LANDASAN TEORI
2.1 Alginat
Alginat merupakan salah satu hasil ekstraksi rumput laut cokelat yang
banyak digunakan dalam dunia industri sebagai bahan pengental, pengemulsi,
penstabil, pembentukan film, dan pembentukan gel (Basmal et al, 2013).
Secara kimia, asam alginat adalah senyawa karbohidrat komplek berupa
koloidal hidrofilik, dengan rumus kimia (C6H8O6)n dengan nilai n antara 80 -83 dan
mengendap pada pH < 3,5 (Basmal et al, 2013).
Alga adalah tumbuhan laut yang dapat hidup melayang/mengapung atau
bisa pula sebagai fitobentos yang hidup menancap atau melekat di dasar laut.
Sepintas banyak jenis alga yang memperlihatkan bentuk luar seperti akar, batang,
daun, bahkan ada yang menyerupai buah, tetapi semua itu adalah merupakan bentuk
semu saja. Alga pada hakekatnya tidak mempunyai akar, batang, dan daun, seluruh
wujud alga terdiri dari semacam batang yang disebut thallus hanya bentuknya
beraneka ragam. Substansinya juga bermacam-macam, ada yang lunak, keras
mengandung kapur, berserabut, dan lainnya (Purwanti et al, 2013).
Alga coklat jenis Sargassum cymosum banyak terdapat di pantai selatan
Yogyakarta dan sangat berpotensi untuk menghasilkan alginat. Sementara ini belum
banyak dimanfaatkan untuk pem- buatan alginat. Kondisi proses yang optimal dari
tahap awal bahan baku sampai didapatkan alginat yang dikering- kan sangat
diperlukan untuk menunjang pemanfaatan rumput laut jenis alga coklat. Kondisi
proses yang optimal tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk men- cari data-data
untuk perancangan alat yang digunakan dalam proses peng- ubahan garam-garam
alginat dalam alga coklat menjadi asam alginat dan pe- rancangan alat pada proses
ekstraksi alginat (Purwanti et al, 2013)
Untuk mendapatkan hasil alginat yang maksimum perlu diketahui faktor-
faktor yang berpengaruh serta kondisi proses yang optimum pada pengambilan
alginat dari alga coklat. Sementara ini penelitian yang sudah ada belum dapat
mencakup untuk semua kondisi proses yang berpengaruh untuk pengambilan
alginat dari suatu jenis alga coklat tertentu. Misalnya kondisi proses pengambilan
alginat dari alga coklat jenis Sargassum cymosum masih terbatas pada data operasi
pada proses ekstraksi dan belum dapat terintegrasi dikarenakan penelitian yang
tidak berkesinambungan (Purwanti et al, 2013)
Potensi alginofit di Indonesia dengan pantai berkarangnya sangat besar,
namun kendala dalam pemanfaatannya adalah kurangnya informasi mengenai jenis
dan komponennya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan alginat masih tergantung
pada impor. Karakterisasi alginat merupakan cara dalam menggali data tentang
keberadaannya, melalui ekstraksi dan analisa gugus fungsi. Proses ekstraksi alginat
dapat dilakukan menggunakan larutan HCl 5% pada tahap pre-ekstraksi dan
ekstraksi dengan Na2CO3 2,25% (Mushollaeni, 2011).
Sampai saat ini penyediaan alginat di Indonesia masih diimpor dari negara
Cina, Jepang, India dan Jerman. Di pihak lain, Indonesia mempunyai sumber daya
alginofit yang saat ini belum dimanfaatkan. Kondisi tersebut merupakan peluang
untuk membangun industri alginat di dalam negeri. Namun, keberadaan industri
alginatharus didukung oleh kesinambungan pasokan bahan baku rumput laut baik
dari segi kuantitas maupun kualitas. Dalam upaya meningkatkan pemanfaatan
rumput laut cokelat menjadi alginat dan mengurangi impor produk alginat
dibutuhkan teknologi pengolahan rumput laut cokelat menjadi alginat yang secara
tekno-ekonomi layak untuk diadopsi oleh industri. Dengan adanya paket teknologi
produksi alginat, diharapkan industri alginat dapat berkembang di Indonesia.
(Basmal et al, 2013).
2.1.1 Jenis Rumput Laut Penghasil Alginat
Jenis rumput laut penghasil alginat antara lain : Laminaria (Norwegia,
Perancis, Cina, Jepang, Korea), Lessonia (Chili), Ascophyllum (Skotlandia,
Irlandia), Ecklonia (Jepang, Korea), Macrocystis (Australia, Amerika Utara), dan
Sargassum serta Turbinaria sp. (Indonesia, Filiphina). (Basmal et al, 2013).
