Anda di halaman 1dari 8

SEBARAN INVERTEBRATA DI PERAIRAN TELUK SEMUT, SENDANG BIRU, MALANG.

Oktiyas M.L *, Ruhma Ruksalana H., Ivan Muhtadiansyah, Abdur Rosyid, Prima Tegar A., Jaka Harry
M.W., Dzikri Alfath, Ramanto Lukman Y., Akhyar Maududi, Suryo WIcaksana, Tommy Harriski, Maulana
A., Sigit Rijatmoko.

Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya


*Korespondensi: omuzakyl@ub.ac.id

ABSTRAK
Reef Check merupakan protokol monitoring terumbu karang yang digunakan secara luas. Tekniknya sederhana
untuk dipelajari dan bisa dipelajari oleh pelaku non-profesional, serta datanya kuat secara ilmiah. Data yang
dikumpulkan yaitu perhitungan penutupan jenis substrat, ikan, invertebrata, spesies langka dan dampak yang terjadi
di lokasi. Invertebrata adalah kelompok hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi spesies invertebrata target dan kelimpahan invertebrata target. Lokasi penelitian berada di wilayah
Perairan Teluk Semut, Sendang Biru, Malang Selatan. Dilakukan pengambilan data di 2 stasiun agar dapat dilakukan
perbandingan dan mendapatkan perhitungan dari pengamatan tersebut, sedangkan metode penelitian menggunakan
Belt transect sejauh 100m pada 2 titik yang berbeda. Setiap transek sabuk memiliki lebar 5m (masing-masing selebar
2.5 m di setiap sisi transek), dilakukan pengamatan dengan pola S dan melihat sampai pelosok karang.
Keseluruhan area yang disurvei seluas 20m x 5m = 100m. Hasil dari monitoring spesies adalah Stenopus hispidus
dengan jumlah tertinggi sebanyak 7 ekor, dan beberapa spesies lainnya. Keanekaragaman stasiun 1 lebih dominan
daripada stasiun 2. Indikator kondisi terumbu karang yang sehat berada pada banyak sedikitnya populasi triton dan
crown of thorn. Sedikitnya jumlah invertebrata yang ditemukan berarti terjadinya keseimbangan ekosistem antara
tutupan karang dan populasi ikan. Meskipun, daerah tersebut juga merupakan daerah penangkapan ikan dengan
bukti adanya jaring yang mengganggu kehidupan karang. Tingginya produktifitas primer diperairan karang
menyebabkan perairan ini sering merupakan tempat pemijahan, pengasuhan dan mencari makan. Daerah tersebut
perlu tindakan lebih lanjut, agar ekosistem dapat tetap terjaga dan pulih kembali dengan keanekaragaman yang
tinggi.
Kata Kunci: Reef Check, Invertebrata, Belt Transect, Teluk Semut, Sendang Biru

ABSTRACT
Reef Check is a coral reef monitoring protocol that was widely used. The technique was simple can be done by
every one who had scientific. The data collected is the calculation of the closing of the type of substrate, fish,
invertebrates, rare species and the impact that occurred at the site. Invertebrate are animals group which do not have
a backbone. This study aims to identify the target invertebrate species and abundance of invertebrate targets. The
location of research is in the area of Teluk Semut, Sendang Biru, South Malang. Data collection is done at two
stations in order to do a comparison and get the calculation of these observations, while the research method using
the belt transect as far as 100m at 2 different points. Each transect belt has a width of 5m (respectively width of 2.5 m
on each side of the transect), was observed with S pattern and look to remote reefs. Overall surveyed area
measuring 20m x 5m = 100m. The results of the monitoring show Stenopus hispidus has the highest number of 7
animals, and several other species. Station 1 has a more dominant diversity than station 2. Indicators of healthy coral
reefs are at more or less the population of triton and a crown of thorn. The least amount of invertebrate discovered
show the ecological balance between the coral cover and fish populations. Although, the region is also an area of
fishing with nets disturbing evidence of coral life. The high primary productivity of waters causing coral these waters is
often a place of spawning, rearing and foraging. Thats area needs further action, so that the ecosystem can be
maintained and restored with high diversity.
Keywords: Reef Check, Invertebrate, Belt Transect, Teluk Semut, Sendang Biru.

PENDAHULUAN
Invertebrata merupakan organisme yang
paling beragam hadir di bumi. Terdapat hampir
95 % dari populasi hewan dari invertebrate.
Beradasarkan
Uni
internasional
tentang
Konservasi Alam pada saat tahun 2009 lebih
dari 1,3 juta invertebrata diidentifikasi.
Invertebrate mencakup sekitar 75% dari spesies
yang dikenal di Planet. Jumlah actual
invertebrate tidak diketaui, ada beberapa
prediksi bahwa mungkin ada puluhan juta
invertebrata. Invertebrata dating dalam berbagai
bentuk dan ukuran dan memberikan layanan
yang sangat penting untuk kelangsungan hidup
kita. Invertebrata yang paling umum temasuk
spons, annelida, echinodhermata, mollusca, dan
arthropoda. Spesies baru invertebrata sedang
ditemukan secara teratur, fakta menghawatirkan
lagi adalah bahwa ada cukup informasi tentang
organisme ini, invertebrata mungkin akan punah
dan para ilmuwan tidak akan pernah tahu bahwa
mereka ada (Budisma, 2015).
Invertebrata adalah kelompok hewan yang
tidak memiliki tulang belakang. Animalia yang
termasuk dalam kelompok ini memiliki habitat
yang sangat bervariasi, dari laut, sungai, darat,
bahkan sampai pegunungan. Hewan ini
kebanyakan memiliki umur yang relative singkat.
Jarang ada yang sampai berusia lebih dari satu
tahun. Berdasarkan jenis simetri tubuhnya,
invertebrate dapat dibedakan menjadi kelompok
hewan
bersimetri
radial
dan
bilateral.
Kelaompok hewan tertentu disebut hewan
bersimetri radial karena tubuhnya dapat
dipotong menjadi dua bagian yang simetris
melalui lebih dari satu arah, biasanya berbentuk
silindris atau membulat. Bagian tubuh sebelah
atas yang dekat dengan mulut disebut bagian
oral, sedangkan bagian sebelah bawah disebut
sub oral (Riandri, 2007).
Jika seluruh hewan yang ada di alam kita
kelompokkan berdasarkan ada tidaknya tulang
belakan, maka sebagian besar hewan termasuk
kepada
hewan
yang
tidak
bertulang
(Invertebrata
dan
Avertebrata).
Hewan
invertebrate ada yang tersusun dari satu sel
(uniseluler)
dimana
seluruh
aktivitas
kehidupannya dilakukan oleh sel itu sendiri.
Sedangkan hewan invertebrate yang tersusun
oleh banyak sel (multiseluler) sel-selnya
mengalami
diferensiasi
dan
spesialisasi
membentuk jaringan dan organ tubuh dan
aktivitasnya semakin komplek (Storer, 1957).

yang berada di perairan Teluk Semut,


Kabupaten Malang, dan menghitung jumlah
kelimpahan invertebrata target tersebut.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk


mengidentifikasi spesies invertebrata target

METODOLOGI
WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN
Penelitian telah dilakukan pada 12
Desember 2015 di perairan Sendang Biru,
Malang Selatan dengan mengambil dua titik
Dive Spot. Stasiun 1 yaitu Teluk Semut 1 dan
Stasiun 2 yaitu Teluk Semut 2. Teluk Semut 1
berada di koordinat (826'50.31"S dan
11240'38.94"E), dan lebih ke timur. Teluk
Semut 2 berada di arah barat daya dengan titik
koordinat (826'52.42"S dan 11240'40.86"E)
(Gambar 1.). Data yang diambil berupa data
invertebrata perairan teluk Semut sebagai
indicator kondisi perairan Sendang Biru.
Pengambilan data diilakukan dengan melakukan
penyelaman pada kedalaman 3-5 meter. Peta
lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian, antara lain :
Tabel 1. Alat dan Bahan

Alat

Fungsi

SCUBA Set

Perangkat
penyelaman

Sabak

Media penulisan data

Pensil

Alat tulis

Kamera

Dokumentasi dala dan


kegiatan pendataan

Roll meter

Transek
dalam
penentuan
lokasi
pengambilan data

GPS

Penentu titik koordinat


lokasi
pengambilan
data

Bahan

Fungsi

Invertebrata

Objek pendataan

PENGAMBILAN DATA INVERTEBRATA


Metode yang digunakan pada penelitian
ivertebrata ini adalah Belt Transect. Setiap
transek jalur lebarnya 5 m dengan 2,5 m pada
setiap sisi garis transek. Jumlah daerah survei
untuk tiap segmennya (20 m)adalah 20m x 5m =
2
100m ,
bila
dikali
4
segmen
jumlah
2
keseluruhannya adalah 400 m setiap kontur
kedalaman.
Dipilih site yang mewakili komunitas karang
di suatu terumbu, misalnya ditentukan dengan
Metode Manta Tow atau Timed Swim. Tandai
transek sepanjang 20 m dengan jumlah ulangan
5 kali di dua kedalaman (3-5 meter dan 9-10
meter) di tiap stasiun, jika transek akan
digunakan secara permanent, maka ditandai
dengan besi penanda setiap jarak 5 meter.
Bentangkan transek garis secara kuat dan
sedekat mungkin ke permukaan substrat (0-15
cm). Bergerak secara perlahan sepanjang
transek sambil mencatat bentuk pertumbuhan
(jika mungkin genus dan spesies) yang
ditemukan secara langsung di bawah garis
(tape). Catat tempat transisi (perubahan) dalam
sentimeter dimana
bentuk
pertumbuhan,
organisme, substrat mengalami perubahan.
Untuk
mendapatkan
keakuratan
maka
pengamat harus mencatat semua perubahan
bila transek garis meng-intercept suatu lifeform
atau koloni tunggal lebih dari satu kali. Bila
terdapat kesulitan dalam membaca tape
(meteran), dapat juga dilakukan pengukuran
panjang
kategori
dengan
menggunakan
sabak/alat tulis bawah air yang telah diberi
ukuran tertentu (dalam sentimeter), dengan cara
ini hanya diperlukan untuk mengetahui titik awal
(0 cm) dan titik akhir (2000 cm) pengamatan,
salah satu kategori lifeform tertentu (biasanya
yang dominan) dapat diabaikan sehingga
panjangnya akan diperoleh dari pengurangan

panjang total transek dengan panjang seluruh


kategori lifeform yang lain.
Penggunaan metode ini memiliki kelebihan,
yaitu akurasi data dapat diperoleh dengan baik
dan lebih banyak seperti struktur komunitas
yaitu persentase tutupan karang hidup/mati,
kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran,
ukuran koloni, dan keanekaragaman jenis dapat
disajikan secara lebih menyeluruh.
Juga
struktur komunitas biota yang berasosiasi
dengan terumbu karang dapat disajikan dengan
baik. Namun, metode tersebut menuntut
kemampuan individu yang tinggi, yaitu selain
mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi
jenis karang secara langusng atau dituntut
keahlian peneliti dalam identifikasi karang,
minimal life form dan sebaliknya genus atau
spesies, peneliti juga dituntut untuk menjadi
penyelam yang baik.
HASIL
Survei invertebrata mirip dengan survei ikan,
namun penyelam tidak harus berhenti di setiap
5m, tapi harus berenang perlahan sepanjang
transek untuk menghitung invertebrata indicator.
Pada saat melakukan pendataan harus
menggunakan
turus
dengan
maksud
mempermudah pembacaan angka tersebut,
terutama angka yang berjumlah cukup banyak.
Berdasarkan kegiatan Reefcheck di Perairan
Teluk Semut 1 dan stasiun Teluk Semut 2
dengan 2 kali pengulangan didapatkan hasil
yang dapat dilihat pada table 2,3, 4 dan 5.

Tabel 2. Spesies Teluk Semut 1


Jarak Transek
NO

Spesies

0-20m

25-45m

50-70m

75-95m

09:40

11:05

09:40

11:05

09:40

11:05

09:40

11:05

TOTAL

Banded coral shrimp

II

IIII

Diadema

II

II

III

Pencil urchin

Collector urchin

Sea cucumber

Crown-of-thorns

Triton

Lobster

II

Giant clam <10 cm

10

Giant clam 10-20 cm

11

Giant clam 20-30 cm

12

Giant clam 30-40 cm

13

Giant clam 40-50 cm

Invertebrata yang ditemukan pada lokasi


Teluk Semut 1 pada jarak 0-20 M ditemukan
spesies Banded Coral Shrimp (1), Diadema (2),
Triton (1), jarak 25-45 ditemukan Banded Coral
Shrimp (2), Diadema (2), Pencil Urchin (1),

Collector Urchin (1), Triton (1), jarak 50-70


ditemukan Banded Coral Shrimp (4), Diadema
(3), Lobster (2), dan pada jarak 75-95 tidak
ditemukan spesies invertebrata.

Tabel 3 Hasil Teluk Semut 2


Jarak Transek
NO

Spesies

0-20m

25-45m

50-70m

TOTAL

75-95m

09:40

11:05

09:40

11:05

09:40

11:05

09:40

11:05

Banded coral shrimp

III

Diadema

Pencil urchin

Collector urchin

Sea cucumber

II

Crown-of-thorns

Triton

Lobster

9
10

Giant clam <10 cm


Giant clam 10-20 cm

I
-

1
-

11

Giant clam 20-30 cm

12

Giant clam 30-40 cm

II

13

Giant clam 40-50 cm

Pada stasiun Teluk Semut 2 ditemukan


spesies Invertebrata pada jarak 0-20 yaitu
Lobster (1), Giant Clam ukuran <10 cm (1),
Giant clam ukuran 30-40 cm (2), jarak 25-45 m
dan jarak 50-70 tidak ditemukan spesies
Invertebrata. Pada jarak 75-95 ditemukan
Banded Coral Shrimp (3) dan Sea Cucumber
(2).

Kegitan reefcheck pada bagian Invertebrata juga


melakukan monitoring dampak (Impact) yang
terdapat pada stasiun Teluk Semut 1 dan
stasiun Teluk Semut 2 dengan 2 kali
pengulangan didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 4. Impact Teluk Semut 1


Jarak Transek
NO

Impact

0-20m

25-45m

50-70m

TOTAL

75-95m

09:40

11:05

09:40

11:05

09:40

11:05

09:40

11:05

Coral damage:
boat/anchor

II

Coral damage: dynamite

Coral damage: other

III

Trash: fish nets

Trash: general
Bleaching (% of
population)*

Bleaching (% of colony)

Coral Disease

9
Rare Animal
Pada stasiun Teluk Semut 1 ditemukan impact
pada jarak 0-20 sperti Coral Damage:
Boat/anchor (1), jarak 25-45 ditemukan impact
seperti coral damage: other (3), jarak 50-70

ditemukan impact coral damage: boat/anchor


(2), dan jarak 75-95 tidak ditemukan impact
seperti yang lainnya.

Tabel 5. Impact Teluk Semut 2


Jarak Transek
NO

Impact

0-20m

25-45m

50-70m

TOTAL

75-95m

09:40

11:05

09:40

11:05

09:40

11:05

09:40

11:05

Coral damage:
boat/anchor

Coral damage: dynamite

Coral damage: other

Trash: fish nets

II

Trash: general
Bleaching (% of
population)*

II

10%

10%

Bleaching (% of colony)

Coral Disease

Rare Animal

Pada stasiun Teluk Semut 2 ditemukan impact


pada jarak 0-20 yaitu Trash: Fish nets (1) dan
Trash: General (1), jarak 25-45 ditemukan
impact Coral damage: Other (1), jarak 50-70
ditemukan impact coral damage: boat/anchor
(1), Trash: Fish Nets (2), dan Trash: general (2),
jarak 75-95 ditemukan impact Trash: general
(1), dan bleaching dengan kisaran 10%.

Gambar 2. Grafik Hasil Invertebrata

Gambar 3. Grafik Impact

PEMBAHASAN
Banded coral shrimp atau disebut sebagai
Stenopus hispidus. Spesies ini hidup di daerah
terumbu karang. Spesies S.hispidus merupakan
salah satu indikator yang menunjukkan
kesehatan ekosistem terumbu karang. Banded
coral shrimp merupakan udang pembersih yang
memakan parasit. Fungsinya yang penting
terhadap ekosistem terumbu karang dapat
berdampak buruk apabila banded coral shrimp
terkena overfishing. Banded coral shrimp
memiliki nilai jual yang tinggi dan terkenal di
pasar perdangangan hewan laut.
Banded Coral Shrimp adalah salah satu
udang pembersih
yang paling populer di

perdagangan biota laut. Banded coral shrimp


memiliki nama latin Stenopus hispidus.
Stenopus hipidus adalah udang pembersih yang
hidup di ekosistem terumbu karang dan
berasosiasi
dengan
terumbu
karang.
Persebaran Stenopus hispidus sangat luas dan
tersebar diseluruh dunia. Spesies ini memiliki
fungsi dalam ekosistem, yaitu memakan
ectoparasites, jaringan mati atau terluka.
Stenopus hispidus biasa ditemukan di celah
celah karang dan bergantungan pada karang
(Chockley, 2002).
Sea urchin atau biasa disebut landak laut
merupakan invertebrata yang hidup di ekosistem
terumbu karang. Hewan ini merupakan salah
satu indikator untuk mengamati kesehatan suatu
ekosistem terumbu karang. Sea urchin adalah
spesies yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Spesies ini merupakan konsumsi penting di
beberapa daerah karena memiliki protein yang
tinggi. Perdagangan sea urchin mencakup pasar
internasional.
Sea urchin adalah spesies yang sudah ada
sejak 450 juta tahun yang lalu dan tergolong
kelas Echinoidea yang berada pada filum
Echinodermata. Sea uchin tidak memiliki sistem
pernapasan dan sirkulasi khusus, tidak memiliki
pembulu darah, jantung dan tidak ada molekul
pengikat oksigen. Pada dasarnya sea urchin
memiliki mulut, sistem pencernaan, gonad,
sistem saraf yang dilindungi oleh kerangka
keras. Diluar bagian kerangka yang keras
terdapat duri dan podia (kaki) (James, 2010).
Lobster merupakan spesies yang bernilai
ekonomi yang tinggi. Lobster hidup di ekosistem
terumbu karang. Hewan ini merupakan salah
satu indikator pada ekosistem terumbu karang.
Lobster saat ini telah terkena overfishing dan
telah diekspoitasi di beberapa daerah. Hewan ini
dijadikan indikator karena terkena ancaman over
fishing.
Lobster
termasuk
kedalam
famili
Palinuridae. Lonster dikenal dengan spiny
lobster atau rock lobster. Lobster tergolong
decapod crustacea yang memiliki permintaan
komersial yang tinggi di pasar internasional.
Lobster hidup di daerah tropis dan sub tropis.
Lobster secara ekonomi meruapakan spesies
yang paling penting dan saat ini telah
diekspoitasi di beberapa daerah. Lobster
memiliki ancaman dari overfishing akibat nilai
ekonomiya yang tinggi (Gonzales, 2011).
Giant Clam biasa dikenal dengan kima atau
kerang raksasa. Hewan ini jenis kerang yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kima dapat
dimakan atau dimanfaatkan cangkangnya untuk

