Anda di halaman 1dari 9

METODE SURVEY TERUMBU KARANG

METODE MANTA TOW


Metode manta tow merupakan suatu teknik pengamatan terumbu karang secara menyelurh dalam
waktu yang singkat dengan cara pengamat berada dibelakang perahu yang ditarik menggunakan tali
dan papan sebagai papan dimana kapal bergerak secara perlahan dan tetap dan melintas diatas
permukaan karang.

Gambar. Metode Manta Tow

Metode manta tow biasanya digunakan untuk melihat kondisi terumbu karang, yang biasanya untuk
melihat kerusakan yang diakibatkan oleh badai, bleaching, daerah bekas bom dan predasi yang
disebabkan oleh Acanthaster plancii/ bulu seribu (COTs)

Peralatan yang digunakan


Untuk melakukan pengamatan dengan menggunakan metode manta tow, diperlukan perlengkapan
sebagai berikut:
a) Alat dasar (Masker,Snorkel and fins/ kaki katak)
b) Perahu motor (minimal 5 pk)
c) Papan manta (manta board) dengan ukuran 60 cm Panjang, 40 cm lebar, dan tebal 2 cm.
d) Tali yang panjangnya 20 meter dan diameter 1 cm
e) Pelampung kecil
f) Sabak/ papan menulis
g) Pensil\Penghapus
h) Stop watch
i) GPS

Prosedur Umum Manta Tow


Adapaun prosedur umum yang biasa digunakan dalam pelaksanaan metode manta tow yaitu :
a. 1 orang yang bertugas mengumudikan perahu motor untuk menarik pengamat dengan
kecepatan 3-5km/jam
b. 1 orang yang menggunakan alat dasar ditarik dibelakang perahu sebagai pengamat, dimana
pengamat ditarik dan memegang papan manta (manta board) yang diatasnya terdapat sabak
untuk menulis atau mencatat data
c. Pengamat dapat melakukan gerakan kekiri, kekanan atau menyelam dengan meggerakkan
papan mata
d. Pengamat terumbu karang mengamati dalam kurung waktu tiap 2 menit dan diberikan
waktu beberapa saat untuk mencatat hasil pengamatannya dan kemudian dilanjutkan lagi
e. 1 orang bertugas sebagai penunjuk arah yang berada didapan perahu dan melihat posisi
perahu agar selalu berada diantara rataan terumbu dengan tepi tubir.
f. 1 orang bertugas sebagai penentu waktu, fungsinya adalah memperhatikan waktu
pengamatan dan memberi tahu pengemudi untuk menghentikan perahu apbila pengamatan
telah berlangsung selama 2 menit.

Dalam pengamatan manta tow digunakan 6 parameter yaitu karang keras (Hard coral), karang lunak
(Soft coral), karang mati (Dead coral), pasir (Sand), rumput lau (Makroalgae) dan lainnya (Other)
dengan pengisian data untuk penutupan karang sebaiknya menggunakan persentase.

Kekurangan Metode Manta Tow


Seperti yang telah dikemukakan di tulisan sebelumnya bahwa setiap metode pasti memiliki
kekurangan, adapun kekurangan metode manta tow sebagai berikut:
a. Survey secara tidak sengaja bisa dilakukan pada lokasi di luar terumbu karang (pasir,
perairan yang dalam)
b. Peneliti sering lupa bila terlalu banyak objek yang harus diingat
c. Kemungkinan ada objek yang terlewatkan atau tidak teramati
d. Metode tidak cocok digunakan pada saat kondisi visibility lokasi rendah atau kurang dari
6 meter.

Kelebihan Metode Manta Tow


Selain kekurangan pasti ada kelebihan dari metode manta tow, oleh karena itu mari kita uraikan
kelebihan metode manta tow, sebagai berikut:
a. Daerah yang luas dapat disurvei dalam waktu yang singkat
b. Metode yang digunakan sederhana dan mudah untuk dipraktekkan
c.Biaya yang digunakan tidak terlalu mahal
d. Peneliti tidak terlalu lelah untuk survey areal yang luas.

METODE LINE INTERCEPT TRANSECT (LIT)

Metode Line Intercept Transect (LIT) biasa juga dikenal dengan nama metode transek garis
(Indonesia). Metode Transek garis (LIT) merupakan metode dasar untuk menggambarkan
struktur komunitas karang  dalam bentuk persentase karang. Metode transek garis (LIT) ini
juga biasa dikombinasikan dengan metode kuadran. Metde transek garis (LIT) dilakukan
dengan mengamati atau mengukur parameter substrat yang berada pada garis atau
meteran dengan ukuran tertentu.

Gambar Pengambilan data dengan Metode Line Intercept Transect (LIT). (Sumber foto


Koleksi Pribadi)
Objek Pengamatan metode Line Intecept Transect (LIT)
Transek garis (LIT)  digunakan untuk menentukan komunitas bentik sesil di area terumbu
karang berdasarkan bentuk pertumbuhan karang.  Adapun objek pengamatannya sebagai
berikut:

1. Hard Coral (HC)
Had coral pun dibagi lagi menjadi :
o Acropora branching (ACB)
o Acropora digitate (ACD)
o Acropora encrusting (ACE)
o Acropora submassive (ACS)
o Acropora tabulate (ACT)
o Branching coral (BC)
o Coral encrusting (CE)
o Foliose coral (FC)
o Massive coral (MC)
o Millephora (ME)
o Mushroom coral (CMR)
o Submassive coral (CS)
o Heliopora (CHL)
o Tubipora (CTU)
2. Dead Coral (DC)
Karang mati atau Dead coral (DC) itu terbagi lagi, yaitu:
o Dead coral (DC)
o Dead coral with algae (DCA)
3. Algae 
Kategori pengamatan untuk alga sebagai berikut:
 Algae assemblege (AA)
 Coralina algae (CA)
 Halimeda (HA)
 Macro algae (MA)
 Turf algae (TA)
4. Other Biota
Other biota memiliki kategori tersendiri yaitu:
o Soft coral (SC)
o Sponge (SP)
o Zoantid (ZO)
o Others (OT)
o Ascidian (ASC)
o Crinoid (CRI)
o Gorgonian (GO)
5. Abiotic
Adapun kategori dari abiotic yaitu:
o Concrete (CO)
o Rock (RCK)
o Ruble (RB)
o Sand (SD)
o Silt (SI)
o Water (WA)

Peralatan yang digunakan dalam survey LIT


Adapun peralatan yang digunakan dalam survei menggunakan metode transek garis (LIT)
yaitu :
1. Rol meter
2. Alat dasar (masker, snorkel dan kaki katak/ fins)
3. Scuba set (BCD, Regulator)
4. Tank/ Tabung udara
5. Pemberat
6. Alat tuis bawah air (Pensil, sabak atau kertas underwater dan Penghapus)
7. Perahu boat (Bila diperlukan)
8. GPS
9. Kamera underwater

Peosedur Pelaksanaan Line Intercept Tansect (LIT)


Adapun prosedur pelaksanaan metode transek garis/ Line Intercept Transect (LIT), sebagai
berikut:
1. Menentukan lokasi melalui survey awal atau dengan mata tow
2. Menentukan titik pengabilan; biasanya pengambilan lokasi sampling dilakukan
sebanyak 2 kali berdasarkan kedalaman yaitu; kedalaman antara 3-5 meter dan
kedalaman 6-10 meter.
3. Tarik transek sejajar dengan garis pantai, dimana transek atau meteran yang ditarik
harus konsisten pada kedalaman yang sama dalam satu tarikan. Panjang tansek yang
digunakan biasanya 30 meter, 50 meter atau 100 meter.
4. Penyelam melakukan pengamatan dan mencatat setiap biota yang dilewati transek
berdasarkan kategori dan taksonnya serta dilakukan pengukuran dengan tingkat
penelitian mendekati centimeter. Dalam penelitian ini satu koloni dianggap satu individu.
Hal yang perlu diperhatikan  pada penentuan koloni yaitu:
 Jika satu koloni dipisahkan oleh satu atau beberapa bagaian yang mati, maka tiap
bagian yang hidup dianggap sebagai satu individu tersendiri.
 Jika dua koloni atau lebih tumbuh di atas koloni yang lain, maka masing-masing
koloni tetap dihitung  sebagai koloni yang terpisah.
 Panjang tumpang tindih koloni dicatat yang nantinya akan digunakan untuk
menganalisis kelimpahan jenis.
 Kondisi dasar dan kehadiran karang lunak, karang mati lepas atau massif dan
biota lain yang ditemukan dilokasi juga perlu dicatat.

Pengolahan data dilakukan dengan analis data sebagai berikut:

Persentase tutupan karang berdasarkan formulasi Cox (1967):

Percent Cover (%) = Total Panjang Intersep per genus / total panjang transek x 100

Keanekaragaman jenis (Genus) mengikuti formasi Shannon-Wiener :

H’ = - ∑ ni / N x log ni / N

Dimana: H’ = Indeks Keanekaragaman


N  = Total Jumlah Individu
ni  = Jumlah individu dalam genus ke-i

Indeks Kematian berdasarkan rumus dari Gomez et.al, 1994;

IM = KM /KM+KH
 Dimana; IM = Indeks Kematian
    KM = Persentase tutupan Karang mati
KH = Persentase tutupan Karang hidup

Kekurangan Metode Line Intercept Transect (LIT)


Adapaun kelebihan dari metode transek garis/ Line Intercept transect (LIT) ini yaitu :
1. Akurasi data dapat diperoleh dengan baik
2. Data yang diperoleh juga jauh lebih baik dan lebih banyak
3. Penyajian struktur komunitas seperti persentase tutupan karang hidup/ karang mati,
kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran koloni dan keanekaragaman
jenis dapat disajikan secara lebih menyelutuh.
4. Struktur komunitas biota yang berasosiasi dengan terumbu karang juga dapat
disajikan dengan baik.

Kekurangan Metode Line Intercept Transect (LIT)


Selain kelebihan tiap metode pasti ada kekurangan, oleh karena itu kami sajikan
kekurangan dari metode transek garis (LIT), seperti berikut:
1. Membutuhkan tenaga peneliti yang banyak
2. Survey membutuhkan waktu yang lama
3. Dituntut keahlian peneliti dalam identifikasi karang, minimal life form dan sebaliknya
genus atau species
4. Peneliti ditutut sebagai penyelam yang baik
5. Biaya yang dibutuhkan juga relative lebih besar.

BELT TRANSECT METHODS


Belt Transek atau yang biasa dikenal dengan nama metode transek sabuk dimana transek sabuk
digunakan untukmenggambarkan kondisi populasi suatu jenis karang yang mempunyai ukuran relatif
beragam atau mempunyai ukuran maksimum tertentu misalnya karang dari genus Fungia. Metode ini
juga biasa digunakan untuk survey ikan indikator karang, kesehatan karang dan kerusakan karang,
jumlah koloni diameter terbesar dan jumlah jenis di suatu daerah terumbu karang.

Gambar. Metode Transek sabuk atau Belt Transect Methods

Peralatan yang dibutuhkan


Adapun peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan survey menggunakan metode transek
sabuk / belt trabsect, sebagai berikut:
1. Meteran 
2. Tongkat dengan panjang 2.5 m
3. Alat dasar (Masker, snorkel dan fins)
4. Scuba set (BCD dan Regulator)
5. Pemberat
6. Tabung selam
7. Sabak/ kertas underwater
8. Pensil dan penghapus
9. Kamera underwater
10. Boat/ kapal
11. Tali/ tasi
Prosuder Kerja Belt Transect
Adapun prosuder kerja dalam pelaksanaan survey menggunakan metode transek sabuk atau belt
transect adalah sebagai berikut:
1. Penyelam menggelar meteran sepanjang 100 meter dikedalaman tertentu (Biasanya pada
kedalaman 3-5 meter dan 6-10 meter), atau penyelam menggelar 2 meteran sepanjang 100
meter dikedalaman yang sama dengan jarak meteran atara meteran 1 dengan meteran yang
lain yaitu 5 meter.
2. Kedua penyelam menggunakan tongkat tadi untuk memperkirakan jarak ketika meteran yang
digunakan Cuma satu.
3. Pengambilan data dilakukan dengan:Pengambilan data dilakukan dengan memilih salah satu
proses pengambilan data dimana sebagai berikut: (1) Mendata Keseluruhan panjang metera.
(2) Membagi meteran dalam 4 segmen yaitu: 0-20 meter, 25-45 meter, 50-70 meter, dan 75-
95 meter. Perlu ada spasi atau jarak diantara segemen yaitu 5 meter.
4. Pengambilan dan pengamatan data dilakukan dengan bergerak seoerti huruf U.
5. Mencatat dan mendata objek kajian.
6. Pengolahan data.

Objek Pengamatan metode Belt Transect.


Objek kajian pengamatan metode transek sabuk/ belt transect yaitu:
1. Invertebrata
o Banded Coral Shrimp (Stenopus hispidus)
o Acanthaster planci/ Crown of Thorns Starfish (CoTs)
o Spiny lobster (Panulirus spp.)
o long-spined black sea urchins (Diadema spp.)
o Giant clams (Tridacna spp.)
o Pencil urchin (Heterocentrotus mammilatus)
o Sea cucumber (Thelonota ananas, Stichopus chloronotus, Holothoria edulis)
o Triton (Charonia spp.)
o Drupella spp. Snails
o Collector urchin (Tripneuste spp. )
o Trochus (Trochus niloticus)
o Anemone
2. Ikan/ fish
o Butterfly fish/ Ikan kupu-kupu/iken kepe-kepe/ (Chaetodontidae)
o Grouper/ Ikan kerapu dengan ukuran > 30 cm (Serranidae)
o Baramundi cod (Cromileptes altivelis)
o Snapper (Lutjanidae)
o Humphead wrasse/ Ikan napoleon (Cheilinus undulates)
o Parrotfish dengan ukuran > 20 cm (Scaridae)
o Bumphead parrotfish (Bolbometopon muricatum)
o Sweetlips (Haemulidae)
o Moray eel (Muraenidae)
2. Dampak/ Impact
o Coral demage: boat/ anchor
o Coral demage: dynamite
o Coral damage: other
o Trash: fishing nets
o Trash: Fishing line
o Trash: general
o Bleaching (% of coral population)
o Bleaching (% of colony)
o Disease (% presence of disease of Coral population)
o Drupella sp. Scars
o Crown of Thornes starfish scars
o Others Scars.

Kelebihan metode belt transect


Setiap metode memiliki kelebihan masing-masing, begitupun dengan metode belt transect atau
metode sabuk memiliki kelebihan seperti di bawah ini:
1. Pencatatan data jumlah individu lebih teliti
2. Data yang diperoleh mempunyai akurasi yang cukup tinggi dan dapat mengambarkan struktur
populasi karang.

Kekurangan metode belt transect


Selain kelebihan, metode transek sabuk/ belt transect memiliki kekuranganseperti berikut:
1. Membutuhkan keahlian untuk mengidentifikasi karang secara langsung dan dibutuhkan
penyelaman yang baik
2. Waktu yang dibutuhkan cukup lama.

QUADRAT METHODS
Quadrat Methods atau yang lebih dikenal dengan metode transek kuadrat merupakan metode untuk
mengevaluasi distribusi, variasi dan kepadatan komunitas bentik dalam suatu daera perairan. Pada
survey karang, pengamatan biasanya melimputi kondisi biologi, pertumbuhan, tingkat kematian dan
rekruitmen karang di suatu lokasi yang ditandai secara permanen.
Pengamatan didukung dengan dengan pengambilan underwater photo sesuai dengan ukuran kuadrat
yang ditetapkan sebelumnya. Pengamatan laju sedimentasi juga sangat diperlukan untuk mendukung
data tentang laju pertumbuhan dan tingkat kematian karang yang diamati.

Gambar. Metode Kuadrat

Perlengkapan yang dibutuhkan dalam metode Kuadrat.


1. Kapal/ boat
2. Scuba set (BCD dan Regulator)
3. Alat dasar (Masker, Snorkel dan fins)
4. Tabung selam
5. Pemberat
6. Kuadrat (ukuran 1 x 1 m, 2 x 2 m, 5 x 5 m)
7. Alat tulis menulis (Kertas underwate/ sabak, pensil dan penghapus)
8. Kamera underwater.
9. GPS
Data yang diperoleh dengan metode ini adalah persentase tutupan relative, jumlah koloni, frekuensi
dan keanekaragaman jenis.
Prosedur Pelaksanaan 
Adapun prosedur pelaksanaan metode kuadrat yaitu:
1. Menetukan lokasi pengambilan sample, biasanya dengan manta tow survey
2. Lokasi pengambilan dilakukan pada 2 kedalaman berbeda atnta 3-5 meter dan 6-10 meter
3. Memasang kuadran pada daerah tersebut dan mencatat datanya, kuadran yang dipasang
serta titik pengambilan data harus mewakili 10% dar luasan area penelitian, atau bisa
menggunakn line transek sepanjang 50 meter dan memasak kuadrat pada line transek
sebanyak 6 kali kuadrat yang dibatasi jarak 10 meter.
4. Melakukan pengamatan visual untuk mendeskripsikan karang secara umum.
5. Catat hasil pengamatan secara visual
6. Olah data

Objek kajian Quadrat Methods


Adapun prosuder pengamatan metode kuadrat yaitu:
1. Hard Coral (HC)
Had coral pun dibagi lagi menjadi :
- Acropora branching (ACB)
- Acropora digitate (ACD)
- Acropora encrusting (ACE)
- Acropora submassive (ACS)
- Acropora tabulate (ACT)
- Branching coral (BC)
- Coral encrusting (CE)
- Foliose coral (FC)
- Massive coral (MC)
- Millephora (ME)
- Mushroom coral (CMR)
- Submassive coral (CS)
- Heliopora (CHL)
- Tubipora (CTU)
2. Death Coral (DC)
Karang mati atau Dead coral (DC) itu terbagi lagi, yaitu:
- Dead coral (DC)
- Dead coral with algae (DCA)

3. Bleaching (% pemutihan karang)


4. Desease (Penyakit Karang)
Adapun Penyakit karang yaitu:
- White band
- Black band
- Brow band
6. Algae 
Kategori pengamatan untuk alga sebagai berikut:
- Algae assemblege (AA)
- Coralina algae (CA)
- Halimeda (HA)
- Macro algae (MA)
- Turf algae (TA)
7. Other Biota
Other biota memiliki kategori tersendiri yaitu:
- Soft coral (SC)
- Sponge (SP)
- Zoantid (ZO)
- Others (OT)
- Ascidian (ASC)
- Crinoid (CRI)
- Gorgonian (GO)
8. Abiotic
Adapun kategori dari abiotic yaitu:
- Concrete (CO)
- Rock (RCK)
- Ruble (RB)
- Sand (SD)
- Silt (SI)
- Water (WA)

Kelebihan Quadrat Methods


1. Data yang diperoleh lengka dengan menggambarkan posisi biota yang ditemukan pada
kuadrat, dengan bantuan underwater photo
2. Sumber informasi yang bagus dalam pemantauan laju pertumbuhan, tingkat kematian dan
recruitmen

Kekurangan Quadrat Methods


1. Proses kerjanya lambat dan membutuhkan waktu lebih lama.
2. Peralatan yang dihunakan tidak praktis dan susah bekerja pada lokasi yang berarus
3. Metode ini cocok hanya pada luasan perairan yang kecil
4. Sedimen trap tidak bisa ditinggalkan dalam waktu lama dan tidak efektif pada daerah yang
berarus.

Sumber:
 Johan O. 2003. Paper; Metode Survei Terumbu Karang Indonesia.Training Course; Karakteristik
Biologi Karang. PSK-UI dan Yayasan TERANGI.
 Karya Ilmiah; Monitoring Karang dengan cara Manta Tow
 Paper: Penutupan Pelaksanaan Monitoring Terumbu Karang dengan Metode Manta Tow.
 SUkmara A., Audrie J., Siahainenia dan Christovel R. 2001. Panduan Pemantauan Terumbu
Karang berbasis Masyarakat dengan Metode Manta Tow. Proyek Pesisir-CRMP Indonesia.
Jakarta-Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai