Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Hlm.

613-624, Desember 2016

ASOSIASI KERANG LOKAN Geloina erosa SOLANDER 1786 DAN MANGROVE DI


KAWASAN PESISIR KAHYAPU PULAU ENGGANO, PROVINSI BENGKULU

ASSOCIATION OF LOKAN SHELL Geloina erosa SOLANDER 1786 AND


MANGROVE AT KAHYAPU COASTAL AREA OF ENGGANO ISLAND, BENGKULU
PROVINCE

Nella Tri Agustini1*, Dietriech G. Bengen2, dan Tri Prartono2


1*
Program Studi Ilmu Kelautan Pascasarjana, FPIK, IPB
*E-mail: nellatriagustini@gmail.com
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK, IPB

ABSTRACT
Lokan shell Geloina erosa closely related to mangrove ecosystem in Enggano island. Mangrove is one
supplier of organic materials required by Lokan shell. The research conducted in September 2015 -
January 2016 at mangrove ecosystems in Kahyapu coastal area, aims to analyse lokan shells Geloina
erosa conditions and its association with mangrove ecosystems. Sampling of mangrove vegetation was
taken using line transect and lokan shell sampling using plot in mangrove ecosystem. The results show
that mangrove condition of the Kahyapu coastal area was in healthy condition for the growth of lokan
shell. Lokan shell are significantly assosiated with mangrove in Kahyapu coastal area of Enggano
Island.

Keywords : association, Geloina erosa, mangrove, Kahyapu coastal area

ABSTRAK
Kerang lokan Geloina erosa berkaitan erat dengan ekosistem mangrove di Pulau Enggano. Mangrove
merupakan salah satu penyuplai bahan organik yang dibutuhkan oleh kerang lokan. Penelitian ini yang
dilaksanakan pada bulan September 2015 - Januari 2016 pada ekosistem mangrove di kawasan pesisir
Kahyapu, bertujuan untuk mengetahui kondisi kerang lokan Geloina erosa dan asosiasinya dengan
mangrove. Pengambilan data vegetasi mangrove dilakukan dengan menggunakan transek garis (line
transect), sedangkan pengambilan sampel kerang lokan Geloina erosa dilakukan dengan menggunakan
petak plot/contoh di dalam area mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi mangrove di
pesisir Kahyapu tergolong baik untuk pertumbuhan kerang lokan. Kerang lokan Geloina erosa
berasosasi pada hampir seluruh jenis mangrove di kawasan pesisir Kahyapu, Pulau Enggano.

Kata kunci : asosiasi, Geloina erosa, mangrove, pesisir Kahyapu

I. PENDAHULUAN terumbu karang dengan beragam biota aso-


siatif, salah satunya dari kelompok moluska
Pulau Enggano merupakan salah satu baik gastropoda maupun bivalvia.
pulau kecil terluar Indonesia di Samudra Kerang lokan Geloina erosa me-
Hindia. Pulau Enggano terletak di Kabupaten rupakan kerang bivalvia yang hidup di
Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu, dan kawasan mangrove dengan ukuran dapat
dikelilingi oleh kawasan pantai berkarang dan mencapai 11 cm (Gimin et al., 2004). Kerang
mangrove dengan panjang garis pantai sekitar ini telah dikonsumsi oleh masyarakat Pulau
112 km. Pulau ini memiliki luas areal sekitar Enggano, dan mempunyai kandungan gizi
40.060 hektar dengan sejumlah gugusan pulau yang tinggi dengan komposisi protein sebesar
kecil di sekitarnya (Senoaji, 2009). Disam- 7,06% - 16,87%, lemak sebesar 0,40 - 2,47%,
ping itu, pesisir Kahyapu yang berada di Pulau karbohidrat sebesar 2,36 - 4,95% serta mem-
Enggano, memiliki ekosistem lamun dan berikan energi sebesar 69-88 kkal/100 gram

@Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 613
Asosiasi Kerang Lokan Geloina erosa, Solander 1786 . . .

daging. Dengan memperhatikan potensinya pung berpasir dan cukup jauh dari pemukiman
sebagai sumber protein hewani, kerang (stasiun 1), wilayah dekat aliran air tawar dan
tersebut perlu dipertimbangkan pengemba- pemukiman penduduk (stasiun 2), pantai pasir
ngannya (Suaniti, 2007). berlumpur dan banyak aktivitas penduduk di
Berdasarkan habitatnya, kerang lokan dalamnya (stasiun 3), pantai pasir berkarang
Geloina erosa hidup di daerah berlumpur dan berada dekat Teluk Kiyokwa serta ber-
pada ekosistem mangrove. Mangrove sebagai hadapan dengan Pulau Bangkai (stasiun 4).
salah satu tempat berlindung, bernaung dan
mencari makan bagi makroinvertebrata pada 2.2. Pengambilan Data
umumnya, termasuk kerang lokan Geloina Data vegetasi mangrove diambil dari 3
erosa. Jika ekosistem mangrove mengalami (tiga) petak plot berukuran 10 m x 10 m yang
degradasi ataupun kerusakan tentunya akan diletakkan sepanjang transek garis (line
berpengaruh terhadap struktur dan komposisi transect). Pada masing-masing stasiun pe-
dari kerang lokan tersebut. Salah satu faktor nelitian terdapat 3 (tiga) transek garis (line
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ke- transect) yang diletakkan secara vertikal dari
rang lokan Geloina erosa adalah serasah yang arah pantai ke arah daratan, dengan jarak antar
berasal dari ranting, daun, bunga dan buah transek garis (line transect) sejauh ± 350 m.
mangrove yang jatuh dan telah mengalami Penempatan petak plot sepanjang transek
proses dekomposisi, dimana proses tersebut garis (line transect) didasari pada kondisi
sebagai bagian dari proses biologis untuk substrat yang berbeda di 3 (tiga) zona
menjaga keseimbangan ekosistem mangrove, mangrove, yaitu petak plot pada zona pinggir
sedangkan hasil dari proses dekomposisi akan pantai (seaward zone), zona tengah (middle
menjadi sumber makanan bagi detritus zone) dan zona daratan (landward zone).
bivalvia, crustacea, zooplankton dan lain-lain Panjang transek garis (line transect) ber-
(Hamidy, 2002; Dwiono dan Sigit, 2003). gantung kepada ketebalan mangrove di setiap
Masih minimnya informasi keberada- stasiun pengamatan. Setiap individu mang-
an dan ketersediaan kerang lokan pada ekosis- rove yang ditemukan dalam petak plot di-
tem mangrove Pulau Enggano, mendorong identifikasi jenisnya dan dihitung jumlah
dilakukannya penelitian ini yang bertujuan individu setiap jenisnya.
untuk mengkaji asosiasi kerang lokan Geloina Pengambilan sampel kerang lokan
erosa dan mangrove di Pesisir Kahyapu, Geloina erosa pada setiap stasiun penelitian
Pulau Enggano Provinsi Bengkulu. Manfaat dilakukan pada petak plot berukuran 1m x 1m
dari penelitian ini adalah tersedianya data yang diletakkan dalam petak plot mangrove
mengenai asosiasi kerang lokan Geloina berukuran 5 m x 5 m. Di dalam setiap petak
erosa dan mangrove, serta tersedianya infor- plot mangrove berukuran 5 m x 5 m yang
masi untuk mendukung pengelolaan kerang berada dalam petak plot mangrove berukuran
lokan di pesisir Kahyapu, Pulau Enggano. 10 m x 10 m sepanjang garis transek, terdapat
5 (lima) petak plot berukuran 1 m x 1 m untuk
II. METODE PENELITIAN mengambil sampel kerang lokan, dengan cara
menggali substrat hingga kedalaman 15-20
2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian cm. Sampel kerang lokan yang diperoleh dari
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan setiap petak plot dimasukkan ke dalam plastik
September 2015 sampai dengan Januari 2016 sampel yang sudah diberi label atau kode
di ekosistem mangrove pesisir Kahyapu Pulau stasiun pengamatan, untuk selanjutnya diukur
Enggano, Provinsi Bengkulu (Gambar 1). karakter morfometrik dan ditimbang berat
Pengamatan dilakukan pada empat stasiun setiap individu kerang lokan di Laboratorium
yang mewakili kawasan pesisir Kahyapu, Perikanan, Jurusan Ilmu Kelautan, Universi-
yang terbagi atas pantai berpasir hingga lem- tas Bengkulu. Karakter morfometrik yang di-

614 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Agustini et al.

Gambar 1. Peta lokasi dan stasiun penelitian.

ukur meliputi: panjang, tinggi dan lebar cang- Winkler (APHA, 1989). Analisis sampel sedi-
kang, serta menimbang berat individu kerang men dilakukan di Laboratoriun Tanah Institut
lokan. Pengukuran karakter morfometrik Pertanian Bogor, dimana kualitas sedimen
menggunakan vernier caliper (jangka so- yang diukur meliputi pH tanah, bahan organik
rong), dengan ketelitian 0,1 mm, dan penim- dan tekstur tanah. Metode pengukuran pH
bangan berat kerang lokan menggunakan tanah dilakukan dengan menggunakan pH
timbangan OHAUS Precision plus, dengan meter, pengukuran kandungan bahan organik
ketelitian 0,01 g. dilakukan dengan metode Walkey-Black,
Pengukuran kualitas air yang dilaku- sedangkan pengukuran tekstur tanah dilaku-
kan secara langsung di lapangan pada setiap kan dengan metode pipet.
sub stasiun penelitian, meliputi parameter
suhu, salinitas dan oksigen terlarut (DO), 2.3. Analisis Data
sedangkan pengukuran parameter kualitas 2.3.1. Penentuan Kelas Ukuran
sedimen dilakukan di laboratorium, dimana Penentuan frekuensi ukuran panjang
sampel sedimen diambil dari setiap sub kerang meliputi; (1) menentukan wilayah
stasiun dan selanjutnya dimasukkan ke dalam kelas (range) = panjang maksimal-panjang
kantong plastik untuk kemudian disimpan di minimal; (2) menentukan jumlah kelas (K) =
dalam cool box. Pengukuran suhu air permu- 1 + 3,32 log N, N = jumlah contoh; (3) me-
kaan (0-1 m) dilakukan dengan menggunakan nentukan interval kelas (KI) = R/K. Selan-
termometer, sedangkan pengukuran salinitas jutnya memilih ujung kelas interval pertama
dilakukan dengan menggunakan refraktome- dan menentukan frekuensi panjang untuk
ter. Pengukuran oksigen terlarut (DO) dilaku- masing-masing selang kelas (Walpole, 1992).
kan dengan menggunakan metode titrasi

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 615
Asosiasi Kerang Lokan Geloina erosa, Solander 1786 . . .

2.3.2. Kepadatan Kerang Lokan responden (Correspondence Analysis atau


Kepadatan kerang lokan (Geloina CA) (Bengen, 2000). Analisis pada matriks
erosa) dinyatakan dalam individu per meter data I baris (kategori kerang lokan; kecil,
kuadrat. Untuk menghitung kepadatan kerang sedang, besar) dan J kolom (jenis mangrove,
lokan menggunakan rumus (Krebs, 1980): tingkatan mangrove dan kerapatan mang-
rove), bertujuan untuk mengetahui asosiasi
N=(∑ ni/A) .............................................. (1)
antara kerang lokan dan mangrove. Analisis
ini dilakukan dengan menggunakan program
Dimana: N adalah kepadatan kerang lokan
Xlstat.
(ind/m2), ∑ ni adalah jumlah kerang jenis-i
(individu) dan A adalah luas area (m2).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.3.3. Analisis Vegetasi Mangrove
3.1. Hasil
Analisis vegetasi mangrove meliputi
3.1.1. Kondisi Vegetasi Mangrove
jumlah jenis dan kerapatan jenis mangrove.
Vegetasi mangrove di Pulau Enggano,
Untuk menghitung kerapatan jenis mangrove
Provinsi Bengkulu terdiri atas 6 (enam) spe-
menggunakan rumus (Bengen, 2004):
sies mangrove sejati, yaitu Avicennia lanata,
Ki =ni / A ................................................ (2) Bruguiera gymnorrhiza, Lumnitzera littorea,
Rhizophora apiculata, Sonneratia alba dan
Dimana: Ki adalah kerapatan jenis ke-i, ni Xylocarpus granatum. Kerapatan jenis mang-
adalah jumlah total individu ke-i dan A adalah rove tertinggi di stasiun 1 dijumpai pada
luas total area pengambilan contoh (m2). Rhizophora apiculata (711 ind/ha) dan teren-
dah dijumpai pada Barringtonia asiatica (11
2.3.4. Sebaran Populasi Kerang Lokan ind/ha). Stasiun 2, kerapatan jenis mangrove
Berdasarkan Karakteristik Ling- tertinggi dijumpai pada Rhizophora apiculata
kungan (378 ind/ha) dan terendah dijumpai pada
Sebaran populasi kerang lokan berda- Thespesia populnea dan Pandanus tectorius
sarkan karakteristik lingkungan dianalisis (11 ind/ha). Stasiun 3, kerapatan jenis mang-
dengan menggunakan Analisis Komponen rove tertinggi dijumpai pada Rhizophora
Utama (Principal Component Analysis atau apiculata (589 ind/ha) dan terendah dijumpai
PCA) (Bengen, 2000). Analisis komponen pada Nypa fruticans (11 ind/ha). Stasiun 4,
utama menampilkan data dalam bentuk grafik, kerapatan jenis mangrove tertinggi dijumpai
dimana informasi maksimum yang terdapat pada Rhizophora apiculata (1.033 ind/ha) dan
dalam suatu matriks data, terdiri dari stasiun terendah dijumpai pada Sonneratia alba (11
penelitian sebagai individu (baris) dan ind/ha) (Gambar 2).
variabel lingkungan serta jumlah kerang lokan Kerapatan jenis-jenis mangrove yang
(kerang lokan kecil, sedang, dan besar) didapatkan berbeda pada setiap stasiun pe-
(kolom). Analisis ini memungkinkan suatu nelitian. Kerapatan jenis mangrove tertinggi
representasi yang lebih mudah dibaca atau di terdapat di stasiun 4, yaitu pada spesies
interpretasikan pada struktur data dengan Rhizophora apiculata sebesar 1.033 ind/ha.
hanya menarik informasi esensial (Bengen, Rhizophora apiculata merupakan spesies
2000). Analisis ini dilakukan dengan menggu- mangrove dengan nilai kerapatan yang rata-
nakan program Xlstat. rata tertinggi, sedangkan Nypa fruticans dan
Thespesia populnea merupakan spesies mang-
2.3.5. Asosiasi Kerang Lokan dan Mang- rove dengan nilai kerapatan rata-rata terendah
rove yang ditemukan pada lokasi penelitian dapat
Asosiasi kerang lokan dan mangrove dilihat pada Gambar 3.
dilakukan dengan menggunakan Analisis Ko-

616 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Agustini et al.

1200
mangrove (Ind/ha)
1000
1 2 3 4
Kerapatan jenis

800
600
400
200
0
BGRA SA XGBA HL PT AL BG LL RA SA XG HL TP PT BGRAXGBA HL NF BGRA SA BA HL
Stasiun Penelitian
Keterangan :
AL : Avicennia lanata LL : Lumnitzera littorea SA : Sonneratia alba
BG : Bruguiera gymnorrhiza RA : Rhizophora apiculata XG : Xylocarpus granatum
BA : Barringtonia asiatica HL : Hibiscus tiliaceus L NF : Nypa fruticans
PT : Pandanus tectorius TP : Thespesia populnea
Gambar 2. Tingkat kerapatan pohon mangrove di setiap stasiun penelitian.

1000
mangrove (ind/ha)
Kerapatan jenis

800
600
400
200
0
AL BG LL RA SA XG BA HL NF PT TP
Jenis mangrove
Keterangan :
AL : Avicennia lanata LL : Lumnitzera littorea SA : Sonneratia alba
BG : Bruguiera gymnorrhiza RA : Rhizophora apiculata XG : Xylocarpus granatum
BA : Barringtonia asiatica HL : Hibiscus tiliaceus L NF : Nypa fruticans
PT : Pandanus tectorius TP : Thespesia populnea
Gambar 3. Tingkat kerapatan rata-rata pohon mangrove di pesisir Kahyapu.

3.1.2. Karakteristik Lingkungan stasiun penelitian berkisar antara 1,44 - 6,46


Kisaran suhu antar stasiun penelitian mg/l, dengan nilai terendah dijumpai di sub
tidak berbeda nyata, yakni berkisar antara stasiun 3.3, 4.2 dan 4.3 sebesar 1,44 mg/l
26,00 - 30,00°C (Tabel 1). Nilai salinitas di (Tabel 1). Kandungan bahan organik di
keseluruhan stasiun penelitian berkisar antara keseluruhan stasiun penelitian berkisar antara
14,00 - 32,00 ppt, dengan nilai yang relatif 2,64% - 28,38%. Nilai kandungan bahan
rendah dijumpai di substasiun 2.1, 2.2 dan 2.3 organik memiliki sedikit perbedaan pada
(14,00 ppt dan 18,00 ppt). Demikian pula beberapa substasiun penelitian, dimana pada
kisaran pH antar stasiun penelitian tidak sub stasiun 1.1 dan 1.3 memiliki kandungan
berbeda nyata, yakni berkisar antara 7,22 - bahan organik paling rendah, yaitu 2,64% dan
8,11 (Tabel 1). Nilai DO di keseluruhan 2,69%.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 617
Asosiasi Kerang Lokan Geloina erosa, Solander 1786 . . .

Tabel 1. Nilai parameter lingkungan dan komposisi substrat.

Sub Suhu Salinitas DO BO pH Pasir Debu Liat Kelas


Stasiun (°C) (ppt) (mg/l) (%) (%) (%) (%) tekstur
1.1 30,00 32,00 5,02 2,64 7,87 94,27 2,28 3,45 P
1.2 28,00 30,00 5,74 18,02 7,47 78,76 15,18 6,06 Plp
1.3 29,00 27,00 5,74 2,69 7,49 89,35 4,19 6,46 P
2.1 26,00 14,00 5,74 10,29 7,22 77,21 17,76 5,03 Plp
2.2 28,00 14,00 5,74 14,70 7,81 93,55 3,34 3,11 P
2.3 28,00 18,00 4,31 13,52 7,60 90,82 4,78 4,40 P
3.1 28,00 27,00 4,31 7,14 7,68 90,51 4,44 5,05 P
3.2 27,00 28,00 2,87 28,38 7,32 39,79 31,14 29,07 Llt
3.3 28,00 28,00 1,44 10,04 7,56 90,56 3,91 5,53 P
4.1 28,00 33,00 6,46 9,45 8,11 87,04 9,25 3,71 Plp
4.2 28,00 32,00 1,44 21,58 7,29 56,72 31,90 11,38 Lpr
4.3 28,00 27,00 1,44 5,98 7,96 91,64 6,42 1,94 P
Keterangan: DO: Dissolved Oxygen; BO: Bahan Organik; pH: derajat keasaman; P: Pasir; Plp;
Pasir Berlempung; Llt: Lempung berliat; Lpr: Lempung Berpasir.

3.1.3. Kondisi Kerang Lokan lokan tertinggi terdapat pada kelas ukuran
Keseluruhan stasiun penelitian dida- besar yaitu 0,09 ind/m2 dan terendah terdapat
patkan kerang lokan Geloina erosa sebanyak pada kelas ukuran sedang yaitu 0,04 ind/m2.
80 individu, yang terbagi kedalam 8 kelas
(interval: 9,29 mm) (Gambar 4). Sebaran
ukuran kerang lokan terbagi menjadi tiga
kelas ukuran, yaitu kelas ukuran kecil (39,00 -
66,89 mm), sedang (66,90 - 85,49 mm) dan
besar (≥85,50 mm). Sebaran ukuran kerang
lokan tertinggi terdapat pada kelas ukuran
sedang (66,90 - 85,49 mm) sebanyak 40
individu, dan terendah terdapat pada kelas
ukuran kecil (39,00 - 66,89 mm) sebanyak 17
individu. Sebaran kerang lokan ukuran sedang
merupakan kelas ukuran kerang yang paling Gambar 4. Frekuensi individu tiap kelas uku-
dominan ditemukan di lokasi penelitian ran kerang lokan Geloina eros.
(Gambar 4).
Kepadatan kerang lokan tertinggi di Nilai kepadatan yang didapatkan di
stasiun 1 terdapat pada kelas ukuran sedang stasiun 3 dan 4 tergolong paling rendah jika
sebesar 0,47 ind/m2, dan terendah terdapat dibanding-kan dengan stasiun lainnya
pada kelas ukuran kecil sebesar 0,2 ind/m2. (Gambar 5). Kerang lokan ukuran sedang
Pada stasiun 2, kepadatan kerang lokan merupakan kerang dengan kepadatan rata-rata
tertinggi terdapat pada kelas ukuran sedang tertinggi, sedangkan kerang lokan ukuran
sebesar 0,33 ind/m2, dan terendah terdapat kecil merupakan kerang dengan kepadatan
pada kelas ukuran besar sebesar 0,02 ind/m2. rata-rata terendah yang ditemukan di lokasi
Pada stasiun 3 dan stasiun 4, kepadatan kerang penelitian (Gambar 6).

618 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Agustini et al.

(F3) dengan keragaman 14,63% memper-


lihatkan bahwa populasi kerang lokan ber-
ukuran besar dan sedang yang banyak
ditemukan di substasiun 1.2, 4.2, dan 3.2 pada
zona tengah (middle zone) dari area mang-
rove, dicirikan oleh substrat debu, liat dan
bahan organik tinggi (Gambar 8).
Populasi kerang lokan yang berukuran
kecil banyak ditemukan di substasiun 2.1
yang memiliki tekstur pasir berlempung dan
terletak pada zona pinggir pantai (seaward
Gambar 5. Kepadatan kerang lokan (Geloina zone) di dekat muara sungai, dan menyebar
erosa) (ind/m2) berdasarkan kelas pada semua substrat, baik debu, liat maupun
ukuran di setiap stasiun peneli- pasir. Populasi kerang lokan berukuran besar
tian. berkorelasi positif dengan salinitas, dimana
semakin tinggi salinitas maka semakin tinggi
sebaran populasinya, demikian pula sebalik-
nya (Gambar 8).

Keterangan : K: Kecil, S: Sedang, B: Besar


Gambar 6. Kepadatan rata-rata kerang lokan
Geloina erosa (ind/m2) berdasar-
kan kelas ukuran di pesisir Kah-
yapu Pulau Enggano.
Gambar 7. Hasil analisis komponen utama
3.1.4. Sebaran Populasi Kerang Lokan (PCA) pada sumbu 1 (F1) dan
Berdasarkan Karakteristik Ling- sumbu 2 (F2).
kungan
Hasil analisis komponen utama (Prin-
cipal Component Analysis atau PCA) menun-
jukkan bahwa sebaran populasi kerang lokan
memiliki keterkaitan dengan karakteristik
lingkungan di pesisir Kahyapu. Hasil PCA
pada sumbu 1 (F1) dengan keragaman 42,73
% dan sumbu 2 (F2) dengan keragaman 23,58
% memperlihatkan bahwa populasi kerang
lokan berukuran besar dan sedang menyebar
pada substrat debu, liat dan bahan organik
tinggi serta berkorelasi negatif dengan kondisi
pH dan suhu (Gambar 7). Gambar 8. Hasil analisis komponen utama
Selanjutnya, hasil PCA pada sumbu 1 (PCA) pada sumbu 1 (F1) dan
(F1) dengan keragaman 42,73 % dan sumbu 3 sumbu 3 (F3).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 619
Asosiasi Kerang Lokan Geloina erosa, Solander 1786 . . .

3.1.5. Asosiasi Kerang Lokan dan Mang- Kondisi populasi kerang lokan Geloina erosa
rove di lokasi penelitian tergolong bagus, ukuran
Asosiasi kerang lokan dan mangrove panjang cangkang kerang lokan tertinggi
membentuk tiga kelompok asosiasi (Gambar mencapai 10,7 cm dengan berat tertinggi
9). Kelompok pertama menjelaskan kerang mencapai 335 gram. Tamsar et al. (2013) dan
lokan berukuran kecil, sedang dan besar yang Silviana et al. (2014) dalam penelitiannya
berada di stasiun 1, serta kerang lokan ber- menyatakan bahwa kerang lokan yang dite-
ukuran sedang dan besar di stasiun 4, ber- mukan di lokasi penelitian tergolong bagus
asosiasi dengan Rhizophora apiculata yang dengan panjang cangkang tertinggi mencapai
banyak ditemukan pada kerapatan mangrove 8,2 - 8,9 cm. Selanjutnya, Sarong et al. (2015)
> 1000 ind/ha. Kelompok kedua menunjukkan mengemukakan bahwa ukuran panjang cang-
bahwa kerang lokan berukuran sedang dan kang tertinggi yang ditemukan di lokasi pene-
besar di stasiun 3 berasosiasi dengan Brugui- litiannya sebesar 61,81 mm. Secara teoritis,
era gymnorrhiza yang banyak ditemukan kerang lokan G. erosa ditemukan tertinggi
pada kerapatan mangrove < 1000 ind/ha. dengan ukuran panjang cangkang mencapai
Kelompok ketiga memperlihatkan bahwa 11 cm (Gimin et al., 2004). Kepadatan kerang
kerang lokan berukuran kecil, sedang dan lokan yang didapatkan berbeda pada setiap
besar di stasiun 2 berasosiasi dengan Lumnit- stasiun penelitian, dimana kepadatan tertinggi
zera littorea, Sonneratia alba dan Xylocarpus terdapat pada kelas ukuran sedang di stasiun 1
granatum yang banyak ditemukan pada sebesar 0,47 ind/m2, sedangkan kepadatan
kerapatan mangrove < 1000 ind/ha hingga ≥ terendah terdapat pada kelas ukuran besar di
1000 ind/ha. stasiun 2 sebesar 0,02 ind/m2. Kerang lokan
ukuran sedang merupakan kerang dengan
kepadatan rata-rata tertinggi, sedangkan pada
kerang lokan ukuran kecil merupakan kerang
dengan kepadatan rata-rata terendah yang
ditemukan di lokasi penelitian (Gambar 6).
Kepadatan kerang lokan di keseluruhan
stasiun penelitian tergolong rendah yaitu
berkisar 0,02 ind/m2 - 0,47 ind/m2 (Gambar 5).
Hal ini berbeda jauh jika dibandingkan
dengan kepadatan kerang lokan di ekosistem
mangrove Belawan yaitu berkisar antara 1,36-
Gambar 9. Hasil analisis koresponden (CA) 3,21 ind/m2, dimana vegetasi mangrove yang
antara kerang lokan (Geloina mendominasi adalah Nypa fruticans (Hasan et
Erosa) dan mangrove pada al., 2014). Perbedaan jenis vegetasi mangrove
sumbu 1 (F1) dan sumbu 2 (F2). yang ditemukan di lokasi penelitian juga
merupakan salah satu faktor yang berpenga-
3.2. Pembahasan ruh terhadap kelimpahan kerang lokan dida-
Kondisi vegetasi mangrove di pesisir lamnya. Jenis mangrove yang mendominasi di
Kahyapu tergolong baik dan mendukung lokasi penelitian adalah pada Rhizophora
pertumbuhan kerang lokan didalamnya. Nilai apiculata, dimana jika secara morfologi dan
kerapatan jenis yang didapatkan secara habitatnya berbeda dengan Nypa fruticans.
keseluruhan > 1000 ind/ha. Menurut Kepmen Jenis mangrove R. apiculata umumnya
LH No. 201 (2004), kriteria nilai kerapatan tumbuh pada substrat yang kaya bahan
jenis mangrove pada nilai < 1000 termasuk organik tapi miskin oksigen, sedangkan Nypa
kategori jarang, ≥ 1000 termasuk kategori fruticans tumbuh pada substrat yang cukup
sedang dan ≥ 1500 termasuk kategori baik. kaya bahan organik dan kandungan oksigen.

620 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Agustini et al.

Kepadatan kerang lokan di stasiun 3 menggambarkan tingkat kesuburan dari kon-


dan 4 paling rendah jika dibandingkan dengan disi habitat tersebut, sehingga memungkinkan
kedua stasiun lainnya. Beberapa hal yang produksi serasah di dalamnya tinggi. Hal ini
mungkin tidak mendukung perkembangbiak- sesuai dengan pendapat Jesus (2012) bahwa
an kerang lokan di stasiun 3 dan 4 dengan kerapatan mangrove yang tinggi dapat
baik, yakni adanya indikasi ketiadaan rekruit- memproduksi serasah lebih banyak dan me-
men dan gangguan terhadap siklus perkem- nyumbangkan C-organik lebih besar ke subs-
bangbiakan. Kondisi ini diduga karena adanya trat di daerah mangrove yang ada di sekitar-
aktivitas pengambilan kerang lokan yang nya, dimana aktivitas dekomposisi dapat
tidak selektif oleh masyarakat, sehingga ber- terjadi. Selanjutnya Soeroyo (1993) menjelas-
pengaruh pada pola reproduksi kerang lokan. kan bahwa semakin banyak sumbangan zat
Kerang lokan berukuran besar yang telah hara mangrove terhadap perairan sekitarnya,
matang gonad diduga tidak sempat berepro- maka perairan tersebut semakin subur dan
duksi, karena telah diambil dalam jumlah semakin banyak komunitas biota di dalamnya.
banyak sehingga dapat mengganggu populasi Dengan demikian, kandungan bahan organik
kerang muda. dan kerapatan mangrove yang tinggi pada
Populasi kerang lokan banyak ditemu- kawasan R. apiculata potensial menyediakan
kan pada substrat liat dan debu yang kaya bahan makanan bagi kerang lokan. Kerang
bahan organik, dan hanya sebagian yang lokan yang berukuran besar dan sedang di
ditemukan pada substrat pasir yang miskin stasiun 3 berasosiasi dengan mangrove Bru-
bahan organik (Gambar 7). Penyuplai bahan guiera gymnorrhiza, dengan nilai kerapatan
organik tertinggi di lokasi penelitian adalah jenis mangrove < 1000 ind/ha. Spesies B.
guguran daun mangrove, buah, dan ranting gymnorrhiza merupakan salah satu spesies
sebagai serasah yang akan mengalami proses yang hidup pada substrat halus dengan
dekomposisi. Davis et al. (2003) dan Wardiat- kandungan bahan organik cukup tinggi.
no et al. (2012) menyatakan bahwa pada subs- Biasanya spesies ini banyak tumbuh di daerah
trat halus (liat dan debu) terdapat kandungan yang relatif berlumpur. Noor et al. (2006)
bahan organik lebih tinggi jika dibandingkan menyatakan bahwa B. gymnorrhiza banyak
dengan substrat kasar (pasir). Persentase ditemukan pada substrat berlumpur, dan
kandungan bahan organik sangat berkaitan terkadang pada tanah gambut hitam. Dengan
erat dengan kondisi substrat, dimana pada demikian, kandungan bahan organik yang
kondisi substrat halus keberadaan kandungan tinggi pada kawasan B. gymnorrhiza juga
bahan organik lebih tinggi jika dibandingkan potensial menyediakan bahan makanan bagi
dengan substrat kasar (Koster and Meyer- kerang lokan. Kerang lokan berukuran kecil,
Reil, 2001; Davis et al., 2003). Kerang lokan sedang dan besar di stasiun 2 bersosiasi
cenderung melimpah pada kondisi substrat dengan mangrove Lumnitzera littorea,
lebih halus dan berlumpur, dimana substrat Sonneratia alba dan Xylocarpus granatum,
tersebut mengandung bahan organik tinggi dengan kerapatan jenis mangrove ≥1000
(Rizal et al., 2013). ind/ha. Stasiun 2 merupakan salah satu stasiun
Kerang lokan G. erosa memiliki aso- yang memiliki keanekaragaman mangrove
siasi berbeda terhadap jenis mangrove di tinggi jika dibandingkan dengan stasiun lain-
setiap stasiun penelitian. Kerang lokan yang nya. Stasiun ini terletak dekat pemukiman
berukuran kecil, sedang dan besar di stasiun 1 penduduk, sehingga pengaruh dari darat lebih
serta kerang lokan yang berukuran sedang dan besar dengan kondisi salinitas lebih rendah
besar di stasiun 4, berasosiasi erat dengan jika dibandingkan dengan stasiun lainnya.
mangrove Rhizophora apiculata, dengan nilai Serasah mangrove yang dihasilkan dari ketiga
kerapatan jenis mangrove > 1000 ind/ha. spesies tersebut memberikan kontribusi yang
Kerapatan mangrove yang tinggi dapat cukup penting terhadap suplai bahan organik

