Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh
karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya
akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman
jasad jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di
laut yang saling berkesinambungan.
Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat
dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan
pentingnya lautan. Laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik
sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun
kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan
merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa
datang.
Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan
perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi
perikanan. Walaupun dalam faktanya perikanan tangkap masih memberikan
kontribusi yang cukup tinggi pada sektor perikanan,berdasarkan data dari FAO
tahun 2002, produksi perikanan tangkap dunia cenderung mengalami penurunan
akibat eksploitasi dan berkurangnya sumberdaya ikan di laut. Sedangkan budidaya
cenderung mengalami peningkatan yang cukup signikan. Berdasarkan hasil kajian
Ditjen Perikanan Budidaya tahun 2004, diperkirakan terdapat 8,36 juta ha perairan
laut yang secara indikatif dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan
budidaya laut di Indonesia
Rumput laut (seaweed) secara biologi termasuk salah satu anggota alga yang
merupakan tumbuhan berklorofil. Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel,
berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal,
berpasir, berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah pasut, jernih dan
biasanya menempel pada karang mati, potongan kerang dan subtrat yang keras
lainnya. Rumput laut bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pantai bukanlah
barang yang baru lagi. Mereka telah mengenal dan memanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari, baik sebagai bahan obat tradisional dan bahan makanan.
Dengan demikian berarti rumput laut mempunyai suatu bahan yang dapat

dimanfaatkan orang untuk kesehatannya. Dan dengan kemajuan teknologi


dibidang penelitian rumput laut, maka pemafaatan rumput laut bagi manusia tidak
terbatas pada aspek kesehatan, sudah menjalar kesegala bidang.
1.2 Tujuan

Mahasiswa dapat membedakan bagian sel pada sampel rumput laut.


Mahasiswa dapat mengetahui fungsi struktur sel yang telah diidentifikasi dari
setiap sampel.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumput Laut


Istilah rumput laut sudah dikenal dalam perdagangan. Istilah ini merupakan
terjemahan dari kata sea weed (bahasa inggris). Pemberian nama terhadap alga
laut bentuk ini sebenarnya kurang tepat, karena apabila ditinjau secara botanis,
tumbuhan ini tidak tergolong rumput (graminae), tetapi akan lebih tepat bila kita
menggunalkan istilah alga laut benthik-benthik, atau alga benthik saja (Aslan,
1991).

Rumput laut yang dalam bahasa inggrisnya disebut sea weeds adalah alga
makro yang bersifat bentik dan termasuk tanaman tidak berbunga, sehingga
merupakan tanaman tingkat rendah (Thallophyta) atau sederhana (Sadhori, 1992)
dan tidak dijumpai perbedaan antara akar, batang, dan daun (Aslan, 1991).
Sepintas lalu banyak jenis alga yang memperlihatkan bentuk luar seperti
mempunyai akar, batang, bahkan juga buah, tetapi itu adalah semu saja (Nontji,
1993).
Bentuk-bentuk tersebut sebenarnya hanyalah thallus belaka. Bentuk thallus
rumput laut ada bermacam-macam, antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng,
bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya. Percabangan thallus ada yang
dichotomous (bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada salah
satu thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama
secara berselang-seling), ferticillate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau
sumbu utama) dan ada juga yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thalli
juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi
atau mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan
(cartilagenous), berserabut (spongious) dan sebagainya. Struktur anatomi tali
untuk tiap jenis alga berbeda-beda, misalnya pada famili yang sama antara
Eucheuma cottoni, potongan thallus yang melintang mempunyai susunan sel yang
berbeda. Perbedaan-perbedaan ini membantu dalam pengenalan berbagai jenis
alga baik dalam mengidentifikasi jenis, genus, maupun famili (Soedarto, 1990).
Alga yang terdapat di dasar laut banyak terdapat di sepanjang pantai, mulai
dari zona pasut sampai sedalam sinar surya dapat tembus. Di perairan yang jernih
beberapa jenis alga mampu hidup sampai kedalaman lebih dari 150 meter.
Biasanya alga ini sedikit terdapat di perairan yang dasarnya berlumpur atau
berpasir karena sangat terbatas benda keras yang cukup kokoh untuk melekat.
Alga banyak ditemukan di terumbu karang, cangkang moluska, potongan kayu
dsb. Adapula yang apabila terlepas dari substrat dassar dapat hidup mengambang
di permukaan karena mempunyai gelembung-gelembung gas sebagai pelampung
seperti Sargassum sp (Nontji, 1993).
Sebagian besar alga laut berwarna indah dan ada pula yang bercahaya.
Pigmen-pigmen dari kromatofor (chromatophore) menyerap sinar matahari untuk
fotosintesis. Atas dasar warna yang dimiliki oleh alga laut, yang berbeda antara

