Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6, No.

1, 2010, 46 - 54

MODEL KEHIDUPAN ZOOXANTHELLAE DAN PENUMBUHAN


MASSALNYA PADA MEDIA BINAAN

Zooxanthellae Life Model and Massalization Growth in the Artificial Environment


Waters
:
Pujiono W. Purnomo1, Dedi Soedharma), Neviaty P. Zamani2, Harpasis S. Sanusi2
1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan
Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang
1
Program Studi Ilmu Kelautan
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Diserahkan : 12 April 2010; Diterima : 20 Juli 2010

ABSTRAK

Zooxanthellae merupakan salah satu biota dalam kelompok dinoflagellata fototropik. Organisme ini
selalu hidup bersimbiosis dengan beberapa invertebrata laut. Hubungan antara zooxanthellae dengan
karang bersifat mutualistik yang dicirikan dengan adanya ciri transfer nutritif dan fisiologis. Dengan
karakter ini, maka hampir tidak ditemukan karang dapat hidup tanpa zooxanthellae. Zooxanthellae
mempunyai peranan fital terhadap kehidupan karang maupun biota sessile lainnya. Model hubungan
antara zooxanthellae dengan karang diadopsi ke dalam lingkungan binaan untuk mendapatkan model
kultur secara massal zooxanthellae di lingkungan binaan. Penelitian bertujuan untuk (a) mengevaluasi
faktor pembatas lingkungan yang mendukung pertumbuhan optimum zooxanthellae di lingkungan binaan;
(b) mengevaluasi pemurnian bidudaya zooxanthellae dan (c) memformulasikan pemeliharaan nutritif dari
pertumbuhan maksimum zooxanthellae. Penelitian dilaksanakan antara Agustus 2004 sampai dengan
September 2005 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara. Hasil penelitian
memberlihatkan bahwa : (a) Irradian optimum untuk pertumbuhan zooxanthellae adalah cahaya hijau
(dengan panjang gelombang 490 – 550 nm); (b) Temperatur optimum untuk pertumbuhan zooxanthellae
adalah 20 – 25oC dan (c) Penambahan 200 µM NaNO3 dengan penambahan pada hari 16 dapat
mempertahankan pertumbuhan optimum zooxanthellae.

Kata Kunci: Zooxanthellae, Model Kehidupan, Penumbuhan Massal

ABSTRACT

Zooxanthellae are part of the phototropic dinoflagellates. This organism always live as symbiotically
with several marine invertebrates. Relationship between zooxanthellae and coral are mutualistic with the
transfer nutritif and phisiologis character. With this character, no coral can live without zooxanthellae.
Zooxanthellae have vital control on the coral and sessile life. Model of relationship between
zooxanthellae and coral are adopted in the artificial environment for take the massalization culture
zooxanthellae in the artificial environment. This study was purposed to : (a) Evaluating of environment
limiting factors to support optimum growth of zooxanthellae in the artificial environment; (b) Evaluating
of purification culture of zooxanthellae and (c) Formulating nutritif to maintenance of maximum gorwth
of zooxanthellae. The experiment took place in Natural food and Genetic laboratory of Main Centre of
Brackishwater Aquaculture Development Jepara from August 2004 to September 2005. The result
showed that: (a) The optimum irradiance for growth of zooxanthellae is green radiance (with comparison
490 - 550 nm); (b) The optimum temperature for growth of zooxanthellae are 20 – 25oC and (c) Adding of
200 µM NaNO3 with repeat again for 16 days,

Key Words: Zooxanthellae, Life Model,Massalization Growth

46
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6, No. 1, 2010, 46 - 54

Pendahuluan sebarannya di lingkungan perairan merupakan


contoh terhadap sifat sensitifitasnya. Oleh sebab
Zooxanthellae merupakan kelompok itu Veron (1995) mengemukakan bahwa kedua
dinoflagellata fototropik yang umumnya tedapat peubah tersebut menjadi faktor pengendali
sebagai endosimbion pada beberapa invertebrata bioegeografi penyebaran terumbu karang di
laut (Trench, 1993). Produksi primer yang dunia secara latitudinal.
dihasilkannya menyumbang dalam berbagai Penelitian tentang model kehidupan
kehidupan karang. Walaupun semua species zooxanthellae dan penumbuhan massalnya
karang dapat menggunakan sengat tentakel bertujuan untuk : (a) mengevaluasi faktor
untuk menangkap mangsanya, namun lingkungan pembatasnya untuk mendukung
zooxanthellae menyumbang nutrisi yang besar pertumbuhan optimumnya di lingkungan
bagi karang. Di dalam jaringan karang, hidup binaan, (b) mengevaluasi telaah pemurnian
ribuan zooxanthellae (Sorokin, 1993). Biota ini zooxanthellae dan (b) memformulasikan
menghasilkan energi langsung dari cahaya rekayasa nutritif untuk mempertahankan
matahari melalui aktifitas fotosintesis. pertumbuhannya secara massal. Hasil yang
Hubungannya dengan karang bersifat timbal diharapkan dari tujuan tersebut adalah dapat
balik yang saling menguntungkan. Karang dapat mengadopsi pola hubungan zooxanthellae dan
memperoleh banyak energi dari zooxanthellae, karang dari kondisi alamiah ke kondisi binaan.
sebaliknya zooxanthellae yang hidup di dalam Mengadopsi hubungan simbion zooxanthellae
jaringan tubuhnya memperoleh tempat dengan inang karang dari lingkungan alami ke
perlindungan dari pemangsa dan memakai lingkungan binaan sebagai suatu model
karbondioksida yang dihasilkan karang dari kehidupannya secara artifisial merupakan suatu
proses metabolismenya. Asosiasi yang erat ini terobosan telaah yang sangat berguna.
sangat efisien, sehingga karang dapat bertahan Kegunaannya tidak saja memberikan
hidup bahkan di perairan yang miskin zat hara. kemanfaatan terhadap eksistensi terumbu karang
Keberhasilan hubungan ini dapat dilihat dari dan telaah diversitasnya akan tetapi juga sebagai
besarnya keragaman dan usia karang yang sudah bekal yang sangat berguna dalam kajian
sangat tua, yang berevolusi pertama kali lebih perspektif zooxanthellae sebagai bahan
dari 200 juta tahun yang lalu. fitokimia untuk kepentingan-kepentingan
Hubungan zooxanthellae dan karang bukan komersial lainnya.
saja merupakan hubungan nutritif semata, akan
tetapi keduanya mempunyai hubungan faali METODE PENELITIAN
yang bersifat saling ketergantungan. Chambel
(1968) mengemukakan bahwa hubungan inang Untuk menghindari bias terhadap model
–simbion tersebut mengakar kepada kehidupannya, maka sumber simbion
pembentukan jejaring syaraf. Oleh karenanya, zooxanthellae diekstrak dari beberapa sumber
sepanjang sejarah hubungan keduanya jarang inang, yaitu Sea anemon, Tridacna, Acropora,
dan hampir tidak dijumpai karang fakultatif Favites dan Goneastrea. Contoh diambil dari
tanpa kehadiran zooxanthellae (Veron, 1995). kawasan lingkungan terumbu karang perairan
Peristiwa bleaching coral yang terjadi sejak Pulau Bokor Kabupaten Jepara Jawa Tengah.
lama (Brown, 1997) hingga saat ini menjadi
suatu bukti sejarah hubungan mutualistik Inokulasi dan Pemisahan Zooxanthellae
keduanya. Meskipun demikian hubungan timbul
tenggelam diantara keduanya sering terjadi Inokulasi zooxanthellae menerapkan teknik
mengingat sensitifitas satu diantaranya atau isolasi zooxanthellae mengikuti cara yang
kedua-duanya baik oleh pengaruh alamiah dilakukan oleh Nordemar et al (2003). Inang
maupun tumpang tindihnya dengan pengaruh karang dipotong sebesar 50 g, dilanjutkan
antropogenik yang bersifat parsial. dengan blending. Hasil blending disentrifugal
Di dalam polyp karang, jumlah dengan kecepatan 3.000 rpm selama 10 menit.
zooxanthellae relatif stabil dan proses Sementara itu Sea anemon dan tridacna
pertumbuhan meupun proses pelepasannya dipotongkan sebesar 25 gr dan disentrifugasi.
selama kondisi lingkungan eksternalnya Cairan supernatan mengandung zooxanthellae
mendukung pola kehidupan keduanya (Drew, dan diinokulasikan ke dalam media agar DIFCO
1972; Sorokin, 1993). Dibalik kondisi stabilisasi Bacto-agar (Tabel 1) yang diperkaya vitamin C
ini, pada dasarnya keduanya mempunyai sebesar 2gr/l sebanyak 25 petri dari masing-
sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan masing 5 pengulangan tiap inang. Hasil
perairan. Kasus coral bleaching yang pembiakan media agar dilanjutkan dengan
disebabkan oleh suhu dan irradian serta

47
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6, No. 1, 2010, 47 - 55

penetralisiran ke media cair dengan volume 25 Percobaan Respon Pertumbuhan


ml. Zooxanthellae pada Berbagai Tingkat
Nutrien
Tabel 1. Komposisi Kimia Media Agar Bacto
Respon pertumbuhan zooxanthellae
Stok (g/950 memberlakukan zooxanthellae dari sumber
Jumlah yang
No Jenis Kimia ml Air Laut inang dan jenjang nutrien dengan pengulangan 3
ditambahkan
Tersaring) kali mengikuti aplikasi taraf sebagai berikut : N-
1 NaNO3 1 ml 75 1 adalah penambahan NaNO3 50 μM; N-2
2 NaH2PO4.H2O 1 ml 5 adalah penambahan NaNO3 100 μM; N-3 adalah
3 Na2SiO3.9H2O 1 ml 30 penambahan NaNO3 150 μM; N-4 adalah
4 Larutan Trace Mineral penambahan NaNO3 200 μM; N-5 adalah
1. FeCl3.6H2O 3,15 g penambahan NaNO3 250 μM. Pengukuran
2. 4,36 g densitas zooxanthellae dilakukan secara harian.
Na2EDTA.2H2 Wadah percobaan adalah 1 liter dengan variabel
O media yang diukur adalah nitrat diukur secara
3. CuSO4.5H2O 1 ml 9,8 komposit tiap perlakuan; suhu, salinitas dan pH
4. 1 ml 6,3 diukur secara harian pada tiap media percobaan.
Na2MoO4.2H2
O Percobaan Pemasalan Pertumbuhan
5. ZnSO4.7H2O 1 ml 22,0 Zooxanthellae
6. CoCl2.6H2O 1 ml 10
7. MnCl2.4H2O 1 ml 180 Tahap penumbuhan massal yang akan
5 Larutan dipergunakan dalam proses pengkayaan
Vitamin zooxanthellae akan dilalui dua tahap :
1. Vitamin B12 1ml 1 a. Tahap analisis waktu pengisian ulang
2. Biotin 10 ml 0,1 nutrien. Adapun model perhitungan
3. 200 mg pengisian ulang nutrien didasarkan kepada
Thiamine.HCl fomulasi sebagaimana diinformasikan oleh
Taff (1988), dengan rumus :
Adaptasi
Waktu pengisian Kembali =
Hasil pemisahan diadaptasi selama 2 hari, Jumlah dimana pemesanan utama harus
sebagian pemisahan dalam volume 25 ml dilakukan X waktu : Jumlah Nutrien yang
dilakukan sekuen uji. Sisanya untuk pengurutan ditarik
sekuan uji. sekuensi pekerjaan adalah : Keterangan :
1. Media dengan pencahayaan neon putih (60  Waktu pengisian kembali, adalah
watt), suhu berfluktuasi 24 – 27oC serta tenggang waktu untuk melakukan
penambahan NaNO3 6,5 μM; pengisian nutrien, sehingga nutrien di
2. Media dengan pencahayaan neon putih (20 dalam media percobaan menjadi
watt), suhu berfluktuasi antara 24 – 27oC terpelihara;
serta penambahan NaNO3 6,5 μM;  Jumlah dimana pemesanan ulang harus
3. Media dengan pencahayaan neon hijau (10 dilakukan adalah kadar nutrien tertinggi
watt), suhu berfluktuasi antara 24 – 27oC selama percobaan untuk masing-masing
serta penambahan NaNO3 6,5 μM; percobaan.
4. Media dengan pencahayaan neon hijau (10  Waktu adalah waktu ditempuhnya
watt), suhu manipulasi berfluktuasi antara pertumbuhan tertinggi hasil percobaan;
20 – 23oC, serta NaNO3 6,5 μM;  Jumlah nutrien yang ditarik adalah beda
Hasil pertumbuhan optimum dilanjutkan atau selisih kadar nutrien (dalam hal ini
peningkatan media secara bertahap hingga 1 nitrat awal) dengan kadar nitrat pada saat
liter. Aplikasi media eksternal mempergunakan pertumbuhan optimum percobaan;
rekomendasi percobaan adaptasi.
b. Tahap Penumbuhan berjenjang.
Pada tahap ini penumbuhan zooxanthellae
dilakukan secara berjenjang mulai dari 1
liter, 3 liter, 5 liter, 100 liter hingga 1 ton
dengan mengaplikasikan hasil perhitungan
tahap sebelumnya

48
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6, No. 1, 2010, 47 - 55

Waktu dan Tempat HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pencacahan zooxanthellae adaptasi


Pakan Alami dan Genetika Balai Besar memperlihatkan hasil positif pada adaptasinya
Budidaya Air Payau (BBBAP) Jepara. Waktu dalam media 25 ml. Selang dua hari masa
pelaksanaan kajian ini adalah Agustus 2004 adaptasi, tiap-tiap unit obyek penelitian
sampai Oktober 2005. mendapat perlakuan cahaya, suhu dan
penambahan nitrat yang berlangsung secara seri.
Analisis Data Pertama (Uji A) cahaya putih tinggi (60 watt)
Uji respon pertumbuhan zooxanthellae fluktuasi suhu 24-27oC dan penambahan
terhadap nutrien dilakukan dengan NaNO3 6,5 µg, kedua (Uji B) cahaya putih
mempergunakan analisis variance dua arah sedang (20 watt), fluktuasi suhu 24-27oC dan
(Steel dan Torrie, 1981). Data penunjang media penambahan NaNO3 6,5 µg, ketiga (Uji C)
seperti perubahan suhu, salinitas, nitrat, pH dan cahaya hijau (10 watt), fluktuasi suhu 24-27oC
orthofosfat dikaji secara deskriptif. dan penambahan NaNO3 6,5 µg dan keempat
(Uji D) cahaya hijau (10 watt), fluktuasi suhu
20-23oC dan penambahan NaNO3 6,5 µg.
Hasilnya secara berurutan adalah seperti pada
Gambar 1.

SA-1
1400 SA-2 SA-1
SA-3
1600 SA-2
SA-4 SA-3
1200 SA-5 1400 SA-4
Tr-1 SA-5
1000 Tr-2 Tr-1
1200
Ind x 1000/ml

Tr-3 Tr-2
Ind x 1000/ml

Tr-4 Tr-3
800 Tr-5 1000 Tr-4
Ac-1 Tr-5
Ac-2 800 Ac-1
600 Ac-3 Ac-2
Ac-4 Ac-3
Ac-5 600 Ac-4
400 Fv-1 Ac-5
Fv-2 400 Fv-1
200 Fv-3 Fv-2
Fv-4 Fv-3
Fv-5
200 Fv-4
0 Gn-1 Fv-5
Gn-2 0 Gn-1
0 3 6 9 12 15 18 21 Gn-3 Gn-2
Gn-4
0 3 6 9 12 15 18 21 Gn-3
Waktu (hari) Gn-5 Gn-4
Waktu (hari) Gn-5

A. Perkembangan Zooxanthellae pada media dengan B. Perkembangan Zooxanthellae pada media dengan
SA-1
3000
pencahayaan
1800 neon putih (tinggi 60 watt) dengan suhu
SA-1 pencahayaan neon putih (sedang 20 watt) dengan
SA-2
o SA-2 SA-3
berfluktuasi antara 24 – 27 C) serta penambahan SA-3 suhu berfluktuasi antara 24 – 27
o
C) serta
SA-4
1600 SA-4 2500 SA-5
NaNO3 sebesar 6,5 µg. SA-5 penambahan NaNO3 sebesar 6,5 µg. Tr-1
1400 Tr-1 Tr-2
Ind x 1000/ml

Tr-2 2000 Tr-3


Ind x 1000/ml

1200 Tr-3 Tr-4


Tr-4 Tr-5
1000 Tr-5 1500 Ac-1
Ac-1 Ac-2
800 Ac-2 Ac-3
Ac-3 Ac-4
Ac-4 1000 Ac-5
600 Ac-5 Fv-1
Fv-1 Fv-2
400 Fv-2 500 Fv-3
Fv-3 Fv-4
200 Fv-4 Fv-5
Fv-5 0 Gn-1
0 Gn-1 Gn-2
Gn-2 0 3 6 9 12 15 18 21 Gn-3
0 3 6 9 12 15 18 21 Gn-3 Gn-4
Gn-4 Waktu (hari) Gn-5
Waktu (hari) Gn-5

D. Perkembangan Zooxanthellae pada media dengan


C. Perkembangan Zooxanthellae pada media dengan pencahayaan neon hijau (rendah 10 watt) dengan suhu
pencahayaan neon hijau (rendah 10 watt) dengan o
manipulasi (suhu terukur berfluktuasi antara 20 – 23 C)
suhu kamar (dalam media terukur berfluktuasi antara serta penambahan NaNO3 sebesar 6,5 µg
o
24 – 27 C) serta penambahan NaNO3 sebesar 6,5 µg.

Gambar 1. Pertumbuhan Zooxanthellae pada Berbagai Pengubahan Kondisi Media

Tiap sekuen kegiatan memberikan respon Pertumbuhan eksponensial zooxanthellae antar


pertumbuhan zooxanthellae yang positif. Awal sekuen penelitian tergolong cukup lama
masa penumbuhan memperlihatkan dibandingkan dengan pertumbuhan jenis diatom
perkembangan lambat. Pertumbuhan meningkat lain yang ukurannya lebih besar, seperti
dengan cepat pada hari ke 9 sampai ke 16. Chaetoceros (Hapette dan Poulet, 1990). Dalam

49
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6, No. 1, 2010, 47 - 55

penelitiannya tersebut diperoleh hasil bahwa pemiskinan NO3-N diperlihatkan pada Gambar
pertumbuhan maksimum terjadi pada hari ke 5, 3.
sedangkan jenis Nitzschia pertumbuhan
maksimumnya dicapai pada hari ke 7.
Penumbuhan zooxanthellae yang dilakukan oleh
Rosenthal et al. (2005) pada uji penambahan
nitrogen pada media budidayanya diperoleh
pertumbuhan maksimum pada hari ke 15.
Analisis terhadap densitas zooxanthellae
antar sekuen percobaan memperlihatkan terjadi
respon peningkatan pertumbuhan pada media
yang mendapatkan pencahayaan lebih rendah
(dari pencahayaan putih menjadi hijau) dan
penurunan suhu (dari suhu 24-27oC menjadi
kisaran suhu 20 – 23oC). Hasil uji terhadap
tahap uji A tidak berbeda dengan uji B. Pada uji
C terjadi perbedaan pertumbuhan zooxanthellae
(P<0,01) antar sumber inang, dengan rincian Gambar 3. Pemiskinan NO3-N selama
pertumbuhan tertinggi zooxanthllae dari inang Penelitian
Favites sama respon pertumbuhannya dengan
inang Goneastrea, diikuti dari sumber inang
Acropora dan kelompok terakhir adalah dari Puncak pertumbuhan terjadi pada hari ke 16
inang sea anemon dan tridacna. Uji tahap D dan bertahan hingga hari ke 20, selanjutnya
diperoleh keterangan bahwa rata-rata terjadi penurunan densitasnya. Pertumbuhan
peningkatan pertumbuhannya lebih tinggi tersebut merupakan respon permintaan nurien
dibandingkan percobaan tahap C, pola respon dan mengakibatkan menjadi menurun. Hasil uji
pertumbuhannya sama dengan uji tahap C. terhadap pertumbuhan densitas zooxanthellae
Berdasarkan hasil analisis densitas diperoleh keterangan bahwa tingkat
zooxanthellae mengikuti sekuen percobaan, pertumbuhan optimum diperoleh pada
maka untuk mengoptimalkan pertumbuhan penerapan nutrien 200 µM. Pada uji pemiskinan
zooxanthellae adalah media dengan NO3-N dan respon pertumbuhan akibat
pencahayaan rendah (hijau) serta dipertahankan penambahan 200 µM tersebut dapat
suhu 20 – 23oC. Sementara itu berdasarkan diperhitungkan waktu penambahan ulang dan
pertumbuhan zooxanthellae terdiri dari 3 besarnya permintaan sekaligus sebagai faktor
kelompok yaitu dari inang sea anemon dan penambah untuk mempertahankan pertumbuhan
tridacna (Zoo-A), inang acropora (Zoo-B) dan massalnya. Dalam hal ini waktu pengisian ulang
inang Favites dan Goneastrea (Zoo-C). yang perlu diaplikasikan adalah pada hari ke 16
dengan penambahan 0,0455 mg NO3-N/l. Hasil
aplikasinya adalah seperti diperlihatkan pada
Gambar 4.
Hasil perhitungan densitas zooxanthellae
pada media budidaya yang telah ditambahkan
nutrien memperlihatkan hasil bahwa
pertumbuhan optimumnya dapat dipertahankan.
Pertumbuhan optimum dicapai pada hari ke 20.
Perkembangan zooxanthellae sebagai
fitobiotik dalam assosiasinya dengan beberapa
biota dasar laut memerlukan dukungan dari
lingkungan eksternalnya. Menurut Harris
(1976), dukungan faktor eksternal utama
terhadap perkembangan fitobiotik adalah
Gambar 2. Pertumbuhan Rata-rata cahaya, suhu dan nutrien. Hal yang sama
Zooxanthellae dikemukakan oleh Parson, Takahashi dan
Hargrave (1984) bahwa zooxanthellae sebagai
Pertumbuhan zooxanthellae pada penerapan biota fitofototropik serta bersifat mikro, maka
tingkat nutrien (N-1 hingga N-5) dan jenis (Zoo- secara mendasar perkembangannya dibatasi oleh
A, Zoo- B dan Zoo-C) pada peningkatan volume 3 variabel utama yaitu cahaya, nutrient dan
1 liter adalah seperti pada Gambar 2, sedangkan suhu.

50
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6, No. 1, 2010, 47 - 55

Gambar 4. Pertumbuhan Zooxanthellae pada Bak Massal dengan Penambahan Nutrien

Ketiga unsur utama tersebut bersama dengan pada kajian bleaching parsial karang. Pada
perangkat molekular dari zooxanthellae kondisi demikian selama dapat terpeliharanya
membentuk suatu persamaan fotosintesis atau dipenuhinya kebutuhan allogenik maka
kompleks yang proses maupun hasilnya zooxanthellae dapat berkembang dengan cepat..
memberikan dukungan terhadap inangnya. Dalam penelitian ini yang dilakukan secara
Hasil percobaan memperlihatkan bahwa bertahap diperoleh keterangan bahwa
meskipun cahaya bukan satu-satunyavariabel zooxanthellae dapat berkembang dengan baik
yang secara nyata memberikan pengaruh dalam lingkup laboratorium. Hal serupa
terhadap pertumbuhan zooxanthellae, namun diperoleh oleh Taylor (1974). Dalam
bersama dengan suhu dan nutrien memberikan penelitiannya dikemukakan bahwa
informasi tentang respon pertumbuhan zooxanthellae dapat mengalami peningkatan
optimum. Dalam hal ini respon pertumbuhan dengan penambahan nutrien nitrogen, tetapi
zooxanthellae pada percobaan cahaya zooxanthellae tidak dapat tumbuh hanya dengan
meningkat dari berturut-turut neon putih (tinggi penambahan PO4-P (Stambler et al, 1991).
60 watt) dengan konsentrasi maksimum McGuire (1997) mengemukakan bahwa
1.213,32 x 103 ind/lt, neon putih (sedang 20 penambahan 5 hingga 10 μM ammonium
watt) dengan konsentrasi maksimum 1407,03 x selama 8 minggu belum mampu mempengaruhi
103 ind/lt; neon hijau (rendah 10 watt) baik pada perkembangan zooxanthellae serta tidak
suhu yang sama dengan ketiga di atas yaitu 24 - memberikan pengaruh negatif bagi penurunan
27oC maupun 20 – 23oC, berturut-turut dengan pertumbuhannya.
konsentrasi maksimum 1640,58 x 103 ind/lt dan Berkenaan dengan hal tersebut, hasil
2172,59 x 103 ind/lt. Kondisi ini penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam
memperlihatkan bahwa respon zooxanthellae skala laboratorium terjadi suatu proses
lebih tinggi pada pencahayaan yang rendah. penurunan NO3-N sejalan dengan
Sementara itu hasil perhitungan kadar permintaannya bagi pertumbuhan zooxanthellae.
zooxanthellae pada berbagai jenis karang oleh Perubahan dua variabel tersebut adalah
Baker dan Rowan (1997) pada beberapa sebagaimana disajikan pada Gambar 5. Dalam
kedalaman di perairan Karibia dan Pasifik hal ini persediaan kadar NO3-N sebesar < 0.01
Tenggara memperlihatkan bahwa semakin mg/l kurang mampu menopang perkembangan
dalam perairan hingga 11 meter kadar zooxanthellae. Hal ini sesuai dengan hasil yang
zooxanthellae semakin tinggi. Sebaliknya diperoleh Atkinson (1988) bahwa persediaan
semakin dangkal perairan memperlihatkan ammonium media sebesar kurang dari 15 μM
konsentrasi yang semakin rendah. Penelitian tidak mampu meningkatkan perkembangan
serupa diperlihatkan oleh Barneah et al (2004); zooxanthellae. Oleh karenanya, pada masa
Burn (1985); Davis (1982); Davies 1993). perkembangan massal dilakukan penambahan
Fenomena pertumbuhan zooxanthellae nitrat 0,0455 mg/l pada hari ke 16, yaitu pada
secara internal dalam polyp inang diperkirakan saat terlampauinya pertumbuhan eksponensial
mempunyai fenomena pertumbuhan zooxanthellae. Terpeliharanya kadar tersebut,
sebagaimana kondisi laboratorium selama mampu mempertahankan perkembangan
batasan-batasan allogeniknya dapat terpenuhi. zooxanthellae yang dicobakan (Gambar 6).
Ini didasarkan kepada telusur yang dilakukan
oleh Hoegh-Guldberg and Smith, 1989; Porter
et al, 1989, Fitt et al (1993) dan Gleason (1993)

51
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6, No. 1, 2010, 47 - 55

Gambar 5. Pemiskinan NO3-N dan Perkembangan Gambar 6. Respon Penambahan NO3-N terhadap
Zooxanthellae upaya Mempertahankan Perkembangan
Zooxanthellae

Zooxanthellae sebagai fitobiotik di Tingkat hubungan endosimbiosis ini cukup


lingkungan laut mempunyai sifat yang lebih efektif mempertahankan masih cukup tingginya
spesifik dibandingkan dengan jenis fitoplankton kadar nutrien itu sendiri di dalam kompleks
lainnya; yaitu oleh sebab sifatnya dalam sistem mikro yaitu di rangka. Szmant (2002)
simbiosis pada beberapa biota benthik. Dalam mengemukakan bahwa tingkat turn over yang
hal ini allogenik maupun autogeniknya lebih rendah di kawasan terumbu terjadi akibat
bersifat terbatas. Pada kondisi endosimbiosis sejalannya akumulasi nutrien dalam rangka
spesifikasi ini ditunjang oleh sifat stabilitas dengan pertumbuhan karang itu sendiri. Kaitan
dalam tubuh inangnya, meskipun dalam kondisi dengan hal ini dikemukakan oleh Lapointe
bebas akan mengikuti sifat kelenturan (1997) bahwa lingkungan karang merupakan
lingkungan eksternal. Oleh sebab itu, Cook et al kawasan perairan oligotropik khususnya sediaan
(1990) mengemukakan bahwa status nutrisi bagi nitrogennya. Kadar nitrogen dari hasil
kebutuhan zooxanthellae dapat dijadikan perangkuman di beberapa perairan terumbu
sebagai indikator kesuburan terumbu karang. karang adalah 0,2 – 0,5 μM NH3-N; 0,1 – 0,3
Zooxanthellae sebagaimana fitobiotik μM NO3-N dan < 0,3 μM PO4-P. Selanjutnya
lainnya sangat memerlukan dukungan bila dibandingkan dengan dengan kadar nutrien
ketersediaan nutrien yang cukup. Tingkat internal karang Lapointe (1997) menyatakan
kebutuhannya akan nutrien sangat berbeda bahwa nilai tersebut jauh lebih tinggi dari
dengan lingkungan eksternal di kawasan lingkungan eksternalnya. Dikemukakan lebih
perairan terumbu karang. Sorokin (1993) lanjut bahwa regenerasi NH3-N dalam skeleton
mengemukakan bahwa terdapat kontradiktif dapat mencapai 200% dari kebutuhan.
antara lingkungan ekternal terumbu karang
dengan lingkungan internalnya dalam kompleks KESIMPULAN
rangka karang. Pada perairan oligotropic
sebagaimana di lingkungan sekitar terumbu Hasil percobaan pertumbuhan zooxanthellae
karang (D’elia dan Wiebe, 1990), tidak sebagai model pemindahan dari lingkungan
merupakan suatu hal yang luar biasa bagi basis alami di dalam inang ke lingkungan binaan
nutrisi endosimbion. Sementara di lain pihak adalah cahaya optimum untuk penumbuhan
dinoflagellata ini memainkan peranan penting berjenjang hingga massal adalah cahaya hijau
dalam penyediaan pakan dan fisiologi bagi dengan padanan nilai 490 nm sampai 550 nm,
inang (Muscatine dan Porter, 1977). Sebagai suhu optimum berkisar antara 20oC hingga 25oC
contoh, kebutuhan carbon secara fotosintetik, serta penambahan nutrien optimum pada
secara tipikal dalam bentuk gliserol dan molekul penumbuhan massal adalah 200 µM NaNO3
sederhana lain dapat ditranslokasi dari algae dengan penambahan ulang selang 16 hari
pada laju dan kapasitas volume sesuai dengan sebesar 0,0455 mg/l.
kebutuhan respirasi inang (Falkowski et al,
1984, Muscatine, 1990; Muscatine et al, 1984).

52
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6, No. 1, 2010, 47 - 55

DAFTAR PUSTAKA Ecosystem in the World 23. Elsevier,


Amsterdam.
Atkinson, MJ. 1988. Are coral reefs nutrient
limited? In J.H. Choat (Ed), Drew, EA. 1972. The Biology and Physiology
Proceedings of the 6th International of Alga-Invertebrate Symbiosis. II. The
Coral Reefs Symposium I:157-166. Density of Symbiotic Algal Cells in a
James Cook Univ. Press., Townsville Number of Hermatypic Corals and
Australia. Alcyonarians From Various Depths, J.
Exp. Mar. BioL Ecol, , vol. 9, pp. 71-
Baker, AC; R. Rowan, 1997. Diversity of 75.
symbiotic dinoflagellates
(zooxanthellae) in scleractinian corals Falkowski , PG; Z Dubinsky; L Muscatine and
of the Caribbean and eastern Pacific. JW Porter. 1984. Light and the
Proc. 8th Int. Coral Reef Symp., Bioenergetic of a Symbiotic Coral.
Panama. 2: 1301-1306. Bioscience 34 : 705 – 709.

Barneah, O; Weis VM. Perez; S Beneyahu. Fitt, WK; HJ Spero; J Halas; MW White; JW.
2004. Diversity of Dinoflagellate Porter. 1993. Recovery of the Coral
Symbiont in Red Sea Soft Coral : Montastrea annularis in the Florida
Mode of Symbiont Acquasition Keys after 1987 Caribbean Bleaching
Matters. Mar. Biol. Prog Ser 275 : 89- Event. Coral Reefs 12:57-64.
95.
Gleason, MG. 1993. Effect of Disturbance on
Brown, BE. 1997. Coral bleaching : causes and Coral Communities : Bleaching in
qonsequences. Proc 8th Int. coral Reef Moorea, French Polynesia. Coral Reefs
Sym. 1 : 65-74 12 : 193-201

Burn, TP. 1985; Hard coral distribution and cold Hapette, AM; SA Poulet. 1990. Variation of
water disturbances in South Florida : vitamin C in some common species of
Variation with depth and location. marine plankton. Mar. Ecol. Prog. Ser.
Coral Reefs 4:117-24 Vol. 64: 69-79.

Campbell. RD. 1968. Cell behavior and Harris, I. 1976. The Physiological Ecology of
morphogenesis in hydroids. In vitro Phytoplankton. Blackwell Sci. Publ.
3:22-32. Oxford.

Cook, CB; Logan A; Ward J; Luckhurst B; Berg Hoegh-Guldberg, O; GJ Smith. 1989. Light,
Jr CJ. 1990. Elevated Temperatures Salinity and Temperature and the
and Bleaching on a High Latitude Population density, metabolism and
Coral Reef : The 1988 Bermuda Event. export of Zooxanthellae from
Coral Reefs 9:45-49. Stylophora pistillata and Seriatophora
hystrix. J. Exp Mar Biol Ecol 129 ;
Davies, PS. 1993. Endosymbiosis in marine 279-303
cnidarians. In DM John, S.J. Hawkins
and J.H. Price (Eds). Plant-animal McGuire, MP. 1997. The Biology of Coral
interactions in the marine benthos. Porites astreoides : Reproduction,
Oxford, UK Clarendon Press, pp 551- Larval Settlement Behavior and
540. Responses to Ammonium Enrichment.
Ph.D. Dissertation, University of
Davis, GE. 1982. A century of natural change in Miami, miami Florida.
coral distribution in the dry Tortugas :
a comparison of reef map from 1881 Muscatine, L; JW Porter. 1977. Reef corals :
and 1976. Bull. Mar. Sci. 32 : 233-258. mutualistic symbioses adapted to
nutrient poor environmnts. BioScience
D’elia, CF; WJ Wiebe,. 1990. Biogeochemical 27 : 454-460.
Nutrient Cycle in coral reef
ecosystems. In. Dubinsky (Ed.). Muscatine, L.1990. The role of symbiotic algae
in carbon and energy flux in reef coral.

54
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 6, No. 1, 2010, 47 - 55

In. Dubinsky Z. (Ed). Coral Reefs, synthase activity is associated with


ecosystem in the world. Elsevier. coral bleaching. Biol. Bull. 208: 3–6.
Amsterdam.
Sorokin, YI. 1993. Coral Reef Ecology.
Muscatine, L, PG Falkowski; JW Porter; Z Springer-Verlag. New York.
Dubinski. 1984. Fate of photosynthetic
fixed carbon in light and shaded Stambler, N; N Popper, Z Dubinsky; J Stimson.
adapted colonies of the symbiotic coral 1991. Effect of Nutrient Enrichment
Stylophorapistillata. Proceedings of the and Water Motion on the Coral
Royal Society, London B. 222: 181– Pocillophora damicornis. Science 45 :
202. 299 – 307.

Nordemar, J; M Nystrom; R Dizon; 2003. Effect Szmant, AM. 2002. Nutrient enrichment on
of elevated seawater temperature and coral reefs : Is it a major cause of coral
nitrat enrichment on the branching reef decline?. Estuaries 25 : 743-766.
coral Porites cylindrica in the absence
of particular food. Mar. Biol. 142 : Taff, CA. 1988. Manajemen Transportasi dan
669-672) Distribusi Fisis. Penerbit Erlangga
Jakarta.
Parson, TR; M Takahashi; B Hargrave. 1984.
Biological Oceanographic Processes. Taylor, DL.1974. Symbiotic Marine Algae :
3th edt. Pergamon Press. Oxford. Taxonomy and Biology Fitness.
Symbiosis in the Sea. Pp. 245-258.
Porter, JW; WK Fitt; HJ Spero; CS Rogers;
MW White. 1989. Bleaching in coral Trench, RK. 1993. Micro-algal-invertebrate
reefs : Physiological and stable isotope symbioses : a riview. Endocyto Cell
response. Proc. Nat. Acad. Sci. U.S.A. Res 9 : 135 – 175.
86:9342-9346.
Rosenthal, HT; S Zielke; R Owen; L Buxton; B Veron, JEN. 1995. Coral in space and time.
Boeing; R Bhabooli; J Archer. 2005. Australian Institute of Marine Science
Increased zooxanthellae nitric oxide Cape Ferguson, Townsville,
Quensland.

55

Anda mungkin juga menyukai