Anda di halaman 1dari 29

BUSINESS PLAN Proposal Analaisis Usaha PRODUKSI TEPUNG NATRIUM ALGINAT DARI RUMPUT LAUT COKLAT (Phaeophyceae)

Rumput Laut Coklat Sargassum filipendula

Disusun Oleh : Ir. Yunizal & Rudi Riyanto Call Number: 081318692556 (Rudi)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN MANFAAT RUMPUT LAUT COKLAT POTENSI BAHAN BAKU BUDIDAYA RUMPUT LAUT SARGASSUM SP PROSPEK PASAR PENANGANAN RUMPUT LAUT COKLAT DISKRIPSI HASIL RISET/TEKNOLOGI MUTU NATRIUM ALGINAT MANAJEMEN USAHA ANALISA USAHA PENGOLAHAN NATRIUM ALGINAT KESIMPULAN LAMPIRAN CONTOH-CONTOH GAMBAR ALAT DAN PERALATAN .

3 3 4 8 11 12 14 16 17 18 23 24

3
PENDAHULUAN Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor andalan dari sub sektor perikanan sebagai penghasil devisa negara. Sejumlah genus rumput laut yang telah mendapatkan pasaran dalam perdagangan internasional, yaitu Gracilaria, Gelidium, Gelidiella dan Gelidiopsis (rumput laut merah genus Rhodophyceae) sebagai bahan baku penghasil agar-agar (agrophytes); Eucheuma dan Hypnea (rumput laut merah genus Rhodophyceae) sebagai bahan baku penghasil karaginan (carrageenophytes); Sargassum dan Turbinaria (rumput laut coklat genus Phaeophyceae) sebagai bahan baku penghasil alginat (alginofit). Dalam dunia industri dan perdagangan, algin dikenal dalam bentuk asam alginat atau garam alginat. Asam alginat adalah suatu getah selaput (membran mucilage) yang disebut juga gummi alami, sedangkan alginat adalah bentuk garam dari asam alginat, yang hakekatnya merupakan suatu poliskarida, dan secara umum polisakarida yang terdapat pada rumput laut disebut phycocolloid. Polisakarida yang terpenting pada rumput laut coklat adalah asam alginat dan turunannya, fukoidan, funoran, dan laminaran yang merupakan komponen penyusun dinding sel seperti halnya selulosa dan pektin. Hingga saat ini, jenis rumput laut coklat tersebut belum diusahakan atau diolah untuk mendapatkan tepung Na-alginat yang sangat dibutuhkan dalam berbagai industri, sehingga persaingan pada industri ini belum ada. Oleh karena itu pendirian pabrik misinya adalah menghasilkan tepung Na-alginat dengan kualitas terbaik, menjaga kualitas tersebut dan meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan penghasilan petani rumput laut. Disamping itu tujuan dari pabrik ini adalah mengisi kebutuhan Na-alginat dalam negeri dan kelebihannya untuk ekspor dan memberikan jaminan pasar terhadap produksi rumput laut yang diusahakan oleh petani rumput laut. Penggunaan alginat yang terbesar adalah industri tekstil (50%), industri pangan (30%), industri kertas (6%), industri batang pengelas (5%), industri farmasi (5%) dan yang lain-lain (4%). MANFAAT RUMPUT LAUT COKLAT Berbagai jenis rumput laut coklat sudah lama dimanfaatkan sebagai obat dan makanan. Pemanfaatan dalam bahan makanan (sayuran, lalapan, dll) sangat baik sekali bagi kesehatan karena rumput laut coklat mengandung zat besi, iodium, dan mineral-mineral lainnya. Selain itu rumput laut coklat berkasiat untuk anti tumor, anti bakteri, anti tekanan