satu kelompok dan kelompok yang lain, maka pembagian kelas dari divisi
Thallophyta yang artinya tumbuh-tumbuhan berthallus ini mengikuti warna yang
dimiliki. (Romimuhtarto, 1999).
Alga yang berukuran besar tergolong dalam tiga kelas yaitu Chloropyceae
(alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat) dan Rhodophyceae (alga merah). Tiap
kelas ini mempunyai kandungan pigmen yang berbeda. Kebanyakan alga yang
mempunyai nilai ekonomis berasal dari ketiga kelas ini (Nontji, 1993)
Sebagian besar alga laut berwarna indah dan ada yang bercahaya. Pigmenpigmen dari kromatophor menyerap sinar matahari untuk fotosintesis. Alga yang
berukuran besar tergolong dalam tiga kelas yaitu Chloropyceae (alga hijau),
Phaeophyceae (alga coklat) dan Rhodophyceae (alga merah). Tiap kelas ini
mempunyai kandungan pigmen yang berbeda. Kebanyakan alga yang mempunyai
nilai

ekonomis

berasal

dari

ketiga

kelas

ini

(Nontji,

1993).

a. Alga merah (Rhodophyceae)


Warna alga merah ini sangat mencolok dan bercahaya. Alga ini merupakan
benda-benda makroskopik yang indah dari jenis-jenis yang kecil sekali
ukurannya. Memiliki pigmen fikobilin, yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna
merah) dan fikosianin (berwarna biru). Alga ini bersifat adaptasi kromatik, yaitu
mempunyai penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas
pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thali seperti : merah
tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau. Pigmen dari kromatofor terdiri
dari klorofil biasa bersama-sama dengan xantofil, karoten, dan sebagai tambahan
fikoritrin dan fikosianin. Alga merah biasanya berukuran kecil dan bentuknya
lebih beraneka ragam serta jumlahnya lebih banyak. Semua sel ganda yang paling
sederhana adalah bentuk benang bercabang seperti Polysiphonia, yang bersamasama dengan jenis alga yang lain dinamakan sebagai lumut laut. Alga merah yang
memiliki ukuran yang paling panjang adalah kurang lebih 1-2 m (Soedarto, 1990).
Alga ini memiliki persediaan makanan berupa kanji (Floridean starch). Dalam
dinding selnya terdapat selulosa, agar, carragenan, porpiran dan furselaran.
Contoh : Gracillaria, Gellidium, Eucheuma, Hypnea, Gigartina, dan Porpiran
(Soedarto, 1990).Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu
cambuk. Reproduksi seksual dengan karpogonia dan spermatia. Pertumbuhannya
bersifat uniaksial (satu sel di ujung thalus) dan multiaksial (banyak sel di ujung

thalus). Alat perekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak
(Soedarto,

1990).

b. Alga coklat (Phaeophyceae)


Warna alga ini umumnya coklat. Mempunyai pigmen klorifil a dan c, beta
karoten, violasantin, dan fukosantin. Alga coklat ini hampir semuanya merupakan
tumbuhan laut dan hanya sedikit yang hidup di air tawar yang diantaranya
berukuran sangat besar. Alga coklat berupa tumbuh-tumbuhan bercabang
berbentuk benang kecil yang halus (Ectocarpus), bertangkai pendek dan berthallus
lebar (Copstaria, Alaria, dan Laminaria, bebeapa diantaranya mempunyai lebar 2
m ), bentuknya bercabang banyak (Fucus, Agregia) dan dari Pasifik terdapat alga
berukuran rakasasa dengan tangkai yang panjang dan daunnya seperti kulit yang
panjang (Nereocystis, Pelagophycus, Macrocystis), berbentuk rantai seperti sosis
yang kopong dan kasar, dan panjangnya 30 cm atau lebih (Soedarto, 1990).
Saat bereproduksi alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk
seksual dan aseksual. Persediaan makanan (hasil fotosintesis) berupa laminaran
(beta 1-3 ikatan glukan). Pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginik
dan alginat. Mengandung pyrenoid, dan tilakoid (lembaran fotosintesis). Ukuran
dan bentuk thali beragam. Umumnya tumbuh sebagai alga bentik (Soedarto,
1990).

