Tugas 1 Makalah Diversifikasi Dan Pengembangan Produk Perikanan
Tugas 1 Makalah Diversifikasi Dan Pengembangan Produk Perikanan
DISUSUN OLEH :
NAMA : NURFAIZZAH
NIM : 20.4.01.128
PRODI : TPPP/II
POLITEKNIK KP BITUNG
2021
1. Jenis-jenis Rumput Laut
a. Eucheuma Cottonii
b. Sargassum
c. Gracilaria sp.
d. Caulerpa sp.
Rumput laut memiliki banyak kandungan nutrisi dan gizi yang dapat bermanfaat
untuk kesehatan ketika dikonsumsi, seperti serat, mineral, dan vitamin. Bukan hanya
lezat, mengonsumsi rumput laut dapat memberikan manfaat untuk kesehatan, di
antaranya:
a. Memperlambat Pertumbuhan Sel Kanker
Manfaat rumput laut yang pertama adalah memperlambat pertumbuhan sel
kanker. Dari hasil penelitian yang dilakukan, rumput laut memiliki kandungan baik
untuk mencegah pertumbuhan sel kanker dalam tubuh. Bukan itu saja, rumput laut
juga dinilai efektif dalam mengatasi tumor ganas dan leukemia. Rumput laut juga
cukup efektif untuk mengatasi penyakit kanker payudara.
b. Mempercepat Proses Penyembuhan Luka
Menjaga asupan air dalam tubuh menjadi manfaat rumput laut selanjutnya.
Budidaya rumput laut yang dilakukan pada perairan laut membuat kandungan garam
pada tanaman tersebut cukup tinggi. Kandungan garam yang terdapat pada rumput
laut dapat membantu menjaga asupan air dalam tubuh. Hal tersebut dapat mencegah
kamu dehidrasi. Namun, jangan lupa untuk tetap rutin mengonsumsi air putih
secukupnya setiap hari, ya.
Salah satu kandungan yang cukup tinggi pada rumput laut adalah serat. Jika
kandungan serat dalam tubuh terpenuhi dengan baik, kamu akan terhindar dari
gangguan kesehatan pencernaan, seperti sembelit atau konstipasi. Meski sehat, jangan
dikonsumsi terlalu banyak, karena dapat memicu terjadinya diare.
e. Membantu Menurunkan Berat Badan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, mengonsumsi rumput laut secara rutin
dapat membantu menurunkan menurunkan berat badan. Hal tersebut terjadi karena
kandungan serat yang cukup tinggi dalam rumput laut. Serat dalam tubuh mampu
mempertahankan rasa kenyang, sehingga lapar dapat tertunda. Saat waktunya makan,
kamu tidak akan mengonsumsinya secara berlebihan.
Saat ini rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia
pada sektor kelautan dan perikanan. Menurut data dari Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) dan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah produksi rumput laut di
Indonesia tahun 2019 mencapai 9.746.946 ton. Sedangkan untuk ekspor rumput laut
Indonesia pada tahun 2018 sebesar 212 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 291,84
Juta. Sedangkan Tahun 2019 sebesar 209 ribu ton dengan nilai mencapai US$ 324, 85
juta. Rumput laut di Indonesia memang dikenal karena kualitasnya yang baik dan
diminati karena mengandung sumber keragian, agar-agar dan alginate yang cukup
tinggi sehingga cocok digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik, makanan,
pelembut rasa, pencegah kritalisasi es krim dan obat-obatan. Kualitas dari rumput laut
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam budidaya, iklim seperti sinar
matahari, arus tekanan dan kualitas air serta kadar garam sangat mempengaruhi
kualitas rumput laut. Sedangkan jenis rumput laut yang banyak dikembangkan di
Indonesia seperti Gracilaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea, Sargasum, dan
Tubrinaria. Berikut ini lima provinsi dengan jumlah produksi rumput laut terbanyak
di Indonesia, diposisi kelima adalah Provinsi Jawa Timur dengan produksi mencapai
686.203 ton. Posisi keempat adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan produksi
mencapai 896.760 ton dan ketiga adalah Provinsi Sulawesi Tengah dengan produksi
mencapai 932.686 ton.
Sementara diposisi kedua adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan produksi
mencapai 1.600.028 ton dan posisi pertama adalah Provinsi Sulawesi Selatan dengan
produksi mencapai 3.405.848 ton.
Rumput laut atau alga telah lama menjadi salah satu produk yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat dunia. Bangsa-bangsa di Asia Timur (Jepang dan China) dan Kekaisaran Romawi telah
menggunakan tumbuhan laut ini sebagai bahan pangan dan obat-obatan sejak ribuan tahun yang lalu.
Sementara di Britania Raya, rumput laut telah dikenal paling tidak sejak tahun 1200 M (Rose, 2016).
Di Indonesia sendiri, rumput laut telah lama dikonsumsi oleh masyarakat, terutama di daerah pesisir
(Waryono, 2001). Pada umumnya, pemanfaatan rumput laut pada masa itu adalah untuk dimakan atau
dikonsumsi langsung. Saat ini, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan
rumput laut sudah sangat beragam, baik itu untuk produk pangan maupun non pangan. Secara garis
besar, produk turunan rumput laut dapat dikelompokkan menjadi 5P, yaitu Pangan, Pakan, Pupuk,
Produk Kosmetik, dan Produk Farmasi (KKP, 2016). Sejumlah penelitian juga menyebutkan bahwa
rumput laut dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan bahan bakar
atau biofuel (Wiratmaja et al, 2011). Dengan begitu luasnya penggunaan rumput laut, tidak
mengherankan bila komoditas ini menjadi salah satu produk penting dalam perdagangan internasional.
Pada tahun 2016, sekitar 1 juta ton produk rumput laut diekspor dengan nilai lebih dari USD 4 milyar
atau dengan kurs Rp14.000/ USD, setara Rp. 56 triliun. Sementara itu, tercatat lebih dari 100 negara di
dunia menjadi pengimpor komoditas ini (FAO, 2018). Kondisi ini harus dimanfaatkan oleh Indonesia,
yang memiliki kondisi geografis yang menguntungkan untuk pertumbuhan rumput laut. Indonesia,
dengan 6.400.000 km2 luas lautan dan 110.000 km panjang garis pantai, serta didukung iklim tropis,
merupakan wilayah yang sesuai untuk pertumbuhan berbagai jenis rumput laut. Tercatat 555 jenis
rumput laut dari sekitar 8000 jenis yang ada di dunia, dapat tumbuh dengan baik di wilayah Indonesia
(Merdekawati & Susanto, 2009). Walaupun demikian, budidaya rumput laut di Indonesia ternyata baru
mulai dikembangkan sejak tahun 1967, dan mulai berkembang pada dasawarsa 1980-an (ARLI, 2019).
Saat ini, Indonesia telah menjadi salah satu produsen utama rumput laut dunia dengan produksi rumput
laut basah mencapai 11,6 juta ton pada tahun 2016 sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel 1 di
bawah ini. Produksi tersebut sebagian besar untuk jenis Euchema spp. dan Gracilaria spp. Sebagai
perbandingan, pada tahun 2016, produksi rumput laut dunia adalah sekitar 30 juta ton sehingga
Indonesia berkontribusi hampir 40% dari total produksi rumput laut dunia (FAO, 2018).vDalam
perdagangan internasional, data trademap menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu
pemain utama dengan volume ekspor pada tahun 2018 sebesar 213 ribu ton (peringkat 1 dengan
kontribusi 30% dari total ekspor dunia). Namun dari sisi nilai, Indonesia berada di peringkat 3 dengan
nilai USD 294 juta atau sekitar 12% dari total nilai ekspor dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa
ekspor Indonesia lebih banyak berupa bahan baku atau produk bernilai tambah rendah. Sebagai
perbandingan, China yang merupakan negara pengekspor tertinggi dengan nilai USD 594 juta, hanya
mengekspor 76 ribu ton rumput laut pada tahun 2018.