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 621
Asosiasi Kerang Lokan Geloina erosa, Solander 1786 . . .

yang diperlukan kerang lokan bagi kehi- R. apiculata, R. mucronata dan jenis mang-
dupannya. Dengan demikian, bahan-bahan rove lain dengan ukuran butiran sedimen lebih
organik yang berasal dari ketiga spesies halus (Tuheteru et al., 2014; Sigit dan
mangrove tersebut potensial menyediakan Dwiono, 2003). Secara keseluruhan, kerang
bahan makanan bagi kerang lokan didalam- lokan G. erosa berasosiasi erat dengan jenis
nya. mangrove yang ditemukan di lokasi peneliti-
Kondisi populasi kerang lokan G. erosa an, dimana mangrove sebagai salah satu
berkaitan erat dengan seberapa besar keterse- penyuplai bahan makanan yang diperlukan
diaan bahan makanan dan jenis mangrove bagi kehidupannya.
yang ada di lokasi penelitian. Kerang lokan G.
erosa lebih banyak ditemukan berasosiasi IV. KESIMPULAN
dengan spesies R. apiculata yang memiliki
kerapatan tertinggi (Gambar 9). R. apiculata Kerang lokan Geloina erosa memiliki
memberikan sumbangan besar terhadap pro- keterkaitan erat dengan karakteristik lingku-
duktivitas lingkungan perairan, dimana jenis ngan dan mangrove, dimana populasi kerang
ini memiliki daun yang besar dan hidup pada lokan G. erosa yang berukuran besar dan
substrat halus, sehingga dekomposisi serasah sedang menyebar pada habitat dengan kan-
oleh bakteri menjadi lebih tinggi jika dungan bahan organik tinggi dan fraksi
dibandingkan dengan kondisi mangrove di substrat liat dan debu. Populasi kerang lokan
substrat kasar. Unsur hara yang dihasilkan G. erosa yang berukuran kecil menyebar pada
dari serasah mangrove merupakan sumber semua tipe substrat, baik debu, liat maupun
makanan yang dibutuhkan oleh organisme pasir. Kerang lokan G. erosa berasosasi pada
laut, khususnya kerang lokan yang berasosiasi hampir semua jenis mangrove yang ada di
didalamnya. Disamping itu, jika dilihat dari lokasi penelitian, dan paling banyak ditemu-
morfologinya, R. apiculata merupakan salah kan berasosiasi dengan R. apiculata yang
satu spesies mangrove yang memiliki memiliki kerapatan jenis tertinggi.
perakaran khas, yaitu akar tongkat dimana
perakaran tersebut mampu memerangkap UCAPAN TERIMA KASIH
unsur hara, sehingga mendukung pertumbu-
han kerang lokan didalamnya. Hal ini sesuai Ucapan terima kasih ditujukan kepada
dengan pendapat Chapman (1976) dan Kelana Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)
et al. (2015) bahwa mangrove yang didomina- melalui program beasiswa tesis disertasi KEP-
si oleh R. apiculata dicirikan oleh tingkat 64/LPDP/2015 yang telah mendanai peneliti-
kesuburan yang tinggi, dimana perakarannya an ini hingga selesai.
mampu memerangkap partikel-partkel halus
sehingga sedimen yang terbentuk halus dan DAFTAR PUSTAKA
liat. Selanjutnya, Ramli (2012) mengemuka-
kan bahwa R. apiculata menghasilkan detritus American Public Health Association (APHA).
lebih tinggi jika dibandingkan spesies lain, 1989. Standard method for examina-
dimana guguran daun R. apiculata meningkat- tion of water and waste water 14th ed.
kan kandungan bahan organik di kawasan APHA-AWWA-WPFC, Port Press,
sekitarnya. Organisme lainnya seperti ikan Washington DC. 56p.
kecil dan dewasa juga banyak berasosiasi Bengen, D.G. 2000. Sinopsis teknis pengam-
dengan Rhizophora spp, dimana jenis ini bilan contoh dan analisis data biofisik
memiliki sistem perakaran yang baik dan sumberdaya pesisir. Bogor: Pusat
melindungi dari predator (Robertson and Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Phillips, 1995). Kerang lokan G. erosa terka- Lautan, Institut Pertanian Bogor.
dang hidup terisolasi pada habitat mangrove 88hlm.

622 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Agustini et al.

