Anda di halaman 1dari 12

BIOLOGI LAUT – 8B 1

KOMUNITAS IKAN LAUT


A. R. Anggraeni, A. I. A. Fahmi, C. W. Aulia, D. I. D. Gulo, D. D. Erliza, N. R. Wanti, S. F.
Khaselim, S. D. N. Br. Perangin, Y. N. Widyastuti
F.K. Muzaki, I. Desmawati, K. I. Purwani, N. Abdulgani
Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya, 60111, Indonesia
e-mail : iska_atem@yahoo.co.id

Abstrak – Ikan karang hidup pada terumbu penelitian mengungkapkan bahwa terdapat
karang yang digunakan sebagai tempat tinggal, faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran
perlindungan, dan mencari makan. Sehingga ikan (struktur komunitas dan kelimpahan ikan)
terumbu karang membentuk habitat yang di suatu komunitas terumbu karang, antara lain
menjadi sebuah ekosistem bagi biota laut. tinggi rendahnya persentase tutupan karang
Kesehatan terumbu karang berpengaruh hidup [2], zona habitat, seperti inner reef flat,
kepada manusia yang menyebabkan habitat ini outer reef flat, crest, reef base, dan sand flat
perlu dijaga. Dengan mengetahui [3], dan kedalaman [4].
kelimpahannya diharapkan mampu membantu Penilaian, pemantauan dan
menjaga dan melestarikan ekosistem yang telah pengelolaan terumbu karang sangat penting
terbentuk. Salah satu metode untuk mengetahui
untuk masa depan populasi manusia yang
bergantung langsung pada sumber daya hayati
dan dapat melaksanakan teknik dan metode
yang disediakan oleh terumbu karang.
standard pengamatan ikan karang serta untuk
Program pemantauan kondisi atau kesehatan
mengetahui dan dapat memperkirakan populasi
terumbu karang (Reef check monitoring
ikan karang di suatu lokasi antara lain (beach
program) berfokus pada kesehatan terumbu,
seine), underwater visual census (UVC), dan berdasarkan sensus organisme terumbu, seperti
baited remote underwater video (BRUV). Hasil ikan dan avertebrata. Organisme ini dipilih
dari praktikum ini adalah dengan minghitung berdasarkan nilai ekonomi dan ekologisnya,
282 individu dengan 33 spesies, dimana serta sensitifitasnya yang berdampak terhadap
Pomacentridae paling mendominasi. Sedangkan manusia. Wilayah geografis lautan secara
hasil struktur komunitas, keanekaragaman alami memiliki tutupan karang rendah hingga
sebesar 3,013 termasuk dalam kategori sedang, sedang layak dipertimbangkan dalam
dominasi sebesar 0,071 termasuk dalam mengkategorikan kesehatan terumbu (Reef
kategori dominasi rendah, dan kemerataan 0,86 health monitoring) [5].
termasuk dalam kategori merata. Metode sensus ikan yang sering
digunakan salah satunya yaitu Underwater
Kata kunci : ikan, karang, keanekaragaman, Visual Census (UVC). Dalam metode UVC
kelimpahan terdapat modifikasi dalam hal penentuan
kedalaman transek, dan lama pengamatan
I. PENDAHULUAN bawah air, serta luas area transek yang diamati
T erumbu karang merupakan suatu
ekosistem di perairan tropis dengan
dalam pengamatan [6]. Data diambil di
sepanjang transect dengan lebar 2,5 meter ke
tingkat produktifitas dan keanekaragaman kiri dan 2,5 meter ke kanan pencatat. Setelah
biota yang sangat tinggi. Ekosistem terumbu transect dibentangkan, wilayah pengamatan
karang memiliki beberapa peranan diantaranya dibiarkan selama beberapa menit (5-10 menit)
sebagai tempat tinggal, tempat berlindung, dengan tujuan agar kondisi perairan kembali
tempat mencari makan berbagai macam biota seperti semula dan ikan-ikan karang yang
laut, termasuk didalamnya ikan karang. Ikan bersembunyi pada saat pemasangan transek
karang merupakan biota laut yang hidup dan keluar dari tempat persembunyiannya [1].
menetap serta mencari makan di ekosistem Ikan karang dapat dikelompokkan
terumbu karang [1]. Adapun beberapa menjadi 3 (tiga) kelompok, yakni ikan mayor,
BIOLOGI LAUT – 8B 2

ikan indikator dan ikan target. Ikan target A = Luas daerah pengamatan (m2)
merupakan ikan-ikan yang bernilai ekonomis Untuk mengetahui dominansi spesies
dan merupakan target tangkapan nelayan yang ikan karang di tiap titik pengamatan digunakan
biasa dimanfaatkan untuk dikonsumsi indeks dominansi Simpson dengan rumus
manusia. Kelompok ikan target menjadikan sebagai berikut [10] :
terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan
daerah asuhan. Jenis ikan target meliputi
family Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae,
Nemipteridae, Caesionidae, Siganidae, Keterangan :
Haemulidae, Scaridae dan Acanthuridae. Ikan C : Indeks dominansi Simpson
indikator merupakan jenis ikan karang khas S : Jumlah taksa spesies
yang mendiami daerah terumbu karang ni : Jumlah individu spesies ke-i
sekaligus menjadi indikator kesuburan dan N : Jumlah total individu
kesehatan ekosistem terumbu karang meliputi
family Chaetodontidae. Ikan mayor Nilai indeks dominansi (ni) berkisar
merupakan jenis ikan hias yang berukuran antara 0-1. Jika nilai hampir menuju 0 maka
kecil, umumnya 5– 25 cm, dengan menunjukkan bahwa hampir tidak ada spesies
karakteristik warna yang beragam. Kelompok yang mendominasi di transek tersebut atau
ini umumnya ditemukan melimpah, baik bisa dikatakam merata [10].
dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta Untuk mengetahui nilai
cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan mayor keanekaragaman maka digunakan indeks
sepanjang hidupnya berada di perairan Shannon-Wiener (H’) dengan rumus sebagai
terumbu karang, meliputi famili berikut [10] :
Pomacentridae, Apogonidae, Labridae, dan
Blenniidae [7].
Kelimpahan jumlah ikan dicatat pada Keterangan :
satu sisi transek. Adapun wilayah sampling H’ : indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
laut menurut COREMAP II didasarkan pada ni : jumlah individu spesies i
kelimpahan ikan karang kelompok ikan target. N : jumlah total individu
Kelompok ikan target dapat dikategorikan Nilai yang diperoleh dibandingkan
sebagai berikut antara lain kategori “sedikit” dengan kriteria penilaian keanekaragaman
artinya apabila jumlah individu ikan target jenis ditinjau dari struktur komunitas. kisaran
sepanjang transek <50 ekor, kategori “banyak” nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
artinya apabila jumlah individu ikan target untuk ikan karang adalah [11] :
sepanjang target >50-100 ekor, dan kategori H' < 2 : keanekaragaman kecil
“melimpah” artinya apabila jumlah individu 2 < H' < 3 : keanekaragaman sedang
ikan target sepanjang transek >100 ekor [8]. H' > 3 : keanekaragaman tinggi
Struktur komunitas didasarkan pada Indeks kemerataan jenis (Pielou)
jumlah individu, spesies, family dan menunjukkan pola sebaran biota. Jika nilai
kelimpahan. Indeks-indeks ekologi ikan kemerataan relatif tinggi (mendekati 1), maka
karang menggunaan Indeks Keanekaragaman keberadaan jenis setiap spesies di perairan
dan Indeks Keseragaman, serta Indeks dalam kondisi merata. Rumus indeks
Dominansi. Analisis Koresponden digunakan kemerataan adalah sebagai berikut [12]:
untuk menggambarkan kemiripan famili ikan
karang dan lifeform bentuk profil terumbu. [7].
Banyaknya kelimpahan individu ikan
per satuan luas daerah pengamatan Keterangan :
ditunjukkan oleh nilai kelimpahan ikan. J : Indeks kemerataan jenis (Pielou)
Kelimpahan ikan dapat dihitung dengan H’: nilai indeks keanekaragaman Shannon-
menggunakan rumus [9] : Wiener
𝑛𝑖 S : jumlah spesies dalam sampel
𝑁= Tidak semua wilayah perairan laut
𝐴
Keterangan: maritim Indonesia memiki terumbu karang
N = Kelimpahan individu ikan (individu/m2) karena karang sebagai penyusun terumbu
ni = Jumlah individu ikan spesies i (individu) karang memerlukan kondisi karakteristik
BIOLOGI LAUT – 8B 3

perairan tertentu seperti arus dan gelombang


tidak terlalu keras, perairan yang jernih dengan
sedikit sedimentasi, tidak ada polutan, kadar
nutrient yang rendah dan suhu laut diantara 29-
31°C [13]. Adapun tujuan dari praktikum
komunitas ikan karang antara lain yaitu untuk
mengetahui dan dapat melaksanakan teknik
dan metode standard pengamatan ikan karang
serta untuk mengetahui dan dapat Gambar 1. Diagram skematis area pengamatan
memperkirakan populasi ikan karang di suatu ikan karang dengan metode Reef
lokasi. Fish Visual Census.
Langkah selanjutnya setelah garis
II. METODOLOGI transek dibentangkan, pengamat harus
A. Waktu dan Tempat menunggu sekitar 5 - 15 menit. Hal ini
Praktikum Komunitas Ikan Laut dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal
dilaksanakan pada tanggal 3 April 2021 pada kondisi ikan disekitar transek. Selain itu juga
pukul 13.40 WIB hingga 15.00 WIB di dimaksudkan agar ikan-ikan kembali ke
Laboratorium Ekologi Departemen Biologi, perilaku normalnya setelah sesaat terganggu
Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut olek aktivitas pembuatan transek.
Teknologi Sepuluh Nopember.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah hand salino -
refractometer, termometer merkuri, alat skin
diving (mask, snorkel dan fins) dan Scuba
diving, Global Positioning System (GPS),
buku panduan identifikasi ikan karang,
meteran lapangan, alat tulis tahan air, mini
clipboard, lembar gambar identifikasi karang,
dan life vest.
C. Prosedur Kerja
Langkah kerja yang harus dilakukan Gambar 2. Diagram skematis pengamatan ikan
dalam praktikum Komunitas Ikan Laut yaitu karang dengan metode Reef Fish
pertama, pengamatan dilakukan pada dua Visual Census.
kedalaman yaitu pada kedalaman 3m dan 10m. Ikan-ikan yang termasuk target dan
Langkah kedua, transek yang digunakan dapat indicator harus didata secara kuantitatif
sama dengan transek untuk LIT dengan sedangkan untuk ikan major (terutama yang
panjang minimum transek adalah 50m. membentuk kelompok besar) pendataan dapat
Langkah ketiga, pengamatan dilakukan pada dilakukan secara kuantitatif atau semi-
batas 2.5m kanan - kiri transek dengan total kuantitatif. Untuk menghindari bias ikan yang
lebar 5m dan 5m keatas transek. Dengan sama terdata lebih dari sekali, sebaiknya
demikian, untuk 50m transek akan diperoleh pengamat tidak melihat ke belakang.
luasan pengamatan seluas 50m x 5m = 250m2 .
Khusus untuk perairan dengan tingkat
visibility rendah, lebar area pengamatan dapat
dipersempit mejadi 2.5m. D. Rumus Analisa Data
Rumus analisa data yang digunakan untuk
menghitung indeks keanekaragam terdapat 3
cara, yaitu :
a. Indeks Keanekaragaman Shannon -
Wiener (H’)
BIOLOGI LAUT – 8B 4

kawasan tertentu dan kedalaman tertentu ikut


terjaring. Metode ini merupakan metode yang
simpel, murah, serta efektif untuk
Keterangan: pengambilan sampel dalam jumlah besar.
H'= indeks keanekaragaman Namun penggunaan metode ini banyak dikritik
Pi= ni / N dikarenakan adanya kemungkinan jaring sobek
Ni= jumlah individu jenis ke-i sehingga ikan dapat meloloskan diri, beberapa
N = jumlah total individu semua jenis spesies kecil juga dapat bersembunyi di sea
bed, ikan perenang cepat juga dapat
b. Indeks dominansi Simpson (D) menghindari tangkapan karena lambatnya
penarikan tali, serta rentan menyebabkan
kematian pada ikan muda [14].

Keterangan :
D : Indeks dominansi Simpson
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah total individu
Gambar 3. Metode sampling menggunakan
c. Indeks kemerataan spesies Pielou (J) pukat pantai (Baker et al., 2016)

Metode survei ikan menggunakan


underwater visual census (UVC) merupakan
Keterangan : metode survei dengan cara melakukan
J : Indeks kemerataan jenis (Pielou) pengamatan secara langsung terhadap
H’: nilai indeks keanekaragaman Shannon- kelimpahan ikan yang ada. Pengamat
Wiener menggunakan alat selam dan menghitung serta
S : jumlah spesies dalam sampel mengidentifikasi ikan yang terlihat dalam
jarak pandang 2m untuk menghindari bias
dalam mengidentifikasi spesies yang ada [17].
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Survei menggunakan UVC memiliki kelebihan
A. Metode Survei Komunitas Ikan di yaitu prosesnya sederhana, dapat dilakukan
Ekosistem Laut berulang, hasil kuantitatif, serta memiliki
Dalam proses melakukan survei dampak minim negatif terhadap lingkungan.
pengamatan ikan di ekosistem laut, diketahui Kelemahan dari metode ini adalah penggunaan
terdapat beberapa macam metode pengamatan masker menyelam menyebabkan perbedaan
yang efektif. Metode-metode yang dimaksud persepsi ukuran dan kedalaman dibanding
antara lain adalah penggunaan pukat pantai dengan realita, sehingga penyelam seringkali
(beach seine), underwater visual census salah mengukur area sampel, serta visibilitas
(UVC), dan baited remote underwater video yang rendah di perairan keruh mengurangi
(BRUV) [14]. Ketiga metode ini memiliki keakuratan pengamatan. Survei UVC juga
karakteristik berbeda-beda, dan dapat mempengaruhi ukuran kelimpahan suatu
penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan spesies, hal ini dikarenakan beberapa jenis
survey [15]. spesies mungkin menghindari penyelam,
Metode survei ikan menggunakan sementara spesies yang lain mendekati
pukat pantai merupakan metode survei penyelam. Metode ini juga memerlukan
menggunakan alat tangkap berupa jaring atau identifikasi spesies secara instan di lingkungan
net berbentuk seperti payang, yaitu berkantong terbuka, sehingga seringkali pengamat
dan bersayap atau kaki yang dalam [16]. melakukan kesalahan dalam identifikasi
Pengoperasian pukat pantai sendiri adalah spesies [14].
dengan cara dilingkarkannya jaring pada
sasaran, selanjutnya tali panjang ditarik
menelusuri dasar perairan sehingga ikan pada
BIOLOGI LAUT – 8B 5

seriding, capungan [20]. Banyak ditemukan


pada ranting karang, bulu babi dengan ukuran
tubuh kecil antara 5 -15 cm, agak buntek,
sirip-sirip transparan, warna kuning, merah,
coklat, putih transparan sebagian berbintik dan
bergaris. Tepi belakang pipi (preopercle)
dengan karakteristik tepi ganda, yang bergerigi
atau halus dengan berbagai variasi. Mulut
besar, rahang bawah sering menonjol [21].
Mereka aktif di malam hari, menghabiskan
Gambar 4. Metode sampling menggunakan hari di celah-celah gelap di dalam terumbu.
underwater visual census (UVC) Setidaknya beberapa spesies mengerami
[14]. telurnya di dalam mulut pejantan. Jantan tidak
memberi makan selama masa inkubasi ini.
Metode sampling ikan menggunakan Jantan mengerami telur di mulutnya karena
baited remote underwater video (BRUV) memiliki kepala yang lebih panjang dan
merupakan metode yang sedang berkembang rahang yang lebih besar, yang tidak dimiliki
pesat dan banyak digunakan dalam memeriksa oleh betina [22].
dan memantau keanekaragaman hayati laut.
Metode ini menggunakan alat yang dipasangi Famili Carangidae Sebagian besar spesies
kamera serta pemantauan video dapat diakses hanya memiliki sisik sikloid kecil. Sisik di
dari jarak jauh. Terdapat pula penambahan sepanjang gurat sisi sering dimodifikasi
umpan ke pada sistem kamera yang bertindak menjadi sisik berduri. Anggota famili
sebagai stimulus untuk menarik ikan ke bidang Carangidae dicirikan oleh sirip dubur dengan
pandang kamera [18]. Metode ini memiliki dua duri anterior (satu tulang belakang di
keunggulan dengan tidak perlunya pengamat Elagatis dan Seriolina) terpisah dari sisa sirip,
terjun langsung mengamati spesies ikan yang tetapi yang sering menjadi tertanam. Sirip
ada. Namun terdapat pula kekurangan pada punggung umumnya dibagi menjadi bagian
metode ini, yaitu penggunaanya dibatasi anterior dengan empat hingga delapan duri dan
ketahanan baterai kamera kedap air, yaitu bagian posterior dengan satu tulang belakang
kurang dari 2 jam sehingga waktu pengamatan dan 17 hingga 44 sinar lembut. Di banyak
amat terbatas [19]. carangids yang terakhir sinar sirip punggung
dan sirip dubur terlepas dan membentuk satu
B. Keanekaragaman Ikan hingga sembilan sirip posterior kecil. Sirip
dada sering kali panjang dan melengkung ke
arah kanan. Mata biasanya dilindungi oleh
"adiposa" transparan yang ada di kelopak
mata, yang tidak bisa digerakkan tetapi tidak
berlemak. Famili ini berenang cepat di
perairan di atas karang dan di laut lepas untuk
memburu invertebrate [23]. Pada
reproduksinya, Carangids jantan tidak
memiliki organ intromittent, dan pembuahan
bersifat eksternal. Betina bersifat ovipar dan
iteroparous. Beberapa spesies bertelur secara
pelagis, sedangkan yang lain bertelur di dekat
Gambar 5. Diagram Presentase Komposisi pantai.Musim bertelur untuk sebagian besar
Jenis Ikan spesies cukup lama, umumnya memuncak
Pada diagram diatas, dapat dijelaskan selama bulan-bulan musim panas [24].
bahwa famili Apogonidae memiliki Aulostomidae adalah salah satu famili
kelimpahan sebanyak 18 spesies (6,2% dari yang memiliki kelimpahan sebanyak 12
total individu) dan famili Carangidae memiliki spesies atau setara dengan 4,1% dari total
kelimpahan sebanyak 25 spesies (8,6% dari jumlah individu. Famili Aulostomidae ini
total individu). Famili Apogonidae ini dikenal jarang ditemui disekitar karang, karena
dengan sebutan cardinal, beseng, belalang,
BIOLOGI LAUT – 8B 6

kelompok ini tergolong kelompok ikan migrasi


yang tidak menetap untuk hidup disekitar
karang, melainkan hanya mencari makan ikan-
ikan kecil disekitar karang. Ikan dari anggota
Aulostomidae ini memiliki peran ekologi
sebagai penyeimbang rantai makanan [25].
Karakteristik tubuh yang dimiliki oleh famili
Aulostomidae antara lain yaitu memiliki
moncong yang relative panjang biasanya
berbentuk menyerupai terompet, memiliki
sungut pada bagian rahang bawah, dan bentuk
sirip ekornya adalah bulat [26]. Sphyraena
adalah salah satu famili yang ditemui disekitar
karang dengan kelimpahan spesies sebanyak
11 spesies atau setara dengan 3,8% dari total
jumlah individu. Famili dari Shyraena ini
termasuk kedalam kategori target species
karena sering ditangkap oleh nelayan untuk
dijadikan sebagai ikan konsumsi [27].
Pomacentridae adalah salah satu famili
yang keragamannya paling mendominasi
dilautan tersebut, yakni sebesar 169 spesies
atau setara dengan 57,9% dari total jumlah C. Struktur Komunitas Ikan
individu. Famili Pomacentridae termasuk a. Indeks Keanekaragaman Shannon -
kedalam jenis resident species atau ikan Wiener (H’)
penghuni asli dari karang tersebut [25], [28]. Indeks keanekaragaman menggabungkan
Kebanyakan famili dari Pomacentridae ini kekayaan spesies dan kemerataan dalam satu
memiliki tingkah laku territorial dan tidak nilai. Indeks yang paling banyak digunakan
akan berenang jauh dari sumber makanan dan dalam menentukan keanekaragaman jenis
tempat berlindung, sehingga ia akan tetap stay adalah indeks Shannon wiener (H’) di mana
dan berkeliaran hanya disekitar karang. Selain semakin besar nilai H′ menunjukkan semakin
itu, kelompok Pomacentridae termasuk tinggi keanekaragaman jenis [30]. Perhitungan
kedalam jenis ikan karang major species, indeks shannon wiener dapat dilakukan
dimana ikan kelompok ini memiliki peranan dengan rumus sebagai berikut:
khusus, salah satunya adalah berperan dalam
struktur trofik pada suatu rantai makanan [25].
Famili Pomacentridae adalah golongan ikan Keterangan:
omnivore, dimana sumber makanannya berupa H'= indeks keanekaragaman
alga, plankton dan bentos. Biasanya, ikan dari Pi= ni / N
famili Pomacentridae ini akan hidup didaerah Ni= jumlah individu jenis ke-i
celah karang dan karang branching seperti N = jumlah total individu semua jenis [31]
Acropora sp. yang menyediakan shelter Berdasarkan hasil perhitungan data sekunder
khusus bagi famili Pomacentridae. Famili dihasilkan nilai indeks shannon wiener pada
Pomacentridae ini hidup secara berkoloni [29]. tabel berikut:
Berikut merupakan tabel dari data kelimpahan
ikan : Tabel 2. Hasil Analisis Indeks
Tabel 1. Data Kelimpahan Jenis Ikan Keanekaragaman Shannon - Wiener (H’)

Struktur Komunitas Nilai Kategori

Keanekaraga
Keanekaragaman 3,0128688 man sedang
BIOLOGI LAUT – 8B 7

(H') 95 suatu spesies ikan lebih banyak muncul selama


pengambilan data [36]. Metode perhitungan
yang digunakan untuk mengetahui dominansi
suatu jenis adalah dengan rumus indeks
Dominasi (D) 0,071148 dominasi Simpson, sebagai berikut [37] :

0,8616795
Kemerataan (J)
023
Keterangan :
D = Indeks dominansi
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai N = Total cacah individu dalam sampel
keanekaragaman ikan karang adalah sebesar Ni = Cacah individu spesies - i
3,012868895, nilai ini termasuk kedalam Kisaran untuk nilai indeks dominansi,
kategori keanekaragaman sedang. Menurut yaitu berkisar antara 0 – 1. Nilai indeks
Adelina, 2018 [32] kriteria nilai indeks dominansi (D) yang mendekati angka 1,
keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) yaitu menjelaskan bahwa semakin besar dominansi
H’ ≤ 1 : keanekaragaman rendah, 1<H’< 3 : maka menunjukkan ada spesies tertentu yang
Keanekaragaman sedang, H’≥ 3 : mendominasi. Sebaliknya apabila mendekati
Keanekaragaman tinggi. Keanekaragaman nilai 0 maka menunjukkan bahwa tidak ada
ikan karang pada zona ini dikatakan sedang spesies yang mendominasi [38]. Kisaran nilai
dan hal ini menandakan adanya tekanan indeks dominansi adalah sebagai berikut [39] :
lingkungan yang sedang sehingga 0,00 < D < 0,30 : Dominansi rendah
menyebabkan keanekaragaman yang cukup 0,30 < D < 0,60 : Dominansi sedang
banyak, berdasarkan kriteria tersebut zona 0, 60 < D < 1,00 : Dominansi tinggi
penelitian ini memiliki kelimpahan terumbu
karang yang memadai sehingga ikan karang Tabel 3. Hasil Analisis Indeks dominansi
dapat tumbuh dengan baik [33]. Keberadaan Simpson (D)
ikan karang dipengaruhi oleh kondisi atau
kualitas terumbu karang, dimana Struktur Komunitas Nilai Kategori
keanekaragaman yang sedang akan memiliki
penyebaran sedang dan kestabilan komunitas
sedang. Selain itu, kelimpahan ikan karang
juga dipengaruhi oleh arus perairan di mana Keanekaragaman 3,012868 Keanekaraga
arus perairan yang sangat kuat akan (H') 895 man sedang
mempengaruhi kecerahan perairan dengan
tingkat kekeruhan perairan yang tinggi, Dominansi
mengakibatkan menurunnya kelimpahan ikan Dominasi (D) 0,071148 Rendah
karang yang dijumpai pada lokasi pengamatan
dan dalam kondisi perairan yang kurang baik,
terutama dengan kekeruhan tinggi, tidak
banyak jenis ikan karang yang nampak, 0,861679
sebaliknya pada perairan jernih banyak jenis Kemerataan (J) 5023
ikan karang yang muncul [34].

B. Indeks dominansi Simpson (D) Berdasarkan tabel hasil analisis data


Indeksi dominansi simpson umumnya penelitian diatas, dapat diketahui bahwa nilai
digunakan untuk mengetahui tentang sejauh indeks dominansi simpson (D) dari 33 spesies
mana suatu spesies atau genus mendominasi dengan jumlah total 282 individu yang terdata
kelompok lain dalam suatu lokasi tertentu selama pengambilan data adalah 0,071148.
[35]. Dengan kata lain, nilai indeks dominansi Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
memberikan gambaran mengenai dominansi perairan atau lokasi tempat pengambilan data
ikan dalam suatu komunitas ekologi, yang tersebut memiliki dominansi yang rendah
dapat menjelaskan atau menerangkan apabila sehingga tidak ada spesies dari 33 spesies yang
BIOLOGI LAUT – 8B 8

terdata tersebut yang mendominasi lokasi Kemerataan menunjukkan sejauh


tersebut. Pernyataan tersebut sesuai dengan mana individu terbagi di antara spesies. Nilai
literatur ada, dimana nilai indeks dominansi kemerataan rendah menunjukkan bahwa satu
simpson (D) dari data penelitian berada pada atau beberapa spesies mendominasi, dan nilai
kisaran 0,00 < D < 0,30 yang menunjukkan tinggi menunjukkan bahwa jumlah individu
kategori dominansi rendah. Selain itu, hal yang relatif sama dimiliki oleh setiap spesies.
tersebut juga didukung dengan kategori indeks Kemerataan tidak dihitung secara independen,
keanekaragaman yang rata-rata masuk ke melainkan berasal dari ukuran keragaman
dalam kategori sedang [39]. Nilai indeks senyawa seperti H ', D1 (Simpson’s diversity),
dominansi berbanding terbalik dengan indeks dan D2 (Simpson’s dominance), karena secara
keanekaragaman jenis. Semakin kecil nilai inheren mengandung komponen kemerataan
indeks dominansi menunjukkan semakin dan kekayaan. Namun, kemerataan yang
berkurangnya jenis-jenis spesies yang dihitung dari H '(J') hanya digunakan terbatas
mendominasi. Sebaliknya apabila indeks secara prediktif karena secara matematis
mendekati nilai 1, maka hal ini menunjukkan berkorelasi dengan H ' [44]. Indeks Shannon
adanya dominansi jenis-jenis tertentu dalam juga merupakan dasar dari indeks kemerataan
suatu lokasi [40]. Pielou, dengan rumus J= HSh / H*Sh dimana
H*Sh adalah nilai maksimum dari HSh (fungsi
C. Indeks kemerataan spesies Pielou (J) dari S). Namun, indeks ini sebenarnya
Indeks Kemerataan Spesies Pielou (J) merupakan perkiraan kemerataan yang sangat
sering digunakan untuk mengetahui seberapa buruk, karena sangat bergantung pada
besar kestabilan suatu spesies dalam menjaga kekayaan spesies. Meskipun kelemahan ini
peluang untuk mempertahankan kelestarian diketahui secara luas, kemerataan Pielou
jenisnya. Hal tersebut berarti, semakin tinggi masih merupakan indeks kemerataan yang
nilai kemerataan maka keanekaragaman jenis paling banyak digunakan dalam literatur
dalam suatu komunitas semakin stabil. Begitu ekologi [45].
Kriteria nilai indeks kemerataan
dikategorikan sebagai berikut [41] :
0 < e ≤ 0,5 : Kurang merata
0,5 < e ≤ 0,75 : Cukup merata
0,75 < e ≤ 1 : Merata
juga dengan sebaliknya, jika nilai kemerataan
semakin rendah maka kestabilan Tabel 4. Hasil Analisis Indeks kemerataan
keanekaragaman jenis dalam komunitas spesies Pielou (J)
tersebut juga semakin rendah [41]. Menurut
Nahlunnissa, 2016 [42], indeks kemerataan
spesies digunakan untuk mengukur derajat Struktur Komunitas Nilai Kategori
kemerataan kelimpahan individu suatu spesies
dalam suatu komunitas. Kemerataan
menggambarkan keseimbangan antara satu Keanekaraga
komunitas dengan komunitas lainnya. Keanekaragaman 3,0128688
man Sedang
Kemerataan merupakan indikator adanya (H') 95
gejala dominasi pada setiap spesies dalam
suatu komunitas. Nilai kemerataan yang Dominansi
mendekati satu menunjukkan bahwa suatu Dominasi (D) 0,071148 Rendah
komunitas semakin merata penyebarannya,
sedangkan jika nilai mendekati nol maka
semakin tidak rata. Indeks Kemerataan dapat
0,8616795 Merata
diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai Kemerataan (J)
023
berikut [43] :
Keterangan :
E = indeks kemerataan spesies
H’= indeks keanekaragaman spesies Berdasarkan tabel diatas Indeks
S = jumlah seluruh spesies kemerataan pielou (J) menunjukkan hasil
sebesar 0,816795023, dimana hasil ini berada
BIOLOGI LAUT – 8B 9

pada rentang 0,75 < e ≤ 1 yang berarti Ibu Indah Trisnawati DT, Ph D selaku kepala
tergolong dalam kategori merata [41]. Dari laboratoriun ekologi departemen Biologi ITS,
hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa indeks Ibu Iska Desmawati, S.Si., M.Si. selaku dosen
kemerataan spesies ikan karang pada lokasi pengampu praktikum mata kuliah Biologi Laut
perairan pengambilan data tersebut memiliki serta segenap dosen dan seluruh staf akademik
indeks kemerataan spesies yang merata. Pada yang selalu membantu dalam memberikan
lokasi pengambilan data keanekaragaman fasilitas, ilmu, serta pendidikan pada
spesies dalam komunitas ikan karang dapat praktikan. Tak lupa kami ucapkan terima kasih
dikatakan stabil atau kelimpahan spesies pada juga kepada asisten laboratorium yang selalu
komunitas ikan karang di tempat tersebut membantu dalam memberikan ilmu,
seimbang, tidak terdapat gejala dominasi bimbingan, dan pendidikan kepada praktikan
spesie. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu dan teman-teman seperjuangan dari kelompok
nilai kemerataan yang mendekati satu 8B yang telah membantu dalam
menunjukkan bahwa suatu komunitas semakin menyelesaikan laporan. Semoga Tuhan Yang
merata penyebarannya [42]. Maha Kuasa senantiasa membalas semua
kebaikan yang tlah diberikan. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti,
IV. KESIMPULAN umumnya kepada para pembaca.
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode
standar yang dapat dilakukan untuk DAFTAR PUSTAKA
mengetahui dan memperkirakan populasi ikan [1] E.R. Marpauang, Y.I. Siregar, S.H. Siregar.
karang pada suatu lokasi terdapat 3 metode Kelimpahan Ikan Karang Famili
yakni pukat pantai (beach seine), underwater Chaetodontidae Dan Tutupan Terumbu
visual census (UVC), dan baited remote Karang Hidup Di Perairan Lagoi
underwater video (BRUV). Berdasarkan hasil Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan
yang didapatkan dapat diketahui bahwa : Riau. 2019.
Pomacentridae adalah famili yang [2] J.D. Bell, and R. Galzin. Influence of live
keragamannya paling mendominasi dilautan coral cover on coral-reef fish
tersebut, yakni sebesar 169 spesies atau setara communities. Marine Ecology Progress
dengan 57,9% dari total jumlah individu dan Series, 5:265-274. 1984.
pada perhitungan struktur komunitas [3] L. Green. Spatial, temporal and
didapatkan hasil keanekaragaman sebesar ontogenetic pattern of habitat use coral
3,013 termasuk dalam kategori sedang, reef fishes (Family Labridae). Marine
dominasi sebesar 0,071 termasuk dalam Eco. Pro. Series, 133:1-11. 1996.
kategori dominasi rendah, dan kemerataan [4] P.F. Smallhorn-West, T.C.L. Bridge., P.L.
0,86 termasuk dalam kategori merata. Munday, and G.P. Jones. Depth
distribution and abundance of a
coralassociated reef fish: roles of
UCAPAN TERIMA KASIH recruitment and post-recruitment
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari processes. Coral Reefs: J. of the
dukungan dari berbagai pihak. Praktikan International Society for Reef Studies,
secara khusus mengucapkan terima kasih https://doi.org/10.1007/s00338-0161509-
kepada suma pihak yang telah membantu. x. 2015.
Praktikan banyak menerima bimbingan, [5] C.F. Barbosa, M.F. Prazezers, B.P. Ferreira
petunjuk dan bantuan serta dorongan dari & J.C.S. Seoane. Foraminiferal
berbagai pihak, baik yang bersifat moral assemblage and reef check census in
maupun material. Pada kesempatan ini, coral reef health monitoring of East
praktikan menyampaikan rasa terima kasih Brazilian margin. Marine
yang sebesar-besarnya pertama kepada Tuhan Micropaleontology. 73 : 62-69. 2009.
Yang Maha Esa dengan segala rahmat dan [6] K. Wibowo, Adrim. Komunitas Ikan-Ikan
karunia-Nya yang memberikan kekuatan bagi Karang di Teluk Prigi Trenggalek, Jawa
praktikan dalam menyelesaikan laporan ini. Timur. Zoo Indonesia. 22 (2) : 29-38.
Kemudian kepada Ibu Dr. Dewi Nurhidayati, 2013.
S.Si., M.Si selaku kepala depatemen, kepada
BIOLOGI LAUT – 8B 10

[7] Y.P. Paulangan1, A.Fahrudin, D.Sutrisno. [16] I. M. Apriliani, Nurruhwati, I. and Rizal,
Keanekaragaman Dan Kemiripan Bentuk A. ‘Laju Tangkap Unit Pukat Pantai di
Profil Terumbu Berdasarkan Ikan Karang Kabupaten Pangandaran’, Albavcore,
Dan Lifeform Karang Di Teluk Depapre 3(2), pp. 229–234. 2019.
Jayapura, Provinsi Papua, Indonesia.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan [17] P. Labrosse, Underwater Visual Census
Tropis. 11(2) : 249-262. 2019. Surveys, Pacific Community. New
[8] R. Hastuty, Yonvitner, dan L. Adrianto. Caledonia: Secretariat of the Pacific
Tutupan karang dan komposisi ikan Community. Available at:
karang didalam dan luar kawasan file:///C:/Documents and
konservasi pesisir timur Pulau Weh, Settings/L?ny/Local Settings/Application
Sabang. Depik, 3(2): 99-107. 2014. Data/Mendeley Ltd./Mendeley
[9] I.S. Ilyas, S.Astuty, S.A. Harahap, dan N.P. Desktop/Downloaded/Labrosse et al. -
Purba. Keanekaragaman Ikan Karang 2002 - uNDERwATER vISuAL FIsH
Target Kaitannya Dengan CEnSuS
Keanekaragaman Bentuk Pertumbuhan SuRvEyS.pdf%5Cnfile:///C:/Documents
Karang Pada Zona Inti Di Taman Wisata and Settings/L?ny/Local
Perairan Kepulauan Anambas. Jurnal Settings/Application Data/M. 2002.
Perikanan dan Kelautan. Vol. 8(2) : 103- [18] A. Torres, Abril, A. M. and Clua, E. E. G.
111. 2017. ‘A time-extended (24 h) baited remote
[10] Y. Dhahiyat, D. Sinuhaji dan H. underwater video (BRUV) for monitoring
Hamdani. Struktur komunitas ikan pelagic and nocturnal marine species’,
karang di daerah transplantasi karang Journal of Marine Science and
Pulau Pari, Kepulauan Seribu. J. Iktiologi Engineering, 8(3). doi:
Indonesia, 3(2):87-94. 2003. 10.3390/jmse8030208. 2020.
[11] E. M. Syahrir, N. Susilo, S. Yusri, S. [19] R. E. Jones, et al. ‘The influence of bait
Timotius. Terumbu Karang Jakarta. on remote underwater video observations
Jakarta : Terangi (Yayasan Terumbu in shallow-water coastal environments
Karang Indonesia). 2007. associated with the North-Eastern
[12] E. Yusron. Keanekaragaman Jenis atlantic’, PeerJ, 8, pp. 1–21. doi:
Ophiuroidea (Bintang Mengular) Di 10.7717/peerj.9744. 2020.
Perairan Wori, Minahasa Utara, Sulawesi
Utara. Makara, Sains. 14(1): 75-78. [20] S. P. R. U. Supriharyono, Utomo, and C.
2010. Ain, “Keanekaragaman Jenis Ikan
[13] O.M. Luthfi, R. Alifia, S.R. Putri, F.B. Karang Di Daerah Rataan Dan Tubir
Dasi, B. A. Putra, D. E. Permana, E. Pada Ekosistem Terumbu Karang Di
Pebrizayanti, M. Z. Fikri, J. Saputro, C. Legon Boyo, Taman Nasional
A. Setiawan, K. Sibuea, A. Razak. Karimunjawa, Jepara,” Diponegoro J.
Pemantauan Kondisi Ikan Karang Maquares, vol. 2, no. 3, pp. 81–90, 2013.
Menggunakan Metode Reef Check Di
[21] T. Wijanarko, “Komposisi Jenis dan
Perairan Selat Sempu Malang Selatan.
Kelmpahan Ikan Karang di Perairan
Journal of Marine and Aquatic Sciences.
Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa
3(2), 171-179. 2017.
Jepara,” Diponegoro J. Mar. Res., vol. 2,
[14] D. G. L. Baker et al. ‘Comparative
no. 4, pp. 46–55, doi:
analysis of different survey methods for
10.14710/jmr.v2i4.3683. 2013.
monitoring fish assemblages in coastal
habitats’, PeerJ, (3). doi: [22] T. H. Fraser, A new genus of cardinalfish
10.7717/peerj.1832. 2016. (Apogonidae: Percomorpha),
[15] S. Z. Perello and Enríquez, S. ‘Remote redescription of Archamia and
underwater video reveals higher fish resemblances and relationships with
diversity and abundance in seagrass Kurtus (Kurtidae: Percomorpha), vol.
meadows, and habitat differences in 3714, no. 1. 2013.
trophic interactions’, Scientific Reports,
9(1), pp. 1–11. doi: 10.1038/s41598-019- [23] R. R. Honebrink, “A review of the
43037-5. 2019. biology of the family Carangidae , with
BIOLOGI LAUT – 8B 11

emphasis on species found in Hawaiian [31] S. Marlenny, Firsty Rahmatia, and


waters,” Div. Aquat. Resour. Tech. Rep., Pattulloh Pattulloh. "Komparasi Indeks
no. October, pp. 1–43, 2000. Keanekaragaman Dan Indeks Dominansi
Fitoplankton Di Sungai Ciliwung Jakarta
[24] H. H. Ng and K. K. P. Lim, “A (Comparison Of Diversity Index And
preliminary checklist of the cardinalfishes Dominant Index of Phytoplankton At
(Actinopterygii: Gobiiformes: Ciliwung River Jakarta)." Jurnal
Apogonidae) of Singapore,” Check List, Kelautan: Indonesian Journal of Marine
vol. 10, no. 5, pp. 1061–1070, doi: Science and Technology 11.1 : 75-79.
10.15560/10.5.1061. 2014. 2018.
[25] F. Runtuboi et al., “Inventarisasi Jenis [32] A. Maya, Sugeng P. Harianto, and
Ikan Karang dan Komposisi Jenis Ikan Nuning Nurcahyani. "Keanekaragaman
Ekonomis Penting (Study Kasus jenis burung di hutan rakyat pekon
Kampung Kornasoren, Saribi dan kelungu kecamatan kotaagung kabupaten
Syoribo) Pulau Numfor Kabupaten Biak tanggamus." Jurnal Sylva Lestari 4.2 :
Numfor,” J. Trop. Fish. Manag., vol. 2, 51-60. 2016.
no. 1, pp. 11–18, doi:
10.29244/jppt.v2i1.25313. 2019. [33] I. S. Ilyas, Astuty, S., & Harahap, S. A.
Keanekaragaman ikan karang target
[26] W. T. White et al., Market Fishes of kaitannya dengan keanekaragaman
Indonesia. Canberra: Australian Centre bentuk pertumbuhan karang pada zona
for International Agricultural Research inti di taman wisata perairan kepulauan
(ACIAR), 2013. Anambas. Jurnal Perikanan Kelautan,
[27] U. N. Rembet, M. Boer, D. G. Bengen, 8(2). 2017.
and A. Fahrudin, “Struktur Komunitas [34] L. Anadi. "Struktur Komunitas Ikan
Ikan Target Di Terumbu Karang Pulau Karang pada Lokasi Rehabilitasi Karang
Hogow Dan Putus-Putus Sulawesi Modul Bioreeftek di Perairan Desa
Utara,” J. Perikan. Dan Kelaut. Trop., Tanjung Tiram, Kabupaten Konawe
vol. 7, no. 2, p. 60, doi: Selatan." Jurnal Manajemen Sumber
10.35800/jpkt.7.2.2011.179. 2011. daya Perairan 4.3. 2019.
[28] R. Puspasari, A. Damar, M. M. Kamal, [35] Y.V. Munthe, R. A. Aryawati, dan
D. Lumban Batu, N. N. Wiadnyana, and Isnaini. Struktur Komunitas dan Sebaran
M. Taufik, “Dinamika Larva Ikan Fitoplankton di Perairan Sungsang
Sebagai Dasar Opsi Pengelolaan Sumber Sumatera Selatan. Maspari Journal. Vol.
Daya Ikan Di Laguna Pulau Pari 4(1) : 122-130. 2012.
Kepulauan Seribu Fish Larvae Dynamic
As a Basis of Pulau Pari Lagune Area [36] H. Latuconsina, M. N. Nessa, dan R. A.
Management,” J. Kebijak. Perikan. Rappe. Komposisi Spesies dan Struktur
Indones., pp. 1–7, 2013. Komunitas Ikan Padang Lamun di
Perairan Tanjung Tiram – Teluk Ambon
[29] P. Krakal and I. A. Utomo, Dalam. Jurnal Ilmu dan Teknologi
“Keanekaragaman Famili Pomacentridae Kelautan Tropis. Vol. 4(1) : 35-46. 2012.
di Zona Keanekaragaman Famili
Pomacentridae di Zona Intertidal Pantai [37] R. Nento, F. Sahami, dan S. Nursinar.
Krakal , Gunung Kidul , Yogyakarta,” no. Kelimpahan, Keanekaragaman dan
March, doi: 10.13140/RG.2.1.3531.6883. Kemerataan Gastropoda di Ekosistem
2016. Mangrove Pulau Dudepo, Kecamatan
Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara.
[30] N., Hafizah, Ervizal AM Zuhud, and Jurnal ilmiah Perikanan dan Kelautan.
Yanto Santosa. "Keanekaragaman spesies Vol. 1(1) : 41 – 47. 2013.
tumbuhan di arealnilai konservasi tinggi
(nkt) perkebunan kelapa sawit provinsi [38] M. Sirait, F. Rahmatia, dan Pattulloh.
riau." Media Konservasi 21.1 : 91-98. Komparasi Indeks Keanekaragaman dan
2016. Indeks Dominansi Fitoplankton di Sungai
BIOLOGI LAUT – 8B 12

Ciliwung Jakarta. Jurnal Kelautan. Vol.


11(1) : 75-79. 2018.
[39] Y. Dhahiyat, D. Sinuhaji, dan H.
Hamdani. Struktur Komunitas Ikan
Karang di Daerah Transplantasi Karang
Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Jurnal
Iktiologi Indonesia. Vol. 3(2) : 87 – 94.
2003.
[40] D. Mahara. Keanekaragaman Mamalia
Kecil di Kawasan Penyangga Gunung
Slamet, Jawa Tengah. Jurnal Fauna
Tropika. Vol. 23(1): 1-7. 2014.
[41] P. Wirabumi, & Sudarsono. Struktur
Komunitas Plankton Di Perairan Waduk
Wadaslintang Kabupaten Wonosobo.
Jurnal Prodi Biologi. Vol. 6(3):174-184.
2017.
[42] H. Nahlunnisa, Zuhud, E. A. M., &
Santosa, Y. Keanekaragaman Spesies
Tumbuhan Di Arealnilai Konservasi
Tinggi (Nkt) Perkebunan Kelapa Sawit
Provinsi Riau. Media Konservasi. Vol.
21(1):91-98. 2016.
[43] H. A. Nurkhotimah & Setyawati, T.
Komposisi, Struktur Dan
Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Di
Cagar Alam Dungus Iwul, Kabupaten
Bogor. Media Konservasi. Vol. 22(2):
138-145. 2017.
[44] Morris et al. Choosing and using diversity
indices: insights for ecological
applications from the German
Biodiversity Exploratories. Ecology and
Evolution. Vol. 4(18): 3514-3524. doi:
10.1002/ece3.1155. 2014.
[45] A. J. Daly, Baetens, J. M., & De Baets, B.
Ecological Diversity: Measuring the
Unmeasurable. Mathematics. Vol.
6(119): 1-28. doi:10.3390/math6070119.
2018.

Anda mungkin juga menyukai