Di perairan Indonesia terdapat sekitar 28 spesies alga cokelat yang berasal
dari enam genus, diantaranya Dcytyota, Padina, Hormophysa, Sargassum,
Turbinaria dan Hydroclathrus. Spesies alga yang telah diidentifikasi dari genus
Sragassum sp sebanyak 15 spesies yaitu 4 spesies Turbinaria sp, 1 spesies Padina
sp, 5 spesies Dyctyota dan 1 spesies Hydroclathrus sp. Jenis-jenis alga tersebut
tersebar pada beberapa daerah di Indonesia. Akan tetapi, dari kedua jenis tersebut
ynag sudah dimanfaatkan oleh industri Indonesia hanya dari jenis Sargassum sp
karena lebih mudah didapat dan mengandung alginat yang lebih banyak
dibandingkan jenis yang lain. (Basmal et al, 2013).
2.1.1.1 Sargassum sp
Alga ini tumbuh sepanjang tahun, bersifat perenial atau dapat
hidup pada musim barat maupaun musim timur. Alga ini tumbuh berumpun
dengan untaian cabang-cabang, panjang thallus mencapai 1-3 meter. Pada
setiap percabangan terdapap gelembung udara berbentuk bulat (bladder)
yang berguna untuk mengapung ke permukaan air agar mendapat intensitas
cahaya matahari yang cukup. Sargasuum merupakan genus yang sangat
besar yang menyebar keseluruh dunia. Di Indonesia, lebih dari 15 jenis
Sargassum telah dikoleksi. Perkembangbiakan atau reproduksi Sargassum
dikenal dengan dua cara yaitu aseksual (vegetatif) dan seksual (generatif).
Reproduksi vegetatif melalui fragmentasi yaitu potongan thallus yang
tumbuh dan berkembang. Cara ini paling banyak dilakukan untuk usaha
budidaya. Usaha budidaya Sargassum pernah dilakukan di Perairan Desa
Binauangeun, Banten oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBP4BKP)
pada tahun 1998 dengan menggunakan metode apung dengan hasil yang
sangat baik (Basmel et al, 2013).
Tabel 2.5 Berat molekul rata-rata alginat dari rumput laut Sargassum sp
dan Laminaria sp
Jenis Rumput Laut Berat Molekul (Da)
Sargassum pallidum 20.000
Sargassum hemiphyllum 39.500
Sargassum henslowianum 25.100
Sargassum paten 40.000
Sargassum siliquastrum 22.600
Laminaria japonica 65.100
Sumber : Ji et al (1982)
2.1.4.3 Stabilitas
Larutan alginat kualitas industri mudah sekali terdegradasi oleh
mikroorganisme di udara karena larutan tersebut mengandung banyak
partikel-partikel rumput laut dan bahan dengan kandungan nitrogen.
Larutan Na-alginat murni dapat disimpan dalam suhu ruang selama
beberapa bulan tanpa terjadi perubahan viskositas. Semua jenis larutan
alginat akan mengalami pemutusan rantai polimer seiring dengan
peningkatan suhu. Larutan alginat stabil dalam rentang pH 5,5 10 pada
suhu ruang dalam waktu yang lama, tetapi akan membentuk gel pada pH
dibawah 5,5. Keberadaan sedikit ion kalsium dalam larutan Na-alginat
dapat meningkatan kestabilannya. Larutan PGA realitf stabil pada suhu
ruang dengan pH 3-4, tetapi larutan ini akan menurun viskositasnya pad
pH di bawah 2 dan diatas 6 (Basmal et al, 2013).
Ba < Pb < Cu < Sr < Cd < Ca < Zn < Ni < Co < Mn, Fe < Mg
2.2 Spaghetti
Spaghetti adalah salah satu jenis pasta kategori pasta lunga (long pasta) yang
bentuknya memanjang seperti lidi dan bagian tengahnya tidak berongga, berwarna
putih kekuningan dan setelah diolah bentuknya mirip dengan mie (Ekawatiningsih
et.al, 2008)
Pasta adalah istilah dalam bahasa Italia untuk adonan. Nama pasta juga
diberikan untuk adonan dari gandum durum yang dalam bahasa latin artinya keras.
Menurut beberapa sumber pasta diperkenalkan di Italia oleh Marcopollo
sekembalinya dari Cina akhir abad ke-13. Pasta merupakan bahan makanan
unggulan dari dapur Italia. Ada lebih dari 600 variasi bentuk pasta di dapur Italia
(Megawati et.al, 2011)
Adonan pasta diolah dari tepung gandum durum yang diberi air atau kadang-
kadang diberi telur dan diaduk hingga menghasilkan adonan elastis dan mudah
dibentuk sehingga terciptalah berbagai ragam bentuk pasta. Gandum durum
merupakan gandum terbaik yang kayak akan serat, membuat pasta ini tidak mudah
lembek ketika direbus dan memberi warna keemasan pada pasta (Megawati et.al,
2011).
Kualitas pasta sangat ditentukan oleh jenis tepung gandum yang digunakan,
pasta yang menggunakan semolina akan mempunyai kualitas tinggi karena
semolina mengandung protein tinggi yang merupakan inti dari bagian gandum.
Semolina mengandung 2 jenis protein yaitu gliadin dan glutenin. Kedua protein ini
sangat menentukan hasil pasta yang tahan banting, tegar, dan lentur. Gliadin adalah
protein yang larut dalam air dan membentuk massa yang encer dengan larutan
garam. sedangkan glutenin adalah protein yang tidak larut dalam air. Perpaduan
antara gliadin dengan glutenin menghasilkan pasta dengan permukaan yang halus,
liat dan kompak serta hasil pasta yang direbus sangat kenyal dan tidak berlendir.
(Ekawatiningsih et.al, 2008).
Dalam hal ini spahetti juga dapat diaktegorikan sebagai makanan ekstrudat
yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut yakni perebusan. Syarat mutu
makanan esktrudat menurut SNI 01-2886-2000 akan diperlihatkan dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 2.6 Syarat Mutu Makanan Berdasarkan Ekstrudat Menurut SNI 01-2886-
2000
Komposisi Syarat mutu (%b/b)
Kadar air Maksimal 4
Kadar lemak tanpa penggorengan Maksimal 30
Kadar lemak dengan penggorengan Maksimal 38
Kadar protein -
Sumber : BSN 2000
Spaghetti juga memiliki kesaman dengan mie kering yang biasa diproduksi
di Indonesia yakni terbuat dari tepung gandum protein rendah. Sehingga dalam hal
ini standar mutu mie kering dapat digunakan oleh spaghetti.
Persyaratan
No Uraian Satuan
Mutu 1 Mutu 2
1 Keadaan
Bau Normal Normal
Rasa Normal Normal
Warna Normal Normal
2 Air %, b/b Maks. 8 Maks. 10
3 Abu %, b/b Maks. 3 Maks. 3
4 Protein %, b/b Min. 11 Min. 8
5 Bahan Tambahan Makanan Tidak boleh ada
Boraks Sesuai dengan SNI 022-M
Pewarna Permenkes 722/Menkes/Per/IX/88
6 Cemaran Logam
Timbal (Pb) mg/Kg Maks. 1,0 Maks. 1,0
Tembaga (Cu) mg/Kg Maks. 10,0 Maks. 10,0
Seng (Zn) mg/Kg Maks. 40,0 Maks. 40,0
Raksa (Hg) mg/Kg Maks. 0,05 Maks. 0,05
7 Arsen (As) mg/Kg Maks. 0,5 Maks. 0,5
8 Cemaran Mikroba
Angka Lempeng Total Koloni/g Maks. 1,0x 106 Maks. 1,0x 106
E. coli APM/g Maks. 10 Maks. 10
Kapang Koloni/g Maks. 1,0x 104 Maks. 1,0x 104
Sumber : SNI 01-3551-1-1994 Pusat Standarisasi Departemen Perindustrian.
Nama pasta berasal dari bahasa Itali Paste, disebut paste karena terbuat
dari adonan tepung gandum dan air. Tepung gandum durum sangat dianjurkan
dipakai sebagai bahan utama pembuatan pasta karena diantara tepung gandum yang
lain, durum mempunyai keunikan pada kandungan proteinnya. Adonan yang
dihasilkan sangat tegar dan liat. Pasta yang dihasilkan juga tidak mudah ambyar
(Ekawatiningsih et.al, 2008)
Dalam bahasa Inggris, pasta adalah sebutan untuk berbagai jenis masakan
dengan bahan utama salah satu jenis pasta yang diberi bumbu dan saus. Pasta
berasal dari bahasa Italia "pasta alimentare" yang berarti adonan bahan makanan.
Dalam arti luas, "pasta" bisa berarti semua adonan seperti adonan roti, pastry, atau
cake. Dalam bahasa Italia, pasta yang berarti bahan makanan seperti mi disebut
pastasciutta (Ekawatiningsih et.al, 2008).
Pasta dibuat dari tepung terigu semolina yang merupakan hasil gilingan biji
gandum durum dicampur telur sehingga sedikit berwarna kuning cerah, dan bila
dimasak dengan benar akan menghasilkan tekstur sedikit kenyal. Pasta buatan
Amerika sering dibuat dari campuran tepung terigu Farina dan Semolina,
sehingga mempunyai tekstur yang lebih lembut untuk dijadikan hidangan seperti
kaserol (Ekawatiningsih et.al, 2008).
Bahan utama pembuatan pasta kering adalah gandum durum dan air,
biasanya tanpa pengawet maupun pewarna buatan. Gandum jenis ini merupakan
yang terbaik dibanding gandum keras lainnya. Kandungan gizinyapun paling kaya.
Sebelum menjadi pasta, gandum durum diolah menjadi semolina. Berikut proses
pembuatan pasta kering dalam pabrik yaitu :
2.2.1 Biji gandum yang sudah dibersihkan dari kulit dan kotoran kemudian
digiling hingga bagian dalamnya (endosperma) terpisah dari kulit luarnya
(sekam). Hasilnya diayak agar benar-benar bebas dari sisa sekam. Jadilah
semolina.
