Anda di halaman 1dari 16

PELATIHAN

METODOLOGI MONITORING
BIODIVERSITAS IKAN CHAETODONTIDAE

SINKRONISASI DENGAN OKUPASI


BIDANG KOMPETENSI PEJABAT PENILAI
KONDISI BIODIVERSITAS IKAN TERUMBU KARANG

TINGKAT MADYA

Materi
Ekologi dan Morfologi Chaetodontidae

Oleh Isa Nagib Edrus

COREMAP CTI LIPI


2016
PENDAHULUAN

Terumbu karang adalah suatu ekosistem yang memiliki keanekaragaman


hayati laut dan produktivitas yang tinggi dan merupakan sumberdaya yang bernilai
ekonomis bagi orang-orang yang tinggal di sekitarnya dan sering pula sebagai
sumber utama untuk ruang hidup, makanan, dan pendapatan bagi mereka yang
tinggal dekat terumbu karang. Dalam pengelolaan eksosistem tersebut diperlukan
tenaga-tenaga analis atau penilai yang berkopetensi di bidang sumberdayanya,
seperti ikan karang.
Ikan karang merupakan ichtyofauna terumbu karang yang dalam evolusinya
populasi tumbuh berkembang bersama-sama karang. Keberagaman ikan karang
hampir dapat digeneralisasikan dari satu turumbu ke turumbu yang lain. Jadi hampir
semua terumbu karang yang sehat memiliki keanekaragaman ikan karang yang
tinggi pula. Namun generalisasi seperti ini tidak selalu dapat dinisbahkan pada
kelompok ikan kepe-kepe dari suku Chaetodontidae, yang sebagian ahli
menempatkannya sebagai ikan indikator kesehatan terumbu karang (Reese, 1981).
Kehadiran ikan ini baik dalam jumlah jenis maupun kelimpahan individu bergantung
pada sifat fungsional dari suku ini yang dikategorikan sebagai coralivora yang
bersifat obligat, facultatif atau lebih kearah generalist dalam memilih makanannya
(Adrim & Hutomo, 1989; Pratchett et al. 2013).
Untuk alasan itu, distribusi ikan ini dalam wilayah terumbu karang sangat
bergantung pada kondisi substrat dan fauna karang itu sendiri yang menyediakan
makan kegemarannya. Dengan demikian penilaian atas biodiversitas ikan kelompok
Chaetodontidae akan sangat bermanfaat sebagai bagian dalam monitoring
kesehatan terumbu karang (Reese, 1981; Pratchett et al., 2006).
Dengan pertimbangan ini, jabatan penilai kondisi biodiveristas ikan terumbu
karang dapat melalui keahlian yang terbatas hanya pada kompetensi seseorang
dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam keseluruhan aspek penilaian
biodiversitas ikan Chaetodontidae. Dimana kompetensi setingkat ini digolongkan ke
dalam tingkat madya dalam jabatan penilai kondisi biodiversitas ikan terumbu
karang, seperti ditetapkan dalam Skema Sertikasi sesuai Standar Kompetensi
Khusus yang diatur oleh BNSP.
Merekrut dan mempersiapakan tenaga-tenaga peneliti ikan karang terfokus
pada menghantarkan seseorang pada kategori tersebut, sehingga perlu
memperhatikan substansi materi pelatihan dalam hal pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang baik tentang ekologi ikan kepe-kepe itu sendiri, morfologinya
dan cara-cara yang prosedural dalam pengambilan data, penyajian data dan
pelaporan sebagai bagian dari kerja penilaian sumberdaya ikan kepe-kepe.
Tujuan dari penulisan bahan ajaran ini adalah untuk mempersiapkan peserta
yang berkompetensi dalam bidang jabatan tingkat madya penilai kondisi
biodiversitas ikan terumbu karang, sehingga nantinya akan menghasilkan sumber
daya manusia sebagai penilai bidang ikan terumbu karang dan siap mengikuti uji
sertifikasi keahlian di bidangnya.