kerajinan seni. Kima hidup di ekosistem terumbu


karang dan menempel pada substrat bebatuan
atau karang. Kima merupakan organisme
indikator karena populasinya yang menurun
akibat overfishing.
Giant clam memiliki nama latin Tridacna
spp. yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Giant clam sangat populer dijadikan konsumsi
dan kegunaan lainnya. Giant clam dapat
dijadikan makanan mentah ataupun dimasak.
Cangkangnya dapat dimanfaatkan untuk dijual
sebagai souvenir atau di pahat. Fungsinya yang
beragam mengancam populasi hewan ini.
Penangkapan yang mudah dan nilai ekonomi
yang tinggi menyebabkan penurunan populasi
secara drastis (Leung, 1993).
Triton adalah hewan yang memiliki fungsi
yang sangat penting di ekosistem terumbu
karang. Triton merupakan predator dari Crown
of Thorn yang merupakan pemakan karang
meja. Saat ini populasi triton turun akibat
overfishing. Ancaman overfishing ini diakibatkan
oleh nilai ekonomisnya yang tinggi. Triton saat
ini dijadikan indikator kesehatan ekosistem
terumbu karang.
Triton merupakan hewan yang hidup di
ekosistem terumbu karang. Triton memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Triton merupakan salah
satu hewan yang kelimpahannya menurun
akibat overfishing di seluruh dunia. Satu-satunya
tempat dimana kelimpahan triton tinggi yaitu di
daerah barrier dan patch reef dimana akses sulit
untuk menangkap triton (Hopkins, 2009).
KESIMPULAN
Hasil
penelitian
identifikasi
spesies
invertebrata dan pengamatan kondisi kesehatan
karang yang dilakukan di perairan Sendang Biru
pada stasiun Teluk Semut 1 dan 2 didapatkan
spesies invertebrata berupa Banded Coral
Shrimp (BCS), Sea Cucumber, Diadema Urchin,
Collector Urchin, Pencil Urchin, Lobster, dan
Kima. Pengamatan kondisi kesehatan karang
dengan indikator impact, bleaching, dan disease
menunjukkan kondisi kesehatan karang yang
kurang baik. Hal ini disebabkan dampak
aktivitas manusia, seperti bungkusan sampah,
jaring dari kegiatan penangkapan ikan, dan
bekas jangkar kapal nelayan ditemukan pada
tutupan karang.
Kelimpahan Invertebrata yang didapat saat
penelitian adalah Banded Coral Shrimp (BCS)
Stenopus hispidus sebanyak 7 ekor, Sea
Cucumber dan Diadema Urchin sebanyak 3
ekor. Collector Urchin, Pencil Urchin, Lobster,
dan Kima juga ditemukan dengan jumlah 1 ekor

per spesies. Kelimpahan invertebrata yang


ditemukan sebanding dengan kondisi kesehatan
karang hidup (living reef) yang kurang baik dan
jumlah ikan yang rendah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami ucapkan kepada pihakpihak yang telah membantu dalam proses
penelitian, terkhusus kepada pihak PJB
(Pembangkit
Jawa-Bali)
yang
bersedia
menyediakan peralatan observasi bawah air dan
kepada seluruh mahasiswa mata kuliah selam
keahlian sehingga dapat terselenggaranya dan
paper ini dapat terselesaikan dengan baik.
PEMBAGIAN TUGAS
Ruhma
Ruksalana
H.
(Roll
dan
Pembahasan); Ivan Muhtadiansyah (Abstrak);
Abdur Rosyid (Pendahuluan); Prima Tegar A.
(Pendahuluan); Jaka Harry M.W. (Hasil); Dzikri
Alfath (Hasil); Ramanto Lukman Y. (Abstrak);
Akhyar Maududi (Metode); Suryo WIcaksana
(Pembahasan); Tommy Harriski (Penyusunan);
Maulana
A.
(Metode);
Sigit
Rijatmoko
(Kesimpulan).
REFERENSI
Budisma. 2015. Pengertian Invertebrata, Ciri
dan
Contoh.
(diakses
dari
http://budima.net/2014/11/pengertianinvertebrata-ciri-dan-contoh.html pada hari
Rabu, 23 Desember 2015 pukul 20.00 WIB)
Chockley, Brandon R. 2002. Natural History And
Factors Influencing Population Structure In
The Banded Coral Shrimp (Stenopus
Hispidus). Florida: University of Florida
Gonzales Oscar dan Wehrtmann Ingo S. 2011.
Postlarval Settlement Of Spiny Lobster,
Panulirus
Argus
(Latreille,
1804)
(Decapoda: Palinuridae), At The Caribbean
Coast Of Costa Rica. Costa Rica:
Universidad de Costa Rica
Hopkins Anna. 2009. Marine Invertebrates As
Indicators Of Reef Health. London
James Philip dan Siikavuopio Sten. 2010. A
Guide to the Sea Urchin Reproductive
Cycle and Staging Sea Urchin Gonad
Samples. Breivika, US: Nofima AS.
Leung. 1993. Production economics of giant
clam (tridacna species) culture systems in
the u.s.-affiliated pacific islands. Hawaii.
University of Hawaii.

Riandri, Heny. 2007. Sains Biologi. Solo : Tiga


Serangkai
Setiawan, Fakhrizal. 2010. Panduan Lapangan
Identifikasi Ikan Karang dan Invertebrata
Laut. WCS Indonesia Marine program, site
Sulawesi Utara.
Storer, Robert L, Usinger. 1957. General
Zoology. New York : McGraw Hill

Anda mungkin juga menyukai