Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 3(3): 199-207

Komposisi Jenis dan Kepadatan Makroalga Di Perairan Desa Ulunipa


Kecamatan Menui Kepulauan Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah

[Species Composition and Density of Macroalgae in Ulunipa Village Waters Menui district
Morowali Regency Central Sulawesi]

Isham1, Ma,ruf Kasim2, Hasnia Arami3


1
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumber daya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo
Jl.HAE Makodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232, Telp/Fax: (0401) 3193782
2
Surel: marufkasim@yahoo.com
3
Surel: arami79_unhalu@yahoo.com

Diterima 5 Maret 2018; Disetujui 6 Juni 2018

Abstrak
Makroalga merupakan alga yang berukuran besar yang terdiri dari beberapa centimeter sampai beberapa meter. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui komposisi jenis dan kepadatan makroalga. Penelitian ini dilaksanakan pada November-
Desember 2016. Bertempat di Perairan Desa Ulunipa, Kecamatan Menui Kepulauan, Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah.
Stasiun Pengambilan sampel terdiri atas lima stasiun yang ditentukan berdasarkan tipe substrat. Metode yang digunakan untuk
pengambilan sampel menggunakan transek garis sejajar garis pantai sejauh 100 meter dan masing-masing stasiun
menggunakan transek kuadran ukuran 1x1 m2, sampel alga yang terdapat di dalam transek dihitung jumlah per jenis atau
tegakan. Adapun jenis makroalga yang ditemukan sebanyak 10 jenis diantaranya 3 jenis dari kelas Phaeophyta yaitu Padina
autralis, Turbunaria conoides, Sargassum Cristaefolium, 3 jenis dari kelas Chlorophyta Halimeda simulans, Halimeda
macroloba, Caulerpa serrulata, dan 4 jenis dari kelas Rhodophyta yaitu Gracilaria salicornia, Chondrus crispus, Galaxaura
subvefficilatta, Eucheuma serra. Komposisi jenis tertinggi adalah jenis Halimeda macroloba sebesar 38,43% dan terendah
adalah Galaxaura subvefficilatta sebesar 14,02%. Kepadatan tertinggi adalah jenis Chondrus crispus sebasar 2,44
(individu/m2) dan terendah adalah jenis Padina autralis sebesar 0,78 (individu/m2). Parameter kualitas air yang diperoleh,
Suhu 29 ̶ 30oC, Kecerahan 100%, Kedalaman 25-45 cm, Kecepatan arus 0,035-0,050 m/detisk, Salinitas 30-31 ppt, Nitrat
0,0149-0,0173 mg/L, Phospat 0,0007-0,0091 mg/L.

Kata kunci : Makroalga, komposisi jenis, kepadatan, tekstur substrat

Abstract
Macroalgae are macroscopic algae with the size ranging from several centimeters to several meters. The aim of this study was
to determine species composition and density of macroalgae. This study was conducted from November to December 2016 in
Ulunipa village waters, Menui Islands distract, Morowali regency, central Sulawesi. There were 5 sampling stations
determined based on the substrate types. The method used for sampling was a line transect of about 100 m from the coastline.
Each station used a kuadran transect of 1x1 m2. Algae contained in the transect were counted based on the species and the
numbers. There were 10 species of macroalgae found, 3 of them from class of Phaeophyta namely Padina autralis,
Turbunaria conoides, Sargassum cristaefolium, 3 species from Chlorophyta namely Halimeda simulans, Halimeda
macroloba, Caulerpa serrulata and 4 species of Rhodophyta namely Gracillaria salicornia, Chondrus crispus, Galaxaura
subveficilata, Eucheuma serra. The highest species composition was Halimeda macroloba (38.43%) and the lowest was
Galaxaura subveficilata (14.02%). Chondrus crispus had the highest density (2.44 ind/m2) and Padina autralis had the lowest
density (0.78) ind/m2). Water quality parameters measuted were temperature 29-300C, water transparancy 100%, depth 25-45
cm current velocity 0.035-0.050 m/s Salinity 30-31 ppt, Nitrat, 0.0149-0.0173 mg/L Phosphat 0.0007-0.0091 m/L.

Keywords : macroalgae, species composition, density, substrate texture

Pendahuluan
Wilayah pesisir merupakan wilayah seluruh perairan pantai adalah makroalga.
dengan tingkat produktifitas yang tinggi. Hampir makroalga merupakan alga yang berukuran besar
seluruh ekosistem berada di wilayah ini. Salah dari beberapa centimeter sampai beberapa meter
satu sumber daya pesisir yang dapat dijumpai di (Marianingsih dkk., 2013).
Komposisi Jenis dan Kepadatan Makroalga

Makroalga di daerah tropis khususnya di seperti substansi thallus yang tampak dan juga
wilayah Indonesia bagian timur memiliki yang berupa lembaran tipis.
keaneragaman hayati spesies (biodiversity) Keberadaan makroalga sebagai
yang tinggi. Tingginya keanekaragaman organisme produsen memberikan sumbangan
spesies tersebut dikarenakan kondisi perairan yang berarti bagi kehidupan binatang akuatik
yang belum mengalami pencemaran bila terutama organisme-organisme herbivora di
dibandingkan dengan wilayah Barat Indonesia. perairan laut. Selain itu, alga juga bermanfaat
Namun, organisme sangat rentan terhadap sebagai penghasil kapur yag berguna bagi
perubahan lingkungan atau tekanan ekologis pertumbuhan karang di daerah tropis
yang dapat mempengaruhi keberadaannya. (Kumampung dkk, 2009). Substrat dasar
Untuk mencegah terjadinya degradasi makroalga yang utama adalah pasir, pecahan
(penyusutan dan penurunan kualitas) yang akan karang, karang mati dan batu karang (Kadi,
menimbulkan kerusakan bahkan kepunahan 2009).
jenis perlu untuk diadakan upaya pelestarian Penelitian ini bertujuan untuk
lingkungan (Atmadja dkk., 1996). mengetahui komposisi jenis dan kepadatan
Keanekaragaman jenis makroalga makroalga yang ada di perairan Desa Ulunipa,
ditentukan pula oleh habitat (substrat). Oleh serta beberapa parameter lingkungan yang
karena itu terdapatnya keanekaragaman jenis mempengaruhinya. Hasil penelitian ini
makroalga di daerah pasang-surut (intertidal) diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi
antara lain disebabkan pula oleh heterogenitas dan pertimbangan dalam upaya pengolahan
substratnya. Di tempat yang memiliki substrat sumber daya hayati khususnya komposisi jenis
pecahan karang batu mati, karang masif dan dan kepadatan makroalga.
pasir yang lebih stabil mempunyai
keanekaragaman alga yang lebih tinggi Metode Penelitian
dibandingkan dengan tempat yang hanya Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
bersubsrat pasir dan lumpur (Atmadja, 1999). November-Desember 2016. Bertempat di Desa
Penyebaran dan pertumbuhan makroalga Ulunipa, Kecamatan Menui Kepulauan,
disuatu perairan pantai sangat dipengaruhi oleh Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi
faktor-faktor salinitas, intensitas cahaya Tengah. Pengamatan sampel dilakukan di
matahari, dan juga tipe substrat dan kedalaman Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu
dasar laut merupakan faktor penting yang Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
menentukan kehadiran suatu jenis alga bersel Peta lokasi penelitian pengambilan sampel di
banyak, kebanyakan melekat pada batuan atau Desa Ulunipa.
dasar keras di perairan dangkal. Menurut
Oktaviani (2002), tumbuhan alga merupakan
tumbuhan yang hidup di air, baik air tawar
maupun air laut, setidak-tidaknya selalu
menempati habitat yang lembab atau basah.
Menurut Atmajaya (1999), daerah
bersubstrat pasir dan beberapa tempat yang
ditutupi karang batu mati atau karang hidup.
Pada saat surut air rendah, sebagian besar
daerah tersebut mengalami kekeringan
sedangkan pada waktu air pasang akan
terendam air. Alga yang tumbuh di daerah
tersebut umumnya memiliki ketahanan Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
terhadap suasana kekeringan sampai beberapa
jam, misalnya Acanthophora, Gracilaria, Berdasarkan topografi dan penyebaran
Gelidiella acerosa, Gelidiopsis, Halimeda, makroalga di perairan Desa Ulunipa
Padina, dan Ulva. Secara fisik alga tersebut Kecamatan Menui Kepulauan Kabupaten
dapat beradaptasi terhadap kondisi kekeringan Morowali Sulawesi Tengah, maka ditentukan

200
Isham dkk.,

lima stasiun pengamatan. Penentuan stasiun berada pada jarak 35 meter dari garis pantai.
tersebut dilakukan berdasarkan survei Akan tetapi, keberadaan makroalga ditemukan
pendahuluan dengan melihat habitat pada jarak 25 meter dari garis pantai. Pada
keberadaan makroalga sebagai berikut: masing-masing transek garis diletakkan transek
Stasiun I : Daerah yang terletak di bagian kuadran (1x1 m2) dengan tiga kali
utara Desa Ulunipa, memiliki pengulangan. Sampel alga yang terdapat di
substrat lumpur berpasir. Stasiun dalam transek dihitung jumlah per jenis (setiap
I berada pada posisi geografis individu atau tegakan) kemudian di ambil
030 33’28.1” LS dan sampel dalam tiap-tiap transek.
123009’34.8” BT. Pengukuran parameter kualitas perairan
Stasiun II : Daerah yang terletak di bagian yang meliputi parameter fisika-kimia di ukur
Selatan Desa Ulunipa, memiliki saat pasang dan surut. Sampel makroalga yang
substrat pecahan karang. Stasiun ditemukan didokumentasikan kemudian sampel
II berada pada posisi geografis diidentifikasi. Analisis tekstur substrat dihitung
03033’24.2” LS dan dengan menggunakan metode pipet dan
123009’33.2” BT. pembagian klas menggunakan segitiga miller
Stasiun III : Daerah terletak di bagian Barat (AOAC, 1970). Sketsa pengambilan data
Desa Ulunipa, memiliki substrat makroalga dapat dilihat pada berikut.
berpasir. Stasiun III berada pada
posisi geografis 03033’11.2” LS
dan 123009’25.5” BT.
Stasiun IV : Daerah terletak di bagian timur
Desa Ulunipa, memiliki substrat
pecahan karang. Stasiun II
berada pada posisi geografis
03033’15.2” LS dan
123009’27.5” BT.
Stasiun V : Daerah terletak di bagian timur
Desa Ulunipa, memiliki substrat
karang. sta Stasiun V berada
pada posisi geografis
03033’19.2” LS dan Gambar 2. Teknik sampling dengan Metode
123009’29.7” BT. Kuadran
Data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini diperoleh melalui pengamatan dan Komposisi jenis makroalga dihitung
pengukuran langsung di lapangan serta hasil menggunakan persamaan (1) menurut Odum
analisis laboratorium. Pengambilan sampel (1996) sebagai berikut :
ni
makroalga dilakukan dengan cara menarik Pi = N x100%
transek garis tegak lurus garis pantai ke arah Keterangan :Pi = Presentase tiap jenis (%)
laut. Jarak dari garis pantai sampai ke arah laut ni = Jumlah individu spesies ke-i
100 meter. Peletakkan stasiun lima mulai dari N = Jumlah Total individu
garis pantai hingga mencapai daerah terumbu Kepadatan makroalga dihitung dengan
karang sejauh 100 meter. Stasiun lima berjarak menggunakan persamaan (2) menurut Odum
100 meter untuk mencapai daerah karang. (1996) sebagai berikut :
Stasiun empat berjarak 50 meter dari garis ni
Di = A
pantai untuk mencapai daerah pecahan karang.
Stasiun tiga berjarak 50 meter dari garis pantai Keterangan: Di = Kepadatan jenis (ind/m2)
untuk mencapai daerah berpasir. Stasiun dua ni = Jumlah individu spesies ke-i (ind)
berjarak 50 meter dari garis pantai untuk A = Luas area (m2)
mencapai daerah pecahan karang. Stasiun satu

201
Komposisi Jenis dan Kepadatan Makroalga

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil identifikasi makroalga makroalga yang dimakan oleh ikan-ikan yang
di lokasi penelitian perairan Desa Ulunipa bersifat herbivora. Hal tersebut didukung oleh
ditemukan 10 jenis makroalga, yaitu 3 jenis pernyataan Sukiman dkk (2014) yang
dari kelas Chlorophyta, 3 jenis dari kelas menyatakan bahwa lokasi dengan habitat pasir
Phaeophyta, dan 4 jenis dari kelas Rhodophyta kebanyakan ditumbuhi oleh alga hijau terutama
(Tabel 1). Berdasarkan stasiun pengamatan Halimeda. Halimeda merupakan anggota alga
dengan jenis-jenis alga yang ditemukan dari hijau yang memiliki talus berkapur, tekstur
stasiun satu sampai stasiun lima, komposisi keras sehingga tidak disukai oleh herbivora.
jenis tertinggi terdapat pada stasiun tiga dengan Berdasarkan hasil analisis komposisi
substrat berpasir dari jenis H. macroloba. jenis stasiun tiga memiliki nilai yang berbeda
Tingginya komposisi jenis pada substrat dengan komposisi jenis stasiun lain, dimana
berpasir disebabkan jenis Halimeda tersebut stasiun tiga dengan substrat berpasir komposisi
memiliki adaptasi yang luas hampir semua jenis makroalga paling tinggi terdapat kelas
jenis substrat ditemukan dapat tumbuh namun Chlorophyta jenis Halimeda macroloba.
kebanyakan pola penyebaranya yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
ditemukan melimpah di perairan yaitu pada dilakukan pada ke lima stasiun pengamatan
daerah substrat berpasir kerena jenis alga diperoleh jenis yang paling banyak terdapat
tersebut dapat tumbuh subur dengan baik. pada kelas Chlorophyta dengan presetase
Selain itu banyaknya jenis H. macroloba di komposisi jenis sebesar 38,43%. Jenis H.
perairan disebabkan karena jenis alga tersebut macroloba merupakan alga yang dominan
memiliki talus yang berkapur dan tekstur yang hidupnya pada substrat barpasir, lumpur
keras sehingga tidak disukai oleh pemangsa berpasir, dan pecahan karang.

Tabel 1. Komposisi jenis makroalga berdasarkan stasiun pengamatan


Stasiun Kelas Spesies Komposisi jenis (%) Keterangan
Phaeophyta - P. autralis 29,60
I Chlorophyta - H. simulans 33,57 (Lumpur Berpasir)
Rhodophyta - G. salicornia 30,83
Rhodophyta - C. crispus 22,22
Phaeophyta - T. conoides 24,07 (Pecahan Karang)
II Chlorophyta - H. macroloba 28,31
- C. serrulata 25,40
Chlorophyta - C. Serrulata 34,72
III - H. macroloba 38,43 (Pasir)
Phaeophyta - P. autralis 26,85
Rhodophyta - C. crispus 19,26
Phaeophyta - T. conoides 30,74 (Pecahan Karang)
IV Chlorophyta - H. macroloba 29,63
- G. salicornia 20,37
- C. crispus 27,55
V Rhodophyta - G. subvefficilatta 14,02
- E. serra 17,73 (Karang)
Phaeophyta - T. conoides 23,57
- S. cristaefolium 17,13

202
Isham dkk.,

Tabel 2. Kepadatan jenis makroalga berdasarkan stasiun pengamatan


Stasiun Kelas Spesies Kepadatan (individu/m2) Keterangan
I Phaeophyta - P. autralis 1,22
Chlorophyta - H. simulans 1,33 (Lumpur Berpasir)
Rhodophyta - G. salicornia 1,56
Rhodophyta - C. crispus 1,11
II Phaeophyta - T. conoides 1,22 (Pecahan Karang)
Chlorophyta - H. macroloba 1,44
- C. serrulata 2,00
Chlorophyta - C. serrulata 1,00
III - H. macroloba 1,11 (Pasir)
Phaeophyta - P. autralis 0,78
Rhodophyta - C. crispus 1,00
IV Phaeophyta - T. conoides 1,67 (Pecahan Karang)
Chlorophyta - H. macroloba 1,56
- G. salicornia 1,11
Rhodophyta - C. crispus 2,44
- G. subvefficillata 1,11
V - E. serra 1,22 (Karang)
Phaeophyta - T. conoides 2,00
- S. cristaefolium 1,33

Tabel 3. Hasil Analisis Tekstur Substrat Menggunakan Metode Pipet dan Pembagian Class
Menggunakan Segitiga Miller (AOAC, 1970)
Tekstur Substrat
Stasiun Keterangan
Debu Liat Pasir Fragmen Karang
I 0,8 99,0 0,1 0 Lumpur Berpasir
II 1,8 3,9 5,9 88,2 Pecahan Karang
III 4,2 5,5 90,2 0 Pasir
IV 1,1 2,4 2,5 94,0 Pecahan Karang
V 0,2 1,1 1,0 98,0 Karang

Tingginya komposisi makroalga hijau tumbuh di dasar perairan dan melekat pada
karena alga ini umumnya lebih cenderung jenis substrat batuan maupun pasir serta
tumbuh menancap atau menempel pada pecahan karang. Sedangkan komposisi jenis
substrat berpasir dan pecahan karang. Hal yang paling terendah terdapat pada stasiun lima
tersebut didukung oleh pernyataan Kurniawan dari jenis G. Subvefficillata dengan jumlah
(2017) yang menyatakan bahwa Halimeda presentase sebesar 14,02%. Jenis G.
macroloba tumbuh subur pada substrat pasir subvefficillata merupakan dari kelas alga
dan pasir lumpuran. Holdfast berbentuk ubi merah yang banyak tumbuh pada daerah rataan
merupakan alat pengikat terhadap partikel- terumbu karang maupun patahan karang, alga
partikel pasir. Pertumbuhan di alam dapat tersebut memiliki musim tertentu dimana pada
berasosiasi bersama pertumbuhan lamun, musim tertentu alga ini melimpah jenisnya dan
keberadaannya banyak dijumpai di paparan pada bulan-bulan tertentu juga mulai
terumbu karang dengan kedalaman kurang 2 m, menghilang jenisnya. Selain itu, rendahnya
pertumbuhan tahan terhadap kekeringan yang alga tersebut yang didapat di lokasi
bersifat sementara waktu. Nurkiama dkk (2015) dikarenakan alga tersebut memiliki sifat musim
pola sebaran makroalga kelas Chlorophyta peralihan sehingga alga yang ditemukan di
jenis Caulerpa sp, H. macroloba, H. opuntia, lokasi kurang banyak. Hal tersebut didukung
C.cupressoides dijumpai hidup di laut dan pernyataan Kadi (2004) mengatakkan bahwa

203
Komposisi Jenis dan Kepadatan Makroalga

jenis-jenis makro alga ada yang bersifat faktor fisika-kimia perairan selama penelitian
musiman dan tergantung dari kondisi habitat. diantaranya adalah nitrat dan fosfat. Nitrat
Jenis-jenis makro alga dari marga Acantho- dilokasi penelitian selama pengamatan
phora, Codium, Gelidiella, Galaxaura, Jania, tergolong rendah yaitu berkisar 0,0107-0,0173
Amphiroa, Gracilaria, Sargassum dan mg/L. Nilai nitrat dilokasi penelitian relatif
Turbinaria lebih cenderung hidup menempel rendah dan kurang baik untuk pertumbuhan
pada habitat karang mati maupun pecahan makroalga, namun nilai tersebut masih
karang mati. Pada musim-musim tertentu memberikan asumsi bahwa nilai tersebut masih
muncul dan meletakkan thalus pada habitatnya, dapat ditolerir oleh makroalga untuk hidup hal
kemudian pada saat-saat tertentu menghilang tersebut didukung oleh pernyataan Railkin
karena telah dewasa. (2004) yang menyatakan bahwa kisaran
Perbedaan komposisi jenis makroalga kandungan nitrat untuk pertumbuhan
dari stasiun satu sampai lima dipengaruhi oleh makroalga adalah berkisar 0,001−0,012 mg/L.

Tabel 4. Hasil Pengukuran Parameter Fisika-Kimia di Perairan


Stasiun
No Parameter Data Pembanding
1 2 3 4 5
1 Fisika
29-30 (Sawonua, 2011)
Suhu (0C) 30 30 30 29 30 Perairan P. Hari Kab.
Konawe Selatan
Kedalaman 0.25-1.24 m (Kelena,
(cm) 25 30 31 45 35 2015) Perairan Pulau
Dompak
75-80 % (Irwandi,
2017) Perairan Desa
Kecerahan (%) 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % Tanjung Tiram Kec.
Moramo Utara. Kab.
Konawe Selatan
0,047-0,058 (Ismail,
2014) Perairan Desa
Kecepatan arus 0,041 0,040 0,038 0,054 0,051 Majapahit Kec. Batuga
(m/s) Kab. Buton Sulawesi
Tenggara
2 Kimia
32-34 (Sawonua, 2011)
Salinitas (ppt) 31 30 31 30 30 Perairan P. Hari Kab.
Konawe Selatan
0,0060-0,0104 (Asjan,
2014) Perairan Desa
Nitrat (mg/l) 0,014 0,015 0,017 0,010 0,015 Tanjung Tiram Kec.
Moramo Utara. Kab.
Konawe Selatan
0,0024-0,0033
Fosfat (mg/l) 0,0007 0,0012 0,0009 0,0091 0,0078 (Irwandi, 2017) Perairan
Desa Tanjung Tiram
Kec. Moramo Utara.
Kab. Konawe Selatan

204
Isham dkk.,

Rendahnya kosmposisi jenis stasiun lima G. subvefficilatta (1.11 individu/m²), S.


selama penelitian dipengaruhi oleh kandungan cristaefolium (1.33 individu/m²), E. serra (1.22
fosfat diperairan Desa Ulunipa selama individu/m²).
penelitian nilai yang diperoleh tergolong Tinggi jumlah kepadatan makroalga dari
rendah untuk pertumbuhan makroalga dimana jenis C. crispus, T. conoides, G. subvefficilatta,
kisaran fosfat selama penelitian berkisar antara S. cristaefolium, E. serra. Disebabkan karena
0,0007-0,0091 mg/L. Menurut Patadjal (2007), jenis-jenis ini merupakan jenis dengan tingkat
kebutuhan fosfat untuk pertumbuhan optimum pertumbuhan yang sangat cepat dengan kondisi
makroalga dipengaruhi oleh bentuk senyawa lingkungan yang mendukung. Hal tersebut
nitrogen. Batas tertinggi konsentrasi fosfat didukung oleh pernyataan Kadi (2004) substrat
akan lebih rendah jika nitrogen berada dalam batu karang dapat dijumpai pada lokasi yang
bentuk garam amonium. Sebaliknya jika mempunyai arus deras dan berombak.
nitrogen dalam bentuk nitrat, konsentrasi fosfat Makroalgae yang tumbuh dengan cara melekat
yang diperlukan akan lebih tinggi. Batas menggunakan holfast berbentuk cakram,
terendah konsentrasi fosfat untuk pertumbuhan kebanyakan berada di daerah tubir, menempel
optimum makroalga berkisar antara 0,18−0,90 pada batu karang mati di daerah rataan terumbu
mg/L. dan batas tertinggi berkisar antara atau pecahan karang bercampur pasir, seperti
8,90−17,8 mg/L. Kandungan fosfat tersebut marga Lithothamnium, Halymenia, Codium,
masih kurang baik untuk pertumbuhan Valonia, Dictyota, Dormonema, dan
makroalga, namun kadar fosfat yang diperoleh Turbinaria.
memberikan asumsi bahwa kisaran tersebut Kepadatan makroalga juga dipengaruhi
masih dapat ditolerir untuk pertumbuhan oleh faktor lingkungan dan biota herbivora di
makroalga. Hal tersebut didukung oleh perairan seperti kecerahan, suhu, kecepatan
pernyataan Irwandi dkk (2017) yang arus, dan salinitas. Kecerahan perairan Desa
menyatakan bahwa kisaran nilai kandungan Ulunipa selama penelitian berkisar 100%,
fosfat yang dilakukan di perairan Desa Tanjung kisaran nilai kecerahan yang diperoleh
Tiram diperoleh nilai kisaran fosfat sebesar tergolong cukup baik untuk pertumbuhan
antara 0,0024−0,0033 mg/L untuk makroalga. kecerahan perairan menunjukan
pertumbuhan makroalga. mampuan cahaya masuk ke dalam perairan
Kepadatan jenis makroalga sangat sampai di dasar, dimana kecerahan sangat erat
mempengaruhi oleh faktor lingkungan dan kaitannya dengan proses fotosintesis. Kisaran
biota herbivora di perairan tersebut. Kepadatan suhu selama penelitian berkisar antara 29–
jenis makroalga akan semakin tinggi bila 30ºC, kecepatan arus berkisar antara 0,038–
kondisi lingkungan perairan tempat makroalga 0,054 m/detik dan salinitas 30–31ppt. Kondisi
tumbuh dalam keadaan optimum. Hal tersebut tersebut tergolong baik bagi pertumbuhan
didukung oleh pernyataan Ismail (2014) yang makroalga. Hal tersebut sesuai dengan
menyatakan bahwa keberadaan makroalga pernyataan palallo (2013) yang menyatakan
dipengaruhi oleh faktor biotik (kompetisi dan bahwa kisaran salinitas optimum untuk
pemangsaan) dan faktor abiotik (faktor pertumbuhan makroalga antara 30–32 0/00,
lingkungan). Sari (2010) yang menyatakan salinitas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
bahwa parameter lingkungan yang utama bagi akan menyebabkan gangguan pada proses
ekosistem rumput laut adalah intensitas cahaya, fisiologi makroalga.
musim, temperatur, salinitas, gerakan air, dan Nilai kecepatan arus yang diperoleh
zat hara. Berdasarkan hasil analisis kepadatan selama penelitian tergolong baik untuk
makroalga dari kelima stasiun yang memiliki pertumbuhan makroalga hal tersebut sesuai
kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun lima dengan pernyataan Atmadja (1996) yang
yang memiliki tipe substrat karang dari jenis C. menyatakan bahwa Peranan arus untuk
crispus dengan jumlah kepadatanya sebesar menghindari akumulasi lumpur dan epifit yang
2.44 individu/m². Kepadatan stasiun lima yang melekat pada thallus yang dapat menghalangi
didominansi oleh jenis C. crispus (2.44 pertumbuhan makroalga. Selain itu, membantu
individu/m²), T. conoides (2.00 individu/m²), kegiatan reproduksi (penempelan spora) juga

205
Komposisi Jenis dan Kepadatan Makroalga

turut memperbaiki kondisi pertukaran zat hara Atmadja, W. S., A. Kadi., Sulistijo., R. Satari.
dan menghindari pengendapan dalam 1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput
menunjang pertumbuhan. Semakin kuat arus, Laut di Indonesia. Pustlibang
pertumbuhan alga akan semakin besar karena Oseanologi LIPI. Jakarta.
difusi nutrien ke sel tanaman semakin banyak Atmajaya, W.S. 1999. Sebaran dan Beberapa
sehingga metabolisme dipercepat. Pergerakan Aspek Vegetasi Rumput
arus yang mendukung pertumbuhan makroalga Laut(Makroalga) di Perairan Terumbu
adalah 0,03–0,06 m/s. Karang Indonesia. Puslitbang.
Perbedaan jumlah kepadatan makroalga Oceamologi-LIPI. Jakarta.
yang ditemukan di lokasi penelitian dapat Ismail, S., 2014. Struktur komunitas makroalga
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan diperairan Kelurahan Majapahit
kemampuan adaptasi dari mesing-masing jenis. Kecamatan Batauga Kab. Buton
Hal tersebut di dukung oleh pernyataan Sulawesi Tenggara.
Yudasmara (2011) yang menyatakan bahwa Irwandi, Salwiyah, dan Nurgayah, W. 2017.
perbedaan kepadatan dari masing-masing jenis Struktur Komunitas Makroalga Pada
makroalga sangat dipengaruhi oleh beberapa Substrat Yang Berbeda Di Perairan Dasa
faktor diantaranya daya reproduksi yang tinggi, Tanjung Tiram Kecamatan Moramo
kemampuan adaptasi yang lebih berkembang, Utara Kabupaten Konawe Selatan
daya tahan yang lemah terhadap habitat, Propinsi Sulawesi Tenggara. Fakultas
adanya predator dan penyakit atau keadaan Perikanan dan Ilmu Kelautan.
lingkungan yang kurang mendukung. Universitas Halu Oleo. Kendari.
Kadi, A. 2009. Makroalga di Paparan
Simpulan Terumbu Karang Kepulauan Anamabas.
Berdasarkan hasil dan pembahasan Jurnal Natur Indonesia. 12( 1):49-53
maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Kadi, A. 2004. Potensi Rumput laut di
1. Jumlah jenis makroalga yang ditemukan di beberapa perairan pantai Indonesia. J.
perairan Desa Ulunipa sebanyak 10 jenis Oseanologi di Indonesia, 29( 4):2536.
makroalga yang berasal 3 kelas, Kumampung, D. R. H., T, Sumarto., I,
Cholophyta, (3 jenis) yaitu H. simulans, H. Manembu. 2009. Struktur Komunitas
macroloba, C. serrulata. Phaeophyta (3 Alga Laut di Perairan Pantai Malalayang
jenis) yaitu P.autralis, T. conoides, S, Kota Manado. JurnalPerikanan dan
cristaefolium, dan Rhodophyta (4 jenis) Kelautan. 5(3):49-57
yaitu G. salicornia, C. srispus, G, Kurniawan R., 2017. Keanekaragaman Jenis
subfficilatta, E. serra. Makroalga Di Perairan Laut Desa Teluk
2. Komposisi jenis makroalga tertinggi berasal Bakau Kabupaten Bintan Kepulauan
dari kelas Chlorophyta yaitu jenis H. Riau. Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas
macroloba (38.43%) dan terendah dari jenis Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang.
G. subvefficilatta sebesar (14.02%). Riau.
3. Jenis makroalga yang memiliki kepadatan Marianingsih, P., E, Amelia., T, Suroto. 2013.
tertinggi yaitu jenis C. crispus (2.44 Inventarisasi dan Identifikasi Makroalga
individu/m2) dan terendah dari jenis P. di Perairan Pulau Untung Jawa.
autralis (0.78 individu/m2). Prosiding Semirata FMIPA Universitas
Lampung. 14 hal
Daftar Pustaka Nurkiama, L., Muzahar, Idris F. 2015.
Atmadja, W.S., 1999. Karakteristik Algae Keanekaragaman dan Pola Sebaran
Makro (rumput laut) yang Tumbuh di Makroalga di Perairan Laut Pulau
Perairan Samudra Hindia. Prosiding. Pucung Desa Malang Rapat Kabupaten
Seminar Pra Kipnas VII Forum Bintan. Jurusan Ilmu Kelautan.FKIP. 15
Komunikasi Ikatan Fikologi Indonesia. hal
Serpong 8 september 1999: 21-29.

206
Isham dkk.,

Odum, E. P.1996. Dasar-Dasar Ekologi.


Terjemahan Samigan dan B. Srigadi.
Gaja Mada Univ. Press. Jogjakarta.
Oktaviani, D. 2002. Distribusi Sapsial Makro
Alga di Perairan Kepulauan Spermonde.
Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas
Hasanuddin. Makassar
Palallo, A, 2013. Distribusi makroalga pada
ekosistem lamun dan terumbu karangdi
Pulau Bonebatang, Kecamatan Ujung
Tanah, Kelurahan Barrang Lompo.
Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hasanudin. Makassar.
Patadjal, R. S. 2007. Pertumbuhan Produksi
dan Kualitas Rumput Laut Kappaphycus
alvarenzii pada Berbagai Habitat
Budidaya yang Berbeda. Program Pasca
Sarjana. Universitas Hasanudin.
Makassar.
Railkin Alexander I, 2004. Marine Biofouling:
Colonization Processes & Defenses. ©
Lavoisier, LondonUK. 12-17 pg.
Sari, D. S. P. 2010. Ekosistem Pesisir.
Jurnal Saintech. 2(3) : 9-17
Sukiman, Aida Muspiah, Sri Puji Astuti,
Hilman Ahyadi,Evy Aryanti, 2014.
Keanekaragamn Distribusi dan Spesies
Makroalgadi Wilayah Sekotong Lombok
Barat. Jurnal Penelitian UNRAM. vol
18.
Yudasmara, A. 2011. Analisis Komunitas
Makroalga di Perairan Pulau Menjangan
Kawasan Taman Nasional Bali Barat.
Disertasi. IPB Bogor.

207

Anda mungkin juga menyukai