2.2.2 Pada tahap pertama produksi, semolina masuk ke mesin pengaduk dan
dicampur air hingga membentuk adonan. Untuk pasta tertentu seperti
lasagna dan tricolore (pasta hijau, kuning, oranye), bahan-bahan tambahan
seperti telur, tomat, atau bayam kering dicampurkan di tahap ini.
2.2.3 Setelah itu, adonan diuleni di mesin kedap udara hingga mencapai
konsistensi yang pas. Barulah adonan dicetak dan dipotong dengan berbagai
cetakan logam, tergantung bentuk yang diinginkan.
2.2.4 Pasta kemudian melewati proses pasteurisasi dengan suhu 80-90 C agar
steril. Di suhu tersebut, macam-macam kuman seperti salmonella
dimusnahkan.
2.2.5 Setelah itu, pasta melalui mesin pengering otomatis yang mengedarkan
udara panas dan lembap di mana pasta mengering perlahan selama beberapa
jam, tergantung bentuk dan ketebalannya.
2.2.6 Pasta yang sudah kering masuk ke mesin pengemas otomatis untuk
ditimbang dan dikemas dalam kantung plastik atau boks. Keseluruhan
proses, dari mencampur bahan mentah hingga mengemas produk akhirnya,
dikerjakan oleh mesin. Waktu produksi yang diperlukan sekitar 6-24 jam,
tergantung bentuk pastanya. (Detikfood, 2013)
Namun dalam hal ini spaghetti buah yang dimaksud tidak terbuat dari
tepung dan rasanya tidak dominan gurih atau asin melainkan manis. Spaghetti yang
dimaksud kali ini adalah spaghetti yang terbuat dari campuran air, gula, jus buah
dan alginat sebagai jelly agent yang kemudian dibuat dengan teknik tertentu agar
menghasilkan olahan yang berbentuk seperti spaghetti atau mie. Dalam penelitian
kali ini digunakan buah naga sebagai perasa dari fruit spaghetti. Buah naga dipilih
karena kandungannya yang cukup tinggi akan pektin sehingga akan membantu
dalam proses gelification saat pembuatan fruit spaghetti ini. Selain itu buah naga
juga dipilih karena memiliki warna yang cantik, kaya akan antioksidan berupa
antosianin dan kandungan vitamin C yang tinggi serta kayak akan serat.
Fruit Spaghetti atau spaghetti buah adalah spaghetti yang memiliki rasa
buah dan memiliki viskositas yang diperoleh dari jelly agent (seperti alginat dan
agar-agar) serta tidak mengandung tepung atau gluten. Fruit spaghetti memiliki
bentuk seperti mie dan dapat langsung dimakan tanpa melalui proses pemasakan
terlebih dahulu (Budiono, 2017)
2.3 Buah Naga
2.3.1 Sejarah Penyebaran Buah Naga
Menurut sejarah penyebarannya, Tanaman kaktus pemanjat penghasil
buah naga, diketemukan pertama kali ditempat tumbuhnya yang asli, di lingkungan
hutan belantara. Tempat asalnya adalah Meksiko, Amerika Tengah, dan
Amerika Selatan bagian utara. Di Meksiko buah naga disebut pita haya. Sedangkan
di Amerika Selatan disebut pitaya roja. Sebagai hasil hutan, buah ini sudah lama
dimanfaatkan oleh orang Indian, tetapi selama itu tidak pernah diberitakan dalam
media massa dunia (Ramadhani, 2013 ).
Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke
Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang-orang China
buahnya dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu diletakkan di
antara dua ekor patung berwarna hijau di atas meja altar. Warna merah buah naga
sangat mencolok sekali dinatar warna naga-naga hijau. Dari kebiasan inilah buah
dikalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh budaya China dikenal sebagai
thang loy (buah naga). Thang loy orang vietnam ini kemudian diterjemahkan di
Eropa dan negara lain yang berbahasa inggris sebagai dragon fruit (buah naga).
Memang pada awalnya buah naga ditujukan sebagai tanaman hias di Vietnam
namun, setelah perkembangannya masyaraakt Vietnam mulai meliriknya bukan
sebagai tanaman hias tetapi tanaman buah. Ini terjadi setelah masyarakat mulai
mengetahui bahwa buahnya dapat dimakan seperti halnya dilakukan masyarakat
Meksiko dan Indian. Bukan hanya dapat dimakan, tetapi rasa buahnya enak
sehingga digemari masyrakay China dan Vietnam. Akibatnya didaerah tersebut
tanaman ini dikembangkan untuk diambil buahnya. Buah naga juga sering disebut
dengan berbagai nama yaitu pir strawberry, buah kaktus, kaktus orchid, kaktus
manis dan kaktus madu (Ramadahani, 2013).