4
darah tinggi, mengatasi gangguan kelenjar, penyakit goiter (gondok) dan penyakit jantung. Salah satu dari rumput laut coklat jenis Sargassum yang potensial untuk bahan makanan dan obat-obatan adalah Sargassum polycystum karena mengandung iodium, protein, vitamin C dan mineral seperti Ca, K, Mg, Na, Fe, Cu, Zn, S, P dan Mn, obat gondok dan kelenjar lainnya, antibakteri, antitumor, sumber alginat, tannin, fenol dan auxin, serta zat yang merangsang pertumbuhan dan zat yang dapat mengontrol polusi logam berat. Algae-coklat umumnya menghasilkan senyawa komplek diterpenoid dan senyawa campuran terpenoidaromatik, yang mempunyai aktivitas biologi sebagai antibiotik. Dalam bidang peternakan, rumput laut coklat dimanfaatkan sebagai makanan ternak yang menghasilkan tekstur daging lebih baik dibandingkan dengan yang tidak menggunakan rumput laut coklat. Dalam bidang pertanian, dan tanaman hortikultura rumput laut coklat dalam bentuk ekstrak cair dapat digunakan sebagai pupuk tanaman sehingga mempunyai nilai ekonomis. POTENSI BAHAN BAKU Di perairan Indonesia terdapat 28 spesies rumput laut coklat yang berasal dari enam genus yaitu Dictyota, Padina, Hormophysa, Sargassum, Turbinaria dan Hydroclathrus. Penyebaran dari rumput laut tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan kepada penyebaran rumput laut coklat tersebut di atas, ternyata rumput laut coklat terdapat dimana-mana seluruh pantai perairan Indonesia yang sampai sekarang sebagian besar belum dimanfaatkan dan banyak orang yang belum mengetahui bahwa rumput laut coklat tersebut mengandung alginat yang banyak diperlukan karena manfaatnya sangat luas dan kini sudah dapat diektraksi alginatnya. Rumput laut coklat yang tumbuh di perairan sub tropis yang utama adalah jenis-jenis Macrocystis, Laminaria, Aschophyllum, Nerocytis, Ekklonia, Fucus dan Sargassum, sedangkan rumput laut coklat yang tumbuh di perairan tropis termasuk di Indonesia terdapat jenis-jenis Sargassum, Turbinaria, Padina, Dictyota. Jenis rumput laut alginofit yang banyak diketemukan dan tersebar luas di Indonesia adalah Sargassum dan Turbinaria. Sayangnya, data kuantitatif tentang sumberdaya dan produksi jenis rumput laut ini belum diketahui. Disamping itu, apabila terdapat kekurangan bahan baku rumput laut coklat Sargassum sp. dapat dipenuhi oleh rumput laut coklat hasil budidaya yang teknik budidayanya telah dikuasai.

5
Tabel 1. Jenis Rumput Laut Coklat dan Penyebarannya Jenis Dyctyota apiculata Hydroclathrus clathrus Padina australis Penyebarannya Sulawesi Selatan dan Tenggara Kalimantan Selatan, Jawa Barat dan Timur. P. Timor, P. Sumbawa Kep. Riau, Lampung Selatan, Jawa bagian Selatan, P. Sumbawa, P. Ambon, Kep. Tanibar, Kep. Kai, Kep. Aru, P. Sumba, Sulawesi Selatan, dan Tenggara, P. Lombok, P. Flores Tersebar Tersebar Jawa bagian Selatan, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Kep. Aru, Kep. Kai, Kep. Tanibar Tersebar Tersebar

Sargassum aquilifolium Sargassum polycystum Sargassum siliquosum Turbinaria ornate Turbinaria conoides

Untuk memenuhi kebutuhan alginat dalam negeri, Indonesia setiap tahunnya mengimpor alginat dari negara-negara produsen, padahal bahan baku alginat tersebut banyak tumbuh di Indonesia. Sampai saat ini Indonesia masih mengimpor alginat dari beberapa negara seperti Perancis, Inggeris, RRC dan Jepang. Volume dan Nilai impor Alginat dari tahun 1990 1999, terdapat pada Tabel 2. Beberapa gambar dari rumput laut coklat yang telah dikumpulkan, dapat dilihat pada Gambar 1 s/d 6.

Gambar 1. Rumput Laut Coklat Jenis Sargassum crassifolium

Gambar 2. Rumput Laut Coklat Jenis Turbinaria conoides

Gambar 3. Rumput Laut Coklat Jenis Turninaria ornate

Gambar 4. Rumput Laut Coklat Jenis Sargassum polycystum

Gambar 5. Rumput Laut Coklat Jenis Sargassum filipendula

Gambar 6. Rumput Laut Coklat Jenis Homophyceae triquetra

8
BUDIDAYA RUMPUT LAUT SARGASSUM Rumput laut Sargassum merupakan tumbuhan kosmolitan yang banyak dijumpai tumbuh diperairan pantai dan karang. Sargassum adalah rumput laut alginofit yang dapat dijadikan sumber untuk industri alginat. Di pasar dunia rumput laut alginofit diperoleh dari kelp yang merupakan rumput laut dari daerah subtropis, perairan Indonesia hanya mempunyai alginofit dari rumput laut Sargassum dan Turbinaria. Pemanfaatan rumput laut Sargassum di Indonesia untuk pasar dunia masih belum berperan. Sargassum dari hasil panen alami baru dimulai pada tahun 1995 dari hasil panen di daerah pantai selatan Jawa dalam jumlah yang masih sangat sedikit. Tetapi karena keperluan dunia yang terus meningkat terhadap alginofit, peluang rumput laut alginofit Indonesia yaitu Sargassum spp. merupakan jenis yang ada di Indonesia mempunyai harapan untuk dikembangkan budidayanya. Penelitian budidaya rumput laut Sargassum masih sangat terbatas. Pada tahun 1998 penelitian pertumbuhan zygote sargassum dari hasil perkawinan di laboratorium dalam kondisi salinitas yang berbeda. Hasil menunjukkan bahwa alinitas 25% diatas atau dibawah dari salinitas normal air laut memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan zygote sargassum. Ini memberikan gambaran kemampuan dari zygote sargassum terhadap toleransi kisaran salinitas yang cukup besar. Percobaan pemeliharaan zygote beberapa jenis Sargassum yang ada di Indonesia telah dilakukan dari hasil perkawinan yang dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi menunjukkan kemungkinan untuk mengawali kemungkinan budidayanya di Indonesia. Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan teknik pemeliharaan benih srgassum untuk ditransplatasikan ke aeral pertumbuhan di pesisir atau perairan pantai seperti yang telah dilakukan di Jepang untuk rehabilitasi perairan pantai dengan menebar benih rumput laut Sargassum. Perkembangan budidaya Sargassum di Jepang ini setelah dapat diketahuinya pertumbuhan secara lengkap mulai dari zygote sampai ke tingkat dewasa di laboratorium untuk kemudian dikembangkan di perairan pantai. Budidaya rumput laut Sargassum sp. telah dilakukan menggunakan rakit. Rumput laut coklat dibudidayakan dengan 2 macam cara, yaitu rumput laut coklat utuh (panjang thallus 15 20 cm) dan rumput laut coklat yang telah dipotong-potong dengan ukuran panjang thallus 10 15 cm. Rumput laut coklat yang dibudidayakan dengan cara pertama dari berat 3.4 kg pada awal penanaman menjadi 13.6 kg setelah 3 bulan, sedangkan budidaya yang kedua berat rumput laut awal adalah 3.8 kg menjadi 8.5 kg setelah 3 bulan budidaya. Jadi teknik budidaya yang pertama lebih baik dibandingkan dengan teknik

9
budidaya yang ke dua. Kegiatan budidaya tersebut dapat dilihat pada beberapa gambar berikut (Gambar 7 s/d 10).

Gambar 7. Pembuatan Rakit Bambu

Gambar 8. Pemasangan Rakit Ke Dalam Air Laut

10

Gambar 9. Budidaya Rumput Laut coklat Sargassum sp

Gambar 10. Pemanenan Rumput Laut Coklat

11
PROSPEK PASAR NATRIUM ALGINAT Berkembangnya industri di berbagai negara terutama di negara maju, maka berkembang pula produksi berbagai produk yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern baik untuk kebutuhan pangan, obat-obatan, bahan kosmetika, tekstil dan sebagainya. Salah satu bahan yang sangat diperlukan adalah produk pikokoloid yang umumnya dihasilkan dari rumput laut. Bahan pikokoloid yang sangat diperlukan di beberapa industri tersebut adalah alginat. Kebutuhan alginat untuk industri tekstil di kawasan Asia Pasifik dewasa ini mencapai 8.000 10.000 ton, sedangkan kebutuhan alginat di negara maju sebesar 15.000 ton yang sebagian besar di impor. Produsen alginat dewasa ini terpusat di beberapa negara saja, diantaranya adalah Cina, Korea, Jepang, Norwegia dan Perancis. Tabel 2. Volume dan Nilai Impor Alginat, Tahun 1990 1999 Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 Volume (kg) 406.393 342.668 135.031 272.456 285.394 495.580 557.658 614.944 22.216 599.003 Nilai (US$) 3.795.543 3.304.950 1.475.946 2.889.119 2.889.590 4.711.370 3.782.948 5.555.455 459.961 2.773.517

Natrium alginat yang diperdagangkan biasanya dalam bentuk bubuk yang dipak dalam suatu wadah yang baik. Konsumen dari Natrium alginat ini sangat luas sekali sesuai dengan pemanfaatannya seperti terdapat pada keterangan berikut : Pemanfaatan alginat yang diekstrak dari rumput laut coklat pemakaiannya dalam industri sangat luas, diantaranya dalam industri farmasi (desintegrasi tablet, pengemulsi, penstabil suspensi, menurunkan gula darah dan kolesterol); kesehatan (cetak gigi, benang operasi, diatic food, sumber serat alami dan mereduksi efek radiasi alami, dan mereduksi efek radiasi); makanan (pudding, salad dressing, jelly dan permen); minuman (es krim, sirup, dan sari buah); kosmetik (masker dan hand body lotion); tekstil (pewarnaan yang halus dan baik serta daya ikat warna lebih kuat) dan kertas (penghalus permukaan kertas); keramik, vernis, fotografi, kulit buatan, insektisida, pestisida, pelindung kayu, pencegah api dan lain-lain. Dalam industri, Na-alginat digunakan sebagai : pembentuk gel (gelling agent), pengemulsi dan penstabil emulsi

12
(emulsifying dan stabilizing agent), pensuspensi (suspending agent), pengikat (binding agent), penghalus (finishing agent), pengeras kain (stiffening agent), pembentuk struktur (sizing agent), penjernih (clarifying agent) dan sebagainya.

PENANGANAN RUMPUT LAUT COKLAT SETELAH DIPANEN Sebelum dilakukan proses ekstraksi Na-alginat, rumput laut coklat yang telah dipanen, dilakukan pencucian dan perendaman, pengeringan/sortasi dan

pengemasan/penyimpanan. Secara garis besar keterangan dari masing-masing perlakuan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemanenan Sebagai bahan baku pengolahan, rumput laut harus dipanen pada umur yang tepat sesuai jenis dan lokasi pertumbuhannya, dimana kandungan pikokoloidnya (Na-alginat) terdapat dalam jumlah yang maksimal. Untuk jenis rumput laut Sargassum sp., pemanenan dilakukan setelah tanaman panjangnya antara 30 50 cm. Panjang tanaman yang kurang atau melebihi ukuran tersebut dapat juga digunakan, tetapi kadar alginatnya sudah berkurang. 2. Pencucian/Perendaman Rumput laut yang sudah selesai di panen, kemudian dilakukan pencucian dan perendaman dalam air tawar. Tujuan dari perlakukan ini adalah untuk memebersihkan rumput laut dari sisa-sisa karang, pasir, garam, tanah, jenis rumput laut lainnya. Untuk rumput laut jenis Sargassum sp. setelah pemanenan, rumput laut tersebut direndam lebih dahulu dalam larutan KOH 0.1% selama 1 jam. Setelah itu rumput laut kembali dicuci dengan air tawar hingga bersih dan bebas dari sisa larutan alkali. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan rumput laut yang bersih dengan kadar air cukup rendah sehingga dapat mencegah terjadinya degradasi kimia dan biologi serta dapat meningkatkan rendemen alginat yang dihasilkan. 3. Pengeringan/Sortasi Rumput laut dijemur matahari di atas para-para (agar tidak tercampur pasir atau tanah) di tempat terbuka, jauh dari pemukiman dan tidak jauh dari pantai sehingga mendapatkan sinar matahari yang maksimal. Penjemuran dilakukan selama 2 3 hari dan harus dihindarkan dari pengaruh hujan dan embun.

13
Rumput laut yang sudah kering ditandai dengan keluarnya kristal garam pada permukaan rumput laut. Pengeringan yang tidak sempurna menyebabkan terjadinya fermentasi dan bau busuk, terutama selama penyimpanan sehingga menyebabkan mutu hasil ekstraksi rumput laut seperti rendemen dan kekuatan gel menjadi rendah 4. Pengemasan/Penyimpanan Rumput laut kering yang diperoleh selanjutnya dikemas (karung, plastik, goni atau kotoran yang bersih dan tidak tercemar bahan kimia yang membahayakan kesehatan) sepadat mungkin (dengan cara diinjak-injak atau dengan alat pengepres hidraulik) dengan berat kemasan diberi label sesuai dengan jenis rumput laut yang dikemas. Rumput laut yang telah dikemas ini selanjutnya disimpan dalam gudang yang bersih, kering, tidak lembab, tidak bocor dan di atas permukaan lantai serta permukaan dinding sebaiknya diberi anyaman bambu/kayu penyekat. Kegiatan pada waktu panen rumput laut coklat yang pernah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 11 s/d 12.

Gambar 11. . Hasil Panen Rumput Laut Coklat Sargassum sp

14

Gambar 12. Teknik Pengeringan Rumput Laut Coklat Sargassum sp

DISKRIPSI HASIL RISET / TEKNOLOGI Teknologi Proses Produksi Alginat pertama kali diekstrak dari rumput laut coklat jenis Laminaria oleh seorang ahli kimia Inggeris E.C.C. Standford pada tahun 1883. Kemudian ekstraksi alginat menurut metode Standford ini berkembang menjadi proses ekstraksi alginat lain dengan tujuan untuk memperbaiki mutu alginat yang dihasilkan. Di Amerika terdapat dua proses ekstraksi alginat yang telah diberi hak paten. Pertama adalah proses dingin Green (Greens Cold Process) dan ke dua adalah proses Le Gloahec-Herter. Proses Standford dan proses Green telah dimodifikasi dan diterapkan pada produksi alginat di Jepang. Di Taiwan, proses Le GloahecHerter dipadukan dengan proses Green, kemudian dikembangkan untuk studi kelayakan industri alginat. Sebelum dilakukan proses ekstraksi alginat, rumput laut coklat yang telah dikeringkan mengalami suatu perlakuan pendahuluan (praperlakuan) yang sangat penting karena tahapan ini akan turut menentukan mutu dari Na-alginat yang dihasilkan. Praperlakuan tersebut adalah perendaman rumput laut coklat dalam air, dilanjutkan dalam larutan asam, atau larutan CaCl2 dan atau larutan formaldehid (CHOH). Produk alginat yang dihasilkan umumnya dijadikan bentuk garam alginat yang dapat larut dalam air, seperti natrium alginat, kalium alginat dan ammonium alginat. Berdasarkan kepada ketentuan-ketentuan proses ekstraksi Na-alginat tersebut, Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan telah melakukan

15
penelitian yang lama dan akhirnya diperoleh prosedur ekstraksi Na-alginat yang mudah dikerjakan, efisien dan dapat ditingkatkan produksinya menggunakan rumput laut dalam jumlah yang banyak asalkan tersedia alat dan peralatan yang dibutuhkan. Proses ekstraksi yang digunakan adalah sebagai berikut : Produk Na-alginat Yang Dihasilkan Produk Na-alginat yang dihasilkan berdasarkan Skema Pengolahan Na-alginat Dari Rumput Laut Coklat seperti ditulis di atas, yang dilakukan berulang-ulang menghasilkan mutu fisiko-kimianya sebagai berikut : rendemen Na-alginat rata-rata adalah 31.32%, kadar air 14.45%, kadar abu 20.12%, viskositas rata-rata adalah 659.50 cps. Hasil analisis Naalginat memenuhi persyaratan mutu food grade, Pharmaeutical grade, Industrial grade Produk tepung Na-alginat yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 14.

RUMPUT LAUT COKLAT KERING | Pemotongan | Pencucian | Perendaman Dalam Alkali | Pencucian | Perebusan | Pengenceran | Penyaringan | Pemutihan | Penggumpalan Asam Alginat | Pencucian dan Penyaringan | Penggumpalan Natrium Alginat | Penyaringan | Pengeringan | Penepungan |

16
TEPUNG NATRIUM ALGINAT | Pengepakan Gambar 13. . Skema Alir Ekstraksi Na-alginat Dari Rumput Laut Coklat

Gambar 14. Tepung Natrium Alginat Murni MUTU NATRIUM ALGINAT Untuk menguji mutu Na-alginat yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan sifat-sifat fisik yang tercantum pada Tabel 3 dan fisiko-kimia dari beberapa standar mutu Na-alginat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 3. Kelarutan Senyawa Polisakarida Pada Berbagai Pelarut No 1 2 Polisakarida Karaginan Purcelleran Air Distilasi Sedikit larut (+) Agak banyak larut (++) Larut (+++) Tidak larut (-) Larutan Garam K Larut (+++) Larut (+++) Larutan Garam Na Tidak larut (-) Sedikit larut (+) Larutan Garam Ca Larut (+++) Agak banyak larut (++) Larut (+++) Larut (+++) Susu Larut (+++) Agak banyak larut (++) Larut (+++) Larut (+++)

3 4

Agar agar Alginat

Larut (+++) Tidak larut (-)

Larut (+++) Tidak larut (-)

17
Tabel 4. Standar Mutu Asam Alginat dan Natrium Alginat dan Propilen Glikol Alginat Menurut Food Chemical Codex (FCC) Asam alginat 91-104.5 <3 <4 <0.004 <10 <15 Propilen Glikol Alginat 16-20 <3 <10 0.004 <10 <20

No 1 2 3 4 5 6

Spesifikasi Kemurnian (%) Kadar As (ppm) Kadar abu (%) Kadar logam berat (%) Kadar Pb (ppm) Kadar susut pengeringan (%)

Na-alginat 90.8-106 <3 18-27 <0.004 <10 <15

Tabel 5. Standar Mutu Natrium Alginat Sebagai Food Grade No 1 2 3 4 5 6 7 Spesifikasi Kadar air (%) Kadar abu (%) Berat jenis (%) Warna Densitas kamba (kg/m3) Suhu pengabuan (oC) Panas pembakaran (kalori/gram) Kandungan 13 23 1.59 Gading 874 480 2.5

Disamping grade tersebut ada lagi yang disebut Industrial grade yang biasanya masih mengizinkan adanya beberapa bagian dari selulosa, dengan warna dari coklat sampai putih. Variasi pH algin 3.5 10 dengan viscositas (1% larutan air) 10 5000 cPs, kadar air 5 20% dengan ukuran partikel 10 200 standar mesh. MANAJEMEN USAHA

Dalam usaha ini dilakukan manajemen secara holistik, dimana dilakukan kerjasama dari hulu sampai hilir. Dari hulu dilakukan kerja sama dengan kelompok petani pembudidaya rumput laut, yaitu dilakukan pembelian dengan cara kontak kerja sama sehingga didapatkan kepastian jumlah dan mutu rumput laut yang sesuai kebutuhan industri (pabrik rumpur laut coklat). Khusus dalam pemasaran dalam negeri juga dilakukan kontrak dengan industri hilir yaitu industri Farmasi, Industri Kesehatan, Industri Makanan, Industri Minuman, Industri Kosmetik, Industri Tekstil, Industri Kertas, sehingga akan terjamin pasarnya. Sedangkan untuk pasar luar negeri dilakukan setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi dan harga lebih tinggi.

18

ANALISA USAHA PENGOLAHAN NATRIUM ALGINAT Analisa usaha pengolahan Natrium Alginat dapat dilihat dari 2 segi, yakni segi sosial dan segi komersial. Dilihat dari segi sosial, usaha pengolahan berhasil apabila usaha itu dapat menyediakan Na-alginat bagi konsumen dengan harga yang rendah. Akan tetapi dilihat dari segi komersial, maka usaha pengolahan Natrium Alginat itu berhasil apabila dapat memberi keuntungan bagi produsen (pengusaha). Pengolahan rumput laut coklat menjadi tepung Na-alginat merupakan suatu usaha peningkatan nilai tambah dari rumput laut coklat itu sendiri. Biasanya rumput laut diekspor atau dijual dalam negeri dalam bentuk rumput laut coklat yang sudah dikeringkan. Sampai saat sekarang rumput laut coklat ini belum ada harganya seperti rumput laut kering jenis lain. Apabila rumput laut coklat diekstrak untuk mendapatkan tepung Na-alginat, sudah barang tentu harganya cukup tinggi sehingga selisih harga juga cukup besar. Apabila teknologi ekstraksi alginat ini dapat dikembangkan di masyarakat terutama dipusat-pusat produksi rumput laut coklat, maka diharapkan ada beberapa dampak positif antara lain : (a). Meningkatkan pemanfaatan rumput laut coklat baik dari alam maupun dari budidaya (b). Meningkatkan pemanfaatan sumber daya rumput laut penghasil natrium alginat lebih optimal dan rasional. (c). Memperluas lapangan kerja (budidaya, agroindustri, pengolahan) yang berarti menyerap tenaga kerja. (d). Meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani/nelayan dan

kesejahteraannya. (e). Membantu memenuhi kebutuhan natrium alginat dalam negeri yang berarti mengurangi impor natrium alginat dan menghemat devisa.