Ekologi dan Distribusi Kepe-Kepe

Distribusi dan kelimpahan beberapa jenis obligate coralivora pada terumbu


karang menyediakan informasi yang berguna untuk mengetahui lebih dalam tentang
kondisi suatu terumbu. Untuk alasan itu obligate coralivora dipertimbangkan sebagai
jenis ikan indikator kesehatan terumbu karang. Dengan alasan ini kemudian
dikembangkan suatu cara yang praktis bahwa menghitung beberapa jenis ikan yang
mudah dikenali dan terlihat jelas adalah lebih efisien dari pada mencoba untuk
menilai distribusi dan kelimpahan karang secara langsung. Cara ini didasari oleh
suatu pengertian bahwa polusi pada terumbu karang dapat saja karena pengaruh
bahan pencemar yang kronis dengan tingkat setengah mematikan hewan karang
sepanjang periode waktu yang panjang. Dalam kondisi seperti itu, ikan sebagai
hewan yang bergerak dapat menyediakan informasi peringatan dini terhadap adanya
kondisi penurunan mutu lingkungan hidup melalui perubahan-perubahan prilakunya
atas kondisi habitat yang kurang menguntungkan dan ketersedian makanan
kesukaannya, termasuk pindah dari terumbu karang sebagai tindakan terakhir.
Prilaku berpasangan juga menyediakan dimensi lain untuk penilaian kondisi
penurunan mutu dalam biotop (tutupan) karang (Reese, 1981).
Dalam kajian kesehatan terumbu adalah menarik untuk melihat lebih dalam
dominasi dari kelompok spesialis coralivora ikan kepe-kepe, yaitu memastikan
kehadiran dalam bentuk komposisi fungsional dan kebiasaan makan ikan kepe-
kepe. Selalu ada terlihat perbedaan dalam kelimpahan ikan kepe-kepe antar lokasi
dan antar zona karang, yang kebanyakan berhubungan dengan variasi kelimpahan
karang keras scleractiniaa. Jenis obligate pemakan karang (seperti Chaetodon
trifascialis) umumnya mendominasi pada semua lokasi pengamatan. Pada area
yang lebih rentan terhadap gangguan habitat atau kehilangan karang keras, kadang-
kadang terlihat bahwa ikan kepe-kepe yag memiliki kekhususan sebagai pemakan
karang adalah juga memiliki kemanpuan lebih besar dalam sifat daya lenting-
resilience pada kejadian adanya gangguan, dan karena itu ikan kepe-kepe memiliki
dominasi pada rentang yang luas dalam habitat terumbu karang (Pratchett et al.
2013).
Variasi kelimpahan secara spasial ikan kepe-kepe lebih mencolok di antara
zona-zona fisiognomik karang (benthic lifeform), terutama karena adanya zonasi
yang signifikan untuk tiap-tiap jenis kelompok obligate pemakan karang keras dan
kelompok genaralist pemakan segala. Sebaran kelompok obligate pemakan karang
keras selalu berhubungan lebih dekat dengan variasi spasial dari persen tutupan
karang keras scleratinian, tetapi tidak ada pembatasan dibandingkan dengan
kelompok fakultatif pemakan karang keras atau kelompok bukan pemakan karang.
Kelompok Jenis yang memiliki spesialisasi tinggi pada pola makan tertentu, seperti
jenis mangsa karang tertentu, tetapi mendiami pola zonasi tertentu adalah terbatas
pada habitatnya yang memiliki kelimpahan terbesar dari mangsa yang disukai
kelompok ikan ini. Sementara ada kaitan yang jelas antara spesialiasai pola
makanan dengan pola-pola spasial dalam distribusi ikan kepe-kepe, namun hal ini
menyisakan ketidak jelasan apakah spesialisasi pola makanan adalah penyebab
atau konsekuensi yang lebih membatasi penyebarannya (Pratchett & Berumen,
2008).

Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa penurunan kelimpahan ikan


kepe-kepe akan mengikuti menurunnya secara ekstensif kuantitas karang hidup.
Penelitian pada variasi kelimpahan temporal ikan kepe-kepe di Great Barrier Reef
Australia menemukan bahwa tidak adanya perubahan jangka pendek (dalam 4
bulan) dalam hal kelimpahan ikan kepe-kepe setelah adanya penurunan karang
hidup pada tahap awal di tahun 2000. Tetapi pada survei lanjutan yang dilaksanakan
pada 2005, tahun dimana persen tutupan karang sudah menurun melebihi 90%
sebagai akibat pemutihan karang, terlihat adanya penurunan yang signifikan dalam
hal kelimpahan ikan kepe-kepe dari kelompok obligate pemakan karang. Sebaliknya
tidak menunjukkan perubahan yang signifikan dalam hal kelimpahan kepe-kepe dari
kelompok yang kurang menyukai karang keras sebagai makanan utama. Jadi jelas
bahwa deplesi yang ekstensif karang hidup sebagai akibat penyakit pemutihan yang
meluas dapat menjadi faktor utama pembatas kelimpahan ikan kepe-kepe. Namun
respon yang spesifik ikan kepe-kepe bervariasi sesuai daya lentingnya pada
ketersediaan karang keras untuk makanan dan pada kemampuannya untuk
memanfaatkan jenis mangsa alternatif (Pratchett et al., 2006).
Penelitian di Pulau Lizard, di Utara Great Barrier Reef, Australia juga
mendokumen-tasikan adanya tumpang tindis dalam jenis makanan. Enam jenis
kepe-kepe (Chaetodon aureofasciatus, C. baronessa, C. lunulatus, C. plebius, C.
rainfordi and C. trifascialis) sebagian besar memangsa karang keras scleractinian,
dan delapan jenis (C. citrinellus,C. kleinii, C. lunula, C. melannotus, C. rafflesi, C.
speculum, C. ulietensis, and C. unimaculatus) memilih jenis makanan dengan
proporsi yang signifikan dari karang biasa. Lainnya enam jenis (C. auriga, C.
ephippium, C. lineolatus, C. semeion, C. vagabundus, and Chelmon rostratus)
jarang memangsa karang, tetapi memakan mangsa kecil yang terpisah dari substrat
bukan karang. Jadi kepe-kepe pemakan karang mengkonsumsi karang dalam
rentang yang bervariasi cukup luas. Contoh, Chaetodon lunulatus, mengkonsumsi
51 jenis karang dari 24 marga yang berbeda. Tetapi lebih dari 72% jenis makanan
kepe-kepe adalah tumpang tindih, dimana 11 dari 14 jenis lebih memilih makanan
karang Acropora hyacinthus atau Pocillopora damicornis. Kebanyakan coralivora
yang memiliki kekhususan dalam makanan, seperti C. trifascialis, memangsa 88%
dari A. hyacinthus. Kepe-kepe ini, Chaetodon trifascialis, bergantung secara
teritorial yang mencakup satu sampai lebih koloni A. hyacinthus, dan mencegah
jenis lain seperti C. lunulatus untuk turut memangsa, meskipun jenis karang
tersebut didapati masih cukup luas. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepe-kepe
pemakan karang mampu melanjutkan kehidupannya dalam kondisi yang nampaknya
terjadi kekurangan sumberdaya makanan sampai pada batas kritis sebeluam area
itu ditinggalkan. Sementara, kepe-kepe pemakan karang yang lain (berbeda) kurang
atau lebih selektif dalam hal kebutuhannya pada mangsa karang yang berbeda,
dimana pada umumnya semua jenis kepe-kepe memangsa secara dominan jenis A.
hyacinthusor dan P. Damicornis (Pratchet, 2005).
Pembagian Fungsional ikan Chaetodontidae

Beradasarkan pada kebiasaan makannya, Chetodontidae dikelompok ke


dalam 3 fungsional nya dalam hubungannya dengan terumbu karang. Ketiga
kelompok itu berserta jenis-jenisnya adalah:

1. Obligate corallivores :

1) Chaetodon aureofasciatus,
2) Chaetodon baronessa
3) Chaetodon bennetti,
4) Chaetodon guttatissimus,
5) Chaetodon lunulatus
6) Chaetodon melannotus,
7) Chaetodon meyeri,
8) Cahetodon ornatissimus,
9) Chaetodon plebeius
10) Chaetodon rainfordi
11) Chaetodon trifascialis,
12) Chaetodon trifasciatus
13) Chaetodon triangulum
14) Chaetodon ulietensis,
15) Chaetodon unimaculatus
16) Chaetodon zanzibarensis
17) Heniochus pleurotaenia
18) Heniochus singularis,

2. Facultative corallivores

1) Chaetodon auriga,
2) Chaetodon ephippium
3) Chaetodon falcula,
4) Chaetodon guttassimus,
5) Chaetodon interruptus,
6) Chaetodon kleinii
7) Chaetodon lineolatus,
8) Chaetodon lunula
9) Chaetodon madagaskariensis,
10)Chaetodon rafflesi
11) Chaetodon semeion,
12)Chaetodon vagabundus,
13) Chelmon rostratus

3. Noncorallivores atau sering disebut kelompok generalis:

1) Chaetodon xanthocephalus
2) Chaetodon auriga,
3) Chaetodon citrinellus,
4) Chaetodon lineolatus,
5) Chetodon speculum
6) Heimitaurichthys zoster,
7) Heimitaurichthys polylepis,
8) Heniochus monoceros
9) Forcipiger flavissimus

Arti Ikan indikator dan Manfaatnya

Ikan Indikator adalah ikan yang termasuk dalam kelompok ikan kepe-kepe
(Chaetodontidae). Sebagian besar spesies dari kelompok ini merupakan pemakan
polip karang (Reese, 1981). Sehingga berguna untuk memantau pengaruhnya pada
terumbu karang atau sebagai indikator yang sensitif untuk menentukan kondisi
kesehatan terumbu karang. Perubahan-perubahan dalam distribusi dan
kelimpahannya dapat menjadi suatu petunjuk bahwa komunitas karang telah
mengalami gangguan atau tekanan (Vivien and Navarro, 1983; Reese, 1977, 1981;
Nash, 1988).
Pengertian di atas menunjukkan bahwa kajian atas keberadaan ikan indikator
tersebut akan sangat bermanfaat dalam pengelolaan perairan karang atau dalam hal
managemen konservasi, terutama mengkaji perubahan lingkungan secara umum.
Hal ini dapat dilihat dari kategori keberadaannya. Kelompok ikan Chaetodontidae
dalam suatu kawasan atau ekosistem terumbu karang, dikatagorikan:

keanekaragaman jenis rendah : < 15 jenis


keanekaragaman jenis sedang : 15 - 25 jenis
keanekaragaman jenis tinggi : > 25 jenis

Morfologi

Suku Chetodontidae sebagian besar memiliki warna dan corak yang mudah
dikenali. Famili ini terdiri dari 10 Marga dan lebih dari 120 jenis di seluruh dunia. Di
Indonesia jumlah jenis yang biasa ditemukan lebih dari 50 jenis. Sebagian besar dari
jenisnya yang kebanyakan terdapat di Indo Pasifik Barat dan Indonesia. Dari sisi
warna sering dapat dibedakan satu sama lain, tetapi ada beberapa jenis yang samar
untuk dibedakan dan sering membingunkan antara fauna dari wilayah Laut Pasifik
dan Laut Hindia. Anakan kepe-kepe juga sering berbeda dari stadium dewasanya
dalam hal warna atau dalam ciri-ciri morfologis, seperti panjang moncong. Kepe-
kepe umumnya mendiami beragam habitat di terumbu karang, didapati dalam
ukuran populasi berkelompok dan lebih umum berpasangan.

Hal Membingunkan Dalam Identifikasi

Seorang pencacah pemula setelah menyelam pasti menemukan kebingungan


dalam menghadapi corak dan warna ikan, terutama jenis yang satu sama lain sedikit
mirip, baik corak antar famili yang berbeda sampai kepada genus yang sama
sekalipun.

Kenali Kelompok
Untuk menidentifikasi satu yang spesifik dari lebih 2000 jenis tropis di Pasifik
merupakan tugas yang tidak mudah. Untuk lebih menyederhanakan, kenali ikan
melalui bentuk umum suku yang biasanya serupa atau sifat-sifat prilakunya.
Pada tingkat suku, corak antar famili yang mengacau pandangan pertama
pencacah antara lain, lihat yang satu ini:

Geni
Lutjanus semicinctus Chaeto canthus melanospilos
Acanthurus (LUTJANIDAE) don octofasciatius (POMACANTHIDAE)
triostegus CHAETODONTIDAE)
(ACANTHURIDAE)

Abudefduf
sexfasciatus
Pomacanthus Dascillus melanurus (POMACENTRUS)
Chaetodon meyeri
(CHAETODONTIDAE) annularis (POMACENTRUS)
(POMACANTHIDAE)
Heniochus acuminatus
Zanclus cornutus
(CHAETODONTIDAE)
(ZANCLIDAE)

Acanth Centro
urus tristis pyge eibli
(ACANTHURIDAE) (POMACANTHIDAE)

Jika menemukan hal seperti ini, fokuskan dan ingatlah bahwa bentuk rupa
tubuh antara suku (famili itu) berbeda dan kenali perbedaan itu sebelum pencacah
benar-benar ingin fokus pada suku Chaetodontidae saja. Namun, sesungguhnya
pencacah tidak akan selesai sampai disitu kebingungannya dengan corak warna
ikan. Karena di dalam satu Marga kepe-kepe yang sama, kepe-kepe juga masih
akan membingungkan pencacah. Lihat gambar di bawah ini!. Kunci pengenalan jenis
selalu akan tersedia, jika pencacah sudah terbiasa dengan tanda-tanda kunci
pembeda.

Chaetodon andamanensis Weh Chaetodon plebeius Jav

Chaetodon punctatofasciatus Chaetodon pelewensis


Chaetodon guttatissimus Chaetodon citrinellus

Chaetodon xanthurus Chaetodon Chaetodon mertensii


madagaskariensis

Chaetodon falcula Chaetodon ulietensis

Chaetodon lineolatus Chaetodon oxycephalus

Penamaan

Informasi tentang setiap jenis dapat mulai dari nama umumnya, yang sering
digunakan dalam penamaan di daerah, perdagangan, atau literatur. Nama umum
tentu saja tidak dalam bentuk yang baku dan cenderung bervariasi dari satu daerah
ke daerah lain. Seringkali juga ada banyak nama umum yang berbeda-beda untuk
satu jenis yang sama. Nama suatu jenis kadang-kadang diberikan pada ikan untuk
penghargaan pada penemu jenis ikan itu ke dalam bentuk nama latin.
Dari sejumlah jenis kepe-kepe yang dikenal, semuanya sudah dilakukan
diskripsi oleh para ahli dan diberi nama latin menuru kaidah nomenklatur yang baku.
Namun nama-nama latin selain susah dalam pengucapannya, juga susah untuk
dihafal. Adapun pencacah tidak harus bingung dengan nama-nama yang susah
dihafal. Untuk menolong pencacah dalam proses identifikasi bawah air, pencacah
dapat diberikan kebebasan membuat kode penamaan sendiri atas nama latin
tersebut, agar pencacah tidak kehilangan kesempatan dalam setiap tanda-tanda
yang nampak pada objek ikan yang belum dikenalinya secara lebih dekat (familiar),
terutama ketika pencacah di bawah air. Seperti misalnya pencacah memberikan
nama Vanda untuk jenis Chaetodon adiergastos, yang kebetulan tampang corak
ikan ini sepintas terlihat bercorak seperti vanda. Kemudian untuk membangun
stadarisasi dari nomenkaltur, maka pencacah perlu menuliskan nama ilmiahnya atas
nama buatannya tersebut ketika daftar ikan hasil sensus ditabulasi.
Jika pencacah sudah mahir dalam mengenali jenis ikan dengan
menisbahkannya pada nama latin, maka nama latin dapat langsung digunakan
dalam pengenalan jenis dan dalam sensus nama-nama latin ini dapat dibuatkan
kode singkatan yang distandarisasi, seperti Chaet vag untuk kependekan dari
Chaetodon vagabundus. Nama yang benar untuk suatu jenis hewan adalah dua
nama latin yang selalu ditulis kebentuk miring (italic) dan secara ketat digunakan
dalam keperluan penulisan ilmiah di dunia. Ingat bahwa nama pertama ditulis
dengan huruf awal yang kapital sebagai nama marga, kemudian nama kedua ditulis
dengan huruf kecil semua. Nama marga disediakan untuk kelompok dari jenis
(species) yang memiliki asal usul moyang yang sama dan sifat anatomis dan
fisiologis yang serupa. Nama yang kedua adalah jenisnya sendiri yang memiliki
karakteristik khusus dan terpisah dari jenisnya yang lain.

Identifikasi Foto Ikan

Tidak seperti pada ikan pelagis yang perlu diidentifikasi lebih dalam melalui
kunci-kunci identifikasi, ikan karang seperti suku Chaetodontidae memiliki corak dan
warna tersendiri untuk masing-masing species yang mempermudah dalam
identifikasi jenisnya. Banyak jenis kepe-kepe disajikan dalam buku identifikasi
dengan lebih dari satu gambar (foto). Hal ini penting to menunjukkan perbedaan
dalam warna, tanda-tanda khusus dan ciri-ciri fisik yang ada dalam jenis yang sama.
Setiap perbedaan terutama dikaitkan pada satu dari empat kategori:

1. Variasi. Pada jenis, khususnya variasi dari perbedaan wilayah geografis,


warna dan pola tanda-tanda yang permanen atau ciri fisik kadang-kadang
menunjukkan perbedaan tertentu dari ilustrasi foto jenis awalnya.
2. Phase-phase warna dan tanda. Sering satu jenis merubah secara temporal
warna dan tanda-tandanya dan ciri-ciri fisik dalam masa siklus
pertumbuhannya untuk mendukung sifat kamuflasenya, menunjukkan suatu
perubahan insting, atau untuk komunikasi antar jenis.
3. Fase siklus hidup. Bentuk juvenil dari banyak jenis nampak berbeda sekali
dengan dewasanya.
4. Sex. Jantan dan betina dari banyak jenis menunjukkan ketidaksamaan dalam
warna atau corak atau berbeda dalam ukuran tubuh, atau bentuk dari ciri-ciri
anatomi, seperti pada sirip.

Untuk fenomena ini jarang dijumpai dengan kelompok suku Chaetodontidae,


kecuali masa larva. Sehingga pencacah lebih mudah mengenali jenisnya.

Mengenali Tanda (Markings)


Sumber: Allen et al., 2009 Sumber : Foto Kuiter. & onozuka (2001

Sumber : Foto Kuiter & onozuka (2001

Anatomi
Sumber: Allen et al., 2009

Bentuk khusus kelompok Chaetodontidae

Sumber: Allen et al., 2009

Sumber : Foto Kuiter & onozuka (2001)

Salah identifikasi

Ingat bahwa bentuk dan nama yang nyaris sama dapat membuat pencacah
salah melakukan identifikasi. Jika menemukan bentuk dan nama yang mirip,
kembalikan kepada pengelompokan suku. Contoh ikan dengan nama
Chaetodonplus mesoleucus sering kali juga dianggap kelompok ikan kepe-kepe,
meski ikan jenis ini tergolong suku Pomacanthidae. Beberapa laporan penelitian
pernah dijumpai dengan kesalahan identifikasi seperti ini. Lihat gambar
Chaetodonplus mesoleucus di bawah ini, ikan ini juga mirip kelompok kepe-kepe.
Kelompok Pomacanthidae

Chaetodotoplus mesoleucus; Apolemichthys trimaculatus ; Pomacentrus annularis

Kelompok Zaclidae

Zanclus carnescens

DAFTAR PUSTAKA

Adrim, M. & Hutomo, M. 1989. Species composition, distribution and abundance of


Chaetodontidae along reef transect in the Flores Sea. Nederland Journal of
Sea Research, 23 (2), 85-93.

Allen, G.R., Steene, R., Humann, P. & Deloach, N. 2009. Reef Fish Identification,
Tropical Pacific. New World Publications, Inc. El Cajon CA. 480 pp.

Kuiter, R.H. & T. Tonozuka. 2001. Pictorial Guide to : Indonesian Reef Fishes.
Zoonetics Publc. Seaford VIC 3198. Australia.

Nash, S.V. 1988. Reef Diversity Index Survey Method for Non Specialist. Tropical
Coastal Area Management Vol. 4 (3): 14 17.

Pratchett, M.S. 2005. Dietary overlap among coral-feeding butterflyfishes


(Chaetodontidae) at Lizard Island, northern Great Barrier Reef. Marine
Biology, Volume 148, (2), 373-382.
Pratchett, M.S.; Wilson; Baird. 2006. Declines in the abundance of
Chaetodon butterflyfishes following extensive coral depletion. Journal of Fish
Biology, Volume 69 (5), 1269-1280.

Pratchett, M.S. & Berumen, M.L. 2008. Interspecific variation in distributions and
diets of coral reef butterflyfishes (Teleostei: Chaetodontidae). Journal of Fish
Biology, Vol. 73 (7), 1730-1747.

Pratchett, M. S., Graham, N. A. J., & Cole, A. J. 2013. Specialist corallivores


dominate butterflyfish assemblages in coraldominated reef habitats. Journal
of Fish Biology, Vol. 82 (4), 1177-1191.
Reese, E. 1977. Coevolution of Coral and Coral Feeding Fishes of Family
Chaetodontidae. Proceeding of the third International Coral Reef Symposium
1:267-274.

Reese, E. 1981. Predation on corals by fishes of the family Chaetodontidae:


implication for conservation and management of coral reef ecosystem. Bulletin
of Marine Science Vol 31 (3), 594-604.

Vivien, H.M.L. and Y.B. Navarro. 1983. Feeding diets and significance of coral
feeding among chaetodontidae fishes in Moorea (French Polynesia). Coral
Reefs 2:119-127.

Anda mungkin juga menyukai