Anda di halaman 1dari 7

HIPERLIPIDEMIA

Formularium Nasional (Fornas) adalah daftar obat yang disusun berdasarkan


bukti ilmiah mutakhir oleh Komite Nasional Penyusunan Fornas. Obat yang masuk
dalam daftar obat Fornas adalah obat yang paling berkhasiat, aman, dan dengan harga
terjangkau yang disediakan serta digunakan sebagai acuan untuk penulisan resep
dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional
dimana formularium ini merupakan daftar obat yang disepakati oleh staf medis dan
disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah
Sakit. Definisi Formularium (Pedoman Penyusunan Formularium Rumah Sakit,
Depkes (2010) yaitu: Formularium merupakan suatu dokumen yang secara terus
menerus direvisi, memuat sediaan obat dan informasi penting lainnya yang
merefleksikan keputusan klinik mutakhir dari staf medik rumah sakit.
Sistem Formularium menurut buku Pedoman Penyusunan Formularium
Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI bekerjasama dengan Japan Internasional Cooperation Agency 2010
terdiri atas Evaluasi penggunaan obat, Penilaian dan Pemilihan Obat. Evaluasi
penggunaan obat bertujuan untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan cost
effective, dilakukan dengan dua cara yaitu pengkajian dengan mengambil data dari
pustaka dan pengkajian dengan mengambil data sendiri. Penilaian, setiap obat baru
yang diusulkan untuk masuk dalam formularium harus dilengkapi dengan informasi
tentang kelas terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan, kisaran dosis, efek
samping dan efek toksik. Pemilihan obat dengan memperhatikan faktor kelembagaan
yaitu kebijakan rumah sakit, faktor obat dan faktor biaya.
Isi Formularium berdasarkanbuku Pedoman Penyusunan Formularium Rumah
Sakit, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI bekerjasama dengan Japan Internasional Cooperation Agency 2010
yaitu Formularium berisi tiga bagian utama
a) Informasi kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat. Kebijakan
mencakup antara lain: tentang pemberlakuan formularium, tatalaksana obat
(kebijakan umum dalam penulisan resep, kebijakan penulisan obat generik,
prosedur pengusulan obat untuk ditambahkan atau dihapus dari formularium,
SK tentang TFT, dll.
b) Daftar Obat. Bagian ini merupakan inti dari formularium yang berisi
informasi dari setiap obat disertai satu atau lebih indeks untuk memudahkan
penggunaan formularium.
c) Informasi khusus. Informasi khusus tergantung pada kebutuhan masing-
masing rumah sakit.

Analisis ABC diperlukan untuk evaluasi obat dan penting untuk


mengidentifikasi volume produk obat dari segi biaya, anggaran obat dan utilisasinya
sehingga melalui analisis ABC dapat membantu manajemen dalam evaluasi
formularium (Saveli 1996). Analisis VEN merupakan analisa yang digunakan untuk
menetapkan prioritas pembelian obat serta penyesuaian rencana kebutuhan obat
dengan alokasi dana yang tersedia (Depkes RI,2002). Menurut Siregar (2004), perlu
dilakukan review sistem pengendalian obat dengan analisis ABC secara periodik
karena adanya perubahan harga dan pemakaian yang dipengaruhi oleh trend penyakit
dan musim. Peninjauan analisis ABC dapat dilakukan setiap tahunnya bersamaan
dengan dilakukannya perubahan terhadap formularium.
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengendap pada dinding pembuluh
darah bagian dalam, dan selanjutnya akan menghambat aliran darah dan oksigen
sehingga mengganggu metabolisme sel otot jantung. Mengkonsumsi makanan tinggi
kolesterol dan lemak jenuh menyebabkan peningkatan kolesterol intrasel, dan akan
disimpan sebagai ester kolesterol yang menyebabkan penurunan transkripsi gen
reseptor High Density-Lipoprotein (HDL) dan menurunkan sintesis LDL. Hal
inimenyebabkan kadar LDL-kolesterol di dalam sirkulasi akan semakin meningkat.
Hiperlipidemia merupakan salah satu faktor resiko penyebab penyakit jantung
koroner di samping faktor-faktor lain seperti hipertensi, merokok, riwayat keluarga,
obesitas, stress, gaya hidup, jenis kelamin dan diabetes militus. Hiperlipidemia adalah
suatu keadaan yang menunjukkan adanya peningkatan lemak darah termasuk
kolesterol dan trigliserida atau peningkatan dari lipoprotein-lipoprotein khusus.

Hiperlipidemia adalah suatu kondisi kelebihan lemak dalam sirkulasi darah.


Dapat disebut juga dengan hiperlipoproteinemia karena substansi lemak yang
mengalir di peredaran darah terikat oleh protein karena lemak merupakan partikel
yang tidak larut air. Secara umum, hiperlipidemia dapat dibedakan menjadi 2 sub
kategori yaitu hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia (Harikumar, dkk., 2013).

Klasifikasi hiperlipidemia berdasarkan etiologinya dibedakan menjadi tiga


yaitu, dislipidemia primer yang disebabkan karena kelainan genetik spesifik dan
dislipidemia sekunder yaitu, dislipidemia yang terjadi karena penyakit lain yang
menyebabkan kelainan metabolism lemak dan lipoprotein, serta hiperlipidemia
idiopatik, yaitu hiperlipidemia yang belum dapat diketahui secara pasti penyebabnya.

Patofisiologi Secara umum, hiperlipidemia terjadi berdasarkan beberapa


mekanisme.

1. Penurunan ekskresi trigliserida kaya lipoprotein dan inhibisi lipoprotein lipase


dan trigliserida lipase.
2. Faktor-faktor lainnya seperti resistensi insulin, defisiensi carnitine, dan
hipertiroidisme yangdapat menyebabkan kelainan metabolisme lemak.
3. Pada sindrom nefrotik, penurunan kadar protein albumin dalam sirkulasi
menyebabkan kenaikan sintesis lipoprotein untuk mempertahankan tekanan
onkotik plasma (Majid, 2013).
a. Patofisiologi hiperkolesterolemia

Kolesterol LDL normalnya bersirkulasi di dalam tubuh sekitar dua setengah


hari, kemudian berikatan dengan reseptor LDL di sel-sel hati, untuk kemudian di
endositosis. LDL dalam tubuh hilang, dan sintesis kolesterol oleh liver di supresi oleh
mekanisme HMG-CoA reduktase. Pada kondisi hiperkolesterolemia familial, fungsi
reseptor LDL terganggu atau bahkan hilang, sehingga LDL bersirkulasi di darah lebih
lama yaitu empat setengah hari. Hal ini menyebabkan kenaikan kadar LDL darah,
namun lipoprotein lainnya tetap normal. Pada mutasi dari ApoB, terjadi penurunan
ikatan partikel LDL dengan reseptor, sehingga terjadi kenaikan kadar LDL
(Harikumar, dkk., 2013).

b. Patofisiologi hiperlipidemia

Hipertrigliseridemia dapat terjadi karena dua mekanisme. Mekanisme pertama


adalah kelebihan produksi VLDL oleh hati sebagai akibat dari kenaikan asam lemak
bebas yang melewati hati. Mekanisme kedua adalah adanya gangguan pada
pemecahan VLDL dan kilomikron oleh lipoprotein lipase. Ketika aktifitas lipoprotein
lipase menurun, trigliserida gagal dihidrolisa, diubah, ataudihancurkan, dan
metabolism kilomikron serta VLDL remnan tertunda (Harikumar, dkk., 2013).

Terapi Hiperlipidemia Terapi non medikamentosa Penderita trigliseridemia


biasanya mengalami obesitas, resistensi insulin, diabetes, atau hipertensi yang
merupakan factor resiko penyakit kardiovaskular, sehingga penurunan berat badan,
modifikasi diet dan olahraga sangat diperlukan. Modifikasi diet harus dapat
menurunkan berat badan dengan proporsi lemak dan karbohidrat yang rendah.
Konsumsi alkohol harus dikurangi atau bahkan dilarang (Yuan, dkk., 2007).

Terapi farmakologi menggunakan obat golongan statin. statin adalah inhibitor


koenzim 3-hidroksi-metilglutaril. Statin bukan pilihan terapi lini pertama apabila
kadar trigliserida plasma lebih dari 5 mmol/liter. Sama seperti fibrat, statin pada
umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan jarang sekali menimbulkan miopati atau
toksik pada hati. Penggunaan kombinasi statin dan fibrat direkomendasikan pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 dan efektif untuk mengontrol resiko kardiovaskular
(Yuan, dkk., 2007).

No Nama generik F/NF Bentuk sediaan & Nama dagang Restriksi penggunaan Pemberian
Kekuatan sediaan maksimal
Kelas
terapi

Obat hiperlipidemia

Golongan statin

1 Simvastatin NF -Tablet 10 mg - Beschol Untuk mencegah serangan 10 tab/ minggu


jantung dan stoke
-Tablet 20 mg - Lesvatn

- Mevastin

2 otorvostatin -Tablet 10 mg -Atorvastatin Untuk menurunkan 20 tab/ minggu


calcium kolestrol
-Tablet 20 mg
trihydrate

-Carduo

-Genlipid 20

3 Rosuvastatin - Tablet 10 mg -Crestor Untuk mengurangi 10 tab/ minggu


pembentukan koseltrol
-Tablet 20 mg -Nistrol

-Oloduo
-Recansa

a. Simvastatin

Simvastatin adalah obat untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah.


Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan simvastatin 10 mg dan 20
mg. Penggunaan simvastatin yang disertai pola diet rendah kolesterol bisa mencegah
serangan jantung dan stroke. Kolesterol adalah zat lemak yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk memproduksi hormon dan vitamin D, serta membantu mencerna makanan.
Simvastatin bekerja dengan cara menghambat enzim pembentuk kolesterol jahat,
sehingga kadar kolesterol dalam darah berkurang.

Interaksi Obat Sejumlah efek samping bisa muncul jika simvastatin


dikombinasikan dengan obat-obatan di bawah ini:

 Antikoagulan (obat pengencer darah): meningkatkan risiko perdarahan.


 Ezetimibe: meningkatkan risiko gangguan fungsi hati.
 Amlodipine dan asam fusidat: meningkatkan risiko kelainan otot (miopati).
 Colchicine, amiodarone, verapamil, dilatizem: meningkatkan risiko miopati
dan rhabdomyoyisis atau kerusakan jaringan otot rangka

b. Otorvastatin

Farmakologi atorvastatin sebagai inhibitor enzim HMG-CoA yang


menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL dalam darah.
Farmkodinamik Enzim HMG-CoA (3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme
A) bekerja di hepar, dengan mengkatalisis konversi HMG-CoA menjadi mevalonate.
Keadaan ini merupakan proses permulaan dari biosintesis kolesterol. Mevalonat
adalah suatu prekursor sterol, termasuk kolesterol. Kolesterol dan trigliserida
bersirkulasi dalam peredaran darah, sebagai bagian dari lipoprotein.
Kadar kolesterol dan lipoprotein ini dapat diturunkan oleh atorvastatin melalui
mekanisme berikut:
 Inhibisi enzim reduktase HMG-CoA, dan sintesis kolesterol dalam hati
 Peningkatan sejumlah reseptor LDL hepar pada permukaan sel, untuk
mempertinggi pengambilan, dan katabolisme LDL
 Reduksi LDL yang terbentuk dan juga produksi LDL

c. Rosuvastatin

Rosuvastatin adalah obat untuk menurunkan kadar kolesterol LDL (low


density lipoprotein) dan TGL (trigliserida), serta meningkatkan kadar kolesterol HDL
dalam darah. Hasilnya, risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah akan
berkurang.
Lemak dalam bentuk kolesterol dibentuk secara alami oleh tubuh dari
makanan dan disimpan sebagai sumber energi bagi tubuh. Namun, jika kadar
kolesterol di dalam darah terlalu tinggi, risiko terjadinya penumpukan plak pada
pembuluh darah (aterosklerosis) akan meningkat. Rosuvastatin bekerja dengan cara
mengurangi pembentukan kolesterol oleh hati, sehingga kadar kolesterol di dalam
darah terkendali. Meski demikian, penggunaan rosuvastatin harus diimbangi dengan
diet rendah lemah atau rendah kolesterol dan olahraga yang rutin, agar efeknya
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai