Anda di halaman 1dari 8

1

METODE IDENTIFIKASI TERUMBU KARANG


Disusun oleh Saide Panggabean

NIM : 180800011

Survei kondisi terumbu karang dapat dilakukan dengan berbagai metode tergantung pada tujuan
survei, waktu yang tersedia, tingkat keahlian peneliti, dan ketersediaan sarana dan prasarana.
Agar hasil survei dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka perlu diperhatikan cara
pemilihan keterwakilan lokasi, panjang transek (sampling) yang diambil dan banyaknya ulangan
yang diperlukan. Meskipun telah banyak metode survei pada saat ini, namun masingmasing
memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dapat dikatakan belum ada suatu metode yang
memuaskan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan sulitnya menggambarkan suatu kondisi
terumbu karang dengan metode survei yang ada saat ini (Suharsono, 1994), antara lain:

1. Terumbu karang yang tumbuh di tempat geografis yang berbeda mempunyai tipe yang
berbeda.

2. Ukuran individu atau koloni sangat bervariasi dari beberapa centimeter hingga beberapa
meter.

3. Satu koloni karang dapat terdiri beberapa individu sampai jutaan individu.

4. Bentuk pertumbuhan sangat bervariasi seperti bercabang, masif, merayap, seperti daun, dan
sebagainya.

5. Tata nama jenis karang masih relatif belum stabil dan adanya perbedaan jenis yang hidup pada
lokasi geografis yang berbeda, serta adanya variasi morfologi dari jenis yang sama yang hidup
pada kedalaman yang berbeda maupun tempat yang berbeda.

Penggunaan metode survei dalam menggambarkan kondisi terumbu karang biasanya disajikan
dalam bentuk struktur komunitas yang terdiri dari data: persentase tutupan karang hidup,
persentase tutupan karang mati, jumlah marga, jumlah jenis, jumlah koloni, ukuran koloni,
kelimpahan, frekuensi kehadiran, bentuk pertumbuhan, indeks keanekaragaman jenis
(Suharsono, 1994). Beberapa metode yang umum digunakan oleh peneliti dalam
menggambarkan kondisi terumbu karang adalah:
2

1. Metode Transek Garis

2. Metode Transek Kuadrat

3. Metode Manta Tow

4. Metode Transek Sabuk (Belt transect)

Berikut akan kita coba menjelaskan secara ringkas masing-masing metode tersebut:

1. Metode Transek garis

Transek garis digunakan untuk mengambil sampel karang yang belum bisa
menggambarkan struktur komunitas karang diidentifikasi, dan kapal.
dengan melihat tutupan karang hidup,
Garis transek dimulai dari kedalaman
karang mati, bentuk substrat (pasir, lumpur),
dimana masih ditemukan terumbu karang
alga dan keberadaan biota lain. Spesifikasi
batu (± 25 m) sampai di daerah pantai
karang yang diharapkan dicatat adalah
mengikuti pola kedalaman garis kontur.
berupa bentuk tumbuh karang (life form)
Umumnya dilakukan pada tiga kedalaman
dan dibolehkan bagi peneliti yang telah
yaitu 3 m, 5 m dan 10 m, tergantung
memiliki keahlian untuk mencatat karang
keberadaan karang pada lokasi di masing-
hingga tingkat genus atau spesies.
masing kedalaman. Panjang transek
Pemilihan lokasi survei harus memenuhi digunakan 30 m atau 50 m yang
persyaratan keterwakilan komunitas karang penempatannya sejajar dengan garis pantai
di suatu pulau. Biasanya penentuan ini pulau.
dilakukan setelah dilakukan pemantauan
Pengukuran dilakukan dengan tingkat
dengan metode Manta Tow.
ketelitian mendekati centimeter. Dalam
Peralatan yang dibutuhkan dalam survei ini penelitian ini satu koloni dianggap satu
adalah rol meter, peralatan scuba, alat tulis individu. Jika satu koloni dari jenis yang
bawah air, tas nilon, palu dan pahat untuk sama dipisahkan oleh satu atau beberapa
3

bagian yang mati maka tiap bagian yang di atas koloni yang lain, maka masing-
hidup dianggap sebagai satu individu masing koloni tetap dihitung sebagai koloni
tersendiri. Jika dua koloni atau lebih tumbuh yang

terpisah. Panjang tumpang tindih koloni dicatat yang nantinya akan digunakan untuk
menganalisa kelimpahan jenis. Kondisi dasar dan kehadiran karang lunak, karang mati lepas
atau masif dan biota lain yang ditemukan di lokasi juga dicatat.
4

Metode lain yang mengacu pada Prinsip transek garis ini yaitu point transect, salah satu contoh
aplikasinya sering gunakan pada program Reef Check. Pengamatan dilakukan pada setiap 0.5
meter terhadap karang keras, karang lunak, karang mati, alga dan biota lain.

2. Metode Transek Kuadrat


5

Metoda transek kuadrat digunakan untuk memantau komunitas makrobentos di suatu perairan.
Pada survei karang, pengamatan biasanya meliputi kondisi biologi, pertumbuhan, tingkat
kematian dan rekruitmen karang di suatu lokasi yang ditandai secara permanen. Survei biasanya
dimonitoring secara rutin. Pengamatan didukung dengan pengambilan underwater photo sesuai
dengan ukuran kuadrat yang ditetapkan sebelumnya. Pengamatan laju sedimentasi juga sangat
diperlukan untuk mendukung data tentang laju pertumbuhan dan tingkat kematian karang yang
diamati.

Peralatan yang dibutuhkan adalah kapal kecil, peralatan scuba, tanda kuadrat 1 m x 1 m dan
sudah dibagi setiap 10 cm, kaliper, GPS dan underwater camera.

Data yang diperoleh dengan metoda ini adalah persentase tutupan relatif, jumlah koloni,
frekuensi relatif dan keanekaragaman jenis.

3. METODA MANTA TOW


Penelitian menggunakan metoda manta tow bertujuan untuk mengamati perubahan secara
menyeluruh pada komunitas bentik yang ada pada terumbu karang, termasuk kondisi terumbu
karang tersebut. Metode ini sangat cocok untuk memantau daerah terumbu karang yang luas
dalam waktu yang pendek, biasanya untuk melihat kerusakan akibat adanya badai topan,
bleaching, daerah bekas bom dan hewan Acanthaster plancii (Bulu seribu). Teknik ini juga
6

sering digunakan untuk mendapatkan daerah yang mewakili untuk di survei lebih lanjut dan
lebih teliti dengan metoda transek garis.

Pelaksanaan di lapangan, metode manta tow ini dengan cara menarik peneliti dengan
menggunakan perahu selama dua menit dengan kecepatan tetap 3-5 km/jam atau seperti orang
yang berjalan lambat. Apabila ada faktor lain yang menghambat seperti arus yang kencang, maka
kecepatan perahu dapat ditambah sesuai dengan tanda dari si pengamat yang berada di belakang
perahu. Peneliti akan mengamati beberapa objek sepanjang daerah yang dilewati dan persentase
penutupan karang hidup (karang keras dan karang lunak) dan karang mati. Data yang diamati
dicatat pada tabel data dengan menggunakan nilai kategori atau dengan nilai persentase bilangan
bulat. Untuk tambahan informasi yang menunjang pengamatan, dapat pula memasukkan
penutupan pasir, patahan karang, objek lain (Tridacna, Diadema dan Acanthaster) sebagai objek
yang diamati, semua tergantung tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Peralatan yang digunakan dalam metode Manta Tow ini adalah kaca mata selam (masker),
snorkel, fin, perahu motor minimal 5 PK, papan manta yang berukuran panjang 60 cm, lebar 40
cm dan tebal dua cm, tali yang panjang 20 m dan berdiameter satu cm, pelampung kecil, alat
tulis bawah air, stop watch dan GPS.
7

4. METODA TRANSEK SABUK (BELT TRANSECT)


8

Transek sabuk digunakan untuk mengambarkan kondisi populasi suatu jenis karang yang
mempunyai ukuran relatif beragam atau mempunyai ukuran maksimum tertentu misalnya karang
dari genus Fungia. Metoda ini bisa juga untuk mengetahui keberadaan karang hias (jumlah
koloni, diameter terbesar, jumlah jenis) di suatu daerah terumbu karang. Panjang transek yang
digunakan ada 10 m dan lebar satu m, pengamatan keberadaan karang hias yang pernah
dilakukan oleh lembaga ICRWG (Indonesia Coral Reef Working Group) menggunakan panjang
transek 30 m dan lebar dua meter (satu m sisi kiri dan kanan meteran transek). Pencatatan
dilakukan pada semua individu yang menjadi tujuan penelitian, yang berada pada luasan transek.

Metode lain yang merupakan pengembangan dari metode sabuk (belt transect) dan juga
digunakan peneliti saat ini adalah video belt transect, metode ini menggunakan video untuk
merekam sepanjang transek dan luasan yang dilalui. Kemudian hasil rekaman diputar ulang
untuk pencatatan dan identifikasi jenis karang untuk mendapatkan persentase karang hidup dan
kriteria lain seperti pada metoda yang lainnya. Keuntungan metode ini, waktu kerja di laut bisa
lebih efisien, tidak membutuhkan tenaga dan biaya banyak. Hanya saja peralatan underwater
video yang masih tergolong mahal bagi peneliti di Indonesia.

Sekian dan terimakasihh ,,

Anda mungkin juga menyukai