Di Indonesia, buah naga mulai terkenal pada sekitar pertengahan tahun
2000, itu pun kebanyakan dari hasil budidaya Thaliland. Pada hal sebenarnya
pembudidayaan tidaklah sulit. Apalagi iklim di Indonesia sangat mendukung
pengembangannya. Hingga kini, di daerah Indonesia yang telah mengembangkan
buah naga secara maksimal ialah daearah Pasuruan, Jember, Mojokerto, dan
Jombang. (Kristianto, 2009).
2.3.3.1 Betakaroten
Betakaroten adalah senyawa organik atau zat kimia alami yang
terdapat pada berbagai jenis buah-buahan dan sayuran serta merupakan
pigmen kuat pada tanaman yang memberikan warna merah orange (kuning)
ungu dan hijau tua. Dan bersama dengan ester retinil membentuk vitamin
A. Betakaroten (-karoten) juga sering disebut provitamin A atau cikal
bakal vitamin A. Biasanya fungsi betakaroten dikaitkan sebagai antioksidan
atau zat yang bermanfaat untuk memproteksi dan melindungi tubuh dari
radikal bebas dan menjaga kekebalan tubuh dari serangan penyakit.
(Almatsier, 2009).
2.3.3.2 Vitamin C
Asam askorbat (Vitamin C) adalah suatu heksosa dan
klasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan mono
sakarida. Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara
difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk keperedaran darah melalui
venna porta. Rata-rata absorpsi adalah 90 % untuk konsumsi diantara 20 dan
120 mg sehari. Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C, bila
konsumsi mencapai 100 mg sehari (Almatsier, 2009).
Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen
interseluler. Kolagen merupakan senyawa protein yang banyak terdapat
dalam tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dentin, dan vaskulair
endothelium. Asam askorbat sangat penting peranannya dalam proses
hidroksilasi dua amino prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan
hidroksilisin (Almatsier, 2009).
Pada pengujian aktivitas antiradikal bebas ekstrak metanol dengan
konsentrasi 64,68 % (setara dengan 49,6 g buah naga segar) ternyata
mampu meredam secara total larutan DPPH 0,004% sehingga perlu
diencerkan menjadi beberapa konsentrasi untuk mengetahui batas
konsentrasi aktivitasnya. Aktivitas peredaman radikal bebas DPPH ekstrak
buah naga ditentukan oleh berbagai senyawa antioksidan yang terdapat di
dalam buah naga. Ekstrak air cenderung memiliki aktivitas peredaman
DPPH lebih besar daripada ekstrak metanol, hal ini disebabkan karena
kandungan vitamin C yang mudah larut ke dalam air dibandingkan dalam
metanol (Umayah dan Amrun, 2007).
2.3.3.3 Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan tersebar
luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini
merupakan penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak,
merah, ungu, dan biru dalam daun bunga, daun dan buah pada tumbuhan
tinggi (Ingrath et al, 2015)
Kadar ekstrak antosianin mengalami peningkatan seiring dengan
waktu pemanasan dengan microwave. Hasil total antosianin ditunjukkan
oleh nilai absorbansi. Rerata total antosianin tertinggi diperoleh pada
perlakuan dengan waktu pemanasan dengan microwave 6 menit dan
penambahan rasio pelarut (aquades : asam sitrat) 4:1, yaitu 28,11 mg/100
gram. Sedangkan rerata total antosianin terendah diperoleh pada perlakuan
dengan waktu pemanasan dengan microwave 2 menit dan penambahan rasio
pelarut (aquades : asam sitrat) 9:1, yaitu 9,58 mg/100 gram. Hasil analisa
ragam terhadap kadar antosianin menunjukkan bahwa perlakuan waktu
pemanasan dengan Microwave dan penambahan rasio pelarut (aquades :
asam sitrat) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap total antosianin
ekstrak pekat kulit buah naga merah (Ingrath et al, 2015)
Terjadinya peningkatan kadar antosianin kulit buah naga merah
disebabkan karena semakin lama waktu ekstraksi, semakin lama pula bahan
terpapar radiasi gelombang mikro yang mengakibatkan pecahnya jaringan
bahan sehingga mengeluarkan zat terlarut (solute) ke dalam pelarut
(solvent). Namun, penggunaan waktu yang terlalu lama perlu dihindari
karena dapat meningkatkan degradasi senyawa antosanin (Ingrath et al,
2015).
Secara kasat mata warna antosianin kulit buah naga merah yang
nampak adalah merah tua (merahgelap). Warna merah gelap yang
dihasilkan merupakan perpaduan antara warna hijau dan biru. Nilai Red
yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan nilai Green dan Blue
sehingga warna yang dihasilkan dominan merah (Ingrath et al, 2015)
Varietas kulit buah naga daging merah menghasilkan kadar
antosianin yang lebih besar yaitu 22,59335 ppm dan kulit buah naga daging
putih 16,73593 ppm. Ekstraksi kulit buah naga daging merah menggunakan
pelarut aquades : asam sitrat (5 : 1) menghasilkan kadar antosianin tertinggi
yaitu 26,4587 ppm ( Handayani dan Rahmawati, 2011)
2.3.3.5 Karbohidrat
Karbohidrat ternyata cukup banyak kandungannya di dalam buah
naga yakni sekitar 11,5 gram. Sebagai salah satu mineral makro karbohidrat
juga memiliki fungsi diantaranya yaitu :
2.3.3.4 1. Sebagai sumber energi
Fungsi ini merupakan fungsi paling utama dalam karbohidrat
bagi tubuh. Dalam 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Sebagian
karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa
untuk keperluan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam
hati dan jaringan otot, dan sebagain diubah menjadi lemak untuk kemudian
disimpan sebagai cadangan energi. (Almatsier, 2009)
2.3.3.4 2. Pemberi rasa manis
Kelompok karbohidrat yang memiliki tingkat kemanisan paling
tinggi yakni monoskarida dan disakarida. Fruktosa merupakan kelompok
karbohidrat dengan tingkat kemanisan tertinggi dan laktosa terendah.
(Almatsier, 2009). Pada buah naga, buah naga kulit kuning merupakan buah
naga dengan tingkat kemanisan paling tinggi sedangkan buah naga merah
daging putih merupakan paling rendah. (Ramadhani, 2013).
2.3.3.4 3. Penghemat protein
Bila karbohidrat tidak mencukupi kebutuhan tubuh, maka
protein akan di ambil dan digunakan sebagai sumber energi menggantikan
fungsi utamnya sebagai zat pembangun. (Almatsier, 2009).
2.3.3.4 4. Pengatur metabolisme lemak
Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak
sempurna, sehingga menghasilkanbahan-bahan berupa asam asetoasetat,
aseton dan asam beta-hidroksi-butirat. (Almatsier, 2009).
2.3.3.4 5. Membantu mengeluarkan feses
Karbohidrat membantu mengeluarkan feses dengan cara
mengatur peristaltik usus dan memberi bentuk pada feses. Selulosa dalam
serat makanan mengatur peristlatik usu, sedangkan hemiselulosa dan pektin
mampu menyerap banyak air dalam usu besar sehingga memberi bentuk
pada sisa makanan yang akan dikeluarkan. (Almatsier, 2009).
Untuk memelihara kesehatan, WHO menganjurkan agar 50-65%
konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak
10% dari gula sederhana.
2.3.3.6 Protein
Protein ternyata tidak banyak kandungannya di dalam buah naga
yakni sekitar 0,53 gram. Sebagai salah satu mineral makro protein juga
memiliki fungsi diantaranya yaitu :
2.2.3.3.1. Pertumbuhan dan pemeliharaan
Pertumbuhan atau penambahan otot hanya mungkin bila
tersedia cukup campuran asam amino yang sesuai termasuk unutk
pemeliharaan dan perbaikan. (Almatsier, 2009)
2.2.3.3.2. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
Hormon-hormon yang ada di dalam tubuh seperti tiroid
merupakan protein seperti halnya enzim. Ikatan-ikatan ini bertindak sebagi
katalisator atau membantu perubahan-perubahan biokimia yang terjadi di
dalam tubuh. (Almatsier, 2009)
2.2.3.3.3. Mengatur keseimbangan air
Cairan tubuh terdapat di dalam kompartemen : intraseluler
(didalam sel), ekstraseluler (diantara sel) dan inravaskuler (di dalam
pembuluh darah). Kompartemen-kompartemen ini dipishakan dalam
membran sel. Keseimbangan air diperoleh melalui sitem kompleks yang
melibatkan protein dan elektrolit. (Almatsier, 2009)
2.2.3.3.4. Memelihara netralitas tubuh
Protein dalam tubuh juga bertindak sebagai buffer atau larutan
penyangga yaitu reaksi antara asam dan basa untuk menjaga pH pada taraf
konstan. Jaringan pada tubuh memiliki pH 7,35-7,45 (Almatsier, 2009)
2.2.3.3.5. Pembentukan antibodi
Kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi bergantung pada
kemampuannya untuk memproduksi antibodi terhadap organisme yang
menyebabkan infeksi tertentu terhadap bahan-bahan asing yang memasuki
tubuh. Seseorang yang menderita kekurangan protein lebih rentan terhadap
bahan-bahn racun dan obat-obatan karena ketidakmampuan tubuh dalam
membentuk antibodi dalam jumlah yang cukup. (Almatsier, 2009)
2.2.3.3.6. Mengangkut zat-zat gizi
Salah satu peranan esesnial protein ialah mengangkut zat-zat
dari saluran cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah
ke jaringan-jaringan dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Kekurangan
protein dapat mengakibatkan gangguan pada absorbsi dan trasportasi zat-zat
gizi. (Almatsier, 2009).
