Anda di halaman 1dari 12

642

Jurnal Pro-Life, 10(1): 642-653, Maret 2023

Jurnal Pro-Life, Volume 10 Nomor 1, Maret 2023

Prolife
Jurnal Pendidikan Biologi, Biologi, dan Ilmu Serumpun
https://ejournal.uki.ac.id/index.php/prolife

Studi Keanekaragaman Invertebrata Di Kawasan Perairan Teluk Maumere Nusa


Tenggara Timur

Sitti Arafah Bahruddin*, Hastuti Juniyati


Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA, IKIP Muhammadiyah Maumere, Maumere.
*Corresponding author: sittiarafahbahruddin@gmail.com

Article History ABSTRACT


Received : 24 January 2023 The research objective was to determine the diversity of
Approved : 06 February 2023 invertebrates in the waters of Maumere Bay, East Nusa Tenggara.
Published : 31 March 2023 This research was conducted in July-August using an exploratory
descriptive approach. Sampling using purposive sampling technique.
Keywords The results of the study found 150 species with descriptions: 26
Diversity, invertebrates, species of Porifera phylum, 22 Coelenterata phylum, 67 Mollusca
water of Bay. phylum, 5 Arthropoda phylum, and 30 Echinodermata phylum.
Ecological parameters: Invertebrate density 2.05/m2-0.227/m2,
relative density (RD) 0.017-0.001. The highest density value was
from the type of Conus teselatus and the lowest density was from the
type Aphrocallistes vastus. Frequency 0.017-0.001, relative
frequency (RF) 0.015-0.001 with the highest frequency value of the
Conus tesulatus type and the lowest frequency of the Aphrocallistes
vastus type. The highest Importance Value Index for Conus tesulatus
is 0.033 and the lowest for Aphrocallistes vastus is 0.002. The
Shannon-Wiener species diversity index (H') value is 784,562 or the
high richness category and the evenness value (E) is 77,856 which
means that quantitatively the density value among community
members is evenly distributed (E passes 1). The distribution pattern
of all types of invertebrates is grouped with a Morisita Index (IM)
value of 11.46-38.78 or an IM value > 1. The diversity of
invertebrates in the study area is strongly influenced by
environmental factors such as temperature, pH, salinity, and
substrate which can reflect good conditions for the growth of
invertebrates.

© 2023 Universitas Kristen Indonesia


Under the license CC BY-SA 4.0

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan Invertebrata merupakan hewan yang
terbesar di dunia serta daerah pesisir persebarannya luas dengan ekosistem yang
dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. unik, dimana invertebrata mencakup 95%
643
Jurnal Pro-Life, 10(1): 642-653, Maret 2023

hewan yang sudah diidentifikasi (Puranik, Pada kawasan perairan teluk Maumere
2007). Laut Indonesia dan area pesisir belum pernah diadakan penelitian terkait
memiliki beranekaragam jenis invertebrate dengan keanekaragaman invertebrata. Data
yang khas serta menakjubkan (Sihasale, keanekaragaman invertebrata di Indonesia
2013). belum terpola dengan baik. Penelitian ini
Invertebrata atau avertebrata adalah dilakukan untuk mengetahui
hewan yang tidak berdarah merah dan tidak keanekaragaman invertebrata pada daerah
memiliki tulang belakang. Hewan perairan teluk Maumere Nusa Tenggara
invertebrata terdapat beberapa macam Timur.
filumlum, antara lain Filum Arthropoda, Indeks keanekaragaman adalah cara
Filum Mollusca, Filum Echinodermata, untuk menentukan keanekaragaman itu
Filum Annelida, Filum Platyhelminthes, tinggi atau rendah. Keanekarahaman jenis
Filum Coelenterata, Filum yakni penggabungan dari jumlah jenis dan
Nemathelminthes, dan Filum Porifera individu pada suatu kelompok (Haedar,
termasuk hewan invertebrata. Terdapat 2016).
invertebrata sessil dan mobil dalam biologi
kelautan. Hewan yang cenderung untuk METODE PENELITIAN
berpindah tempat dan melekat pada substrat Metode
disebut invertebrata sessil. Hewan yang Metode yang digunakan yakni
hidup berpindah contohnya seperti ikan deskriptif eksploratif. Penggambaran dan
disebut invertebrate mobil (Oktavia, 2018). pendeskripsian secara objektif disebut
Luthfi (2018) Plankton, nektonik, dan dengan penelitian deskriptif. penelitian
bentik termasuk dalam biota laut deskriptif juga dapat diartikan sebagai
berdasarkan sifat dan cara hidupnya dibagi proses pemecahan masalah yang diselidiki
menjadi tiga. Banyak jenis biota laut dan dengan melukiskan keadaan subyek dan
dibagi dalam beberapa kelompok (taksa). obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta
Sponge, coral, chrustacea, Mollusca, yang tampak. Pengelompokan gejala dan
Echinodermata, dan ikan termasuk di dalam fakta serta menemukan hal baru disebut
kelompok hewan. Alga, bakau, dan lamun eksploratif (Sukmadinata, 2010). Arikunto
dari kelompok tumbuhan. Biota tersebut (2008) menjelaskan tujuan dari penelitian
dapat dijumpai di daerah pesisir dan laut. eksploratif adalah mencari sebab serta
Perairan teluk Maumere termasuk di proses terjadinya sesuatu secara luas.
dalam area wisata bawah laut yang berada Penelitian ini data dikumpulkan dengan
di kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur.
644
Jurnal Pro-Life, 10(1): 642-653, Maret 2023

melakukan observasi yaitu teknik terhadap objek yang diamati. Prosedur


pengumpulan data dengan cara penelitian terdiri dari penentuan lokasi
mengadakan pengamatan langsung dengan menentukaan titik pengamatan
terhadap populasi yang diselidiki. dengan metode purposive sampling, tahap
Populasi dan Sampel pengambilan sampel dilakukan pada
Populasi pada penelitian ini adalah daerah pengamatan dengan memperhatikan
semua spesies invertebrata pada daerah kondisi abiotik yakni jenis substrat,
pasang surut perairan teluk Maumere. intensitas cahaya menggunakan alat Lux
Sampelnya adalah seluruh spesies Meter, suhu menggunakan termometer, pH
invertebrate yang di dapat pada plot di menggunakan pH meter, dan salinitas
daerah pasang surut petairan teluk menggunakan alat Refraktometer, tahap
Maumere. Pengambilan sampel terdiri dari identifikasi di lakukan di laboratorium, dan
beberapa tahap, yakni (1) Pembuatan tahap pengolahan data. Data dianalisis
transek dilakukan sesuai dengan garus melalui kepadatan, , frekuensi, indeks nilai
surut pantai terendah dan garis surut pantai penting, indeks keanekaragaman, pola
tertinggi yaitu ± 100 m, (2) Pada daerah penyebaran. Rumusnya sebagai berikut:
pengamatan dibuat 5 stasiun dalam 1 Kepadatan Absolut (D)
stasiun terdiri dari 3 transek kuadrat.
Setiap transek kuadrat terdiri 6 plot. Tiap
plot berukuran 2x2 m2, jarak antar plot
Keterangan : Di = kepdatan spesies i
masing-masing 10 m, dengan jarak antar Ni = jumlah total individu
transek 25 m, (3) Mengamati kondisi untuk spesies i
A = Luas total habitat yang
abiotik pada masing-masing transek
disampling
kuadrat diantaranya suhu, salinitas, pH,
intensitas cahaya dan jenis substrat, (4) Kepadatan Relatif (RD), dengan rumus :

Mencatat dan mengidentifikasi spesies RDi atau


invertebrata yang ditemui pada setiap plot, Keterangan : Rdi = Kepadatan Relatif
(5) Mengambil sampel spesies invertebrata spesies i
yang belum teridentifikasi, dicatat dan Ni = Jumlah total individu
untuk spesies i
diberikan kode khusus untuk identifikasi ∑ n = jumlah total dari semua
lanjut. spesies
Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Di = Kepadatan spesies i
TD= Kepadatan untuk semua
Pengumpulan data dengan cara
spesies
observasi yakni pengamatan langsung
645
Jurnal Pro-Life, 10(1): 642-653, Maret 2023

∑D = Jumlah total kepdatan


semua spesies
Keterangan : ni = Jumlah Individu jenis
Frekuensi absolut (Fi) : ke-i
N = jumlah seluruh individu
Indeks Keragaman (E) yang menunjukan
Keterangan : Fi = Frekuensi spesies i tingkat kesamaan komunitas anatr lokasi
Ji = Jumlah Sampel dimana ditentukan dengan rumus Maguran
spesies i terdapat (Adoum, 1974), sebagai berikut :
K = Jumlah Total sampel
yang ditemukan

Frekuensi Relatif (Rf), dengan rumus : Keterangan : E = Indeks Keanekaragaman


H’ = Indeks Keanekaragaman
H’ maks = Ln S
S = Jumlah Spesies
Keterangan : RFi = frekuensi relatif
spesies i Indeks Morisita merupakan metode yang

Fi = Frekuensi spesies i sangat tepat untuk mengatahui pola

∑F = Jumlah frekuensi untuk penyabran. Rumus indeks morisita adalah

semua spesies sebagai berikut.

Indeks nilai penting diketahui dengan cara


menambahkan parameter kepadatan relatif
Keterangan : n = jumlah jenis
(RDi), frekuensi relatif (RFi), dan luas
N = jumlah total individu
penutupan relatif (RCi). dalam seluruh stasiun
INP = Rdi + Rfi =kuadrat jumlah
Keterangan : INP = Nilai Penting spesies i individu perstasiun untuk
total seluruh stasiun
Rdi = Kepadatan relatif
spesies i Klasifikasi Indeks Morisita yaitu jika IM =
Rfi = Frekuensi relatif
1 maka pola penyebaran acak atau random,
spesies i
Indeks Keragaman (H’), ditentukan dengan IM < 1 maka pola penyebaran merata atau
rumus Shanon-Weaver, sebagai berikut : uniform, dan IM > 1 maka pola penyebaran
berkelompok atau clumped.
646
Jurnal Pro-Life, 10(1): 642-653, Maret 2023

Gambar 1. Denah Pengamatan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN dari samudera Pasifik ke samudera Hindia.


Keaekaragaman Invertebrata Aliran air yang mengalir melewati selat-
Pada hasil pengamatan dari semua selat sepanjang Pulau Bali, NTB, dan NTT
jenis yang ditemukan pada habitat dengan befungsi juga sebagai tempat untuk
substrat berpasir dan berbatu. Invertebrata penyebaran bibit biota laut ke seluruh
yang ditemukan dengan jumlah yang paling perairan Indonesia. Pasang surut juga
banyak adalah dari Filum Mollusca yakni mempengaruhi persebaran biota laut,
67 spesies, dan yang paling sedikit adalah pasang surut biasanya terjadi dua kali
dari Filum Arthropoda yakni 5 spesies. dalam sehari tergantung lokasinya.
Rahmawati (2022) dari hasil penelitian di Perairan teluk Maumere Nusa
Kawasan pantai Tirang, Semarang, Jawa Tenggara Timur memiliki kesamaan
Tengah ditemukan sebanyak 31 spesies ekologi laut dengan perairan-perairan yang
terdiri dari filum mollusca 27, filum ada di utara NTT dimana memiliki
arthropoda 2, filum cnidarian 1, dan filum gelombang yang tenang. Perairan teluk
echinodermata 1. Sebaran biota laut pada Maumere masing tergolong alami dan
dasarnya tidak merata, pada daerah tropis bersih dimana terdapat terumbu karang
keanekaragaman biota laut lebih banyak. yang tumbuh di dekat daerah pantai.
Indonesia terletak di antara benua Asia dan Daerah pengamatan yakni seluruh stasiun
Australia dan samudera Pasifik dan Hindia. adalah pantai yang jernih, berlandai, dan
30-50 cm tinggi permukaan laut samudera memiliki substrat batuan karang dan sedikit
pasifik dibandingkan dengan samudera ditumbuhi lamun pada area berpasir.
hindia, hal ini menyebabkan air menalir Paparan terumbu relative luas dan dalam
647
Jurnal Pro-Life, 10(1): 642-653, Maret 2023

area mendatar yang mana karang tumbuh Kab. Sampang terdiri 4 phylum yaitu
merata. Spesies invertebrate sangat Coelenterata, Mollusca, Arthropoda, dan
beragam pada daerah berkarang. Pada Echinodermata.
daerah seperti ini invertebrate bias tumbuh Anggota phylum Coelenterata
dan menempel dengan baik (Maya & memiliki bentuk tubuh dengan rongga perut
Nurhidayan, 2020). Ambas (2006) ditengahnya serta menyerupai tabung. Anus
menyatakan bahwa demi keberlangsungan terletak pada bagian mulut. Ektoderm,
hidup invertebrate tingkat kecerahan air mesohlea, dan endoderm merupakan
sangat penting. Tingkat kecerahan perairan lapisan jaringan tubuh. Phylum Colenterata
yang baik biasanya berada pada daerah terdiri dari menjadi 3 kelas yakni Anthozoa,
dasar karang atau karang mati. Sehingga, Hydrozoa, dan Scyphozoa. Terdapat tujuh
yang diukur pada penelitian ini adalah pH, kelas pada filum moluska yakni
salinitas, suhu, dan intensitas cahaya tanpa Cephalopoda, Bivalvia, Aplocophora,
mengukur tingkat kecerahan. Scapophoda, Gastropoda, Poluplacophora,
Identifikasi Jenis Invertebrata dan Monoplacophora. Moluska dapat hidup
Dari hasil penelitian pada area pasang di air laut, tawar, serta darat dan anggota
surut perairan teluk Maumere Nusa moluska sangat besar. Moluska dapat
Tenggara Timur ditemukan 150 jenis dibedakan melalui radula yang berfungsi
Invertebrata yang berbeda-beda, yakni dari sebagai alat untuk makan, cangkang, serta
Filum Porifera terdapat 3 kelas dan 26 jenis otot kaki. Echinoidea, Crinoidea,
invertebrate, Filum Coelenterata terdapat 1 Holothuridea, dan Stelleroidea adalah kelas
kelas dan 22 jenis invertebrate, Filum dalam filum Echonodermata. Sponge
Mollusca terdapat 3 kelas dan 67 jenis merupakan nama lain dari filum Porifera.
invertebrate, Filum Arthropoda terdapat 1 Sponge dapat hidup di laut, dan di air
kelas dan 5 jenis invertebrate, dan Filum tawar. Sponge belum memiliki organ serta
Echinodermata terdapat 4 kelas dan 30 jenis system syaraf. Sponge adalah peralihan dari
invertebarata. Gani, dkk (2017) dari hasil hewan bersel tunggal menuju hewan tingkat
penelitian saat siang dan malam hari pada tinggi.
daerah Teluk Palu, Kota Palu ditemukan 58 Populasi dan Karakteristik Invertebrata
invertebrata pada siang hari terdiri dari 22 Karakteristik populasi menunjukan
famili, dan 670 invertebrata pada malam bagaimana keberadaan suatu spesies dalam
hari terdiri dari 24 famili. Ini selaras dengan komunitas. Adapun karakteristik ekologis
penelitian Kurnia dkk (2014) bahwasannya populasi meliputi kepadatan, frekuensi, dan
di perairan pantai Seneng, Kec. Ketapang, indeks nilai penting dari populasi
648
Jurnal Pro-Life, 10(1): 642-653, Maret 2023

invertebrata di perairan teluk Mamere Nusa Tenggara Timur.


Tabel 1. Karakteristik Ekologis Populasi Meliputi Kepadatan, Frekuensi, dan Indeks Nilai
Penting
Indeks Nilai
No Nama Jenis Kepadatan Individu (Di) Frekuensi (F) Penting
(INP)
1. Conus tessulatus 0,033
2. Echinothrix diadema 0,033
3. Conus arenatus 0,030
4. Conus capitaneus 0,030
5. Strombus gibberulus 0,029
6. Aphrocallistes vastus 0,002
7. Leucosolenia sp. 0,003
8. Tridacna maxima 0,019
9. Holothuria difficilis 0,004
10. Neoesperiopsis rigida 0,004

Diketahui bahwa kepadatan individu ditemukannya spesies Conus tessulatus


terbesar adalah Conus tesulatus sebesar dalam satu sampel lain sebesar 0,017.
2,05/m2, dapat disimpulkan dalam 1m2 Frekuensi terbesar kedua adalah Conus
hanya 2,05 Conus yang dapat hidup dengan arenatus sebesar 0,016. Selanjutnya adalah
baik serta dari jumlah total individu conus Echinothrix diadema dengan frekuensi
dengan semua spesies hanya 0,017 yang adalah 0,016, Conus capitaneus dan
nyata keberadaannya. Kepadatan individu Strombus gibberulus dengan frekuensi
terbesar kedua adalah Echinothrix diadema 0,015. Sedangkan frekuensi terkecil
sebesar 1,966/m2. Selanjutnya adalah terdapat pada spesies Aphrocallistes vastus
Conus arenatus sebesar 1,877/m2, Conus dengan frekuensi adalah 0,001. Frekuensi
capitaneus dan Strombus gibberulus yang terkecil kedua adalah Leucosolenia sp
1,816/m2 dan 1,761/m2. Sedangkan dengan nilai 0,002. Selanjutnya adalah
kepadatan individu terkecil adalah Neoesperiopsis digitata dengan frekuensi
Aphrocallistes vastus 0,227/m2. Kepadatan adalah 0,002, Holothuria difficilis dan
terkecil kedua adalah leucosolenia sp Eupta godeffroyi dengan frekuensi adalah
0,238/m2. Selanjutnya adalah Tridacna 0,002. Jumlah frekuensi yang sama
maxima 0,277/m2, Holothuria difficilis dan disebabkan total frekuensi seluruh spesies
Neoesperiopsis rigida yang masing-masing 0,923 mendekati angka 1, dimana frekuensi
memiliki 0,3/m2 dan 0,305/m2. Diketahui relatif didapatkan dari frekuensi suatu
bahwa frekuensi terbesar adalah Conus spesies (i) dibagi jumlah frekuensi (total
tessulatus sebesar 0,017 dengan, hal ini frekuensi seluruh spesies). Diketahui bahwa
berarti juga bahwa kemungkinan indeks nilai penting terbesar terdapat pada
649
Jurnal Pro-Life, 10(1): 642-653, Maret 2023

Conus tessulatus dan Echinothrix diadema adalah Synapta maculata. Yang


sebesar 0,033 menunjukan dominasi Conus menentukan dominansi jenis dalam
tessulatus yang paling tinggi dalam seluruh kelompok adalah Indeks nilai penting.
spesies. Indeks nilai penting terbesar kedua Indeks nilai penting dapat diketahui dengan
adalah Conus arenatus dan Conus cara penambahan dua parameter yaitu
capitaneus sebesar 0,030. Selanjutnya kepadatan relatif dan frekuensi relatif. Dari
adalah Strombus gibberulus sebesar 0,029. hasil analisis diperoleh data bahwa 0,033
Sedangkan indeks nilai penting terkecil dari jenis Conus tesulatus dan
adalah Aphrocallistes vastus sebesar 0,002. Aphrocallistes vastus sebanyak 0,002
Indeks nilai penting terkecil kedua adalah tergolong ke dalam indeks nilai penting
Leucosolenia sp dan Neoesperiopsis terendah. Rivana (2013) dominansi
digitata sebesar 0,003. Selanjutnya adalah tertinggi diperoleh Asterina gibbosa sebesar
Holothuria difficilis dan Synapta maculata 43,48 dan terendah diperoleh Holothuria
dengan indeks nilai pentingnya sebesar marmorata sebesar 15,64.
0,004. Indeks Keanekaragaman dan Pola
Oktaviyanti (2013) frekuensi terendah Penyebaran
dengan nilai 0,2 dan frekuensi relatif 2,09 1. Indeks Keanekaragaman
yakni D.setosum. Frekuensi tertinggi Berdasarkan perhitungan di dapatkan hasil
dengan nilai 0,75 dan frekuensi relatif 7,85 sebagaimana terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Keanekaragaman jenis invertebrata


No Parameter Nilai Keterangan
1 H’ (Shannon-Wiener) 784,562 Keragaman jenis sangat tinggi
2 E (Evenness) 77,856 Kemerataan jenis tinggi

Indeks Shannon-Wiener sebesar dan jika kategori sangat tinggi H’>4


784,562 (Tabel 2) menunjukan keragaman (Solahudin, 2003). Tingginya keragaman
jenis invertebrata yang ada di perairan teluk invertebrata di perairan teluk Maumere
Maumere Nusa Tenggara Timur sangat Nusa Tenggara Timur yang merupakan
tinggi, hal ini berdasarkan kriteria indeks pantai berbatu dan berpasir didukung
keragaman berdasarkan Shanon-Wiener dengan banyaknya spesies yang ditemukan
dimana kategori sangat rendah itu H’<1, pada daerah pasang surut. Disisi lain indeks
kategori rendah H’>1–2, kategori sedang kemerataan jenis juga menunjukan
(medium) H’>2–3, kategori tinggi H’>3–4, kemerataan jenis invertebrata yang tinggi
650
Jurnal Pro-Life, 10(1): 642-653, Maret 2023

dengan nilai sebesar 77,856, kisaran ini masuk dalam kategoti kemerataan sedang.
diklasifikasikan oleh Krebs (1989) dimana Hal ini menunjukkan bahwa (E melewati 1)
kemerataan jenis tinggi berarti E < 1, disebut nilai kepadatan merata secara
kemerataan jenis sedang E < 0,6 , dan kuantitatif. Sedangkan dari penelitian
kemerataan jenis rendah berarti E < 0,4. Rivana (2013) nilai keragaman (H’) lebih
Nova (2016), jika nilai keanekaragaman <1 kecil dengan perairan teluk Maumere sebab
berarti nilainya rendah, 1-3 sedang, dan jika dikategorikan rendah yaitu 1, 89 serta nilai
>3 nilainya tinggi. keseragaman (E) adalah 0,86 termasuk
Indeks nilai penting tertinggi adalah tingkat kemerataan yang sedang.
jenis Conus tessulatus. Ini menandakan 2. Pola Penyebaran
bahwa populasi jenis ini cukup Berdasarkan hasil penelitian diketahui
mendominasi dan cukup banyak bahwa pola penyebaran invertebrate yang
dibandingkan dengan invertebrata lain yang ditemukan adalah berkelompok (IM > 1).
berada pada daerah pasang surut perairan Dimana klasifikasi Indeks Morisita adalah
teluk Maumere Nusa Tenggara Timur, pola penyebaran acak atau random (1), pola
karena dalam hasil penemuan nilai tertinggi penyebaran merata (<1), dan pola
adalah dari jenis Conus tessulatus pada penyebaran berkelompok (>1) (Yusron,
pengukuran kepadatan dan frekuensi, 2001). Laning (2014 ) populasi bulu babi
784,562 (H>7) masuk dalam kategori tinggi pada pantai merta segara dan sanur,
yang mana akan mempengaruhi Indeks penyebarannya merata (E = 0,76). Pada
keragaman Shannon wiener (H’). Tidak pantai pnjang Bengkulu yang pola
terdapat dominasi dari satu jenis penyebarannya berkelompok hanya 1 jenis
invertebrate secara kuantitatif. Sesuai saja, dikarenakan tercemarnya pantai
dengan hasil indeks kemerataan atau tersebut berbanding terbalik dengan
evenness (E) dimana hasilnyya cukup tinggi perairan teluk Maumere yang masih alami
yakni 77,856, dimana nilai (0,4<E<0,6) (Rochmah, 2003).
Kondisi Lingkungan Abiotik Invertebrata
Tabel 3. Kondisi lingkungan abiotik Invertebrata di perairan teluk Maumere Nusa Tenggara Timur.
651
Jurnal Pro-Life, 10(1): 642-653, Maret 2023

Suhu permukaan perairan pada suhu. Salinitas yang diukur berkisar 34-
seluruh stasiun pengamatan di perairan 35‰. pada setiap peletakan petak transek,
teluk maumere berkisar 27-29 0C (Tabel 3), keadaan ini dikarenakan pada saat
dimana suhu tersebut cukup optimal untuk penelitian cuaca sangat cerah dan terik.
pertumbuhan Invertebrata. Suhu 25-30 0C Aziz (1996) dengan batasan toleransi
sangat optimal bagi pertumbuhan salinitas 30-34 ‰. Cocok untuk
Echinodermata (Zulfa, 2015). Selaras Echinodermata. pH yang diukur pada setiap
dengan pernyataan Luning (1990), bahwa peletakan transek berkisaran 7,1-7,3 dalam
Suhu memegang peranan penting disuatu skala baca menandakan keadaan pH yang
perairan, kondisi biologis perairan, sifat netral. pH pada perairan teluk Maumere
fisik serta kimia akan dipengaruhi oleh tergolong pH optimum sehingga
dapat mendukung pertumbuhan dan invertebrata. Intensitas cahaya menunjukan
perkembangan Invertebrata. Jenis substrat kisaran 4000-5000 lux hal ini dipengaruhi
yang banyak di ditemukan dalam perairan kondisi cuaca yang cerah dan terik pada
pantai berupa batuan karang baik saat penelitian. Kisaran intensitas cahaya
(bebatuan/karang/coral mati) dengan sedikit yang terukur selama penelitian pada setiap
pasir. Dasar perairan seperti merupakan peletakan transek sesuai untuk
lingkungan yang cocok bagi pertumbuhan pertumbuhan optimal invertebrata.
Hewan invertebrata juga memiliki fungsi Moluska juga dapat mengendalikan
dan manfaat, antara lain phylum populasi alga serta sebagai pembersih air
Coelenterata yakni jenis karang. Manfaat laut. Teripang merupakan bagian dari filum
karang dapat digunakan untuk bahan Echinodermata yang memiliki nilai gizi dan
bangunan serta jalan yang mana batu dan nilai ekonomis sebagai bahan makanan bagi
pasir dari karang yang dapat dimanfaatkan. manusia. Echinodermata juga berperan
Karang juga digunakan untuk melindungi sebagai pembersih, dimana Echinodermata
pantai dari ombak. Manfaat karang secara memakan alga, lumut, dan detritus.
ekologis adalah sebagai penyaring dan Ancaman terhadap keanekaragaman
pembersih berbagai zat organic serta disebabkan karena perubahan alam serta
anorganik di laut. Terumbu karang aktivitas manusia. Aktivitas manusia secara
merupakan sumber bahan makanan bagi fisik menyebabkan rusaknya ekosistem dan
ikan dan biota lainnya. Manfaat moluska perubahan habitat. Secara biologis aktivitas
pada manusia sebagai bahan makanan yang manusia menyebabkan perubahan struktur
mengandung protein dan kaya akan gizi. komunitas atau musnahnya biota laut.
652
Jurnal Pro-Life, 10(1): 642-653, Maret 2023

Adapun faktor alam yang mengancam kelompok merata (E melewati 1). IM (nilai
keanekaragaman yakni meningktanya Indeks Morisita) adalah 11,46 – 38,78 atau
populasi biota tertentu, perubahan iklim IM>1 dikatakan pola penyebaran
global serta bencana alam antara lain banjir, invertebrate berkelompok. Faktor yang
ledakan gunung api, dan gempa. diukur yakni suhu kisaran (270C - 290C),
salinitas (34-35 ‰), pH (7,1-7,3), dan
SIMPULAN
intensitas cahaya kisaran (4000-5000) lux,
Simpulan dari hasil penelitian ini
serta kondisi yang baik bagi pertumbuhan
adalah invertebrata yang diperoleh
invertebrate adalah substrat pasir dan
sebanyak 23799 spesies dari 150 jenis
batuan.
invertebrate yang terbagi menjadi 5 phylum
yakni Phylum Coelenterata, Phylum
DAFTAR PUSTAKA
Mollusca, Phylum Echinodermata, Phylum
Arthropoda, dan Phylum Porifera adalah Ambas, I. 2006. Pelatihan Budidaya
Rumput Laut. Makassar: Yayasan
keanekaragaman spesies invertebrate yang Mattirotasi.
ditemukan. 2,05/m2 - 0,227/m2 (Kepadatan Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Invertebrata), 0,017 - 0,001 (kepadatan Rineka Cipta.
relatif (RD)). Conus teselatus adalah jenis Aziz A. 1996. Habiatat dan Zonasi Fauna
Ekhinodermata di Ekosistem
dengan nilai kepadatan tertinggi, Terumbu Karang. Oseana, 21(2).
Aphrocallistes vastus jenis dengan nilai Balai Penelitian dan Pengembangan
Biologi Laut, Pusat Penelitian dan
kepadatan terendah. 0,017 - 0,001 Pengembangan Biologi-LIPI, Jakarta.
(Frekuensi), 0,015 - 0,001 (frekuensi relatif Haedar, dkk. 2016. Potensi
Keanekaragaman Jenis Dan Sebaran
(RF)) dengan jenis Conus tesulatus dalam Spons Di Perairan Pulau Saponda
kategori nilai frekuensi tertinggi dan jenis Laut Kabupaten Konawe. Sapa Laut.
1(2).
Aphrocallistes vastus kategori nilai Laning, T. H., Yusup, D. S., & Wiryatno, J.
frekuensi terendah. Conus tesulatus adalah (2014). Sebaran Bulu Babi
(Echinoidea) Di Kawasan Padang
jenis dengan indeks nilai penting tertinggi Lamun Pantai Merta Segara, Sanur-
(0,033), indeks nilai penting terendah Bali. Jurnal Biologi Udayana. 18(2).
Luning. 1990. Seaweeds, Their
(0,002) adalah Aphrocallistes vastus. Environment, Biogeography And
784,562 adalah indeks keanekaragaman Ecophysiology. John Wiley and Sons.
New York.
jenis Shannon-Wiener (H’) masuk dalam Luthfi, Oktiyas Muzaky, dkk. 2018.
kategori kekayaan tertinggi. 77,856 adalah Kelimpahan Invertebrata Di Pulau
Sempu Sebagai Indeks Bioindikator,
kemerataan atau evenness (E) yaitu 77,856 Ekonomis Pnting Konsumsi, Dan
artinya nilai kepadatan jenis dalam Komoditas Koleksi Akuarium. Jurnal
653
Jurnal Pro-Life, 10(1): 642-653, Maret 2023

of Fisheries and Marine Research. Makroalga di Panta Panjang Kota


3(2). Bengkulu. SEMIRATA BKS-PTN.
Maya, Sri & Nurhidayah. 2020. Zoologi Universitas Sriwijaya.
Invertebrata. Bandung: Widina Sihasale, Daniel Anthoni. 2013.
Bhakti Persada. Keanekaragaman Hayati di Kawasan
Nova. A. H. 2016. Keanekaragaman Jenis Pantai Kota Ambon dan Konsekuensi
Ophiuroidea di Zona Intertidal untuk Pengembangan Pariwisata
Tanjung Bilik Taman Nasional Pesisir. Journal of Indonesian
Baluran. Skripsi. Universitas Jember. Tourism and Development Studied.
Nybakken.1992. Biologi Laut Suatu 1(1).
Pendekatan Ekologis. Jakarta : Solahudin, A. M. 2003. Keanekaragaman
Gramedia Pustaka Utama. jenis burung air di Lebak Pampangan
Oktaviyanti S.Tahe, dkk,. 2013. Kecamatan Pampangan Kabupaten
Keanekaragaman Echinodermata di Ogan Komering Ilir Sumatra Selatan.
Pantai Tanamon Kecamatan Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan
Sinosayang Sulawesi Utara. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas
BIOS LOGOS. 3(2) Lampung. Bandar lampung. Tidak
Oktavia, Rita. 2018. Inventarisasi Hewan dipublikasiakan. 63 p.
Invertebrata Di Perairan Pasir Putih Yusron, Eddy. 2001. Struktur Komunitas
Lhok Mee Kabupaten Aceh Besar. Teripang (Holothuroidea) di Rataan
BIOnatural. 5(1). Terumbu Karang Perairan Pantai
Puranik, P., & Bhate, A. 2007. Animal Morella Ambon. Pesisir dan Pantai
Forms and Functions: Invertebrate. Indonesia IV. Pusat Penelitian dan
Sarup & Sons. Pengembangan Oseanologi-LIPI.
Rahmawati, Rivanna C, dkk,. 2022. Jakarta. Hal. 227-233.
Identifikasi Keanekaragaman Zulfa U. 2015. Keanekaragaman Jenis
Invertebrata di Kawasan Pantai Asteroidea di Zona Intertidal Pantai
Tirang, Kota Semarang, Jawa Pancur Taman Nasional Alas Purwo.
Tengah. SNSE. 1(1). Skripsi. Universitas Jember.
Rochmah Supriati. 2003. Keanekaragaman,
Kepadatan, dan Pola Penyebaran

Anda mungkin juga menyukai