Sri Widyastuti
ABSTRACT
Many researchers reported that seaweeds are important sources of alginate. This
article reports on alginate content of seaweeds grown in coastal zone of Lombok extracted
by two methods. The seaweeds were collected at several sampling points in coastal zone
of Lombok, identified and analyzed their alginate content. The result shows that there
were no significant different in alginate content of samples extracted using both
procedures. However, only the brown species produced alginate. The alginate content
more than 10% was obtained from the species of Padina sp., Dictyota sp. 1, Dictyota sp. 2,
Sargassum polycistum 1, Turbinaria ornate, and Turbinaria murayana. Whereas, the
alginate content less than 10% obtained from the species of Sargassum aquifolium,
Sargassum sp., Turbinaria conoides, S. crassifolium, S. polycistum 2, S. Cristaefolium,
and Hormophysa sp.. Therefore, it can be concluded that only the brown seaweeds had
potency as alginate sources. It needed to analyze physical and chemical characteristics of
this alginate related to its quality and functional application.
144
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 3 (Desember 2009) 144-152
145
Kadar Alginat Rumput Laut yang Tumbuh di Perairan Laut Lombok (Widyastuti)
0
Koleksi dan identifikasi sampel 1:2 pada suhu 40 C selama 2 jam sambil
Semua sampel rumput laut diaduk menggunakan pengocok magnetik
dikoleksi pada semua titik pengambilan sampai dihasilkan pasta yang homogen.
sampel yang telah ditentukan di perairan Selanjutnya, pasta diencerkan
laut Lombok sebagaimana dilaporkan dengan akuades sebanyak 3 kali volume
pada penelitian sebelumnya (Widyastuti, awal sambil diaduk. Kemudian, pasta
2009abc). Sampel rumput laut dikoleksi disaring dengan menggunakan kain halus,
pada 18 titik sampling, yang meliputi 7 dan filtrat yang dihasilkan ditambahkan 5
titik di Lombok Barat (Gili Indah, Pantai ml HCl 0,33%, didiamkan selama 6 jam
Mentigi, Pantai Kecinan, Pantai Malimbo, sampai terbentuknya endapan. Akhirnya,
Sekotong Tengah, Gili Genting, dan endapan yang merupakan rendemen
Bangko-Bangko), 4 titik sampel di alginat disaring dengan kertas saring dan
Lombok Tengah (Pantai Kute, Tanjung dikeringkan dengan oven pada suhu
o
Ann 1, Tanjung Ann 2, dan Teluk 60 C.
Gerupuk), dan 7 titik di Lombok Timur
(Pantai Ujung Mas, Teluk Ekas, Pantai Prosedur ekstraksi alginat menurut
Rambang, Pantai Labuhan Haji, Pantai Rasyid (2003) dan Haryanto (2005)
Transad, Pantai Labuhan Pandan dan Rumput laut kering seberat 5 gram
Pantai Pulur). Sampel-sampel yang telah direndam dalam larutan HCl 0,5% selama
dikoleksi, dikarakterisasi secara 30 menit, dengan perbandingan 1:15 b/v
morfologi, dan diidentifikasi atas dasar (rumput laut:larutan HCl) dengan tujuan
kunci identifikasi Bold dan Wynne untuk meningkatkan kadar alginat dan
(1985), Guiry (2007), Taylor (1979) dan membebaskan garam-garam mineral.
Suria (2003). Perendaman berikutnya dilakukan
menggunakan larutan NaOH 0,5% dengan
Prosedur ekstraksi alginat perbandingan 1:15 b/v (rumput
Sampel rumput laut yang telah laut:NaOH 0,5%} selama 30 menit,
memiliki kadar air 15%, diekstraksi dengan tujuan untuk menghilangkan
kadar alginatnya menggunakan dua senyawa protein.
metode ekstraksi yang dikembangkan Setelah perendaman, rumput laut
oleh Winarno (1996) dan Haryanto diekstraksi dengan menginkubasi rumput
(2005). Penggunaan dua metode laut tersebut dalam larutan Na2CO3 2%
0
ekstraksi tersebut dimaksudkan untuk pada suhu 60 C selama 60 menit.
mencari prosedur ekstraksi yang paling Selanjutnya, dilakukan penyaringan
optimal untuk memperoleh alginat pada dengan kertas saring, dan filtrat yang
rumput laut. diperoleh ditambahkan larutan NaOCl
10% sebanyak 2% dari jumlah filtrat
Prosedur ekstraksi alginat menurut yang dihasilkan, diaduk sampai warnanya
Winarno (1996) dan Yulianto (1997) berubah menjadi kuning. Kemudian,
Rumput laut kering (3 gram) filtrat yang diperoleh diatur pH-nya
direndam dalam 15 ml larutan CaCl2 1 % menjadi 1-2 dengan menambahkan
selama 2 jam sambil diaduk, dengan larutan HCl 15%, didiamkan 30 menit,
tujuan untuk menghilangkan adanya dan disaring menggunakan penyaring
laminaran, mannitol dan garam lain. berukuran 40 mesh.
Selanjutnya, rumput laut dicuci dengan Gel yang diperoleh kemudian
air untuk menghilangkan kalsium dan dilarutkan dalam larutan Na2CO3 10%,
garam terlarut, yang diikuti dengan diaduk sampai homogen, dan pH diatur
pencucian menggunakan HCl 0,33%. sampai netral. Selanjutnya, larutan
Sebelum dipotong-potong, rumput laut tersebut dilarutkan dalam larutan
dicuci dengan air dan direndam dalam isopropil alkohol sambil diaduk.
larutan Na2CO3 4% dengan perbandingan Akhirnya, serat yang diperoleh kemudian
146
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 3 (Desember 2009) 144-152
147
Kadar Alginat Rumput Laut yang Tumbuh di Perairan Laut Lombok (Widyastuti)
148
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 3 (Desember 2009) 144-152
Kadar alginat rumput laut merah agar. Hal ini konsisten dengan
Analisis kadar alginat rumput laut argumentasi Winarno (1996) yang
merah menggunakan metode Winarno menyatakan bahwa agar akan membeku
(1996) dan Haryanto (2005) tidak dapat dan membentuk gel setelah filtrat yang
mendeteksi keberadaan senyawa dihasilkan dalam penyaringan pertama
hidrokolid tersebut. Hasil penelitian didiamkan selama ±6 jam pada suhu
tentunya memperkuat asumsi para kamar. Spesies rumput laut merah
ilmuan bahwa rumput laut merah bukan lainnya, seperti Acanthophora muscoides
penghasil alginat. Argumentasi tersebut dan A. spicifera meskipun dapat
dapat dibuktikan dalam proses ektraksi menghasilkan filtrat pada penyaringan
alginat yang dilakukan dengan kedua kedua, namun filtrat tersebut tidak dapat
prosedur tersebut, dimana filtrat yang diendapkan untuk membentuk gel setelah
dihasilkan dalam penyaringan pertama ditambahkan larutan HCl 0,33%. Karena
mengendap dan membentuk gel, itu, rendemen alginat tidak didapatkan
sehingga proses ekstraksi selanjutnya pada kedua spesies rumput laut merah
untuk menghasilkan alginat dari rumput tersebut.
laut merah tidak dapat diteruskan. Gel
yang dihasilkan dalam proses tersebut Kadar alginat rumput laut hijau
sudah dapat dipastikan merupakan Sebagaimana halnya rumput laut
rendemen karaginan atau agar, merah, ekstraksi rumput laut hijau juga
tergantung spesies rumput laut merah tidak menghasilkan alginat. Dalam proses
yang diekstraksi. ekstraksi rumput laut hijau menggunakan
Argumentasi tersebut diperkuat prosedur Winarno (1996) dan Haryanto
setelah dilakukan ekstraksi Gracilaria (2005) filtrat yang dihasilkan dalam
verucosa yang telah dikenal kuat di penyaringan kedua berhasil membentuk
msyarakat sebagai penghasil agar. endapan encer. Namun demikian,
Setelah dilakukan penyaringan yang endapan tersebut tidak dapat membentuk
pertama, filtrat yang dihasilkan segera gel setelah 7 jam di suhu kamar karena
membentuk gel, yang tidak lain adalah sangat encer, karena viskositas
149
Kadar Alginat Rumput Laut yang Tumbuh di Perairan Laut Lombok (Widyastuti)
merupakan salah satu sifat yang sangat Tabel 1. Rendemen alginat (%) beberapa
penting dari alginat (Rasyid, 2003). spesies rumput laut coklat yang
Dalam penelitian ini, tidak dilakukan diekstraksi menggunakan dua macam
pengukuran kekuatan gel, hanya diamati prosedur
secara visual saja. Endapan encer yang
terbentuk tersebut diduga merupakan Metode Ekstraksi
senyawa seperti selulosa, xilan dan Spesies Winarno Haryanto
(1996) (2005)
mannan yang merupakan komponen
penyusun dinding sel (Aslan, 1998). Padina sp. 18,30±0,91 18,27±0,92
Spesies rumput laut hijau lainnya, seperti
Dictyota sp. 1 15,92±0,72 15,84±0,75
Halimeda sp dalam proses akhir
ekstraksi didapatkan rendemen berupa Dictyota sp. 2 14,95±0,77 14,85±0,76
kapur. Hal ini dapat dimaklumi mengingat
thalus rumput laut tersebut banyak Sargassum
14,35±0,73 14,34±0,77
mengandung kapur. Dengan demikian, polycistum 1
maka dapat dikatakan bahwa rumput laut
Turbinaria ornata 13,33±0,65 13,19±0,67
hijau bukanlah rumput laut potensial
sebagai penghasil alginat (alginofit). Turbinaria
13,22±0,66 13,21±0,66
murayana
Rendemen alginat
alginat rumput laut coklat
Persentase rendemen alginat Sargassum
8,10±0,45 8,11±0,41
aquifolium
beberapa spesies rumput laut coklat
yang diekstraksi dengan prosedur Sargassum sp 7,33±0,35 7,32±0,35
ekstraksi Winarno (1996) (Tabel 1),
tidak menunjukkan perbedaan yang Turbinaria
6,68±0,37 6,71±0,39
signifikan dengan persentase rendemen conoides
alginat rumput laut coklat yang
Sargassum
diesktraksi menggunakan prosedur crassifolium
5,75±0,28 5,72±0,31
Haryanto (2005) (Tabel 1). Kenyataan
tersebut mengindikasikan bahwa data Sargassum
5,41±0,25 5,29±0,27
persentase rendemen alginat yang polycistum 2
dipresentasikan dalam penelitian ini
Sargassum
(Tabel 1) cukup representatif dan cristaefolium
5,33±0,27 5,32±0,28
menggambarkan kadar alginat yang
sesungguhnya pada beberapa spesies Hormophysa sp. 4,43±0,27 4,31±0,23
rumput laut coklat yang diekstraksi
dalam penelitian ini.
Data pada Tabel 1 menunjukkan
Kedua prosedur ekstraksi
bahwa spesies rumput laut coklat yang
menghasilkan rendemen alginat yang
memiliki rendemen >10%, baik yang
cukup bervariasi antar spesies rumput
diekstraksi dengan prosedur Winarno
laut coklat, yang berkisar 4% sampai
(1996), maupun yang diekstraksi dengan
18%, bergantung pada spesies.
prosedur Haryanto (2005) adalah Padina
Persentase rendemen alginat tertinggi
sp. Dictyota sp. 1, Dictyota sp. 2,
ditemukan pada spesies Padina sp.
Sargassum polycistum 1, Turbinaria
sebesar 18,30% dan 18,27%, masing-
ornate dan Turbinaria murayana.
masing menurut prosedur Winarno
Sedangkan spesies rumput laut coklat
(1996) dan Haryanto (2005). Persentase
yang memiliki rendemen alginat <10%
alginat terendah ditemukan pada spesies
adalah Sargassum aquifolium, Sargassum
Hormophysa sp. sebesar 4,43% dan
sp., Turbinaria conoides, Sargassum
4,31%, masing-masing menurut prosedur
crassifolium, Sargassum polycistum 2,
Winarno (1996) dan Haryanto (2005).
150
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 3 (Desember 2009) 144-152
151
Kadar Alginat Rumput Laut yang Tumbuh di Perairan Laut Lombok (Widyastuti)
152