Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KAJIAN TEORI
1. Alga
Alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan thalus (uniseluler dan
multiseluler), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga
yang alat reproduksinya tersusun dari banyak sel.
Algae memiliki habitat mulai dari perairan, baik air tawar maupun air laut, sampai
dengan daratan yang lembab atau basah, Algae yang hidup di air ada yang bergerak
aktif ada yang tidak dengan pertumbuhan dan reproduksi yang dipengaruhi
kandungan nutrien dalam perairan. Kebutuhan kandungan dan jenis nutrien Algae
sangat tergantung pada kelas atau jenisnya pada habitat tersebut. Nutrien yang paling
penting untuk pertumbuhan Algae antara lain adalah nitrogen dan fosfor.
Alga prokariotik terbagi menjadi dua kelompok yaitu Cyanophyta dan
Prochlorophyta. Keduanya dibedakan atas dasar ada tidaknya pigmen fikobilin dan
klorofil b. Cyanophyta biasanya dikenal dengan nama alga biru, yang mencakup 160
marga dengan 150 spesies. Golongan makhluk hidup ini termasuk kosmopolit yang
merupakan wakil dari fotoautotrof sederhana.
Alga umumnya hidup terestrial didalam tanah, maupun lautan. Dalam lingkungan
akuatik, alga tumbuh sebagai bentos, perifiton atau fitoplankton. Alga yang melekat
pada permukaan batuan disebut litoftik, jika alga terdapat di dalam batuan disebut
epipelik. Perifiton adalah organisme yang melekat pada tumbuhtumbuhan. Perifiton
adalah epifit jika melekat pada permukaan tumbuhan akuatik dan endofitik jika hidup
di dalam tumbuhan yang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan alga :
a) Suhu
Perubahan suhu yang ekstrim akan mengakibatkan kematian bagi makroalga,
terganggunya tahap-tahap reproduksi dan terhambatnya pertumbuhan.
Selanjutnya secara fisiologis, suhu rendah mengakibatkan aktifitas biokimia
dalam tubuh thalus berhenti, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan rusaknya enzim dan hancurnya mekanisme biokimiawi dalam
thalus makroalga. Beberapa jenis alga memiliki suhu optimum yang lebih tinggi
atau lebih rendah dari kisaran tersebut.
b) Derajat Keasaman
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH
netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH
yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7
sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa
akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan
gangguan metabolisme dan respirasi. Derajat keasaman (pH) mempengaruhi
pertumbuhan alga. Pertumbuhan makroalga dapat berlangsung terusmenerus
pada kisaran pH 7-8, kuat arus ideal untuk pertumbuhan makroalga adalah 20-
40, dan pada kedalaman air 30-90 cm makroalga masih dapat hidup, karena sinar
matahari masih dapat menembus sampai dasar perairan sehingga makroalga
dapat melakukan fotosintesis.
c) Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan faktor yang paling penting bagi organisme air. Semua
tumbuhan dan hewan yang hidup dalam air membutuhkan oksigen yang terlarut.
Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara dan hasil fotosintesis
tumbuhtumbuhan yang ada dalam air. Oksigen yang berasal dari hasil
fotosintesis tergantung pada kerapatan tumbuh-tumbuhan air dan lama serta
intensitas cahaya sampai ke badan air tersebut
a. Alga Biru
Ganggang hijau-biru (cyanobacteria) atau dikenal juga dengan istilah
Cyanophyta merupakan filum bakteria yang mendapatkan energi melalui proses
fotosintesis. Ganggang hijau-biru memanen cahaya sebagai sumber energi
menggunakan klorofil, energi yang didapatkan kemudian akan ditransfer ke
pusat reaksi fotosintesis. Organisme fototrof aerobik seperti ganggang hijau-biru
utamanya menyerap energi matahari pada area sinar tampak (400 – 700 nm).
Ganggang hijau-biru bisa berbentuk sel tunggal atau koloni. Koloni ganggang
hijau-biru dapat membentuk filamen ataupun lembaran. Beberapa koloni filamen
memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tiga tipe sel yang berbeda:
sel vegetatif adalah yang paling umum dijumpai, sel fotosintesis pada kondisi
lingkungan yang baik, dan tipe heterokista yang berdinding tebal yang
mengandung enzim nitrogenase pada kondisi lingkungan.
Cyanobacteria atau ganggang hijau-biru adalah filum (atau divisi) bakteri
yang mendapat energi melalui fotosintesis. Jejak fosil ganggang hijau-biru telah
ditemukan sejak 3,8 miliar tahun lalu dan merupakan salah satu kelompok
bakteri terbesar dan terpenting di bumi. Ganggang hijau-biru dapat ditemukan di
hampir semua habitat yang bisa dibayangkan, dari samudera ke air tawar bahkan
sampai ke batu dan tanah. Kebanyakan ganggang hijau-biru ditemukan di air
tawar, sedangkan beberapa spesies ditemukan tinggal di lautan, terdapat di tanah
lembab, atau bahkan kadang-kadang melembabkan batuan di gurun. Beberapa
ganggang hijau-biru bersimbiosis dengan lumut kerak, tumbuhan, berbagai jenis
protista dan menyediakan energi bagi inangnya.
Ganggang hijau-biru yang berasal dari kelas Myxophyceae adalah
mikroorganisme primitif dan dikelompokkan dalam prokariota. Sel-sel ganggang
ini tidak memiliki inti yang terbagi dengan baik dan pembelahan sel yang terjadi
adalah pembelahan biner sederhana. Organisme ini memiliki warna hijau-biru,
dengan pigmen utamanya dapat berupa hijau klorofil a, karoten, xanthofil, c-
phycocyanin dan c-phycoerythryn. Produk dari aktivitas fotosintetisnya adalah
glikogen. Setiap individu sel umumnya memiliki dinding sel yang tebal dan
lentur, serta bersifat Gram negatif. Ganggang hijau-biru tidak memiliki flagela.
Mereka bergerak dengan meluncur sepanjang permukaan. Ganggang hijau-biru
secara tradisional diklasifikasikan menjadi lima kelompok, berdasar struktur
tubuhnya yaitu: Chroococcales, Pleurocapsales, Oscillatoriales, Nostocales dan
Stigonematales. Ganggang hijau-biru adalah satu-satunya kelompok organisme
yang mampu mereduksi nitrogen dan karbon dalam kondisi tidak ada oksigen
(anaerob). Mereka melakukannya dengan mengoksidasi belerang (sulfur)
sebagai pengganti oksigen. Beberapa spesies ganggang hijau-biru memproduksi
neurotoksin, hepatotoksin, sitotoksin, dan endotoksin, membuat mereka
berbahaya bagi hewan dan manusia.
Oscillatoria Anabaena

chroococcus sp

b. Alga Hijau
Alga hijau (Chlorophyceae) Ganggang hijau atau Chlorophyta sesuai dengan
namanya, kelompok dari alga ini berwarna hijau berasal dari pigmen pada kloroplas.
Kloroplas mengandung pigmen yang digunakan untuk fotosintesis, yaitu klorofil-a dan
klorofil-b serta berbagai karotinoid. Alga hijau menghasilkan dinding sel yang
sebagian besar terdiri dari karbonhidrat yang berselulosa. Kelompok alga ini memiliki
bentuk yang sangat beranekaragam, tetapi bentuk yang umum dijumpai adalah seperti
benang (filamen) dengan atau tanpa sekat dan berbentuk lembaran.
Chlorophyta merupakan divisi terbesar dari semua divisi alga, sekitar 6500 jenis
anggota divisi ini telah berhasil diidentifikasi. Divisi Cholorophyta tersebar luas dan
menempati beragam substrat seperti tanah yang lembab, batang pohon, batuan basah,
danau, laut hingga batuan bersalju. Sebagian besar (90%) hidup di air tawar dan
umumnya merupakan penyusun komunitas plankton. Sebagian kecil hidup sebagai
makro alga di air laut. Indonesia tercatat sedikitnya 12 marga alga hijau, yang banyak
di antaranya sering dijumpai di perairan pantai. Berikut ini adalah marga-marga alga
hijau tersebut.
a. Caulerpa yang dikenal beberapa penduduk pulau sebagai anggur laut terdiri sari
15 jenis dan lima varietas.
b. Ulva mempunyai Talus berbentuk lembaran tipis seperti sla, oleh karenanya
dinamakan sla laut. Ada tiga jenis yang tercatat, salah satu diantaranya Ulva
reticulata. Alga ini biasanya melekat dengan menggunakan alat pelekat
berbentuk cakram pada batu atau pada substrat lain. Daunnya tipis dan lebar 0,1
mm tebalnya, bentuk dan ukurannya tidak teratur. Daun yang lebar dapat
mencapai ukuran 400 cm².
c. Valonia (V.ventricosa) mempunyai talus yang membentuk gelembung berisi
cairan verwarna ungu atau hijau menhkilat, menempel pada karang mati atau
batu karang. Alga ini berbenang hijau bercabang dan beruas, garis tengahnya 18
kira-kira 1 mm, tumbuh ke aras membentuk sebuah talus yang permukaan
atasnya berbentuk kubah.
d. Dictyosphaera (D.cavernosa) dan jenis-jenis marga ini di Nusa Tenggara Barat
dinamakan bulung dan dimanfaatkan untuk sayuran.
e. Halimeda terdiri dari 18 jenis, marga alga ini berkapur dan menjadi salah satu
penyumbang endapan kapur dilaut. Halimeda tuna terdiri dari rantai bercabang
dari potongan tipis berbentuk kipas.
f. Chaetomorpha mempunyai talus atau daunnya berbentuk benang yang
menggumpal. Jenis yang diketahui adalah C.crassa yang sering menjadi gulma
bagi budidaya rumput laut.
g. Codium hidup menempel pada batu atau batuan karang.
h. Marga Udotea tercatat dua jenis dan banyak terdapat di perairan Sulawesi,
seperti di Kepulauan Spermonde dan Selat Makasar. Alga ini tumbuh di dasar
pasir dan terumbu karang.
i. Tydemania (T.expeditionis) tumbuh di paparan terumbu karang yang dangkal
dan di daerah tubir pada kejelukan 5-30 m di perairan jernih.
j. Bernetella (B.nitida) menempel pada karang mati dan pecahan karang di paparan
terumbu.
k. Burgensia (B.forbesii) mempunyai talus berbentuk kantung silendrik berisi
cairan warna hijau tua atau hijau kekuning-kuningan, menempel di batu karang
atau pada tumbuh-tumbuhan lain.
l. Neomeris (N.annulata), tumbuh menempel pada substrat dari karang mati di
dasar laut. N.annulata hidup didaerah pasut di seluruh perairan Indonesia.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Alga Biru Sungai Pabrik Gula Sidoarjo
No. Gambar Keterangan
1. Chamaesiphon
Perbesaran 400x

2. Perbesaran 400x

3. Perbesaran 400x
4. Perbesaran 100x

5. Perbesaran 100x

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Alga Biru Sungai Kuwung Sidoarjo


No. Gambar Keterangan
1. Chamaesiphon
Perbesaran 400x

2. Perbesaran 100x
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Alga Hijau Sungai Pabrik Gula Sidoarjo
No. Gambar Keterangan
1. Perbesaran 100x

2. Perbesaran 100x

3. Perbesaran 100x

4. Perbesaran 100x
5. Perbesaran 100x

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Alga Hijau Sungai Kuwung Sidoarjo


