Afifah Khorimah, Annisa Luklu Nadira, Daisy Rahma Rizal, Erlangga Alfaris, Ester Feby
Angela, Fazrin Putri Damayanti, Kakanda Fahmi Lazuardi, M Faishal Ashshiddiqi, M
Thoriq Azis, Pradyartanto Hanif M, Salma Meitama
Asisten : Diego Andryan
ABSTRAK
Terumbu karang merupakan salah satu dari ekosistem-ekosistem pantai yang sangat
produktif dan beraneka ragam yang merupakan ciri dari perairan dangkal daerah khatulistiwa yang
sangat penting bagi ekosistem laut. Pengambilan data ini menggunakan metode Point Intercept
Transect (PIT) yang lokasinya berada di Pulau Harapan, Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta. Data yang diambil adalah persentase penutupan terumbu karang untuk
masing-masing jenis lifeform, persentase karang keras hidup, serta indeks kematian karang
dihitung menggunakan rumus Gomez dan Yap. Pengamatan dibedakan dengan dua stasiun.
Kondisi terumbu karang pada stasiun 1 lebih banyak ditemui pasir dibandingkan dengan terumbu
karangnya. Sedangkan, pada stasiun 2 ditemui lebih banyak terumbu karang, alga, dan biota
lainnya seperti sponge. Pesentase tutupan yang mendominasi adalah karang keras.
Kata kunci: persen tutupan, terumbu karang, Point Intercept Transect (PIT)
ABSTRACT
Coral reefs are one of the most productive and diverse coastal ecosystems that are
characteristic of shallow waters of the equatorial area which are very important for marine
ecosystems. This data collection uses the Point Intercept Transect (PIT) method which is located
in Harapan Island, Kepulauan Seribu Regency, DKI Jakarta. The data taken is the percentage of
coral cover for each type of lifeform, the percentage of live hard corals, and the coral mortality
index calculated using the Gomez and Yap formulas. Observations are distinguished by two
stations. The condition of coral reefs at station 1 was found to be more sand than coral reefs.
Meanwhile, at station 2, more coral reefs, algae, and other biota were found such as sponge. The
dominant cover percentage is hard coral.
Keterangan: Keseragaman
ni = panjang total kelompok biota karang ke-i; diketahui dengan menggunakan persamaan :
𝐻′
L = panjang total transek garis. 𝐸 = 𝐻 ′ 𝑚𝑎𝑥…….(5)
Persentase penutupan terumbu karang keras Keterangan :
hidup (hard coral life coverage, HCL) = E = Indeks Keseragaman Shannon-Wiener;
Persentase penutupan lifeform Acropora + Non- H’ max (ikan) = ln s
Acropora, selanjutnya akan ditentukan kategori H’ max (benthos) = log2 s
kondisi terumbu karang menurut Kepmenneg S = Jumlah spesies
LH No. 4 Thn 2001 tentang Kriteria Baku Dominansi
Kerusakan Terumbu Karang. Nilai dominansi ikan dan benthos dapat
Kepadatan/ Kelimpahan diketahui dengan menggunakan persamaan :
Kepadatan atau kelimpahan ikan dan 𝐶 = ∑𝑛𝑖=1 𝑝𝑖 2……..(6)
benthos dapat diketahui dengan menggunakan Keterangan :
persamaan berikut : C = Indeks dominansi Shannon-Wiener;
𝑁𝑖
𝐴𝑏𝑢𝑑𝑎𝑛𝑐𝑒 = ………(2) Pi = Perbandingan jumlah individu spesies ke-i
𝐴
59% 9%
Frekuensi
10 ikan. Ikan karang lain yang ditemukan saat 2
pengamatan antara lain ikan kepe-kepe, kaka 1
tua, betok ekor kuning, dakocan suroboyo, 0
Demospongia sp. Diadema setosum
goldblack damsel, molote, kupu-kupu, ekor
Spesies
kuning, dan ikan putri bali merah.
Gambar 6 Keanekaragaman benthos
Keanekaragaman Ikan Karang
15
Frekuensi
Chelm…
Ambly…
Dascyl…
Plectro…
Pomac…
Lepido…
Chaeto…
Caesio…
0
tergolong sedikit, hal ini menunjukkan bahwa
kualitas perairan tersebut masih tergolong
Spesies bagus karena bulu babi merupakan bentos
Gambar 5 Keanekaragaman ikan karang yang digunakan sebagai bioindikator kualitas
air pada ekosistem karang. Semakin banyak
Habitat dan kondisi kelayakan ekosistem bulu babi maka kandungan nutrien di perairan
terumbu karang merupakan indikator adanya tersebut semakin melimpah, hal ini dapat
perbedaan jumlah dan jenis ikan karang. mengancam keberadaan ekosistem terumbu
Secara umum kelimpahan ikan karang dalam karang.
suatu ekosistem akan berbanding lurus dengan
kualitas perairan di suatu kawasan. IV. SIMPULAN DAN SARAN
Selain ikan karang, terdapat spesies 4.1 Simpulan
bentos yang ditemukan di stasiun 1. Kondisi terumbu karang pada stasiun 1
Kelimpahan spesies benthos pada stasiun 1 ditemukan karang keras sebesar 62% dan
sangat sedikit karena spesies yang ditemukan abiotic 38%, sedangkan pada stasiun 2
hanya ada 2 yaitu spons (Demospongia sp.) ditemukan karang keras sebesar 59%, abiotik
dan bulu babi (Diadema setosum). sebesar 30%, alga sebesar 9%, dan Spons
sebesar 2%. Tipe pertumbuhan karang yang
ditemukan adalah 6 jenis Acropora, 7 jenis
Non Acropora, dan 1 jenis biota lain.
Persentase tutupan didominasi oleh karang Munua R, Hamuna B, Kalor JD.2019. Tutupan
keras sebesar 60%. Terumbu Karang di Perairan Teluk Tanah
4.2 Saran Merah, Kabupaten Jayapura. Jurnal Ilmu
Praktikum lapang ini dapat dilakukan di Kelautan dan Perikanan Papua. 2(1):30-
lokasi lain yang terdapat lebih banyak terumbu 36.
karang dan juga memperhatikan dari segi Nybakken JW. 1998. Biologi Laut: Suatu
kerjernihan air laut yang akan di teliti oleh Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT
praktikan. Gramedia.
Omar SBA. 2012. Dunia Ikan. Yogjakarta:
DAFTAR PUSTAKA UGM Press.
Gomez, E. D. and H. T. Yap. 1988. Monitoring Romimohtarto K, Juwana S. 2009. Biologi Laut.
Reef Condition. In: Kenchington, R. A., Jakarta (ID): Djambatan.
and B. E. T.Hudson.Coral Reef
Management Handbook. UNESCO
Regional Office for Science and
Technology for Southeast Asia
(ROSTSEA). Jakarta.
Kasim F. 2011. Pelestarian terumbu karang
untuk pembangunan kelautan daerah
berkelanjutan [skripsi]. Gorontalo (ID):
Univeritas Gorontalo.
Kunzmann A. 2004. Corals, fishermen and
tourist. Jo.Naga. 27(1&2):15-19.
Manuputty, A.E., dan Djuwariah. 2009.
Panduan Metode point Intersept Transect
(PIT) untuk Masyarakat Studi Baseline
dan Monitoring Kesehatan karang di
Lokasi Daerah perlindungan Laut. Jakarta:
Coral Reef Rehabilitation and
Management Program, COREMAP II-
LIPI
LAMPIRAN