Anda di halaman 1dari 14

ALGAE

Indonesia dikenal negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Sebagai negara dengan
luas wilayah laut lebih dari 70 %, salah satu kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber
hayati. Selain ikan, alternatif hasil laut yang bisa diolah adalah rumput laut (seaweed).

Rumput laut merupakan tumbuhan laut jenis alga, masyarakat Eropa mengenalnya dengan sebutan
seaweed. Tanaman ini adalah gangang multiseluler golongan divisi thallophyta. Berbeda dengan tanaman
sempurna pada umumnya, rumput laut tidak memiliki akar, batang dan daun. Jika kita amati jenis rumput
laut sangat beragam, mulai dari yang berbentuk bulat, pipih, tabung atau seperti ranting dahan bercabang-
cabang. Rumput laut biasanya hidup di dasar samudera yang dapat tertembus cahaya matahari. Seperti
layaknya tanaman darat pada umumnya, rumput laut juga memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain.
Warna inilah yang menggolongkan jenis rumput laut. Secara umum, rumput laut yang dapat dimakan
adalah jenis ganggang biru (cyanophyceae), ganggang hijau (chlorophyceae), ganggang merah
(rodophyceae) atau ganggang coklat (phaeophyceae).

Manfaat Rumput Laut/Algae


Manfaat Rumput Laut dan Algae Bahan pembuatan agar-agar, yakni rumput laut, banyak terdapat
di laut yang mengelilingi Indonesia. Jenis pangan ini mengandung perbagai unsur gizi dan sifat-sifat yang
bisa menurunkan kadar kolesterol dan gula darah. Jadi, bahan pangan ini bisa mencegah terjadinya
penyakit jantung, hipertensi, serta diabetes melitus. Dalam bahasa ilmiah, rumput laut (seaweed) dikenal
dengan istilah alga atau ganggang. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis mikroskopik dan
makroskopik. Alga makroskopik inilah yang seharihari kita kenal sebagai rumput laut. Berdasar pigmen
(zat warna) yang dikandung, alga dikelompokkan atas empat kelas, yaitu Rhodophyceae (ganggang
merah), Phaeophyceae (ganggang cokelat), Chlorophyceae (ganggang hijau), dan Cyanophyceae
(ganggang hijau-biru). Alga hijau dan alga hijau biru, banyak yang hidup dan berkembang di air tawar.
Jenis alga ini tidak mempunyai arti penting sebagai bahan makanan. Sebaliknya, alga cokelat dan alga
merah merupakan penghuni laut yang cukup eksklusif dalam kedudukannya sebagai bahan pangan dan
nonpangan.

Bila berbicara tentang rumput laut, yang dimaksudkan adalah dari jenis alga cokelat dan alga
merah ini. Alga cokelat hidup di perairan yang dingin, alga merah di daerah tropis. Rumput laut
merupakan bagian terbesar dari tanaman laut yang memegang peran cukup penting dalam fungsinya
sebagai bahan makanan dan obat-obatan. Secara garis besar, rumput laut dibedakan sebagai penghasil
agar, karaginan, furcelaran, dan alginat. Alga cokelat yang sering disebut kelp atau rockweed, merupakan
sumber alginat atau algin, yaitu salah satu jenis polisakarida yang terdiri dari unit-unit asam manurat dan
asam glukuronat. Sementara itu, alga merah merupakan sumber bagi karaginan, agar-agar, dan furcelaran.
Beberapa jenis rumput laut yang terdapat di Indonesia dan memiliki arti ekonomis penting adalah: •
Rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte), yaitu Gracilaria, Gelidium, Gelidiopsis, dan Hypnea, •
Rumput laut penghasil karaginan (Carragenophyte), yaitu Eucheuma spinosum, Eucheuma cottonii,
Eucheuma striatum, • Rumput laut penghasil algin, yaitu Sargasum, Macrocystis, dan Lessonia. Jenis
Eucheuma dan Gracilaria sudah dibudidayakan di Indonesia, terutama di Kepulauan Riau, Lampung,
Kepulauan Seribu (Jakarta), Bali, Lombok, Flores, Sumba, dan Sulawesi. Pembudidayaan dilakukan di
tempat-tempat yang kondisi arusnya relatif tenang, sehingga produktivitasnya dapat ditingkatkan.
Wilayah Indonesia yang 70 persen berupa laut dan terdapat 17.500 pulau, merupakan negara yang kaya
akan rumput laut. Rumput laut segar tidak dapat disimpan lama pada suhu ruang. Oleh karena itu, harus
diolah menjadi bentuk rumput laut kering, tepung agar, tepung alginat, atau tepung karaginan. Selama ini
ekspor rumput laut ke mancanegara umumnya dilakukan dalam bentuk rumput laut kering. Dengan
demikian, sudah saatnya Indonesia mendirikan industri pengolah rumput laut dan mengekspornya dalam
bentuk hasil olahan, seperti agar-agar, karaginan, alginat, dan lain-lain. Sedangkan, ganggang laut atau
makro algae adalah tumbuhan purba, yang tidak memiliki akar, daun dan batang sejati. Alga memiliki
berbagai bentuk, mulai dari bentuk benang hingga lembaran-lembaran.

Jenis Rumput Laut :

Berikut adalah jenis-jenis rumput laut / alga. diantaranya alga merah, hijau, dan cokelat. dari
setiap jenis alga ada beberapa pengelompokanya yaitu :

Daftar Jenis ALGA COKLAT:

Cystoseira sp. Sargassum crassifolium


Dictyopteris sp. Sargassum cristaefolium
Dictyota bartayresiana Lamouroux Sargassum duplicatum J.G. Agardh
Hormophysa cuneiformis Sargassum echinocarpum
Hormophysa triquetra (C. Agardh) Sargassum plagyophyllum (Mertens)
Hydroclathrus clatratus (C. Agardh) Sargassum polycystum
Oseng Turbinaria conoides (J. Agardh)
Padina australis Hauck Turbinaria decurens (Bory)
Sargassum binderi (Sonder) Turbinaria murayana
Sargassum cinereum J.G. Agardh Turbinaria ornata (Turner) J. Argadh

Daftar Jenis ALGA HIJAU:


Boergesenia Forbesii (Harvey) Halimeda borneensis
Bornetella nitida (Harvey) Halimeda copiosa
Caulerpa brachypus Harvey Halimeda cunneata Hering
Caulerpa cupressoides Halimeda cylindraceae Decaisne
Caulerpa fergusonii Muray Halimeda discoidea Decaisne
Caulerpa lentillifera J. Agardh Halimeda distorta
Caulerpa lessonii Bory Halimeda gracilis
Caulerpa racemosa (Fors) Halimeda laccunalis Taylor
Caulerpa racemosa v. clavivera Halimeda macroloba Decaisne
Caulerpa racemosa var lamouraouxii Halimeda macrophysa Askenasy
Caulerpa racemosa var macrophysa Halimeda micronesica Yamada
Caulerpa racemosa var Occidentalis Halimeda minima (W.R. Taylor)
Caulerpa racemosa var uvifera Halimeda opuntia (Linnaeus)
Caulerpa racemosa var. turbinata Halimeda renschii Hauck
Caulerpa serrulata Halimeda simulans Howe
Caulerpa sertulariodes Halimeda tuna (Ellis and Solander) Lam.
Caulerpa sp. Neomeris annulata Dickie
Caulerpa taxifolia Tydemania Expeditions Weber van Bosse
Chaetomorpha antennina Udotea argentea Zanardini
Chaetomorpha crassa Udotea flabellum (Ellis and Solander)
Codium decorticatum Ulva fasciata Delile
Codium edule silva Ulva lactuca Linnaeus
Codium geppii schmitt Ulva pertusa Kjellman
Codium guinense Silva Ulva reticulata Forsskal
Codium harveyi Silva Ulva sp.
Dictyosphaeria cavernosa Valonia ventricosa J. Agardh

Daftar Jenis ALGA MERAH:


Acanthophora muscoides Gracilaria foliifera (Forsskal) Boergese
Acantophora specifera Gracilaria gigas Harvey
Actinotrichia fragilis (Forsskal) Gracilaria salicornia
Amphiora peruana Gracilaria salicornia (C. Agardh) Dawson
Amphiroa beauvoisii Lamouroux Gracilaria verrucosa
Amphiroa rigida Halymenia durvillaei
Amphiroa sp. Halymenia harveyana J. Agardh
Ceratodityon variabilis Hypnea asperi Bory
Chondrococcus hornemannii Hypnea cervicornis J. Agardh.
Corallina sp. Hypnea cornuta
Eucheuma denticulatum Jania adherens
Eucheuma edule Kappaphycus alvarezii (Doty)
Eucheuma edule Koetzing Kappaphycus cottonii
Eucheuma serra J. Agardh Kappaphycus striatum
Galaxaura filamentosa Chou Laurencia elata
Galaxaura Kjellmanii Weber van Bosse Laurencia intricata Lamouroux
Galaxaura rugosa (Solander) Lamouroux Laurencia nidifica J. Agardh.
Galaxaura subfruticulosa Chou. Laurencia obtusa (Hudson) Lamouroux
Galaxaura subvefficillata Kjellman Laurencia poitei
Galaxaura vietnamensis Dawson Liagora divaricata Tseng
Gelidium latifolium Porphyglossum zolingerii
Gelidium Sp Porphyra sp.
Gigartina affinis Harvey Porphyra sp. fase conchocelis
Gracilaria arcuata Zanardini Portieria hornemanii
Gracilaria coronopifolia J. Agardh. Rhodimenia sp.
Gracilaria eucheumioides Harvey Rhodymenia palmata (Linnaeus) Greville
Gracilaria foliifera (Forsskal) Boergese Titanophora pulchra Dawson

Pemanfaatan Rumput Laut :

Bila diproses lebih lanjut dapat menghasilkan lebih dari 500 jenis produk komersial.

Pemanfaatan rumput laut di Indonesia sendiri sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1920. Tercatat
ada 22 jenis rumput laut digunakan secara tradisional sebagai makanan, baik dibuat sayuran maupun
sebagai penganan dan obat-obatan.

Rumput laut banyak digunakan sebagai bahan baku industri. Contohnya yaitu alga cokelat, yang
digunakan untuk bahan baku es krim, pengolahan tekstil, pabrik farmasi, semir sepatu, dan pabrik cat.
Alga merah untuk bahan baku industri makanan, farmasi, penyamakan kulit, dan pembuatan bir.

Selain itu, rumput laut dapat juga digunakan sebagai bahan untuk pupuk tanaman, campuran
makanan ternak, dan juga bahan baku kosmetika.
Rumput laut diketahui kaya akan nutrisi esensial, seperti enzim, asam nukleat, asam amino,
mineral, trace elements, dan vitamin A,B,C,D,E dan K. Karena kandungan gizinya yang tinggi, rumput
laut mampu meningkatkan sistem kerja hormonal, limfatik, dan juga saraf. Selain itu, rumput laut juga
bisa meningkatkan fungsi pertahanan tubuh, memperbaiki sistem kerja jantung dan peredaran darah, serta
sistem pencernaan.

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati baik di darat maupun lautan. Di antara
sumberdaya hayati tsb, telah terbukti, misalnya, tebu, jagung, dan ketela sebagai tanaman yang mampu
menghasilkan bahan bakar sekelas premium, minyak buah jarak dari tanaman jarak sebagai pengganti
minyak tanah dan solar untuk sumberdaya hayati daratan. Selain itu, rumput laut yang merupakan
sumberdaya hayati di lautan, terbukti juga sebagai sumber energi terbarukan yang lebih kompetitif
dibandingkan komoditas lainnya (DKP, 4/11/2008).

Kandungan dan Manfaat Rumput Laut

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa rumput laut adalah bahan pangan berkhasiat, berikut
beberapa diantaranya:

Antikanker Penelitian Harvard School of Public Health di Amerika mengungkap, wanita


premenopause di Jepang berpeluang tiga kali lebih kecil terkena kanker payudara dibandingkan wanita
Amerika. Hal ini disebabkan pola makan wanita Jepang yang selalu menambahkan rumput laut di dalam
menu mereka.

Di Cina, rumput laut juga biasa digunakan untuk pengobatan kanker. Tingginya tingkat konsumsi
rumput laut mungkin berhubungan dengan rendahnya insiden kanker payudara pada wanita di negara
tersebut. Mungkin hal itu disebabkan oleh kandungan klorofil rumput laut yang bersifat antikarsinogenik.
Selain itu, karena kandungan vitamin C dan antioksidannya yang dapat melawan radikal bebas, rumput
laut bermanfaat untuk memperpanjang usia dan mencegah terjadinya penuaan dini.
Semua rumut laut kaya akan kandungan serat yang dapat mencegah kanker usus besar. Serat dapat
melancarkan pencernaan dengan membentuk zat seperti gelatin dalam usus halus dan meningkatkan kadar
air dalam fases. Konsumsi serat dapat membantu metabolisme lemak sehingga menurunkan kadar
kolestrol darah dan gula darah.

Antioksidan Klorofil pada gangang laut hijau dapat berfungsi sebagai antioksidan. Zat ini
membantu membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh.

Mencegah Kardiovaskular Para Ilmuwan Jepang mengungkap, ekstrak rumput laut dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Bagi pengidap stroke, mengkonsumsi rumput laut
juga sangat dianjurkan karena dapat menyerap kelebihan garam pada tubuh.

Makanan Diet Kandungan serat (dietary fiber) pada rumput laut sangat tinggi. Serat ini bersifat
mengenyangkan dan memperlancar proses metabolisme tubuh sehingga sangat baik dikonsumsi penderita
obesitas. Karbohidratnya juga sukar dicerna sehingga Anda akan merasa kenyang lebih lama tanpa takut
kegemukan.

Obat tradisional Rumput Laut dikenal juga sebagai obat tradisional untuk batuk, asma,
bronkhitis, TBC, cacingan, sakit perut, demam, rematik, bahkan dipercaya dapat meningkatkan daya
seksual. Kandungan yodiumnya diperlukan tubuh untuk mencegah penyakit gondok.
Alga biasanya di buat untuk produk-produk seperti :
1. Agar-agar

Proses sembuatan agar-agar :

Agar diperoleh dari tanaman Agarophyt yang merupakan kelompok tanaman (alga) penghasil agar. Salah
satu contoh tanaman penghasil agar adalah Gracilaria sp. Agar-agar adalah produk kering tak berbentuk
(amorphous), mempunyai sifat seperti gelatin, dan merupakan hasil ekstraksi non-nitrogen dari kelompok
Agarophyte. Rumput laut jenis Gracilaria sp ini dapat diolah menjadi bentuk agar-agar dengan
mengekstraksinya kemudian dijendalkan, diiris, dipres lalu dikeringkan. Rumput laut sendiri di kenal
kaya nutrisi sehingga mempunyai banyak manfaat. Rumput laut tidak mengandung lemak essensial, tetapi
kaya selenium yang bersifat antioksidan, sehingga membantu tubuh mencegah penyerapan zat kimia
beracun, termasuk sampah radioaktif dan polusi.

Rumus molekul : (C12H14O5(OH)4)n

Secara umum pembuatan agar meliputi beberapa proses sebagai berikut (Coppen dan Nambiar, 1991) :
1. Pencucian bahan baku (Gracilaria sp)
2. Perlakuan awal bahan dan perlakuan kimia
3. Ekstraksi
4. Filtrasi dan gelatinasi
5. Pemutihan dan pengeringan

FLOW CHART PEMBUATAN AGAR

1. Produksi Agar di India (Coppen and Nambiar, 1991)FAO

Gracilaria sp Perlakuan awal

2. Produksi AgarFAO (Armisen and Galatas, 1987)


PENJELASAN

A. Proses Pembuatan agar di India (Coppen and Nambiar, 1991)

Perlakuan awal
Rumput laut dicuci untuk menghilangkan material yang tidak diinginkan seperrti garam, pasir, batu atau
serpihan karang dan juga jenis rumput laut yang lain. Setelah dibersihkan dilanjutkan dengan perlakuan
kimia baik alkali maupun asam. Perlakuan alkali dilakukan untuk meningkatkan gel strength dengan
menggunakan NaOH. Setelah itu dicuci dan dibilas agar diperoleh pH 6-7. Sedangkan perlakuan asam
dilakukan untuk menghancurkan dinding sel sehingga tahap ekstraksi bisa lebih optimal. Pada tahap ini di
gunakan HCl. Setelah perlakuan asam remput laut dicuci dan dibilas dilanjutkan dengan ekstraksi
menggunakan air panas, dan untuk meningkatkan yield biasanya ditambahkan potassium.

Ekstraksi
Proses pemasakan menggunakan air 40 kali berat kering rumput laut berlangsung pada suhu 90 – 1000C
selama 1,5 – 3 jam dengan yield yang diperoleh biasanya antara 5 – 10% setelah disaring. Rendahnya
yield mengindikasikan jeleknya kualitas Gracilaria sp India. Rendahnya kualitas rumput laut ini bisa
disebabkan buruknya nutrient perairan budidaya maupun kesalahan pada proses pasca panen seperti
pengeringan.

Penjendalan dan Pemutihan


Didinginkan dan dijendalkan pada nampan alumunium dan ditempatkan pada rak yang tersedia, kemudian
setelah menjendal disimpan di pendingin 20-24 jam pada suhu -10 s/d -20 o C. Dari pendingin kemudian
di thawing lalu diputihkan dengan kaporit.
Pengeringan dan Penepungan

Tahap ini berlangsung cepat 10-15 menit kemudian diletakkan pada saringan mess dan jemur dibawah
sinar matahari selama 2-3 hari panas normal. Bubuk agar diperoleh setelah kering.

B. Proses pembuatan Agar (Armisen and Galatas, 1987)

Pencucian
Rumput laut (Gracilaria sp) dicuci dan dibersihkan dari kerang, batu, maupun rumput laut lain yang tak
sejenis. Diberi perlakuan alkali yang bertujuan untuk meningkatkan gel strength dengan menggunakan 2-
5% NaOH dan dipanaskan pada suhu 85-900C selama 1 jam. Lalu dicuci dan dibilas untuk mengurangi
residu alkali.

Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan pada suhu 95-1000C selama 2-4 jam. Proses ekstraksi ini sama antara bahan baku
Gracilaria sp maupun Gelidium sp.

Penyaringan
Ekstrak panas disaring dan dipisahkan residunya. Filtrate didinginkan sampai menjadi gel dan dibuat
lembaran dimana tiap lembaran mengandung kurang lebih 1% agar dan 99% air yang mengandung garam,
dan karbohidrat terlarut.

Gambar 1. penyaringan

Gambar 2. proses pembuatan lembaran


Penjendalan
Jendalkan dengan mendinginkan hingga mengkristal pelan-pelan. Metode aslinya menghilangkan air
dengan menggunan proses pembekuan. Struktur gel akan terpisah dengan pembekuan dan dengan
mengaliri dengan air mengalir akan diperoleh agar 10-12%.

2. PEMBUATAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT UNTUK MENGHASILKAN PRODUK


DENGAN RENDEMEN DAN VISKOSITAS TINGGI

Alginat adalah fikokoloid atau hidrokoloid yang diekstraksi dari Phaeophyceae (alga coklat).
Senyawa alginat merupakan suatu polimer linier yang terdiri dari dua satuan yang monomeric, ß -D -asam
manuronat dan a -L -asam guluronic. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh alginat dengan
rendemen dan viskositas tinggi dari rumput laut Rembang dan Jepara. Pada penelitian ini dilakukan
penentuan metode proses yang paling baik yang dapat menghasilkan rendemen dan viskositas yang tinggi
dari tiga metode yang digunakan, yaitu metode I (Bashford), metode II (praktis) dan metode III
(modifikasi). Selanjutnya untuk metode proses yang paling baik dilakukan optimasi kondisi operasi
0 0 0 0
dengan memvariasi suhu ekstraksi alginat, yaitu suhu 40 C, 50 C, 60 C, dan 70 C. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa metode modifikasi adalah metode yang paling baik. Selanjutnya dari metode
modifikasi dilakukan berbagai variabel suhu ekstraksi pada rumput laut Rembang dan Jepara. Dari hasil
0
percobaan ini didapatkan optimasi suhu ekstraksi pada metode III yaitu pada suhu ekstraksi 50 C dengan
rendemen 42,20 % dan viskositas sebesar 1,62 cp yang diperoleh dari rumput laut Rembang.

Di perairan Indonesia terdapat sekitar 28 spesies rumput laut coklat yang berasal dari enam genus
diantaranya yaitu Dyctyota, Padine, Hormophysa , Sargassum, Turbinaria dan Hydroclathrus. Spesies
rumput laut yang telah diidentifikasi yaitu Sargassum sp. sebanyak 14 spesies, Turbinaria sebanyak 4
spesies, Hormophysa baru teridentifikasi 1 spesies, Padina 4 spesies, Dyctyota 5 spesies dan
Hydroclathrus 1 spesies. Jenis-jenis rumput laut tersebut tersebar pada beberapa daerah di Indonesia.
Rumput laut penghasil alginat banyak ditemukan di pesisir pantai utara pulau Jawa, antara lain rumput
laut yang terdapat di pesisir pantai Rembang dan pesisir pantai Jepara. Umumnya rumput laut tumbuh
secara liar dan masih belum dimanfaatkan secara baik. Pemanfaatan rumput laut liar ini hanya sebatas
sebagai pupuk ataupun dibakar karena menggangu kondisi sekitar pesisir pantai.
Rumput laut coklat memiliki pigmen santotif yang memberikan warna coklat dan dapat
menghasilkan algin atau alginat, laminarin, selulosa, fikoidin dan manitol yang komposisinya sangat
tergantung pada jenis (spesies), masa perkembangan dan kondisi tempat tumbuhnya.
Rumput laut coklat yang potensial untuk digunakan sebagai sumber penghasil alginat diantaranya
adalah jenis Makrocystis, Turbinaria, Padina dan sargassum sp. Kandungan alginat pada rumput laut
coklat tergantung musim, tempat tumbuh, umur panen dan jenis rumput laut.
Dalam dunia industri dan perdagangan, algin dikenal dalam bentuk asam alginat atau alginat. Asam
alginat adalah suatu getah selaput (membrane mucilage), sedangkan adalah bentuk garam dari asam
alginat. Algin terdapat pada semua jenis alga coklat sebagai komponen penyusun dinding sel seperti hal
selulose dan pektin.
Secara kimia, Asam alginat adalah senyawa komplek yang termasuk karbohidrat koloidal hidrofilik
hasil polimerisasi D asam Mannuronat dengan rumus kimianya (C6H8O6)n dimana harga n diantara 80
sampai 83. Ada dua jenis monomer penyusun asam alginat yaitu asam D-mannuronat dan asam L-
guloronat.
Sifat-sifat alginat sebagian besar tergantung pada tingkat polimerisasi dan perbandingan komposisi
guluronat dan mannuronat dalam molekul. Asam alginat tidak larut dalam air dan mengendap pada pH <
3,5 sedangkan garam alginat dapat larut dalam air dingin atau air panas dan mampu membentuk larutan
yang stabil. Natrium Alginat tidak dapat larut dalam pelarut organik tetapi dapat mengendap dengan
alkohol. Alginat sangat stabil pada pH 5 – 10, sedangkan pada pH yang lebih tinggi viskositasnya sangat
kecil akibat adanya degradasi ß- eliminatif. Ikatan glikosidik antara asam mannuronat dan guluronat
kurang stabil terhadap hidrolisis asam dibandingkan ikatan dua
asam mannuronat atau dua asam guluronat. Kemampuan alginat membentuk gel terutama berkaitan
dengan proporsi L-guluronat (An Ullman’s 1998).
Asam alginat diproduksi dengan cara ekstraksi alga coklat (Phaeophyceae) dan banyak digunakan
sebagai bahan pembentuk gel dan pengental yang bersifat thermoreversibel dalam berbagai bidang
industri, juga dipakai sebagai suspending emulsifying, dan stabilizing agent. Senyawa Alginat yang
umum dikenal adalah Natrium Alginat.
penelitian ini bertujuan untuk melakukan berbagai metode proses pembuatan alginat yang
diharapkan dapat menghasilkan produk yang berkualitas dengan meningkatkan rendemen dan viskositas
alginat di Indonesia khususnya untuk Rumput laut Rembang dan Jepara, menyadari metode yang
digunakan belum memberikan hasil yang optimal maka dilakukan upaya modifikasi metode ekstraksi
guna meningkatkan nilai tambah dari rumput laut dan mengurangi impor akan hasil-hasil olahannya.
Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rumput laut jenis sargassum. Rumput laut ini
diperoleh dari perairan pantai Rembang dan Jepara propinsi Jawa Tengah. Adapun bahan kimia yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Na2CO3 sebagai solven pengekstrak, sebagai pemutih,
digunakan Ca(OCl)2, NaOCl, dan H2O2. Untuk pengendap digunakan Butanol, Isopropil Alkohol, dan
Etanol. Bahan-bahan lain yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah NaOH, Aquadest, CaCl2, HCl,
H2SO4 dan PH indikator.

Alat yang digunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah beaker glass, motor pengaduk,
gelas ukur, pemanas, kertas saring, kain saring, pengaduk, labu takar, termometer, neraca analitik, pH
meter. Peralatan analisa yang berupa oven, viskosimeter,

Gambar 1. Alat percobaan ekstraksi alginat

Rancangan Percobaan Pada penelitian ini proses pembuatan alginat dilakukan melalui beberapa
metode, yaitu metode bashford (I), metode praktis (II), dan metode modifikasi (III). Penelitian pembuatan
alginat untuk metode II pernah dilakukan oleh Alief Angga P. dkk dan penelitian pembuatan alginat untuk
metode III pernah dilakukan oleh Bambang Budi S. dkk. Perlakuan ketiga metode ini pada umumnya
sama melalui beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, ekstraksi, pemutihan, pengasaman dan konversi
asam alginat menjadi Natrium alginat. Pembuatan alginat dengan metode I, metode II dan metode III
disajikan dalam tabel 1.
Metode ekstraksi yang menghasilkan rendemen dan viskositas paling tinggi, dalam percobaan ini
menggunakan rumput laut dari Rembang, kemudian dioptimasi kondisi operasinya dengan memvariasi
0 0 0 0
suhu ekstraksi alginat (40 C, 50 C, 60 C, 70 C) masing-masing untuk rumput laut Rembang dan Jepara.
Karena pembuatan alginat memakan waktu yang cukup lama dan terbatasnya waktu penelitian, maka
optimasi kondisi
operasi pembuatan alginat dengan variasi suhu ekstraksi hanya sampai pada tahap pengasaman
yaitu pembuatan asam alginat.

Tabel 1. Pembuatan Alginat dengan Metode I, Metode II dan Metode III

Tahap Metode I Metode II Metode III


Persiapan
• Pencucian • Perendaman • Perendaman
dengan air dalam HCl 0,5 dalam HCl 0,5
• Perendaman 0
% suhu 50 C 30 %
dalam 0.2 N menit • Bilas 2 kali
H2SO4 • Perendaman dengan 600 ml
• Pencucian dalam NaOH air
dengan ai 1% pada suhu • NaOH 0,1 %
0 • Bilas 2 kali
50 C dengan 600 ml
air

Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi


dengan Na2CO3 dengan Na2CO3 dengan Na2CO3
4% , 2 jam, suhu 5%, 2 jam, suhu 1,5 %, 90 menit,
0 0 0
50 C 50 C suhu 64 ± 2 C

Pemutihan 1N Ca(Ocl)2 H2O2 30 ml NaOCl 5 %


Pengendapan 23% CaCl2 - -
Sebagai Ca
Alginat
Pengasaman HCl 5 % HCl 5 %
• H2SO4 10 %
• Pencucian
dengan Etanol
50 % & 96 %

Hasil dan Pembahasan


• Pemilihan Metode Ekstraksi
Hasil percobaan untuk pengaruh metode proses terhadap rendemen dan viskositas produk dapat dilihat
pada tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Pengaruh Metode Proses terhadap Rendemen Produk

No. Metode Sampel Na-Alginat Asam Alginat


Proses (gram) (% berat) (% berat)
I Bashford 25 38,65 44,96
II Praktis 25 21,36 21,68
III Modifikasi 25 36,04 43,04
Pengaruh metode proses terhadap hasil Na alginat dan asam alginat (tabel 2) menunjukkan bahwa metode
I (bashford) merupakan metode dengan rendemen tertinggi. Namun demikian, kemungkinan kandungan
alginatnya tidaklah semata-mata hanya sebagai garam Na alginat dan asam alginat tetapi juga
mengandung senyawa alginat sebagai Ca alginat atau senyawa kalsium yang lain juga ikut mengendap,
misalnya gips (CaSO4). Hal ini disebabkan karena metode I menggunakan CaCl2 pada tahap pembentukan
Ca alginat dan H2SO4 pada tahap pengasaman, sehingga penambahan H2SO4 pada tahap pengasaman akan
bereaksi dengan sisa CaCl2 membentuk CaSO4. Dimana CaSO4 adalah endapan putih yang kemungkinan
nantinya dapat mengganggu kemurnian produk. Sehingga hasil yang diperoleh lebih banyak mengandung
senyawa Ca sulfat daripada Na dan asam alginat. Sedangkan pada metode modifikasi, tanpa
menggunakan tahap pembentukan Ca alginat, sehingga kemurnian hasil Na dan asam alginat dapat lebih
tinggi tanpa mengandung senyawa alginat sebagai Ca sulfat yang ikut mengendap.

Tabel 3. Pengaruh Metode Proses terhadap Viskositas produk

No. Metode Na-Alginat Asam Alginat


Proses (cp) (cp)
I Bashford 1,07 1,57
II Praktis 1,13 1,31
III Modifikasi 1,28 1,75

viskositas yang paling tinggi adalah metode III (modifikasi). Hal ini disebabkan karena pada metode III
tanpa melalui tahap pembentukkan Ca alginat karena kemungkinan semakin banyak tahap yang dilakukan
akan mendegradasi rantai panjang alginat. Menurut Mc.Hugh (1987), panjangnya rantai polimer
menentukan mutu alginat. Semakin panjang rantainya, semakin besar berat molekulnya dan semakin
besar nilai viskositasnya. Kekentalan yang dihasilkan sesuai dengan alginat yang terekstrak, bila sebagian
besar yang terekstrak alginat berbobot molekul tinggi maka alginat yang dihasilkan mempunyai nilai
viskositas tinggi. Dan sebaliknya bila yang terekstrak berbobot molekul rendah maka alginat yang
dihasilkan mempunyai nilai viskositas rendah. Pada metode I dan II, viskositas yang didapat lebih rendah.
Rendahnya viskositas akibat dari terlalu tingginya konsentrasi Na2CO3 yang digunakan sebagai larutan
pengekstraksi. Semakin pekat Na2CO3 maka rantai panjang polimer akan terdegradasi menjadi rantai
pendek sehingga viskositasnya akan turun. Selain itu, waktu ekstraksi alginat juga berpengaruh terhadap
viskositas, semakin lama waktu ekstraksi akan mendegradasi rantai panjang alginat, hal ini membuat
viskositas menjadi rendah.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka untuk proses selanjutnya, yaitu tahap optimasi, menggunakan
metode III (modifikasi), sampai pada tahap pengasaman. Hal ini dikarenakan proses pembuatan alginat
sampai pada tahap konversi asam alginat menjadi natrium memerlukan waktu yang lama. Pada tahap
optimasi, suhu ekstraksi divariasi untuk masing-masing rumput laut Rembang dan Jepara.
• Optimasi Suhu Ekstraksi pada Metode III (modifikasi)

Tabel 4. Pengaruh Suhu Ekstraksi terhadap Produk Alginat

Suhu Rendemen Viskositas


o
( C) (% berat) (cp)
Jepara Rembang Jepara Rembang
40 34,68 19,44 1,74 1,75
50 40,96 42,20 1,61 1,62
60 44,20 36,64 1,60 1,617
70 48,76 43,04 1,57 1,56
Dari hasil yang didapat pada tabel 4, dapat diketahui pengaruh suhu ekstraksi terhadap rendemen produk
yaitu semakin tinggi suhu maka rendemen semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu
ekstraksi, maka semakin banyak alginat yang dapat terlarut. Alginat yang terdapat dalam rumput laut
berbentuk asam alginat yang sulit larut dalam air. Pada proses ekstraksi, asam alginat diubah menjadi
natrium alginat yang memiliki sifat dapat larut dalam air. Semakin tinggi suhu ekstraksi maka konversi
akan semakin tinggi, sehingga lebih banyak asam alginat yang dapat diubah menjadi natrium alginat.
Sedangkan pengaruh suhu ekstraksi terhadap viskositas yaitu semakin tinggi suhu maka viskositas akan
menurun. Hal ini disebabkan karena alginat merupakan senyawa yang berbentuk polimer rantai panjang
yang mudah sekali terdegradasi. Jika semakin tinggi suhu ekstraksi maka banyak rantai panjang alginat
terdegradasi menjadi rantai pendek sehingga menyebabkan viskositas turun.

Dari optimasi suhu ekstraksi pada metode III yang menghasilkan rendemen dan viskositas tinggi
didapatkan hasil sebagai berikut:

0
Suhu 50 C
Ekstraksi
Rendemen 42,20 %
Viskositas 1,62 cp

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Metode proses yang menghasilkan produk alginat dengan rendemen dan viskositas tinggi adalah metode III (modifikasi).
0
2. Suhu ekstraksi yang optimum yaitu pada suhu 50 C.
0
3. Produk alginat yang paling baik diperoleh dari rumput laut Rembang pada suhu 50 C dengan rendemen sebesar
42,20%. Dan viskositas sebesar 1,6.

Anda mungkin juga menyukai