yang cukup lama dan terbatasnya waktu penelitian, maka
optimasi kondisi
operasi pembuatan alginat dengan variasi suhu ekstraksi hanya sampai pada tahap pengasaman
yaitu pembuatan asam alginat.
viskositas yang paling tinggi adalah metode III (modifikasi). Hal ini disebabkan karena pada metode III
tanpa melalui tahap pembentukkan Ca alginat karena kemungkinan semakin banyak tahap yang dilakukan
akan mendegradasi rantai panjang alginat. Menurut Mc.Hugh (1987), panjangnya rantai polimer
menentukan mutu alginat. Semakin panjang rantainya, semakin besar berat molekulnya dan semakin
besar nilai viskositasnya. Kekentalan yang dihasilkan sesuai dengan alginat yang terekstrak, bila sebagian
besar yang terekstrak alginat berbobot molekul tinggi maka alginat yang dihasilkan mempunyai nilai
viskositas tinggi. Dan sebaliknya bila yang terekstrak berbobot molekul rendah maka alginat yang
dihasilkan mempunyai nilai viskositas rendah. Pada metode I dan II, viskositas yang didapat lebih rendah.
Rendahnya viskositas akibat dari terlalu tingginya konsentrasi Na2CO3 yang digunakan sebagai larutan
pengekstraksi. Semakin pekat Na2CO3 maka rantai panjang polimer akan terdegradasi menjadi rantai
pendek sehingga viskositasnya akan turun. Selain itu, waktu ekstraksi alginat juga berpengaruh terhadap
viskositas, semakin lama waktu ekstraksi akan mendegradasi rantai panjang alginat, hal ini membuat
viskositas menjadi rendah.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka untuk proses selanjutnya, yaitu tahap optimasi, menggunakan
metode III (modifikasi), sampai pada tahap pengasaman. Hal ini dikarenakan proses pembuatan alginat
sampai pada tahap konversi asam alginat menjadi natrium memerlukan waktu yang lama. Pada tahap
optimasi, suhu ekstraksi divariasi untuk masing-masing rumput laut Rembang dan Jepara.
• Optimasi Suhu Ekstraksi pada Metode III (modifikasi)
Dari optimasi suhu ekstraksi pada metode III yang menghasilkan rendemen dan viskositas tinggi
didapatkan hasil sebagai berikut:
0
Suhu 50 C
Ekstraksi
Rendemen 42,20 %
Viskositas 1,62 cp
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Metode proses yang menghasilkan produk alginat dengan rendemen dan viskositas tinggi adalah metode III (modifikasi).
0
2. Suhu ekstraksi yang optimum yaitu pada suhu 50 C.
0
3. Produk alginat yang paling baik diperoleh dari rumput laut Rembang pada suhu 50 C dengan rendemen sebesar
42,20%. Dan viskositas sebesar 1,6.