Rencana produksi Na-alginat dapat diterangkan sebagai berikut : Setiap hari proses produksi Na-alginat dilakukan tiga kali. Tiap kali proses produksi menggunakan 3 unit alat pengolahan. Dan setiap unit proses produksi Na-alginat

19 digunakan 100 kg rumput laut coklat Sargassum sp yang sudah dikeringkan, sehingga kebutuhan rumput laut coklat kering adalah : a). 1 hari = 3 ulangan x 3 unit pengolahan x 100 kg rumput laut coklat kering = 900 kg b). 1 bulan = 30 hari x 900 kg = 27.000 kg c). 1 tahun = 12 x 27.000 kg = 324.000 kg 2. Pada ekstraksi Na-alginat diperoleh setiap 4 kg rumput laut coklat kering, menghasilkan 1 kg tepung Natrium alginat, sehingga produksi Na-alginat yang dihasilkan dari proses pengolahan yang telah ditetapkan di atas, adalah : a). 1 hari = 900 kg : 4 = 225 kg b). 1 bulan = 30 x 225 kg = 6.750 kg c). 1 tahun = 12 bulan x 6.750 kg = 81.000 kg 3. Hasil perhitungan di atas digunakan untuk menghitung kebutuhan alat pengolahan, bahan kimia, dll. serta keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu, untuk mencapai kedua tujuan di atas, kiranya perlu untuk menghitung kelayakan usaha pengolahan Natrium Alginat ini dengan menghitung besarnya Internal Rate Return (IRR), yaitu tingkat bunga yang menentukan titik impas dari usaha pengolahan Natrium Alginat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6, 7, 8, dan 9.

20
Tabel 6. Perhitungan Biaya Investasi
No 1 2 Rincian Pengadaan Tanah, bangunan pabrik dan perkantoran (M2) Pe Pengadaan Alat dan Peralatan Timbangan (buah) Alat pencacah (buah) Alat pencampur (buah) Alat perebus (buah) Alat penyaring, rotary nylon screen (buah) Alat pengering (buah) Alat penepung (buah) Pe Pengadaan Alat Pembantu Wadah pengering (buah) Ember / tong plastik (paket) Instalasi Pembersih Limbah Cair (paket) Pemasangan Instalasi Listrik (paket) Penggalian /Pemipaan Air (paket) Jml 200 Harga Satuan (Rp.) 4.000.000 Biaya (Rp.) 800.000.000

1 2 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1

3.000.000 40.000.000 100.000.00 300.000.00 70.000.000 75.000.00 50.000.000 30.000.000 50.000.000 200.000.000 100.000.000 100.000.000 Sub Jumlah Lain lain (5%) Total Biaya Investasi

3.000.000 40.000.000 300.000.000 900.000.000 210.000.000 150.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 200.000.000 100.000.000 100.000.000 2.953.000.000 147.650.000 3.100.650.000

4 5 6

21
Tabel 7. Biaya Produksi Tetap per Tahun Usaha N No 1 No. Rincian Pengadaan Tanah, bangunan pabrik dan 2 perkantoran (M ) Pengadaan Alat dan Peralatan Timbangan (buah) Alat pencacah (buah) Alat pencampur (buah) Alat perebus (buah) Alat penyaring, rotary nylon screen (buah) Alat pengering (buah) Alat penepung (buah) Pengadaan Alat Pembantu Wadah pengeing (buah) Ember / tong plastik (paket) Instalasi Pembersih Limbah Cair (paket) Pemasangan Instalasi Listrik (paket) Penggalian /Pemipaan Air (paket) Manager Pabrik (OB) Pegawai penjaga (OB) Pegawai kantor (OB) Pegawai pabrik (OB) Jumlah 10% Biaya (Rp.) 800.000.000 Penyusutan (Rp.) 80.000.000

10% 10% 10% 10% 10% 10% 10%

3.000.000 40.000.000 300.000.000 900.000.000 210.000.000 150.000.000 50.000.000

300.000 4.000.000 30.000.000 90.000.000 21.000.000 15.000.000 5.000.000

10% 10% 10%

50.000.000 50.000.000 200.000.000

5.000.000 5.000.000 20.000.000

5 6 7 8 9 10 Gaj Gaj Gaj Gaj

10% 10%

100.000.000 100.000.000

10.000.000 10.000.000 60.000.000 96.000.000 180.000.000 720.000.000 1.366.065.000

12 5.000.000 48 2.000.000 72 2.500.000 240 3.000.000 Biaya Produksi Tetap

22
Tabel 8. Biaya Produksi Tidak Tetap per Tahun Usaha Harga Satuan (Rp.) 5.000 4.125 8.250 8.000 12 50.000.000 Total Biaya Tidak Tetap Total Biaya (Rp.) 1.620.000.000 206.250.000 495.000.000 200.000.000 600.000.000 3.121.250.000

No 1 2

Jenis Pengeluaran Bahan Baku Rumput laut, kering, kg Bahan Kimia Asam khlorida (HCl) 32%, L Natrium karbonat (Na2CO3), kg Sodium hipoklorit, teknis, L Pemakaian listrik, bulan

Jumlah

324.000

Tabel 9. Rekapitulasi Biaya Ekstraksi Na-alginat per Tahun Jenis Pengeluaran/Pemasukkan Pendapatan Produksi Na-alginat, kg Pengeluaran Biaya investasi Biaya tetap Biaya Tidak Tetap Keuntungan Kotor (1 2) Pajak 30% Keuntungan Bersih (3 4) Harga Satuan (Rp.) 150.000 Total Biaya (Rp.) 12.150.000.000 3.100.650.000 1.366.065.000 3.121.250.000 4.562,035.000 1.368.610.500 3.193.424.500

No 1 2

Jumlah

81.000

3 4 5

MODAL YANG DIPERLUKAN . Nilai Investasi (untuk asset tetap) . Biaya Tidak Tetap - Biaya Tetap = Rp. 3.100.650.000 = Rp. 3.121,250.000 = Rp. 1.366.065.000

23 KESIMPULAN

Berapa jumlah produksi Na-alginat yang harus di produksi per tahun agar supaya tidak untung tetapi juga tidak rugi (Break Event Point BEP) dapat dihitung sebagai berikut :
1. Batas Laba Rugi (BEP) = (Hasil Penjualan Keuntungan Bersih) : Hasil Produksi Natrium alginat atau (Rp. 12.150.000.000 Rp. 3.193.424.500) : 81.000 kg= Rp. 8.956.575.500 : 81.000 kg = Rp. 110.575 atau dibulatkan Rp. 111.000.2. Atau (Hasil Penjualan Keuntungan Bersih) : Harga Natrium alginat per kg atau (Rp. 12.150.000.000 Rp. 3.193.424.500) : 150.000 kg= Rp. 8.956.575.500 : Rp 150.000 = 59.710 kg, dibulatkan menjadi 60.000 kg

3.

Dari perhitungan di atas, agar supaya tidak rugi harus Natrium alginat diproduksi sebanyak 60.000 kg per tahun dengan harga jual per kg adalah Rp. 111.000.-

4.

Sedangkan kemampuan keuntungan untuk mengembalikan modal atau Return on investment (ROI), perhitungannya adalah sebagai berikut : ROI = Laba bersih : Total investasi atau (Rp. 3.193.424.500 : Rp. 3.100.650.000) = 1.029. Waktu balik modal = 1 : 1.029 tahun = 0.971 tahun atau 11.652 bulan dibulatkan menjadi 12 bulan.

24

LAMPIRAN

25 CONTOH DARI ALAT DAN PERALATAN EKSTRAKSI

Gambar 15. Alat Pencincang Rumput Laut Kering

Gambar 16. Alat Untuk Pencampur Rumput Laut

26

Gambar 17. Alat Perebus Rumput Laut

Gambar 18. Alat Penyaring Larutan Rumput Laut

27

Gambar 19. Alat Penyaring Larutan Rumput Laut

Gambar 20. Alat Penepungan Agar-agar Kering

28

Gambar 21. Pengeringan Agar-agar Basah

29

Gambar 22. Alat Press Untuk Na-alginat basah

Anda mungkin juga menyukai