1. Pendahuluan
Suatu kenyataan bahwa, hampir dua pertiga wilayah Indonesia merupakan
lautan yang dikelilingi kurang lebih 81.000 km garis pantai dengan jumlah pulau
sekitar 17.000 buah menyimpan potensi sumberdaya alam non hayati tak
terbaharui, sumberdaya dapat diperbaharui (renewable resources), dan energi jasa
lingkungan yang sangat besar dan belum secara optimal dikelola dan
dimanfaatkan untuk mendukung laju pembangunan nasional. Pulau Madura
sendiri menyimpan potensi sumber daya kelautan yang sangat besar. Garis pantai
yang mengelilingi wilayah Madura merupakan garis pantai yang sangat panjang
karena banyaknya pulau (sekitar 78 pulau) dan yang berpenghuni sekitar 50 pulau.
Panjangnya garis pantai Pulau Madura berbanding lurus dengan potensi hasil laut
yang melimpah.
Sebagian besar penduduk Madura berprofesi sebagai nelayan. Semangat
”Asapok Angin Abental Ombak” (Berselimut angin berbantal ombak) tetap ada
dari dulu sampai sekarang dan menjadi ungkapan yang dikenal anak-anak muda di
Madura. Hal itu mengisyaratkan bahwa masyarakat Madura memiliki hubungan
yang erat dengan laut. Hasil perikanan laut di Madura antara lain jenis-jenis ikan
pelagis (permukaan), ikan karang, termasuk juga kerang-kerangan.
Salah satu jenis kerang-kerangan yang sangat digemari baik oleh masayarakat
Madura sendiri maupun bukan adalah Kerang Bambu atau sebagian orang
menyebutnya kerang pisau. Kerang bambu merupakan salah satu jenis moluska
dari kelas Bivalvia yang nilai ekonomisnya tinggi (Nurjanah et al., 2008). Biota
ini bersembunyi atau menggali secara vertikal pada sedimen dan akan sedikit
keluar pada saat surut. Kerang tersebut banyak ditemukan di sepanjang perairan
Pantai Selatan Pamekasan, Madura dengan ciri pantai yang landai dan datar
sehingga jika air laut surut jarak air dengan garis pantai dapat mencapai 200 – 300
m (Nurjanah et al., 2008; Abroni, 2012).