D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Sahna Junita (442021019)
2022
BAB I
PEMBAHASAN
Terumbu Karang terdapat di wilayah pesisir tropis, yang terbentuk dari endapan-
endapan masif kalsium karbonat(CaCo3) yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk
terumbu (karang hermatifik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractia yang hidup bersimbiosis
dengan zooxantellae dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang
menyekresikan kalsium karbonat. Luas ekosistem terumbu karang di perairan Indonesia
sekitar 85.707 km2 yang terdiri dari 50.223 km2 terumbu penghalang, 19.540 km2 terumbu
cincin (atol), 14.542 km2 terumbu tepi, dan 1.402 km2 oceanic platform.
Terumbu karang memiliki banyak fungsi ekologis yaitu sebagai habitat (tempat
tinggal), tempat mencari makan, tempat asuhan dan pembesaran, tempat pemijahan, sebagai
pemikat organisme laut untuk meningkatkan efisiensi penangkapan, dan menjaga
keseimbangan siklus rantai makanan. Fungsi ekologis lainnya yaitu mencegah rusaknya
ekosistem pantai lain seperti padang lamun dan mangrove
Hampir 85% terumbu karang di Indonesia terancam rusak akibat aktivitas
pembangunan di wilayah pesisir seperti pertanian, industri, pengerukan pantai, penangkapan
ikan dengan racun dan bahan peledak, dan lainnya serta didukung oleh peristiwa-peristiwa
alam seperti badai, tsunami, gempa bumi, dan kenaikan suhu menyebabkan kerusakan
ekosistem terumbu karang. Pencemaran akibat aktivitas transportasi laut termasuk
transportasi kapal pengangkut minyak dan kegiatan pertambangan juga memberikan tekanan
dan gangguan terhadap ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang sangat sensitif
terhadap perubahan lingkungan hidup terutama suhu, salinitas, sedimentasi, eutrofikasi, dan
memerlukan kualitas perairan alami.
Upaya pencegahan dalam kerusakan ekosistem terumbu karang ; (1) Memberi edukasi
kepada masyarakat, nelayan, dan wisatawan tentang pentingnya ekosistem terumbu karang
serta dampak dan akibat penggunaan alat tangkap yang merusak ekosistem terumbu karang,
(2) Pengendalian atas penggunaan jaring yang dapat merusak di kawasan ekosistem terumbu
karang dan pembuatan sarana prasarana yang belum ada seperti pemasangan mooring bouys
pada kawasan yang akan dijadikan wilayah ekowisata, karena penggunaan jaring yang tidak
ramah lingkungan dapat merusak ekosistem sekitar, (3) Pengawasan terhadap ekosistem
terumbu karang yang melibatkan instansi terkait dan masyarakat,pengawasan tidak hanya
dilakukan pada perairan saja tetapi juga seluruh aktivitas yang berdampak terhadap terumbu
karang.
Contoh Jurnal :
Metode yang digunakan pada pengambilan data biofisik terumbu karang yaitu LIT (Line
Intercept Transect), merupakan metode dasar untuk menggambarkan struktur komunitas
karang berdasarkan bentuk pertumbuhan. Metode LIT digunakan
dengan cara membentangkan transek garis (roll meter) sepanjang 100 meter yang dipasang
sejajar dengan garis pantai. Pengambilan data dilakukan pada 4 stasiun yang telah
di tentukan, dimana setiap stasiun dilakukan pengulangan 2 kali yaitu di kedalaman 5 dan 10
meter. Data yang diambil setiap centimeter meliputi bentuk pertumbuhan karang, biota yang
berasosiasi, dan substrat.