Bengen, D.G. 2004. Pedoman teknis pengelo- tumbuhan kerang lokan (Geloina
laan ekosistem mangrove. Bogor; erosa, solander 1786) di ekosistem
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan mangrove belawan. JPK, 19(2):42-49.
Lautan, Institut Pertanian Bogor. Hogarth, P.J. 1998. The biology of mangrove
56hlm. and seagrasses. Newyork. Oxford Uni-
Chapman, V.J. 1976. Mangrove vegetation. J. versity Press. 273hlm.
Cremer Publ. Leutherhausen, Ger- Jesus, A.D. 2012. Kondisi ekosistem mang-
many. 343p. rove di sub district liquisa timorleste.
Davis, S.E., C.M. Carlos, L.C. Daniel, and Depik, 1(3):136-143.
W.D. John. 2003. Temporally depen- Kelana, P.P., I. Setyobudi, dan M. Krisanti.
dent C, N and P dynamics assocoated 2015. Kondisi habitat polymedosa
with decay of Rhizhopora mangel L. erosa pada kawasan ekosistem mang-
Leaf litter in oligotropihic mangrove rove cagar alam leuweung sancang. J.
wetlands of the Shouthern Evergaldes. Akuatika, 6(2):107-117.
Aqua Bot, 75:199-215. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Darmadi dan Ardhana. 2010. Komposisi Hidup Nomor 201. 2004. Kriteria baku
jenis-jenis tumbuhan mangrove di ka- dan pedoman penentuan kerusakan
wasan hutan perapat benoa desa pemo- mangrove. Keputusan Mentri Ling-
gan, kecamatan Denpasar Selatan, kungan Hidup. Jakarta. 10hlm.
kodya Denpasar, propinsi Bali. J. Ilmu Koster, M. and L.A. Meyer-Reil. 2001.
Dasar, 11 (2):167-171. Characterization of carbon and micro-
Duke, N.C., M.C. Ball, and J.C. Ellison. 1998. bial biomass pools in shallow water
Factors influencing biodiversity and coastal sediments of the southern
distributional gradients in mangroves. Baltic Sea (Nordrugensche Bodden).
Glob Ecol Biogeo Lett, 7(1)27-47. Mar. Ecol. Prog. Ser, 214:25-41.
Dwiono dan A.P. Sigit. 2003. Pengenalan Krebs, C.J. 1980. Ecologycal Methodology.
kerang mangrove, Geloina erosa dan Haper International Edition. Harper
Geloina expansa. Oseana, 28(2):31- Row Pudlishing. London. 694p.
38. Noor,Y., M. Khazali, dan Suryadiputra. 2006.
Gimin, R., R. Mohan, L.V. Thinh, and A.D. Panduan pengenalan mangrove di
Griffiths. 2004. The relationship of indonesia. Oxfam Novib, Bogor.
shell dimensions and shell volume to 220hlm.
live weight and soft tissue weight in Nybakken,W.J. 1988. Biologi Laut: Suatu
the mangrove clam, Polymesoda erosa pendekatan ekologis. PT. Gramedia,
(Solander, 1786) from northern Jakarta. 459hlm.
Australia. NAGA, WorldFish Center Ontorael, R., A.S. Wantasen, dan A.B. Ron-
Quarterly, 27p. donuwu. 2012. Kondisi Ekologi dan
Ghufran, M. dan H. Kordi. 2012. Ekosistem Pemanfaatan Sumberdaya Mangrove
mangrove: potensi, fungsi dan penge- Di Desa Tarohan Selatan Kecamatan
lolaan. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Beo Selatan Kabupaten Kepulauan
268hlm. Talaud. JIP., 1:2302-3589.
Hamidy, R. 2002. Transpor ateridari serasah Ramli, M. 2012. Kontribusi ekosistem
mangrove dengan kajian khusus pada mangrove sebagai pemasok makanan
peran kepiting brachyura. Institut ikan belanak (Liza subviridis) di
Teknologi Bandung, Bandung. 127 perairan pantai utara Konawe Selatan
hlm. Sulawesi Tenggara. Disertasi. Bogor;
Hasan, U., H. Wahyuningsih, dan E. Jumila- Sekolah Pascasarjana Institut Perta-
waty. 2014. Kepadatan dan pola per- nian Bogor. 87hlm.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 623
Asosiasi Kerang Lokan Geloina erosa, Solander 1786 . . .

Sarong, M.A., A.M. Daud, W. Wardiah, I. baga Pada Kerang Hijau (Mytilus
Dewiyanti, Z.A. Muchlisin. 2015. Viridis). J. Ecotrophic, 2(1):1907-
Gonadal histological characteristics of 5626.
mud clam (Geloina erosa) in the Tamsar, Emiyarti, dan W.A. Nurgayah. Studi
estuary of Reuleung River, Aceh Besar laju pertumbuhan dan tingkat eksploi-
District, Indonesia. AACL Bioflux, tasi kerang kalandue (Polymesoda
8(5):708-713. erosa) pada daerah hutan mangrove di
Silviana, D.R., J. Nurdin, dan Izmiarti. 2014. teluk Kendari. JMLI, 2(6):14-25.
Kepadatan populasi dan distribusi Tuheteru, M., S. Notosoedarmo, dan M.
ukuran cangkang kerang lokan (Rec- Martosupono. 2014. Aspek biologi
tidens sp.) di perairan tanjung mutiara Geloina erosa di hutan mangrove.
danau singkarak, Sumatera Barat. J. Prosiding Seminar Nasional Raja
Bio UA, 3(2):109-115. Ampat. Waisai, 12-13 Agustus 2014.
Senoaji, G. 2009. Daya dukung lingkungan Hlm.:159-164.
dan kesesuaian lahan dalam pengem- Walpole, R.E. 1992. Pengantar statistik edisi
bangan pulau Enggano Bengkulu. 3. Sumantri B, penerjemah. PT. Jakar-
JBL, 9(2):159-166. ta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Sofian, A., N. Harahab, dan Marsoedi. 2012. Terjemahan dari: Introduction tosta-
Kondisi dan manfaat langsung ekosis- tistic 3 edition. 515p.
tem mangrove desa penunggul keca-
matan nguling kabupaten pasuruan. Diterima : 17 Mei 2016
El-Hayah, 2(2):56-63. Direview : 14 Juni 2016
Suaniti, M. 2007. Pengaruh Edta Dalam Pe- Disetujui : 22 Desember 2016
nentuan Kandungan Timbal Dan Tem-

624 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82

Anda mungkin juga menyukai