c. Alga hijau (Chlorophyceae)


Alga ini berwarna hijau karena tidak mempunyai zat warna (pigmen) lain,
kecuali hanya klorofil yang berwarna hijau sebagai satu-satunya cel warna yang
ada. ( Sadhori, 1992 ). Ganggang hijau pada umumnya hidup sebagai plankton
baik pada air tawar, dan di darat di tempat-tempat yang basah. Ada juga yang
tumbuh di atas daun yang hidup seperti halnya jenis Cephaleuros virecens yang
hidup menumpang (parasit) pada daun beberapa macam pohon dan semak
( Sadhori, 1992 ). Pada daun the sering dikenal red rust yang sangat merugikan
tanaman teh tersebut. Jenis yang tersebar yang hidup di laut dikenal sebaga ( Ulva
lactuca ) jenis tersebut biasanya dapat dimakan sebagai sayuran ( Sadhori, 1992 ).

2.2 Morfologi, Klasifikasi dan Anatomi (dari 6 jenis sampel yang digunakan)
A. Eucheuma cottonii
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Ordo
: Gigartinales
Famili
: Solieracea
Genus
: Eucheuma
Species
: Eucheuma cottonii
Ciri fisik Eucheuma cottonii adalah mempunyai thallus silindris, permukaan
licin, cartilogeneus (menyerupai tulang rawan/muda) serta berwarna hijau terang,
hijau olive dan cokelat kemerahan. Percabangan thallus berujung runcing atau
tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan-tonjolan), mempunyai duri yang lunak
tumpul untuk melindungi gametangia. Percabangan bersifat alternates (berseling),
tidak teraatur, serta dapat bersifat dichotamus (percabangan dua-dua) dan
trichotamus (percabangan tiga-tiga). Umumnya Eucheuma cottoniitumbuh dengan
baik di daerah pantai terumbu (reef). Habitat khasnya adalah daerah yang
memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat
batu karang mati (Zatrika, 1993)
Beberapa jenis Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia
perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar karaginan
dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54 73 % tergantung pada jenis
dan lokasi tempat tumbuhnya. Jenis ini asal mulanya didapat dari perairan Sabah
(Malaysia) dan Kepulauan Sulu (Filipina). Selanjutnya dikembangkan ke berbagai
negara sebagai tanaman budidaya. Lokasi budidaya rumput laut jenis ini di
Indonesia antara lain Lombok, Sumba, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Lampung, Kepulauan Seribu, dan Perairan Pelabuhan Ratu.
B. Caulerpa serrulata
Klasifikasi:
Empire

:Eukaryota

Kingdom

:Plantae

Subkingdom :Viridaeplantae
Phylum

:Chlorophyta

Class

:Bryopsidophyceae

Order

:Bryopsidales

Family

:Caulerpaceae

Genus
:Caulerpa
Ciri-ciri umum ceulerpa serrulata yaitu similator tumbuh tegak atau kadang
rebah, warna hijau, tinggi antara 5-8 cm. Sumbu tegak dekat pangkal silindris, ke
arah atas semakin memipih, seringkali menhadi terpuntir atau mirip spiral, atau
kadang tetap tegak. Ramelli tersusun tinggi.Ceulerpa serrulata dapat melakukan
perkembang biakan secara seksual dan aseksual. Cara perkembangbiakan secara
seksual, mula-mula suatu sel dari tumbuh tumbuhan yang pipih dan berlapis dua
membentuk sel kelamin yang di sebut gamet berbulu getar dua. Setelah gamet ini
lepas ke dalam dan melalui pembelahan perkembangan sel berkembang menjadi
tumbuhan baru. Habitatnya banyak ditemukan di zona pasang surut yang selalu
terendam air hingga di zona subtidal. Tumbuh baik di substrat pasir maupun
menempel di sela-sela batu karang. Juga sering sebagai alga asosiasi pada padang
halimeda opuntia (Indriani, 1994)
Makroalga hijau caulerpa serrulata adalah salahsatu jenis makroalga yang
potensial untuk diteliti.Makroalga ini tumbuh subur di perairan pantai karang
selatan pulau Jawa. Radhiarta (2007) menerangkan bahwa jika alga ini terluka,
maka didaerah luka tersebut akan ditemukan suatu senyawayang berperan aktif
dalam

perbaikan/penyembuhanluka

disebutcaulerpin.Studi

literatur

yang

pada
telah

sel

tumbuhan

dilakukan

tersebut,

yang

menunjukkanbahwa

pengaruh interaksi musim terhadap kandungansenyawa aktif caulerpa serrulata


setelah dilakukan oleh Utojo (2007) terhadap senyawa caulerpenin. Hasil riset
yang dilakukannya menemukan bahwa konsentrasi caulerpenin tergantung
kepadainteraksi ekologis alga dengan hewan predatornya. Namun sampai
sejauhini belum dilakukan riset untuk menentukan pengaruh musim terhadap
konsentrasi caulerpin, yang jugamerupakan senyawa aktif caulerpa serrulata.
Olehkarena itu, penelitian ini dilaksanakan untukmengetahui hubungan antara
perbedaan musimdengan kadar senyawa aktif caulerpin dalam Caulerpa serrulata.
C. Caulerpa racemosa
Kingdom : Protista
Divisi

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Volvocales

Famili

: Volvoceae

Genus

: Caulerpa

Spesies

: Caulerpa racemose

Ciri-ciri umum dari Genus Caulerpa :


o Thallus utama tumbuh menjalar;
o Ruas batang utama ditumbuhi akar yang menyerupai akar serabut;
o Bentuk percabangan seperti bentuk daun yang beragam menyerupai daun
tunggal, bundar (anggur, daun pakis, daun kelapa, daun ketela pohon).
Caulerpa racemosa memiliki ciri-ciri khusus yaitu tanaman dapat tumbuh
mencapai ketinggian 8,5 cm, cabang yang berdiri memiliki bentuk daun seperti
anggur, warna thallus hijau, bentuknya tubular, dan terdapat bintil-bintil kecil,
hidup sebagai bentos (melekat pada batu) pada perairan dangkal (Sudrajat, 2008).
Caulerpa remosa adalah salah satu rumput laut hijau yang tumbuh secara
alami di perairan Indonesia. Caulerpa racemosa ditemukan tumbuh pada substrat
koral

atau

pada

racemosa bersifat edibleatau

substrat
dapat

pasir-pecahan
dikonsumsi

oleh

karang. Caulerpa
manusia.

Di

Indonesia Caulerpa racemosa telah dimanfaatkan sebagai sayuran segar atau


lalap, namun konsumennya masih terbatas pada keluarga nelayan atau masyarakat
pesisir (Sudrajat, 2008).
Caulerpa racemosa tumbuh bergerombol atau berumpun oleh karena itu
sering disebut sebagai anggur laut. Keberadaannya dapat dijumpai di paparan
terumbu karang dengan kedalaman hingga 200 m. Sebagai fitobentik, tumbuhan
ini hidup menancap atau menempel di substrat dasar perairan laut seperti karang
mati, fragmen karang, pasir dan lumpur. Pertumbuhannya bersifat epifitik atau
saprofitik dan kadang-kadang berasosiasi dengan tumbuhan laut (Kordi, 2007).
Selain berwarna hijau, ciri khas Caulerpa racemosa diantaranya
mempunyai thalus dengan stolon berukuran kurang lebih 5 cm, perakarannya
(holdfast) relatif besar dan meruncing seperti paku dengan panjang ramuli
mencapai 8 cm. Ramuli merupakan organ cabang atau percabangan dari stolon
sebagai organ utama, substansinya agak lunak dan terkesan kosong (gembos).
Ramuli ini berdiameter antara 2-4 mm. Ramuli timbul pada stolon yang bercabang

dan memiliki bulatan-bulatan dengan ujung yang rata dan bertangkai serta
tersusun di sekitar dan sepanjang ramuli. Pada masa reproduksi, Caulerpa
racemosa akan mengeluarkan substansi berwarna putih seperti susu, namun
kemudian akan mati dalam satu atau dua hari. Awalnya Caulerpa racemosa akan
kehilangan warnanya, kemudian hancur dan mengotori perairan. Speseis ini sering
ditemukan tumbuh pada berbagai substrat dengan sebarnya yang luas.

D. Sargassum polycystum
Sargassum

polycystum merupakan

salah

satu

contoh

alga

coklat

yang

mempunyai holdfast, stipesertablade. Tubuh Sargassum polycystum didominasi


oleh warna coklat dengan bentuk talus silindris. Tubuh utama bersifat diploid atau
merupakan sporofit, yang mana talusnya mempunyai cabang yang menyerupai
tumbuhan angiospermae. Rumput laut jenis ini memiliki penampakan bentuk
agak

gepeng,

licin

dan

batang

utama

agak

kasar. Sargassum

polycystum memiliki air badder yang berfungsi untuk mengapung jika terendam
air pada saat air di daerah intertidal pasang dan juga sebagai cadangan air saat
terhempas ke tepi pantai (Indriani, 1994).
Holdfast yang terdapat pada Sargassum polycystum keras dan kaku ketika
dipegang. Begitu juga tekstur pada stipenya. Akan tetapi, berbeda dengan
bladenya. Apabila dipegang akan terasa lebih lunak dan mudah untuk dipatahkan.
Habitat dari Sargassum polycystum berada di zona pasang surut karena
membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Pigmen fotosintesis yang
dimiliki oleh divisi Phaeophyta ini adalah klorofil a dan c. Dengan pigmen lain
yang dimilikinya adalah karoten serta xantofil. Cadangan makan pada Sargassum
polycystum berupa laminarin dan manihol. Sedangkan dinding sel pada spesies ini
adalah selulosa, pektin serta asam alginat. Menurut Dahuri (2003) Sargassum
polycystum bereproduksisecara vegetatif, sporik dan gametik.
Klasifikasi tumbuhan Sargassum polycystum adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Phaeophyta

Class

: Phaeophyceae

Ordo

: Fucales

Family

: Sargassaceae

Genus

: Sargassum

Species

: Sargassum polycystum

E. Udotea flabellum
Domain

: Eukaryota

Kingdom

: Plantae

Subkingdom : Viridaeplantae
Phylum

: Chlorophyta

Class

: Bryopsidophyceae

Order

: Bryopsidales

Family

: Udoteaceae

Genus

: Udotea

Spesies

: Udotea flabellum
Udotea flabellum adalah sala satu alga hijau yang termasuk dalam ordo

Bryopsidales dengan genus Udotea. Ganggang ini ditemukan di dasar perairan


laut dan menempel di dasar, Penampakan alga ini hampir mirip dengan Halimeda
hanya mempunyai thalli yang lebih tipis berbentuk lembaran dan tidak
membentuk segmen-segmen yang jelas. Bentuknya menyerupai kipas yang
berlipat-lipat berwarna hijau pada bagian permukaan.

Udotea flabellum merupakan golongan divisi Chlorophyta atau Alga hijau


yang merupakan kelompok terbesar dari vegetasi algae. Algae hijau berbeda
dengan devisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti tumbuhan
tingkat tnggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan
dibandingkan karoten dan xantofit (Suryaningrum, 2005).
Udotea

flabellum memiliki

beberapa

karakteristik

yaitu

talusnya

berbentuk kipas, sedang kalsifikasi, soliter dengan porsi melampirkan pendek


tebal memperluas segera menjadi pisau datar berbentuk tali, sering lobed, sangat
zonate, dibedakan ke dalam zona terang dan gelap, fleksibel, baik kalsifikasi,
melekat pada dasar melalui suatu memanjang , bulat, massa akar. Stipe silinder,
sekitar 3 cm, 4 mm diameter, melebar di atas dan sangat diperluas ke flabellum
luas. Para flabellum sekitar 10 cm, 15 cm luas, tidak teratur terbagi menjadi
beberapa segmen. Daun yang terdiri internal filamen pluriseriate, sangat tegas
koheren ke dalam korteks perusahaan. Pada filamen 25-45 pM diameter, padat
bercabang, dengan berbagai teratur ditempatkan pedicellate pelengkap lateral,
padat dan fasciculanya bercabang dan terminating di truncate atau apieces
dactyline. Blade sifon konstriksi atas dikotomi tidak ada atau sedikit jarang
simetris; pelengkap lateral yang tidak teratur spasi, panjang bertangkai, bercabang
dikotom, Apeks ramai, pendek, bulat.
Habitat dari makroalga hijau ini adalah di air laut, biasanya di zona pasang
surut yang berdasar pasir bercampur Lumpur. Sering tumbuh dibawah kanopi
padang lamun. Sebaran. Asli sebagai alge tropis. Banyak ditemukan di perairan
Kepulauan Nusantara. Tumbuh di daerah terumbu karang umumnya.
Cadangan makanan pada ganggang hijau berupa amilum, tersusun sebagai
rantai glukosa tidak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang yaitu
amilopektin seringkali amilum terbentuk dalam granula bersama dengan bahan
protein dalam plastida disebut pirenoid (Nybakken, 1992)
F. Sargassum duplicatum
Kingdom

: Plantae - Planta, plantes, plants, Vegetal

Division

: Phaeophyta - algues brunes, brown algae

Class

: Phaeophyceae

Order

: Fucales

Family

: Sargassaceae

Genus

: Sargassum C. Agardh

Species

:Sargassum duplicatum

Variety

:Sargassum duplicatum
Alga Sargassum merupakan salah satu marga Sargassum termasuk dalam

kelas Phaeophyceae. Ada 150 jenis Marga Sargassum yang dijumpai di daerah
perairan tropis, subtropis dan daerah bermusim dingin. Habitat alga Sargassum
tumbuh diperairan pada kedalaman 0,510 m, ada arus dan ombak. Pertumbuhan
alga ini sebagai makro alga bentik melekat pada substrat dasar perairan. Di daerah
tubir tumbuh membentuk rumpun besar, panjang thalli utama mencapai 0,5-3 m
dengan untaian cabang thalli terdapat kantong udara (bladder), selalu muncul di
permukaan air.
Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 15 jenis alga Sargassum dan
yang telah dikenal mencapai 12 jenis. Sedangkan di perairan Indo-Pasifik tercatat
58 jenis. Alga Sargassum tumbuh sepanjang tahun, alga ini bersifat perenial
atau setiap musim barat maupun timur dapat dijumpai di berbagai perairan.
Sargassum secara ekologis ikut andil dalam pembentukan ekosistem
terumbu karang dan merupakan tempat asuhan bagi biota kecil, termasuk untuk
perlindungan benih ikan dan benur udang serta sarang melekatnya telur cumicumi. Jenis Sargassum yang telah dipasarkan di daerah Jawa Barat dari jenis
Sargassum polycystum, Sargassum binderi dan Sargassum duplicatum. Marga
Sargassum mengandung bahan alginat dan iodin, bermanfaat sebagai bahan
industri makanan, farmasi, kosmetik dan tekstil (Indriani, 1994)
Di dunia Sargassum spp. ada sekitar 400 spesies, sedangkan di Indonesia
dikenal ada 12 jenis, yaitu : Sargassum duplicatum, S. hitrix, S. echinocarpum, S.
gracilinum, S. obtuspfolium, S. binderi, S. polyceystum, S. microphylum, S.
crassifolium, S. aquafolium, S. vulgare, dan S. polyceratium. Hormophysa di
Indonesia dijumpai satu jenis yaitu H. tricuetra dan Turbinaria spp. ada 4 jenis
yaitu T. conoides, T. conoides, T. ornata, T. murrayana dan T. deccurens.

Alga coklat Sargassum spp. termasuk tumbuhan kosmopolitan, tersebar


hampir diseluruh perairan Indonesia. Penyebaran Sargassum spp. di alam sangat
luas terutama di daerah rataan terumbu karang di semua wilayah perairan pantai.
Lingkungan tempat tumbuh alga Sargassum terutama di daerah perairan
yang jernih yang mempunyai substrat dasar batu karang, karang mati, batuan
vulkanik dan benda-benda yang bersifat massif yang berada di dasar perairan.
Alga Sargassum tumbuh dari daerah intertidal, subtidal sampai daerah tubir
dengan ombak besar dan arus deras. Kedalaman untuk pertumbuhan dari 0,510
m. Marga Sargassum termasuk dalam kelas Phaeophyceae tumbuh subur pada
daerah tropis, suhu perairan 27,25 29,30 oC dan salinitas 3233,5 %o.
Kebutuhan intensitas cahaya matahari marga Sargassum lebih tinggi dari pada
marga alga merah. Pertumbuhan Sargassum membutuhkan intensitas cahaya
matahari berkisar 65007500 lux. Alga Sargassum tumbuh berumpun dengan
untaian cabang-cabang. Panjang thalli utama mencapai 13 m dan tiap-tiap
percabangan terdapat gelembung udara berbentuk bulat yang disebut Bladder,
berguna untuk menopang cabang-cabang thalli terapung ke arah permukaan air
untuk mendapatkan intensitas cahaya matahari (Nybakken, 1992)

III. MATERI DAN METODE


3.1 Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Jumat, 11 November 2016
Waktu
: 13.00 - 15.00 WIB
Tempat: Laboratorium Biologi, Gedung H
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
3.2 Materi (Alat dan Bahan)
3.2.1 Alat
Nama Alat

Gambar

Fungsi

Mikroskop

Untuk mengamati sel


rumput laut/sampel

Kamera

Sebagai alat
dokumentasi

Alat Tulis

Untuk mencatat/
menggambar hasil
pengamatan

Cutter

Digunakan untuk
memotong rumput
laut secara melintang

HVS Laminating

Alas saat memotong


sampel

3.2.2 Bahan
Nama
Bahan/Sampel

Gambar

Fungsi

Sargassum

Sampel sel yang

polycystum

diamati

Sargassum

Sampel sel yang

duplicatum

diamati

Udotea flabellum

Sampel sel yang


diamati

Caulerpa serrulata

Sampel sel yang


diamati

Caulerpa racemosa

Sampel sel yang


diamati

Euchema cottoni

Sampel sel yang


diamati

3.3 Metode
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan praktikum
Dipotong sampel yang sudah disiapkan dengan menggunakan

cutter/pisau secara melintang (setipis mungkin)


Diletakkan sampel pada kaca preparat dan diberi dengan aquadest dan

ditutup dengan object glass


Diletakkan kaca preparat yang sudah berisi sampel di meja preparat

pada mikroskop
Diatur fokus, pencahayaan, perbesaran (menggunakan 4x10), tinggi

rendah meja preparat,dll


Dicatatat dan digambar hasil pengamatan sel rumput laut
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA

Aslan, Laode. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius . Yogyakarta


Dahuri, Rokhimin. 2003. Keanekargaman Hayati Laut. PT. Gramedia Pustaka
Jakarta
Nybakken. 1992. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. PT. Gramedia Pustaka .
Jakarta
Supriharyono. 2000. Pengelolaan ekosistem terumbu Karang. Djambatan . Jakarta
Soedarto. 1990. Budidaya Rumput laut. Djambatan . Jakarta
Nontji. 1993. Laut Nusantara. Djambatan . Jakarta
Rohmimotarto, Juwana. 1999. Biologi laut. PPP Ose-LIPI . Jakarta
Indriani, H., dan E. Sumiarsih. 1994. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran
Rumput Laut. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Kordi, K. M. G. H. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT
Rineka Cipta. Jakarta.
Radiarta, Prihadi, Saputra, Haryadi dan O. Johan. 2007. Penentuan Lokasi
Budidaya Rumput Laut (Euchema spp) Berdasarkan Parameter
Lingkungan di Perairan Kecamatan Moro, Provinsi Kepulauan Riau .
Jurnal Riset Akuakultur, 2(3) : 319-328.
Sudradjat, A. 2008. Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Suryaningrum. 2005. Studi Pembuatan Edible Film dari Karaginan. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia. 11(4) : 1-13.
Utojo. 2007. Pemilihan Lokasi Budidaya Ikan, Rumput Laut, dan Tiram Mutiara
yang Ramah Lingkungan. Jurnal Riset Akuakultur. 2(3) : 303-318.
Zatnika, A. 1993. Prospek Industri dan Proses Produksi Carrageenan. Majalah
Techner, No.10 Tahun II. Jakarta : 42-45

Anda mungkin juga menyukai