Anda di halaman 1dari 8

PERSENTASE TUTUPAN KARANG MENGGUNAKAN METODE

UNDERWATER PHOTO TRANSECT (UPT) DAN LINE INTERCEPT


TRANSECT (LIT) DI PERAIRAN KETAPANG, HANURA,
KABUPATEN PESAWARAN, LAMPUNG

Annisa Novri Yanti1 Farhan Fatur Rohman1 Indah Teresia Br Tarigan1 Ebed Marpaung1

Rian Efriawan1 Faishal Taqy Purnomo1 Meisi Yulanda1 Ira Septiliana1 Selfi Andriani1
Reza Anandatara1 La Ode Muhammad Z.A.D1

1
Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung

Korespondensi : indahtheresiaa@gmail.com

ABSTRAK

Terumbu karang merupakan kawasan khas yang terdapat di wilayah pesisir


tropis. Aktivitas pembangunan di wilayah pesisir menyebabkan kerusakan
ekosistem terumbu karang. Aktivitas manusia yang juga memberikan gangguan
pada ekosistem terumbu karang. Praktikum ini menggunakan 2 metode yaitu LIT
dan UPT. Metode LIT merupakan metode yang paling sering digunakan, ditujukan
untuk menentukan jenis terumbu karang berdasarkan bentuk pertumbuhan yang
ada sepanjang garis transek. Pengambilan data di lapangan dengan metode UPT
dilakukan dengan pemotretan bawah air menggunakan kamera digital. Tujuan dari
praktikum ini ialah untuk mengetahui jenis dan tutupan terumbu karang yang ada
di Pantai Ketapang.

Kata kunci : Metode LIT, Metode UPT, Terumbu Karang


masif kalsium karbonat (CaCo3) yang
dihasilkan oleh organisme
PENDAHULUAN
karang pembentuk terumbu (karang
Kawasan terumbu karang merupakan hermatifik) dari filum Cnidaria, ordo
kawasan khas yang terdapat di wilayah Scleractia yang hidup bersimbiosis
pesisir tropis. Pada dasarnya terumbu dengan zooxantellae dan sedikit
karang terbentuk dari endapan endapan tambahan dari algae berkapur serta
organisme lain yang menyekresikan suhu (El Nino) menyebabkan
kalsium karbonat. Keanekaragaman, kerusakan ekosistem terumbu karang.
penyebaran, dan pertumbuhan Aktivitas manusia yang juga
hermatifik karang tergantung pada memberikan gangguan pada ekosistem
lingkungannya. Kondisi ini pada terumbu karang antara lain:
kenyataannya tidak selalu tetap akan pengambilan pasir untuk reklamasi,
tetapi seringkali berubah karena adanya pembangunan pelabuhan, dan juga
gangguan. Terumbu karang merupakan pembangunan hotel. Pencemaran
salah satu ekosistem di bumi yang akibat aktivitas transportasi laut
paling produktif dan kaya hayati, serta termasuk transportasi kapal
memiliki banyak fungsi ekologis antara pengangkut minyak dan kegiatan
lain sebagai habitat (tempat tinggal), pertambangan juga memberikan
tempat mencari makan (feeding tekanan dan gangguan terhadap
ground), tempat asuhan dan ekosistem terumbu karang. Ekosistem
pembesaran (nursery ground), tempat terumbu karang sangat sensitif terhadap
pemijahan (spawning ground), sebagai perubahan lingkungan hidup terutama
pemikat (attractant) organisme laut suhu, salinitas, sedimentasi,
untuk meningkatkan efisiensi eutrofikasi, dan memerlukan kualitas
penangkapan, dan menjaga perairan alami (Barus et al., 2018).
keseimbangan siklus rantai makanan. Tujuan dilakukannya praktikum ini
Fungsi ekologis lainnya yaitu adalah untuk mengetahui jenis - jenis
mencegah rusaknya ekosistem pantai terumbu karang di pantai Ketapang
lain seperti padang lamun dan menggunakan metode LIT dan untuk
mangrove (Taufina et el., 2018). mengetahui tutupan terumbu karang di
pantai Ketapang menggunakan metode
Aktivitas pembangunan di wilayah UPT.
pesisir seperti pertanian, industri,
pengerukan pantai, penangkapan METODOLOGI
ikan dengan racun dan bahan peledak,
Penelitian ini dilaksanakan pada 1 Juni
dan lainnya serta didukung oleh
2022. Lokasi penelitian dilakukan di
peristiwa-peristiwa alam seperti badai,
Pantai Ketapang, Jalan Mahitam,
tsunami, gempa bumi, dan kenaikan
Batumenyan, Hanura, Kabupaten
Pesawaran, Lampung. Pengambilan substrat yang berada dibawah transek
data dilakukan dengan metode Line (English et al., 1994). Spesifikasi
Intercept Transect (LIT) dan karang yang dicatat adalah berupa
Underwater Photo Transect (UPT). bentuk pertumbuhan karang (life form).

Line Intercept Transect (LIT) Underwater Photo Transect (UPT)


Alat-alat yang digunakan untuk metode Alat-alat yang digunakan untuk
LIT adalah leralatan selam SCUBA, metode ini, yaitu peralatan selam
Roll meter 50m sebagai garis bantu SCUBA, kamera digital bawah air
transek, kertas tahan air untuk menulis (atau kamera digital yang diberi
di bawah air, sarung Tangan untuk pelindung), roll meter 50m sebagai
melindungi tangan, penanda batas awal garis bantu transek, frame besi
dan akhir transek. Metode yang (Transect), GPS untuk menandakan
digunakan dalam kegiatan penelitian ini titik pengamatan, kertas tahan air
adalah metode Line Intercept Transect untuk menulis di bawah air,
(LIT). Metode LIT merupakan metode komputer untuk menganalisis foto,
yang paling sering digunakan, Software CPCe, dan sarung tangan
ditujukan untuk menentukan jenis untuk melindungi tangan.
terumbu karang berdasarkan bentuk
Metode pengambilan data di
pertumbuhan yang ada sepanjang garis
lapangan dengan metode UPT
transek. LIT juga digunakan untuk
dilakukan dengan pemotretan
melakukan memonitor kondisi terumbu
bawah air menggunakan kamera
karang secara detail dengan pembuatan
digital. Transek sepanjang 50 meter
garis transek.
digelar dan garis transek,
Pengamatan jenis karang ini dilakukan dilanjutkan dengan pengambilan
pada kedalam 4-6meter dengan foto pada meter ke-2 pada bagian
menggunakan transek yang kanan. Pemotretan seteruskan
dibentangkan sejajar garis pantai. dilakukan hingga akhir transek.
Pengamatan luas tutupan karang Maka untuk meter ganjil (meter ke-
digunakan metode LIT (Line Intercept 1, 3, 5...) diambil pada bagian kiri,
Transect), panjang transek 50 meter, sedangkan untuk meter genap
dengan prinsip mencatat seluruh
(meter ke-2, 4, 6...) pada bagian 23-24 m CF (Coral Folliose)
kanan. 24-30 m DC (Dead Coral)
30-31 m ACS (Acropora
HASIL DAN PEMBAHASAN
Submassive)

Line Intercept Transect (LIT) 31-33 m DC (Dead Coral)


Hasil pengamatan dengan metode Line 33-34 m ACE (Acropora
Intercept Transect (LIT) di pantai Encrusting)
Ketapang yaitu menunjukkan bahwa 34-39 m SP (Sponge)
lifeform karang hidup yang ditemukan
39-43 m DC (Dead Coral)
pada masingmasing titik yaitu karang
43-44 m CM (Non Acropora
jenis Acropora, Non-Acopora, selain
karang hidup juga ditemukan sponge, Massive)

dapat dilihat pada tabel 1. 44-50 m DC (Dead Coral)

Tabel 1. Jenis terumbu karang di stasiun


3
Panjang Jenis Terumbu

(Meter) Karang
1-4 m DC (Dead Coral)
4-5 m ACB (Acropora

Branching)
5-7 m DC (Dead Coral)
Gambar 1. Grafik Tutupan Terumbu
7-8 m CF (Coral Folliose)
Karang di Stasiun 3
8-15 m DC (Dead Coral)
15-16 m ACD (Acropora
Persentase karang pada stasiun 3
Digitate)
dengan line sepanjang 50 meter,
16-22 m DC (Dead Coral)
persentase karang mati sangat
22-23 m CS (Non Acropora
tinggi yaitu 36,74% sedangkan
Submassive) karang dengan persentase 1,2%
adalah jenis karang Acropora
branching, Coral foliose, Acropora Tanpa cahaya yang cukup, laju
digitate, Non Acropora submassive, fotosintesis akan berkurang dan
Acropora submassive, Acropora bersama dengan itu kemampuan
encrusting, Non Acropora massive. karang untuk menghasilkan
Selain terumbu karang, terdapat kalsium karbonat dan membentuk
pula sponge dengan persentase terumbu akan berkurang pula
tertinggi kedua yaitu 5,10%. (Wijaya et al., 2017).
Kondisi terumbu karang pada
Underwater Photo Transect (UPT)
setiap stasiun berbeda, untuk
Pada kegiatan penelitian yang dilakukan
stasiun 3 ini yang mendominasi
menggunakan metode Underwater
adalah karang mati atau dead
Photo Transect (UPT). Berdasarkan
corals.
penelitian yang dilakukan di pantai
ketapang didapatkan hasil sebagai
Pertumbuhan terumbu karang
berikut:
didukung dengan beberapa
parameter, seperti suhu, salinitas, Tabel 2. Persentase jenis terumbu
kecepatan arus, kecerahan, dan karang dan yang ada disekitar terumbu
oksigen terlarut. Menurut karang menggunakan metode UPT
Nybakken dalam Aini et al, (2013), No Jenis Persentase
perkembangan terumbu karang
1 CORAL (HC) 17,83
yang paling optimal terjadi di
2 ROCK (RCK) 2,68
perairan yang rata-rata suhunya
3 SAND (S) 15,95
antara 23-25º dan terumbu karang
4 RUBBLE (R) 7,57
dapat mentoleransi suhu sampai 36-
5 OTHERS (OT) 0,47
40ºC. Salah satu yang
6 DEAD 38,40
mempengaruhi faktor pertumbuhan
CORAL (DC)
terumbu karang adalah penetrasi
7 DEAD 16,62
cahaya yang masuk ke dalam suatu
CORAL
perairan, cahaya yang cukup harus
WITHALGAE
tersedia agar fotosintesis oleh
(DCA)
zooxanthellae simbiotik dalam
8 SOFT CORAL 0,07
jaringan karang dapat terlaksana.
(SC) 10 SAND (S) 15,95
11 RUBBLE (R) 7,57
9 SPONGES 0,40
12 OTHERS (OT) 0,47
(SP)
13 DEAD CORAL 38,40
10 TAPE WAND 0,47
(DC)
SHADOW 14 DEAD CORAL 16,62
WITH ALGAE
(TWS)
(DCA)
15 SOFT CORAL 0,07
(SC)
Tabel 3. Persentase jenis terumbu 16 SPONGES (SP) 0,40

karang analisis CPCE 17 TAPE WAND 0,47


SHADOW
No Jenis Terumbu Persentase (TWS)

Karang
1 ACROPORA 0,54 Berdasarkan hasil analisis
BRANCING menggunakan aplikasi CPCE pada
(ACB)
2 ACROPORA 0,40 stasiun 3 dengan bentang line transect
DIGITATE sepanjang 50 meter. Dengan
(ACD)
3 NON 0,34 menggunakan metode UPT
ACROPORA (Underwater Photo Transect) dengan
BRANCING
(CB) menggunakan transect sebanyak 50
4 NON 3,28 transect yang mana setiap 1meter
ACROPORA
ENCRUSING menggunakan transect sehingga
(CE) terdapat 50 data transect yang akan
5 NON 1,21
ACROPORA diamati. Dimana disetiap transect yang
MASSIVE (CM) dianalisis menggunakan 30 titik yang
6 NON 1,54
ACROPORA diamati sehingga untuk 50 transect
MUSHROOM meggunakan 1500 titik acak untuk
(CMR)
7 NON 10,39 pengamatan nya. Hasil yang didapatkan
ACROPORA persentase tertinggi di dapatkan oleh
SUBMASSIVE
(CS) Dead Coral (DC) sebesar 38,40% yang
8 NON CROPORA 0,13 mana persentase tertinggi yang
FOLIOSE (CF)
9 ROCK (RCK) 2,68 didapatkan, lalu di dapatkan 16,62%
Dead Coral with Algae (DCA).
Distribusi Coral sebesar 17,83%. Pada acropora submassive mendominasi
karang yang masih hidup didominasi dengan presentase sebesar 10,39%.
jenis Non Acropora Submassive (CS)
sebesar 10,39%. Selanjutnya pada dasar
DAFTAR PUSTAKA
perairan yang terdapat terumbu karang
didapatkan substrat pasir atau Sand (S) Aini, M., Ain, C., & Suryanti. (2013).
sebesar 15,95%. Sebaran distribusi dari Profil Kandungan Nitrat Dan
terumbu karang yang ada di pantai Fosfat Pada Polip Karang
ketapang di dominasi oleh karang mati Acropora sp. Di
yang mana disebabkan oleh aktivitas Pulau Menjangan Kecil
wisata yang ada di pantai tersebut. Taman Nasion Karimunjawa.
Berikut adalah diagram persentase jenis Diponegoro Journal of
dan tutupan terumbu karang yang ada Maquares (Management of
dipantai ketapang. Aquatic Resources).

Barus, B. S., T. Prartono, dan D.

KESIMPULAN Soedarma. 2018. Pengaruh

Adapun kesimpulan yang didapat lingkungan terhadap

dalam praktikum ini, yaitu: pertumbuhan terumbu karang


di Perairan Teluk Lampung. J.
1. Jenis karang yang ditemukan
Ilmu dan Teknologi Kelautan
dengan metode LIT di Pantai
Tropis. 10(3): 699-70.
Ketapang adalah Acropora
branching, Coral foliose, Acropora Taufina, Faisal, dan S. M. Lova. 2018.

digitate, Non Acropora Rehabilitasi terumbu karang

submassive, Acropora submassive, melaluikolaborasi terumbu

Acropora encrusting, Non buatan dan transplantasi

Acropora massive, dead coral, karang di Kecamatan Bungus

sponge, dan coral foliose. Teluk Kabung Kota Padang. J.

2. Dead coral memiliki presentase PKM Unimed 24(2): 730-739.

tertinggi yaitu 38,40% dengan Wijaya, C. K., Komala, R., & Giyanto.
distribusi coral sebesar 17,83%. (2017). Kondisi,
Pada karang masih hidup jenis Non
keanekargaman dan bentuk Kayu Angin Genteng
pertumbuhan karang di Pulau Kepulauan Seribu. Biom.

Anda mungkin juga menyukai