ABSTRAK
Indonesia menjadi pusat diversitas terumbu karang dunia, karena sekitar 67% dari 845 total
spesies di dunia dijumpai di Indonesia. Teluk Ciletuh yang berada di Sukabumi termasuk
kedalam lingkup Teluk Pelabuhan Ratu yang diduga memiliki beberapa macam jenis karang
diantaranya tegolong kedalam jenis encrusting, foliose,submassive dan massive Terumbu
karang di pesisir sukabumi masih belum terekspos dan tergali secara menyeluruh terutama di
wilayah Teluk Ciletuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi terumbu karang
dan mengidentifikasi keanekaragaman genus scleractinia serta distribusi spasial di Teluk
Ciletuh. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode survey. Penentuan titik
stasiun riset dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Sedangkan pada
proses pengambilan data terumbu karang dilakukan dengan menggunakan metode Transek
Foto Bawah Air (Underwater Photo Transect = UPT). Berdaarkan penelitian Kondisi terumbu
karang di lima stasiun pengamatan dengan menggunakan metode UPT memiliki rata-rata
sebesar 34,80 % yang tergolong sedang dengan kondisi perairan yang tergolong baik untuk
pertumbuhan karang kecuali arus yang tergolong rendah. Indeks keanekaragaman yang didapat
dari lima stasiun berada pada nilai antara 1,19 – 2,07. Genus yang ditemukan di perairan Teluk
Ciletuh sebanyak 28 genus. Acanthastrea, Acropora, Astreopora, Australogyra, Caulastrea,
Cyphastrea, Diplohastrea, Echinopora, Favia, Favites, Galaxea, Goniastrea, Hydnophora,
Leptastrea, Leptoria, Leptoseris, Lobophyllia ,Madracis, Montastrea, Montipora, Oulophyllia,
Pachyseris, Pavona ,Porites, Pseudosiderastrea ,Stylophora, Turbinaria, dan Heliopora ( Non-
Scleracitnia). Masing- masing stasiun memiliki sebaran yang beragam.
METODE RISET
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada
riset ini adalah peralatan scuba, gps, kamera
bawah air, roll meter, frame besi 58x44cm, Gambar 1. Ilustrasi Pengambilan Sampel Karang
thermometer, ph meter, refraktometer, secchi
disk, flow tracking, perangkat lunak ArcGis, Pengukuran kualitas air dilakukan
perangkat lunak excel, perangkat lunak selama pengamatan terumbu karang di lokasi
CPCE, buku “Jenis-Jenis Karang di penelitian. Parameter yang di ukur adalah
Indonesia” (Suharsono 2008), dan buku suhu, pH, salinitas, kecerahan, dan arus.
“Coral Finder” (Russell Kelley 2009).
Lokasi Penelitian Pengolahan Data
Data hasil pengamatan terhadap
terumbu karang dilakukan pengolahan data
menggunakan piranti lunak CPCE untuk
mendapatkan kondisi tutupan terumbu karang
dan keanekaragaman genus scleractinia. Pada
penelitian ini tutupan karang dan komponen
biotik dan abiotiknya akan dianalisis
menggunakan point count analysis dengan 30
buah titik untuk setiap framenya, dan ini
sudah representatif untuk menduga persentase
tutupan kategori dan substrat (Giyanto et al.
2010).
50.45
49.34
42.95
42.03
5.66
5.48
2.81
2.43
1.89
1.64
0.82
0.58
0.54
0.35
0.35
0.00
0.00
0.00
0.00
rendah pada stasiun 4 sebesar 0,02 m/s. Gambar 3. Kondisi tutupan Terumbu Karang
Menurut Suharsono (1991), kisaran arus yang Tutupan terumbu karang hidup paling
optimal bagi terumbu karang adalah 0,05-0,08 tinggi berada pada stasiun 2 sebesar 55,77%
m/s, hanya pada stasiun 1 dan stasiun 5 dan termasuk dalam kategori baik. Presentase
kecepatan arus mendekati nilai optimal untuk tutupan karang hidup paling kecil berada pada
pertumbuhan karang. Menurut Wood (1987), stasiun 1 sebesar 5,48%, dilanjutkan dengan
kecepatan arus yang terlalu lambat akan stasiun 3 sebesar 23,50% dan kedua stasiun
mengakibatkan lambatnya pembaharuan tersebut termasuk dalam kategori buruk.
antara bahan organik dan anorganik dan Stasiun yang termasuk dalam kategori sedang
yaitu stasiun 4 sebesar 46,32% dan stasiun 5 Dahulunya pada stasiun tersebut merupakan
sebesar 42,95%. lokasi penangkapan ikan hias yang dilakukan
oleh masyarakat pesisir, ikan yang ditangkap
oleh nelayan memiliki nilai ekonomis cukup
tinggi di pasar seperti ikan clownfish, dan
butterfly fish.
DAFTAR PUSTAKA
Giyanto, Abrar, M., Hadi, T., Budiyanto, A.,
Hafizt, M., Salatalohy, A., & Iswari,
M. Y. (2017). Status Terumbu Karang
Indonesia. Jakarta: COREMAP-CTI
Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI.
KESIMPULAN Giyanto, B.H., I., Soedarma, D., &
Kondisi terumbu karang di lima
Suharsono. (2010). Effisiensi dan
stasiun pengamatan dengan menggunakan
akurasi pada proses analisis foto
metode UPT memiliki rata-rata sebesar 34,80
bawah air untuk menilai kondisi
% yang tergolong sedang. Tutupan karang
terumbu karang. Oseanologi dan
hidup dari stasiun 1 sampai stasiun 5 secara
Limnologi di Indonesia, 36 (1): 111-
berurutan yaitu, 5,48%; 55,77%; 23,50%;
130.
46,32%; dan 42,95%. Dengan kondisi
(t.thn.). Keputusan Menteri Lingkungan
perairan yang tergolong baik untuk
Hidup Nomor 04 Tahun 2001 tentang
pertumbuhan karang kecuali arus yang
Kriteria Baku Kerusakan Terumbu
tergolong rendah menyebabkan akumulasi
Karang.
abiotik dan algae.
(t.thn.). Keputusan Menteri Lingkungan
Indeks keanekaragaman yang didapat
Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang
dari lima stasiun memiliki nilai berkisar
Baku Mutu Air Laut.
antara 1,19 – 2,07. Nilai indeks
Siringoringo, R. M., Palupi, R. D., & Hadi, T.
keanekaragaman pada stasiun 1, 2, dan 5
A. (2012). Biodiversitas Karang Batu
secara berurutan menunjukkan nilai 1,82;
(Scleractinia) di Perairan Kendari.
1,64; dan 1,69 yang menunjukkan stasiun
Jurnal Ilmu Kelautan Vol.17, (1): 23-
tersebut memiliki keanekaragaman sedang.
30.
Pada stasiun 3 menunjukkan nilai 2,07,
Suharsono. (2008). Jenis - Jenis Karang Di
menunjukan keanekaragaman di stasiun
Indonesia. Jakarta: LIPI Press.
tersebut tinggi. Sedangkan pada stasiun 4
Timotius, S. (2003). Biologi Terumbu
memilik nilai 1,19, yang menunjukan
Karang. Jakarta: Yayasan Terumbu
keanekaragaman di stasiun tersebut rendah.
Karang Indonesia.
Genus yang ditemukan di perairan
Teluk Ciletuh dari lima stasiun sebanyak 28
Wahyudin, Y. (2011). Karakteristik
Sumberdaya Pesisir dan Laut
Kawasan Teluk Pelabuhan Ratu,
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Bonorowo Wetlands 1, (1): 19-32.
Wood, E. W. (1987). Influence of seagrass on
the productivity of coastal lagoons.
Memoirs Symposium International
Costeras (UNAM-UNESCO), 495-
502.