2.2.3.3.7. Sumber energi
Protein merupakan sumber energi namun bukan energi sumber utama,
protein dapat menghasikan energi sebanyak 4 kkal/g. (Almatsier, 2009)
2.3.3.7 Serat
Definisi terakhir untuk serat makanan adalah polisakarida nonpati
yang menyatakan polisakarida dinding sel. Ada 2 golongan serat yaitu yang
larut dan tidak larut dalam air. Serat yang tidak larut dalam air adalah
selulosa, hemiselulosa dan lignin. Sedangkan yang larut dalam air adalah
pektin, gum, mukilase. (Almatsier, 2009). Kandungan serat pada buah naga
lebih spesifik lagi ialah pektin yang terkandugn yakni 20,1 %. (Nazarrudin
et al, 2011).
2.3.3.8 Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh, yaitu 1,5 2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih
sebanyak 1 kg. Dari jumlah ini, 99% berada didalam jaringan keras,
yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit selebihnya
kalsium tersebar luas di dalam tubuh. Absorpsi kalsium terutama terjadi
di bagian atas usus halus yaitu duodenum. Peningkatan kebutuhan akan
kalsium terjadi pada masa pertumbuhan, kehamilan, dan menyusui. Mineral
kalsium dibutuhkan untuk perkembangan tulang. Jumlah yang dianjurkan
per hari untuk bayi sebesar 300-400 mg, anak-anak 500 mg, remaja 600-
700 mg, dan dewasa sebesar 500-800 mg. Kalsium mempunyai berbagai
fungsi dalam tubuh antara lain untuk pertumbuhan tulang dan gigi, mengatur
pembentukan darah, sebagai katalisator reaksi-reaksi biologik dan berperan
dalam kontraksi otot (Almatsier, 2009).
Konsumsi kalsium tidak boleh melebihi 2500 mg sehari.
Kelebihan kalsium dapat menimbulkan gangguan ginjal. Disamping itu,
dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Kekurangan kalsium
pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua orang dewasa,
terutama sesudah usia 50 tahun akan mengalami resorpsi kalsium dari
tulangnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Ini yang dinamakan
osteoporosis. Kadar kalsium dalam darah yang sangat rendah dapat
menyebabkan tetani atau kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf
terhadap rangsangan meningkat, sehingga terjadi kejang otot (Almatsier,
2009).
2.3.3.9 Fosfor
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu
1% dari berat badan. Kurang lebih 85% fosfor di dalam tubuh terdapat
sebagai garam kalsium fosfat di dalam tulang dan gigi yang tidak dapat
larut. Fosfor di dalam tulang berada dalam perbandingan 1 : 2 dengan
kalsium. Fosfor selebihnya terdapat di dalam semua sel tubuh, separuhnya
di dalam otot dan di dalam cairan ekstraseluler. Sebagai fosfolipid, fosfor
merupakan komponen struktural dinding sel. Sebagai fosfat organik, fosfor
memegang peranan penting dalam reaksi yang berkaitan dengan
penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenin Trifosfat (ATP)
(Almatsier, 2009).
Selain untuk pertumbuhan tulang dan gigi, fosfor mempunyai
peranan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sebagai
fosfolipid, fosfor merupakan komponen esensial bagi banyak sel dan
merupakan alat transport asam lemak. Fosfor berperan pula dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa. Pada umumnya bahan makanan
yang mengandung banyak kalsium merupakan juga sumber fosfor, seperti
susu, keju, daging, ikan, telur, dan saleria. Biasanya kira-kira 70% dari
fosfor yang berada dalam makanan dapat diserap oleh tubuh. Penyerapan
akan lebih baik bila fosfor dan kalsium dimakan dalam jumlah yang sama.
Kelebihan fosfor karena makanan jarang terjadi. Bila kadar fosfor darah
terlalu tinggi, ion fosfat akan mengikat kalsium sehingga dapat
menimbulkan kejang. Kekurangan fosfor karena makan juga jarang terjadi.
Aluminium hidroksida mengikat fosfor sehingga tidak dapat diabsorpsi.
Kekurangan fosfor juga dapat terjadi pada penderita yang kehilangan
banyak cairan melalui urin. Kekurangan fosfor menyebabkan rasa lelah,
kurang nafsu makan dan kerusakan tulang (Almatsier, 2009).
2.3.3.10 Lemak
Lemak ternyata tidak banyak kandungannya di dalam buah naga
yakni sekitar 0,21 0,61 gram. Sebagai salah satu mineral makro lemak
juga memiliki fungsi diantaranya yaitu :
2.2.3.10.1 Sumber energi
Lemak merupakan sumber energi paling padat yang
menghasilkan 9 kkal untuk tiap gram yakni 2,5 kali lebih besar dari
karbohidrat dan protein. Karena lemak tersimpan sebagai cadangan energi
yang bersal dari kelebihan konsumsi pangan berlemak maka dari itu lemak
merupakan cadangan energi paling besar. Namun, kandungna lemak buah
naga tidak akan membuat seseorang menjadi gemuk karena rendahnya
jumlah lemak pada buah naga. (Almatsier, 2009).
2.2.3.10.2 Sumber asam lemak esensial
Sumber asam lemak esensial yang dimasud adalah asam linoleat
dan asam linolenat. (Almatsier, 2009).
2.2.3.10.3 Alat angkut vitamin larut lemak
Lemak dapat mengangkut vitamin-vitamin yang larut dalam
lemak yakni Vitamin A, D, E, dan K. Selain itu, lemak juga membantu
absorpsi vitamin-vitamin tersebut. (Almatsier, 2009).
2.2.3.10.4 Mengehamat protein
Lemak menghemat penggunaan protein untuk sintesis protein,
sehingga protein tidak digunakan sebagai sumber energi. (Almatsier, 2009)
2.2.3.10.5 Memberi rasa kenyang dan kelezatan
Lemak memperlambat sekresi asam lambung dan
memperlambat pengosongan lambung, sehingga lemak memberi rasa
kenyang lebih lama. Disamping itu, lemak memberi tekstur yang disukai
dan memberi kelezatan khusus pada makanan. (Almatsier, 2009)
2.2.3.10.6 Sebagai pelumas
Lemak merupakan pelumas dan membantu pengeluaran sisa
pencernaan. (Almatsier, 2009).
2.2.3.10.7 Memelihara suhu tubuh
Lapisan lemak di bawah kulit mengisolasi tubuh dan mencegah
kehilangan panas tubuh secara cepat, dengan demikian lemak berfungsi juga
dalam memelihara suhu tubuh. (Almatsier, 2009)
2.2.3.10.8 Pelindung organ tubuh
Lapisan lemak yang menyelubungi tubuh dan mencegah
kehilangan panas tubuh secara cepat, dengan demikian lemak berfungsi juga
dalam memlihara suhu tinggi. (Almatsier, 2009)
2.3.3.11 Besi (Fe)
Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak jumlahnya
dalam tubuh manusia dan hewan. Besi memiliki fungsi esensial di dalam
tubuh diantaranya : sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu
berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Kekurangan besi
berpengaruh terhadap produktivitas kerja, penampilan kognitif dan sistem
kekebalan tubuh. (Almatsier, 2009).
2.3.3.14 Niasin
Niasin juga sering disebut dengan Asam Nikotinat. Nikotinamida
berfungsi didalam tubuh sebagai bagian koenzim NAD dan NADP (NADH
dan NADPH adalah bentuk reduksinya). Koenzim-koenzim ini diperlukan
dalam reaksi oksidasi-reduksi pada glikolisis, metabolisme protein, asam
lemak, pernapasan sel dan detoksifikasi, dimana peranannya adalah melepas
dan menerima atom hidrogen. NAD juga berfungsi dalam sintesis glikogen.
(Almatsier, 2009).
2.4 Molecular Gastronmy
Beberapa tahun belakangan ini, tren kuliner seni memasak sedang
berkembang pesat. Para koki modern menggunakan teknik memasak yang disebut
dengan gastronomi molekuler. Teknik ini adalah terobosan baru dalam penyajian
hidangan kepada konsumennya. Gastronomi Molekuler ini merupakan teknik yang
menggabungkan unsur fisika dan kimia dalam memasak dengan mempelajari
perubahan molekul bahan makanan.
Cara memasak secara tradisional belum tentu memilki jaminan kesehatan
atau cara pembuatan yang rasional. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan
gastronomi molekuler sehingga pengetahuan akan pembuatan makanan tradisional
tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan menjadi lebih sehat ataupun menarik.
Bagi para koki atau juru masak, pengetahuan akan gastronomi molekuler membuat
mereka dapat mengeksplorasi lebih jauh dunia kuliner secara ilmiah yang nantinya
dapat diterapkan salah satunya sebagai seni memasak molekuler. Akibatnya
teknologi ataupun hidangan baru yang menarik dapat tercipta. Sementara bagi para
konsumen diharapkan mendapat kejutan dan kepuasan akan makanan yang sehat,
lezat, dan menarik .
Gastronomi molekuler (molecular gastronomy) adalah studi ilmiah
mengenai gastronomi atau lebih lengkapnya adalah cabang ilmu yang mempelajari
transformasi fisiokimiawi dari bahan pangan selama proses memasak dan fenomena
sensori saat mereka dikonsumsi. Ilmu ini dicirikan dengan penggunaan metode
ilmiah untuk memahami dan mengendalikan perubahan molekuler, fisiokimiawi,
dan struktural yang terjadi pada makanan pada tahap pembuatan dan konsumsi.
(Ketaren, 2016).
Alternatif
Peningkatan pemanfaatan alginat pada pembuatan fruit spaghetti buah naga dengan
penggunaan alginat yang berbeda.
q Permasalahan
Untuk mengetahui perbedaan mutu inderawi, kesukaan masyarakat, dan kandungan gizi
terhadap fruit spaghetti dengan penggunaan alginat yang berbeda.
Pemecahan Masalah
Dengan melakukan eksperimen menggunakan perlakuan (penggunaan) alginat yang
berbeda.