No. Gambar Keterangan
1. Cladophora
Perbesaran 400x

2. Perbesaran 100x

3. Perbesaran 100x
4. Perbesaran 100x

5. Perbesaran 100x

6. Perbesaran 100x

7. Perbesaran 100x
8. Perbesaran 100x

B. Analisis
Pengamatan “Alga Prokariotik” menggunakan air dari Sungai Kuwung Sidoarjo
dan air Sungai Pabrik Gula Sidoarjo. Pada pengamatan yang dilakukan pada air
yang berasal dari sungai pabrik gula Sidoarjo terdapat lima jenis alga biru. Pada
pengamatan terdapat alga Chamaesiphon yang diamati menggunakan mikroskop
dengan perbesaran 400 kali. Selain itu, pada air sungai pabrik gula Sidoarjo ini
juga terdapat jenis alga biru yang belum teridentifikasi namanya dan diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 kali dan 100 kali. Hasil
pengamatan alga biru pada tetesan air sungai dari sungai kuwung Sidoarjo hanya
menghasilkan dua alga biru. Alga biru yang pertama yaitu Chamaesiphon yang
diamati menggunakan perbesaran mikroskop 400 kali. Alga biru yang kedua
yaitu jenis alga biru yang belum teridentifikasi namanya yang dilihat dari
perbesaran mikroskop sebesar 100 kali.
Pada pengamatan alga hijau yang airnya diambil dari sungai pabrik gula
Sidoarjo ditemukan 5 jenis alga hijau yang belum teridentifikasi namanya,
seluruh alga hijau pada air dari sungai pabrik gula Sidoarjo ini diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 kali. Pengamatan alga hijau
dari air sungai kuwun Sidoarjo mendapatkan lima jenis alga hijau. Alga hijau
yang pertama yaitu Cladophora yang diamati dengan mikroskop dengan
perbesaran 400 kali. Untuk keempat jenis lainnya ini belum teridentifikasi
namanya dan diamati dengan menggunakan perbesaran 100 kali.
C. Pembahasan
 Alga adalah organisme holoplankton yang hidup bebas terapung dalam air
dan selama hidupnya merupakan plankton. Alga memiliki pigmen hijau daun
yang disebut klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Selain itu juga
memiliki pigmen-pigmen tambahan lain yang dominan. Dalam perairan alga
merupakan penyusun fitoplankton yang hidup melayang-layang di dalam air,
tetapi juga dapat hidup melekat di dasar perairan. Alga dapat ditemukan
diseluruh air mulai dari permukaan sampai pada kedalaman, dimana intensitas
cahaya matahari masih memungkinkan untuk digunakan dalam proses
fotosintesis. Hasil fotosintesis alga merupakan mata rantai yang sangat penting
bagi zooplankton.
Alga prokariotik terbagi menjadi dua kelompok yaitu Cyanophyta dan
Chlorophyta.
Cyanophyta memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun
mampu melakukan fotosisntesis langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya,
alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan monera. Akan tetapi, dalam
perkembangannya diketahui bahwa alga ini lebih banyak memiliki karakteristik
bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok Eubacteria. Pigmen dari alga
kelompok ini terdapat di dalam tilakoid, tidak membentuk platida. Pigmen –
pigmen yang terkandung dalam kelompok alga tersebut meliputi klorofil a
(hijau), karoten (jingga), fikosianin (biru), dan fikoeretrin (merah). Cadangan
makanannya berupa polyglucan dan butir – butir cyanophycin. Dinding sel
tersusun oleh alanin, glukosamin, asam muramik, asam glutamat, dan asam
diaminopimelat. Dinding sel bagian luar seringkali dikelilingi selaput bergelatin.
Cyanophyta terdiri atas spesies yang uniseluler, koloni, atau filamen. Pada alga
uniseluler, reproduksi dilakukan dengan pembelahan sel. Alga berbentuk
filamen (berbentuk seperti benang) tersusun atas atau beberapa deret sel yang
disebut trichoma, dan memperbanyak diri dengan fragmentasi (potongan filamen
yang terpisah dari induknya dan tumbuh menjadi individu baru). Bagian
fragmen dari trichoma (potongan filamen) itu disebut hormogonia dan bersifat
motil.
Chlorophyta atau alga hijau adalah alga yang memiliki pigmen klorofil
dengan jumlah terbanyak sehingga ganggang ini berwarna hijau. Pigmen yang
dimiliki oleh alga hijau ini yaitu Karoten dan Xantofil. Klorofil dalam pigmen
lain terdapat dalam kloroplas yang bentuknya bermacam-macam seperti gelang,
pita spiral, jala, dan bintang.
Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
keanekaragaman alga biru pada sungai kuwung Sidoarjo sangatlah sedikit.
Sedangkan alga biru yang didapatkan dari sungai pabrik gula Sidoarjo banyak
dan telah mencapai target. Sedangkan pengamatan pada alga hijau sendiri
mendapatkan hasil yang sesuai target.
Keberagaman alga yang ditemukan ini terjadi karena beberapa faktor. Seperti
halnya yang sudah dijelaskan pada kajian teori diatas bahwa yang
mempengaruhi keanekaragaman makhluk hidup yaitu :
a) Suhu
Menurut (Chapman, 1997 dalam Palalo, 2013, h.24), perubahan suhu yang
ekstrim akan mengakibatkan kematian bagi makroalga, terganggunya tahap-
tahap reproduksi dan terhambatnya pertumbuhan.
b) Derajat Keasaman
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH
netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH
yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7
sampai 8,5.
c) Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan faktor yang paling penting bagi organisme air. Semua
tumbuhan dan hewan yang hidup dalam air membutuhkan oksigen yang terlarut.
Lingkungan yang tercermar pada air sungai kuwung seperti sampah yang
dibuang ke dalam aliran sungai akan mengkomsumsi oksigen yang tersedia di
dalam air sehingga beberapa jenis organisme tidak mampu bertahan dan
kemudian mati sehingga akhirnya hanya ada beberapa jenis organisme saja yang
mampu bertahan hidup dalam kondisi tersebut. Proses di atas yang disebut
dengan pencemaran.
Selain beberapa faktor di atas, waktu pengambilan air juga menjadi faktor
yang sangat berpengaruh terhadap keberagaman makhluk mikroskopis di
dalamnya. Faktor tersebut yaitu kondisi air dan waktu pengambilan air. Air dari
sungai kuwung diambil pada pagi hari sedangkan air pada pabrik gula juga
diambil pada pagi hari. Air sungai kuwung sendiri adalah sungai yang tergenang
dan dipenuhi dengan sampah sehingga membuat hanya beberapa alga yang dapat
bertahan hidup dalam air sungai tersebut. Sedangkan air pada pabrik gula sendiri
dia meskipun berasal dari limbah pabrik, air pada sanitasi limbah tersebut
mengalir. Air pada pabrik gula tersebut tidak menggenang jadi banyak makhluk
mikroskopik yang bertahan disana. Selain itu, meskipun air pabrik gula bersala
dari limbah tetapi air tersebut tidak mengandun banyak sampah. Jadi oksigen
dalam air tersebut tercukupi bagi makhluk mikroskopik di dalamnya untuk
bertahan hidup.

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan
berupa :
Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman alga yaitu :
 Tempat pengambilan air berpengaruh dengan keberagaman alga yang
ditemukan.
 Waktu yang bagus untuk mengambil air tersebut adalah pada saat pagi
hari.
 Kondisi air tergenang atau mengalir
 Tingkat pH air, suhu air dan derajat keasaman

Saran
Saran yang dapat saya sampaikan terkait dengan praktikum ini yaitu dibutuhkan
ketelitian dalam mengamati dan mengidentifikasi objek yang sedang diamati
menggunakan mikroskop, maka sangatlah disarankan untuk memaksimalkan
ketelitian dalam melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Blatchley, W.S. 2012. Prostist. Indianapolis: The Nature Publishing Co.


Campbell, Neil A, J.B Reece dan L.G Mitchell. 2003. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kirby, W.F.2010. Marine of Allgae. London : British Museum.
Michael J. Pelczar, dkk. 2010.Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarata : Univ. Indonesia.
Smith GM. 1950.The Fresh Water Algae of The United State II. New York:Mc. Graw
Hill Book Co.
Smith GM. 1955. Algae and Fungi Vol I. New York:Mc. Graw Hill Book Co.
Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: UIN Malang.
Tjitrosoepomo, G. 2003. Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pteridophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tubalawony, S. 2007. Kajian klorofil-a dan Nutrien serta Interelasinya dengan
Dinamika Massa Air di Perairan Barat Sumatera dan Selatan Jawa – Sumbawa.
Sekolah pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai