Anda di halaman 1dari 7

Studi Keanekaragaman dan Pola Persebaran Makroalga di

Perairan Pasang Surut Pantai Sancang sebagai Sumber Belajar


Biologi

SKRIPSI

Diusulkan oleh,

Nurfauzi Ahmad 162154074

Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi
Tasikmalaya
2019
Studi Keanekaragaman dan Pola Persebaran Makroalga di
Perairan Pasang Surut Pantai Sancang sebagai Sumber Belajar
Biologi
PENDAHULUAN
Pantai Sancang merupakan pantai yang memiliki panorama keindahan
alam yang tidak kalah indah dari pantai lainnya yang ada di Indonesia. Pantai
Sancang memiliki hamparan pasir putih yang sangat luas, kemudian biota
yang ada disana juga beranekaragam baik flora maupun fauna. Secara
administrasi Pantai Sancang merupakan bagian dari Cagar Alam Leuweung
Sancang yang terletak di Kabupaten Garut. Hasil pencitraan satelit
menunjukkan Cagar Alam Leuweung Sancang memiliki luas ± 2.313 Ha dan
daerah Cagar Alam Lautnya seluas ± 1.150 Ha.
Berdasarkan studi yang pernah dilakukan khusunya di daerah Cagar
Alam Leweung Sancang, keanekaragaman organisme yang teridentifikasi
diantaranya, 149 jenis (Tumbuhan Berhabitus Pohon), 37 jenis (Efipit,
Tumbuhan Bawah, & Rumput), 13 jenis (Liana & Rotan), 24 jenis (Mamalia),
125 jenis (Burung), 11 jenis (Amfibi), 25 jenis (Reptil), dan 87 jenis (Kupu-
kupu).
Pantai Sancang juga tentunya memiliki keanekaragaman makroalga
yang sangat tinggi. Keanekaragaman makroalga ini dapat dijadikan sebagai
sumber belajar karena tidak hanya jumlah yang melimpah tetapi perannya
dalam lingkungan juga sangat besar bagi ekosistem. Pada tahun 1890-1990
ditemukan sekitar 555 plasma nutfah rumput laut di perairan Indonesia
(Nugroho & Kusnendar, 2015). Makroalga atau lebih dikenal dengan istilah
rumput laut (seaweed) ini termasuk kedalam tumbuhan tingkat rendah, yang
hidup di zona litoral atau intertidal.
Zona litoral merupakan zona yang selalu terkena hempasan
gelombang dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pasang surut (pasut)
adalah perubahan atau perbedaan permukaan laut yang terjadi secara berulang
dengan periode tertentu karena adanya gerakan dari benda-benda angkasa
yaitu peredaran Bulan mengelilingi Bumi, peredaran Bulan mengelilingi
Matahari dan rotasi Bumi pada sumbunya (Rangkuti, dkk (2017:32).
Hempasan gelombang serta pasang surut ini membawa kandungan oksigen
yang sangat tinggi, sehingga pada zona litoral tumbuh subur berbagai jenis
makroalga.
Komunitas makroalga yang ada di zona litoral pantai ini memiliki
peranan yang penting, contonya dalam segi ekologis sebagai tempat mencari
makan, perkembangbiakan dan perlindungan, bahkan sebagai sumber
makanan bagi beberapa fauna yang ada disana. Apabila ditinjau secara
biologis makroalga berperan sebagai penyuplai oksigen perairan, penyedia
bahan organik dan sebagai produsen primer atau tropik I pada piramida
makanan yang ada di suatu ekosistem laut. Ditinjau dari segi ekonomi
beberapa jenis alga dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, bahan
kosmetik dan obat-obatan yang memiliki daya jual cukup tinggi. Akan tetapi,
makroalga yang diketahui dapat dimanfaatkan hanya beberapa saja,
kebanyakan dari jenis Rhodophyta, seperti Eucheuma sp. dan Gracillaria sp.,
jenis ini yang paling sering dimanfaatkan oleh penduduk pesisir yang ada di
Indonesia bahkan dibeberapa daerah makroalga ini dibudidayakan.
Makroalga adalah tumbuhan bertalus sehingga dikelompokan kedalam
thallopyta. Tubuh dari makroalgla ini tidak memiliki daun, batang, dan akar
sejati, tetapi menyerupai daun, batang, dan akar yang disebut talus.
Berdasarkan pigmen yang terkandung didalamnya, makroalga terbagi
menjadi, alga hijau (Chlorophyta), alga merah (Rhodophyta), dan alga cokelat
(Phaeophyta).
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 23 november 2019
ditemukan lebih dari 10 jenis makroalga yang berbeda secara morfologinya
dalam satu tempat dengan jumlah yang sangat banyak. Sesuai dengan hasil
wawancara dengan warga sekitar, Mulyati (50) menyatakan bahwa dirinya
sering memanfaatkan beberapa jenis makroalga untuk dikonsumsi dan dijual
ke pengepul. Akan tetapi, hanya beberapa jenis makroalga saja yang
dimanfaatkan diantaranya, untuk pembuatan bahan plastik, kosmetik, obat-
obatan dan bahan makanan. Kemudian, periode pasang surut yang terjadi di
Pantai Sancang terjadi biasanya sehari dua kali, tetapi dalam sehari juga bisa
hanya terjadi satu kali pasang surut. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara tersebut, minimnya informasi mengenai jenis-jenis makroalga
yang ada di Pantai Sancang serta tidak diketahui pola persebarannya menjadi
alasan utama dari penelitian ini.
Melihat hal tesebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui penutupan, komposisi jenis, kepadatan dan pola persebaran
makroalga yang ada di Pantai Sancang. Penulis mengharapakan dengan
dilakukannya penelitian “Studi Keanekaragaman dan Pola Persebaran
Makroalga di Perairan Pasang Surut Pantai Sancang sebagai Sumber Belajar
Biologi” dapat memberikan manfaat yang besar untuk berbagai pihak yang
ada.
TUJUAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
makroalga, baik secara keanekaragaman dan pola persebaran makroalga di
perairan pasang surut pantai sancang.
BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan maksimal 6 bulan dari mulai Desember 2019-
Mei 2020. Penelitian ini dilakukan di sekitar Cagar Alam Laut Leuweung
Sancang (Pantai Sancang), Desa Sancang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan adalah kayu untuk membuat transek
kuadrat, kemudian tali untuk membuat belt transek, dan Alkohol untuk
mengawetkan sampel serta bahan ATK lainnya untuk membantu
pencatatan data. Kemudian ada alat-alat penunjang lainnya seperti
meteran, tongkat kayu, hygrometer, pH meter, salinitas, penggaris, tali
rapia, GPS, dan kamera.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif eksploratif, yaitu
untuk menggambarkan atau menguraikan suatu fenomena atau keadaan
yang ada pada waktu penelitian dilakukan dan mengkaji penyebab dari
gejala-gejala tertentu. Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan data
jenis, komposisi, penutupan, kepadatan, dan pola persebaran makroalga.
Pengumpulan data pada penelitian ini melalui dua tahap. Tahap pertama
adalah pengambilan data makroalga dilapangan dengan menggunakan
teknik sampling dengan metode belt transek yang berisi plot berukuran
1x1 m, sedangkan tahap kedua adalah mengidentifikasi jenis, penutupan,
kepadatan, komposisi, dan pola persebaran makroalga. Sedangkan untuk
mengetahui keadaan lingkungan pada perairannya dilihat dari suhu,
salinitas, keasaman, kecepatan angin dan kelembaban.
DAFTAR PUSTAKA
Kadi, Achmad. 2004. POTENSI RUMPUT LAUT DIBEBERAPA PERAIRAN
PANTAI INDONESIA. Oseana, Volume XXIX, Nomor 4, Tahun 2004 :
25-26.
Kristanto, Philip. 2013. Ekologi Industri. C.V ANDI OFFSET. Yogyakarta.
Oryza, D., Mahanal, S. & Saptasari, M. (2016). KEANEKARAGAMAN
MAKROALGA DI DAERAH INTERTIDAL PANTAI PASIR PANJANG
KABUPATEN MALANG. E-Jurnal UM. (Online), (http://jurnal-
online.um.ac.id), diunduh November 2019.
Pribadi, T. D. K., Nurdiana, R. & Rosada, K. K. (2017). Asosiasi Makroalga dengan
Gastropoda pada Zona Intertidal Pantai Pananjung Pangandaran. Jurnal
Biodjati, 2 (2), Hal 107-114.
Woodward, John. 2009. Lautan. Erlangga. Jakarta.
Yudasmara, G. D. (2011). ANALISIS KOMUNITAS MAKROALGA DI
PERAIRAN PULAU MENJANGAN KAWASAN TAMAN NASIONAL
BALI BARAT. WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi, Vol 11 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai